NAMA :
Puji tuhan kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan makalaha ini dengan baik, dengan makalah yang
berjudul
“ mikroorganisme lingkungan bitok dan abiotik“ ini bertujuan untuk memenuhi mata
kuliah mikrobiologi
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan hal itu di karenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita Akhir kata
kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………...…………………….i
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…….……………………………………………………i
B. Rumusan Masalah………………………………………………………i
C.Tujuan………………………..……………………………………….….i
BAB II PEMBAHASAN
A.Sejarah Perkembangan Mikrobiologi Lingkungan …………………………i
B.Konsep dan Peranan Mikroba Sebagai Komponen Lingkungan…………….i
BAB III
A.Kesimpulan….………………………………………………………………i
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau lebih
kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau jamur tingkat
rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu
atau protozoa, dan virus yang hanya nampak dengan mikroskop elektron (Dwidjoseputro,
1990). Mikroorganisme umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di
lingkungan akuatik, berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer (Pelczar dan Chan,
1986). Mikroorganisme tersebut mempunyai beberapa peranan salah satunya
mikroorganisme yang hidup dalam tanah dapat membantu pembentukan struktur tanah
yang mantap, karena mikroorganisme tanah dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang
tidak mudah larut dalam air (Hardjowigeno, 1992). Tanah mempunyai fungsi sebagai
media utama tempat tumbuh tanaman. Ada bermacam-macam jenis tanah, dari tanah yang
berpasir basah hingga tanah liat dengan tingkat kesuburan yang berbeda, mulai dari tingkat
rendah sampai tingkat tergenang air. Tanaman yang tumbuh subur didukung oleh tanah
yang subur disebabkan karena adanya dekomposer di dalamnya, seperti cacing tanah, dan
jutaan mikrobia. Namun tanpa kita sadari ternyata jutaan mikrobia tersebut dapat menjadi
sumber penghasil antibiotik.
B. Rumusan masalah
1. Apa mikroorganisme lingkungan
2. Prinsip prinsip mikroorganisme
3. Peran mikroba dalam lingkungan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuo apa itu mikroorganisme lingkungan
2. Untuk mengetahui prinsip mikroorganismelingkungan
3. Untuk mengetahui peran mikroba dalam lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
Pada periode 1960, para ilmuwan mulai menyadari bahwa penyebab penyakit yang mampu
ditransmisikan oleh air bukan hanya bakteri saja, ada beberapa agen patogen seperti virus
Norwalk dan protozoa parasit Giardia yang mampu bertahan dari proses desinfeksi. Belum
lagi 10% hingga 50% mikroorganisme penyebab penyakit lain yang belum dapat
diidentifikasi. Tahun 1970-an, dikenalkan mikrobiologi lingkungan dengan pokok tinjauan
pada kesehatan masyarakat dan lingkungan dan terus berkembang hingga mencakup bidang
yang luas dan berkait dengan bidang ilmu lainnya. Hurst et al. (1997) mendefinisikan bahwa
mikrobiologi lingkungan merupakan studi tentang keberadaan mikroba pada lingkungan alami
maupun buatan. Maier et al. (1999) mikrobiologi lingkungan didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari pengaruh penerapan mikroba pada lingkungan, aktivitas, kesehatan dan
kesejahteraan manusia.
Faktor sejarah lain yang menjadi pokok kajian dari Mikrobiologi lingkungan adalah
penyebaran penyakit melalui bahan makanan (food-borne). Salah satu kasus yang terkenal
adalah serangan protozoa Cyclospora yang ditularkan oleh buah Raspberry yang di-import
oleh warga USA dari Guatemala. Raspberry yang terserang Cyclospora membuat Warga
Amerika terserang penyakit pada tahun 1996, menentukan keberadaan dan peranan dari
mikroorganisme patogen pada lingkungan perairan, tanah, dan udara adalah penggerak utama
dari mikrobiologi lingkungan hingga beberapa dekade kedepan.
3. Klasifikasi organisme
Tahun 1759, Carl Linnaeus: Animalia dan Plantae. Tahun 1866, Ernst Heinrich
Haeckel mengusulkan 3 domain yaitu hewan, tumbuhan dan protista. Tahun 1969 Robert
Whittaker mengusulkan 5 kingdom, Monera (Prokaryote), Protista, Fungi, Plantae, dan
Animalia. Pada tahun 1978 Carl Woese menyampaikan 3 Kingdom yaitu: Eucarya,
Eubacteria, dan Archaea (Gambar 1.1), dasar filogeni yaitu: 1). Komposisi dinding sel; 2).
