Anda di halaman 1dari 25

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

Dasar-dasar Mikrobiologi Lingkungan

Dosen Mata Kuliah : Dr. Dra. Syarifah Miftahul EL Jannah, M.BIOMED.

Kelas : 2 DIV A

Nama anggota : Kelompok 1

1. Muhammad Dimas Setiadi (P231335118037)


2. Winda Nurmala Sari (P231335118074)
3. Zahra Hanafa (P231335118080)

TINGKAT 2 PROGRAM STUDI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id

TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Mikrobiologi Lingkungan”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang diberikan oleh dosen
Mata Mikrobiologi Lingkungan. kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segala maaf, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap dirugikan dan lain-lain.
Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis senantiasa kami harapkan, baik dari
pembimbing maupun yang membaca makalah ini agar kami dapat memperbaiki diri.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikrobiologi lingkungan adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari
interaksi antara mikroorganisme, bumi, dan atmosfer. Mikrobiologi lingkungan
membahas antara lain mikrobiologi tanah dan udara, mikrobiologi limbah, dan
mikrobiologi akuatik. Mikrobiologi lingkungan diterapkan pada bidang pertanian,
industri, perikanan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Subjek utama mikrobiologi lingkungan adalah mikroorganisme.
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup terkecil di bumi, namun memegang
peranan penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Banyak sekali tipe mikroba
di bumi. Kita hanya mengetahuinya tidak lebih dari 1% dari jumlah spesies mikroba
di bumi. Mikroba berada di sekeliling kita, di udara, tanah, dan air. Dalam satu gram
tanah terdapat 1 miliar mikroba yang terdiri dari ribuan spesies

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Perkembangan Mikrobiologi
2. Tokoh-Tokoh yang Berjasa dalam Bidang Mikrobiologi
3. Pengertian dan Istilah yang Lazim Digunakan dalam Mikrobiologi
4. Cabang-Cabang Ilmu yang Berkaitan dengan Mikrobiologi

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui sejarah perkembangan ilmu mikrobiologi
2. Agar mahasiswa mengetahui siapa saja tokoh yang berperan dalam ilmu
mikrobiologi
3. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami istilah-istilah dalam ilmu
mikrobiologi
4. Agar mahasiswa mengetahui apa saja cabang dari ilmu mikrobiologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Mikrobiologi


Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, kata “mikros” artinya kecil, dan
“bios” artinya hidup serta “logos” artinya ilmu. Jadi, dapat ditarik kesimpulan arti dari
mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai makhluk hidup berukuran kecil
yang tidak bisa dilihat secara kasat mata biasa namun membutuhkan suatu benda
untuk bisa melihatnya yang kita kenal sebagai mikroskop dengan mencakup bakteri,
viro (virus) dan miko (jamur).
Sejarah perkembangan mikrobiologi ini sebelum ilmu pengetahuan sangat
panjang sampai akhirnya ditemukan dengan sempurna, yaitu
1. Penemuan Animalculus
Awal terungkapnya dunia mikroba adalah dengan ditemukannya mikroskop
oleh Antony van Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih
sangat sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek,
tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali.
Leeuwenhoek melakukan pengamatan tentang struktur mikroskopis biji,
jaringan tumbuhan dan invertebrata kecil, tetapi penemuan yang terbesar adalah
diketahuinya dunia mikroba yang disebut sebagai “animalculus” atau hewan kecil.
Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang sekarang diketahui sebagai protozoa,
algae, khamir, dan bakteri.
2. Teori Abiogenesis Dan Biogenesis
Penemuan animalculus di alam, menimbulkan rasa ingin tahu mengenai asal
usulnya. Menurut teori abiogenesis, animalculus timbul dengan sendirinya dari
bahan-bahan mati. Doktrin abiogenesis dianut sampai zaman Renaissance, seiring
dengan kemajuan pengetahuan mengenai mikroba, semakin lama doktrin tersebut
menjadi tidak terbukti. Sebagian ahli menganut teori biogenesis, dengan pendapat
bahwa animalcules terbentuk dari “benih” animalculus yang selalu berada di
udara. Untuk mempertahankan pendapat tersebut maka penganut teori ini
mencoba membuktikan dengan berbagai percobaan. Fransisco Redi (1665),
memperoleh hasil dari percobaannya bahwa ulat yang berkembang biak di dalam
daging busuk, tidak akan terjadi apabila daging tersebut disimpan di dalam suatu
tempat tertutup yang tidak dapat disentuh oleh lalat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ulat tidak secara spontan berkembang dari daging.
Percobaan lain yang dilakukan oleh Lazzaro Spalanzani memberi bukti yang
menguatkan bahwa mikroba tidak muncul dengan sendirinya, pada percobaan
menggunakan kaldu ternyata pemanasan dapat menyebabkan animalculus tidak
tumbuh. Percobaan ini juga dapat menunjukkan bahwa perkembangan mikrobia
di dalam suatu bahan, dalam arti terbatas menyebabkan terjadinya perubahan
kimiawi pada bahan tersebut.
Percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur juga banyak membuktikan
bahwa teori abiogenesis tidak mungkin, tetapi tetap tidak dapat menjawab asal
usul animalculus. Penemuan Louis Pasteur yang penting adalah (1) Udara
mengandung mikrobia yang pembagiannya tidak merata, (2) Cara pembebasan
cairan dan bahanbahan dari mikrobia, yang sekarang dikenal sebagai pasteurisasi
dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah cara untuk mematikan beberapa jenis mikroba
tertentu dengan menggunakan uap air panas, suhunya kurang lebih 62°C.
Sterilisasi adalah cara untuk mematikan mikroba dengan pemanasan dan tekanan
tinggi, cara ini merupakan penemuan bersama ahli yang lain.
3. Penemuan Bakteri Berspora
John Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