Lipid membrane; 3). Sequens RNA; 4). Sintesa protein, dan 5). Sensitivitas terhadap
antibiotik.
a. Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh adanya hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi. Ekosistem terdiri dari ekosistem alami dan ekosistem buatan.
Susunan ekosistem antara lain:
- Komponen autotrof, organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri
yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari
dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan
hijau.
- Komponen heterotrof, organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai
makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong
heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba
- Komponen tak hidup (abiotik). Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia.
Aliran energi merupakan proses mengalirnya energi dimulai dari cahaya matahari ke
produser (diubah dalam bentuk energi kimia), konsumen, kemudian tersebar ke lingkungan
dalam bentuk panas. Pengertian Aliran Energi dalam Ekosistem adalah proses berpindahnya
energi dari suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya yang dapat digambarkan dengan
rantai makanan atau dengan piramida biomasa. Ekosistem mempertahankan diri dengan siklus
energi dan nutrisi yang diperoleh dari sumber eksternal. Energi beredar dalam ekosistem
dalam bentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan dari suatu tingkat trofik ke tingkat
trofik berikutnya. Sifat energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain (transformasi
energi). Aliran energi yang terjadi pada sebuah ekosistem adanya sebuah proses berpindahnya
energi yang ada pada tingkat trofik tertentu menuju trofik lainnya. Aliran ini juga bisa
digambarkan dalam sebuah rantai makanan dan juga piramida biomasa.
Disebut aliran energi karena energi yang mengalir dari sumber energi ke komponen
biotis tidak kembali lagi ke sumbernya (matahari). Energi cahaya matahari dikonversi
tumbuhan menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Energi kimia yang disimpan
dalam makanan oleh tumbuhan kemudian didistribusikan ke konsumen I (herbivora) melalui
proses rantai makanan. Karnivora mendapatkan energi dengan memangsa herbivora.
Detritivor dan pengurai mendapatkan energi dari proses penguraian jasad mati makhluk hidup
(Gambar 1.2).
Matahari adalah penyedia energi paling besar bagi kehidupan bumi. Walaupun
demikian tidak semua energi cahaya mampu diserap klorofil untuk menyusun bahan organik.
Tumbuhan hanya mampu menyerap 0,01% energi cahaya mathari. Energi cahaya yang
ditangkap tumbuhan diubah menjadi energi kimia dan disimpan sebagai bahan makanan.
Sekitar10% energi produsen berpindah ke konsumen I melalui proses rantai makanan.
Konsumen I menggunakan energi tersebut untuk respirasi, pertumbuhan, reproduksi, dan
aktivitas lainnya dalam hidupnya. 10% energi dari konsumen I berpindah ke konsumen II
menggunakan energi sebagaimana yang terjadi pada konsumen I. Begitu seterusnya hingga
energi tersebut sampai pada konsumen puncak. Energi yang terkandung dalam tubuh
produsen maupun konsumen akan dimanfaatkan oleh detritivor dan dekomposer jika produsen
dan konsumen mati. Detritivor dan dekomposer juga memperoleh sisa energi dari penguraian
zat buangan pencemaran organisme.
Energi yang dialirkan dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya terus
mengalami penurunan. Ini berarti semakin panjang rantai makanan semakin sedikit energi
yang tersisa bagi konsumen puncak. Itulah mengapa jumlah konsumen puncak hanya
menikmat sepersekian persen dari energi yang dihasilkan produsen. Sebagian besar energi
terbuang ke alam dalam bentuk panas. Ada 3 faktor yang menyebabkan hilangnya energi
yaitu:
1. Populasi konsumen tidak dapat memanfaatkan seluruh sumber makanan yang ada
2. Ketidaksempurnaan dalam proses pencernaan makanan
3. Gerakan serta respirasi menyebabkan energi hilang dalam bentuk panas
Dalam sebuah rantai makanan akan selalu terjadi sebuah siklus yang akan selalu
berputar. Dari siklus inilah akan terjadi sebuah perpindahan energi satu sama lainnya. Dalam
hal ini energi yang didapat dari tingkat rantai makanan pertama akan perpindahan pada tingkat
berikutnya dan menjadi sebuah energi baru. Pada tingkat trofik pertama, produsen primer
(tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri) menggunakan energi matahari untuk menghasilkan
bahan tanaman organik melalui fotosintesis. Hewan Herbivora yang makan hanya pada
tanaman membuat tingkat trofik kedua. Predator yang memakan herbivora terdiri dari tingkat
trofik ketiga, jika predator yang lebih besar hadir, mereka mewakili tingkat trofik lebih tinggi
lagi.
Tingkatan trofik pada sebuah rantai makanan pada dasarnya terdiri atas tiga jenis.
Tingkatan trofik pertama adalah tingkatan terendah dimana yang duduk disini adalah makhluk
yang tidak bisa memangsa seperti tumbuhan. Dilanjutkan dengan tingkat trofik kedua yang
berupa hewan herbivora. Dan tingkat ketiga yang diduduki oleh hewan karnivora. Dalam
beberapa kasus, ada juga hewan yang bisa berposisi di tingkat kedua dan ketiga. Dimana
hewan ini bisa memangsa tumbuhan atau juga hewan. Selain itu, ada pula hewan yang lebih
besar yang bisa memangsa hewan yang ada di tingkat ketiga.
Penyimpanan energi dalam ekosistem dapat berupa materi-materi dalam tumbuhan
atau hewan. Jumlah nyata dari materi hidup yang terkandung dalam ekosistem dipahami
sebagai “standing crop”. Para ahli ekologi biasanya mengkaji standing crop ini untuk setiap
tingkat trofik yang nantinya akan memberikan gambaran pola aliran energi melalui sistem.
Hasil kajian dari standing crop untuk setiap tingkatan trofik ini bila diekspresikan dalam
bentuk histogram akan menggambarkan suatu piramida tingkat trofik atau lebih dikenal
dengan piramida ekologi.
c. Rantai makanan
Rantai makanan ini terstruktur dalam suatu tingkatan tropik. Lalu dalam tingkatan
tropik tersebut meliputi seluruh organisme maupun spesies yang berada pada posisi yang
sama dalam sebuah rantai makanan. Yang menempati tingkatan tropik terendah adalah
produsen (produsen tidak memakan organisme lain). Produsen ini berperan sebagai makanan,
dalam hal ini seperti tanaman hijau. Selanjutnya beralih pada posisi konsumen. Konsumen ini
membutuhkan organisme lain yang bisa dimakan. Mayoritas konsumen merupakan herbivora.
Lalu yang menempati posisi tertinggi dalam tingkatan tropik adalah predator, dimana predator
ini tidak akan mungkin dimangsa oleh organisme lainnya. Konsumen menempati posisi
diantara predator dan herbivora. Dalam hal ini konsumen membutuhkan organisme lain untuk
dimakan, tapi konsumen juga harus siap dijadikan mangsa oleh predator yang berada di
atasnya. Panjang tidaknya sebuah tingkatan tropik ini tergantung pada kompleksitas suatu
ekosistem. Walaupun begitu, kalaupun ada perbedaan hanyalah sedikit saja. Akan tetapi,
konsumen pemakan herbivora lebih sering berubah karena menyesuaikan panjang tidaknya
rantai makanan. Seperti; burung elang memangsa burung kutilang, lalu kutilang ini memakan
biji-bijian (herbivora).
a. Produksi biogas
Limbah-limbah dari rumah tangga, pertanian, dan industri yang diurai oleh bakteri
kelompok metanogen dapat menghasilkan biogas yang sebagian besar merupakan metana.
Biogas metana dapat terjadi dari penguraian limbah organik yang mengandung protein dan
karbohidrat. Secara lebih ringkas, dapat dinyatakan bahwa bakteri yang berperan dalam
perombakan bahan organik dalam produksi biogas ada dua macam yaitu: bakteri pembentuk
asam dan merombak bahan organik dan menghasilkan asam lemak. Proses ini dilakukan oleh
bakteri-bakteri Pseudomonas, Flavobacterium, Alkaligenes, Escherichia, Aerobacter.
Selanjutnya asam lemak ini akan dirombak oleh bakteri metan, dan menghasilkan gas bio
(sebagaian besar menghasilkan metan) bakteri-bakteri tersebut adalah Methanobacterium,
Methanosarcina, dan Methanococcus. Di samping itu juga ada kelompok bakteri lain yang
memanfaatkan unsur-unsur sulfur (S) dan membentuk H2S yaitu bakteri Desulvovibrio.
Minyak bumi tersusun dari berbagai macam molekul hidrokarbon alifatik, alisiklik,
dan aromatik. Mikroba berperanan penting dalam menguraikan minyak bumi ini. Ketahanan
minyak bumi terhadap peruraian oleh mikroba tergantung pada struktur dan berat molekulnya.
Fraksi alkana rantai C pendek, dengan atom C kurang dari 9 bersifat meracun terhadap
mikroba dan mudah menguap menjadi gas. Fraksi n-alkana rantai C sedang dengan atom C
10-24 paling cepat terurai. Semakin panjang rantaian karbon alkana menyebabkan makin sulit
terurai. Adanya rantaian C bercabang pada alkana akan mengurangi kecepatan peruraian,
karena atom C tersier atau kuarter mengganggu mekanisme biodegradasi.
Apabila dibandingkan maka senyawa aromatik akan lebih lambat terurai dari pada
alkana linier. Sedang senyawa alisiklik sering tidak dapat digunakan sebagai sumber C untuk
mikroba, kecuali mempunyai rantai samping alifatik yang cukup panjang. Senyawa ini dapat
terurai karena kometabolisme beberapa strain mikroba dengan metabolisme saling
melengkapi. Jadi walaupun senyawa hidrokarbon dapat diuraikan oleh mikroba, tetapi belum
ditemukan mikroba yang berkemampuan enzimatik lengkap untuk penguraian hidrokarbon
secara sempurna.
Bakteri telah dimanfaatkan untuk mengatasi limbah minyak bumi di daerah kilang
minyak (terutama kilang minyak lepas pantai) atau pada kecelakaan kapal pengangkut minyak
bumi. Golongan Pseudomonas, seperti Pseudomonas putida mampu mengkonsumsi
hidrokarbon yang merupakan bagian utama penguraian hidrokarbon terdapat pada plasmid.
Bakteri yang mengandung plasmid rekombinan kultur dalam jerami dan dikeringkan. Jerami
berrongga yang telah berisi kultur bakteri kering dapat disimpan dan dikeringkan dapat
disimpan dan digunakan jika diperlukan. Pada jerami akan menyerap minyak dan bakteri akan
menguraikan tumpahan minyak itu menjadi senyawa yang tidak berbahya dan tidak
menimbulkan polusi.
Limbah pabrik yang banyak mengandung logam berat dapat dibersihkan oleh
mikroorganisme yang dapat menggunakan logam berat sebagai nutrient atau hanya menyerap
(imobilisasi) logam berat. Mikroorganisme yang dapat digunakan diantaranya adalah
Thiobacilus ferrooxidas dan Bacilus subtilis. Thiobacilus ferrooxidas mendapatkan energi
dari senyawa organik seperti bahan yang berguna asam fumarat dan besi sulfat. Bacillus
subtilis memiliki kemampuan mengikat logam berat seperti Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, Al, dan Fe
dalam bentuk nitrat. Limbah penambangan emas dan tembaga (tailing) yang banyak
mengandung logam berat terutama air raksa (Hg), industri logam dan penyamakan kulit
banyak menghasilkan limbah logam berat terutama cadmium (Cd), serta penggunaan pupuk
(misalnya pupuk fosfat) yang mengandung logam berat seperti Hg, Pb, dan Cd, sekarang
banyak menimbulkan masalah pencemaran logam berat. Logam berat dalam konsentrasi
rendah dapat membahayakan kehidupan karena afinitasnya yang tinggi dengan sistem enzim
dalam sel, sehingga menyebabkan inaktivasi enzim dan berbagai gangguan fisiologi sel.
Bakteria dapat menghasilkan senyawa pengkhelat logam yang berupa ligan berberat
molekul rendah yang disebut siderofor. Siderofor dapat membentuk kompleks dengan
logamlogam termasuk logam berat. Umumnya pengkhelatan logam berat oleh bakteri adalah
sebagai mekanisme bakteri untuk mempertahankan diri terhadap toksisitas logam. Bakteri
yang tahan terhadap toksisitas logam berat mengalami perubahan sistem transport di membran
selnya, sehingga terjadi penolakan atau pengurangan logam yang masuk ke dalam sitoplasma.
Dengan demikian logam yang tidak dapat melewati membran sel akan terakumulasi dan
diendapkan atau diserap di permukaan sel.
Untuk mengambil logam berat yang sudah terakumulasi oleh bakteri, dapat dilakukan
beberapa cara. Logam dari limbah cair dapat dipisahkan dengan memanen mikroba. Logam
yang berada dalam tanah lebih sulit untuk dipisahkan, tetapi ada cara pengambilan logam
menggunakan tanaman pengakumulasi logam berat. Tanaman yang termasuk sawi-sawian
(misal Brassica juncea) dapat digunakan bersama-sama dengan rhizobacteria pengakumulasi
logam (misalnya: Pseudomonas fluorescens) untuk mengambil logam berat yang mencemari
tanah. Selanjutnya logam yang telah terserap tanaman dapat dipanen dan dibakar untuk
memisahkan logam beratnya.
Plastik banyak kegunaannya tetapi polimer sintetik plastik sangat sulit dirombak
secara alamiah. Hal ini mengakibatkan limbah yang plastik semakin menumpuk dan dapat
mencemari lingkungan. Akhir-akhir ini sudah mulai diproduksi plastik yang mudah terurai.
Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen, polistiren, dan polivinil klorida.
Bahan-bahan tersebut bersifat inert dan rekalsitran. Senyawa lain penyusun plastik yang
disebut plasticizers terdiri: (a) ester asam lemak (oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan sebakat
serta turunan minyak tumbuhan, (b) ester asam phthalat, maleat, dan fosforat. Bahan
tambahan untuk pembuatan plastik seperti Phthalic Acid Esters (PAEs) dan Polychlorinated
Biphenyls (PCBs) sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya bagi lingkungan
walaupun dalam konsentrasi rendah.
Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri bakteri,
aktinomycetes, jamur dan khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers sebagai
sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang telah ditemukan mampu merombak polimer
plastiknya yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan mikroba yang
mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur Aspergillus niger,
A. Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp., Penicillium sp.,Trichoderma sp., Verticillium
sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri
Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp. dan Aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli.
Untuk dapat merombak plastik, mikroba harus dapat mengkontaminasi lapisan plastik
melalui muatan elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan komponen di dalam
atau pada lapisan plastik sebagai nutrien. Plasticizers yang membuat plastik bersifat fleksibel
seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan asam lemak lain cenderung mudah
digunakan, tetapi turunan asam phthalat dan fosforat sulit digunakan untuk nutrisi. Hilangnya
plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi rapuh, daya rentang meningkat dan daya
ulur berkurang.
Alkil Benzil Sulfonat (ABS) adalah komponen detergen, yang merupakan zat aktif
yang dapat menurunkan tegangan muka sehingga dapat digunakan sebagai pembersih. ABS
mempunyai Na-sulfonat polar dan ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian, ujung polar
ini menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap keluar (ke-air). Bagian
alkil dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang bercabang ABS-nya
lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga menyebabkan badan air berbuih.
Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C tersier memblokir beta-oksidasi pada alkil.
Hal ini dapat dihindari apabila ABS mempunyai alkil yang linier.
1. Virus pembasmi penyakit hama, seperti NPV (nuclear polyhidrosis virus), CPV
(Cytoplasmic polyhidrosis virus), dan GV (Granulosis virus) untuk mengendalikan
Lepidoptera. Baculovirus untuk mengendalikan Lepidoptera, Hymenoptera, dan diptera.
2. Bakteri yang dapat mengendalikan serangga hama, yang terkenal adalah Bacillus
thuringiensis (Bt). Bakteri ini dapat digunakan untuk mengendalikan Lepidoptera,
Hymenoptera, diptera, dan coleoptera. Bakteri ini dapat menghasilkan kristal protein toksin
yang dapat mematikan serangga hama. Selain itu ada bakteri lain seperti Pseudomonas
aeruginosa dan Proteus vulgaris untuk mengendalikan belalang, Pseudomonas septica dan
Bacillus larvae untuk hama kumbang, Bacillus sphaericus untuk mengendalikan nyamuk, dan
B. Moritai untuk mengendalikan lalat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil di atas kita bisa tarik kesimpulan bahwa mikrooganisme biatok dan
abiotik. Faktor biotik sendiri adalah manusia memiliki peran yang sangat kuat Baik
itu pengaruh untuk memusnakan atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan.
Makhluk hidup pada komponen tersebut memiliki kedudukan dan peran masing-
masing dalam lingkungan. Mereka juga dapat memengaruhi komponen abiotik
lainnya.Dalam lingkungan, setiap makhluk hidup tidak akan bisa hidup sendiri tapi
bergantung pada makhluk hidup lain dam sumber daya alam.
Daftar Pustaka
Grant, W.D., P.E Long. 1981. Environmental Microbiology. Blackie. Glasgow and London.
Ian L. Pepper, Charles P. Gerba, Terry J. Gentry. 2014. Environmental Microbiology. Penerbit
Academic Press.
Sri Pujianto, 2011. Buku Biologi Menjelajah Dunia Biologi I. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. Solo.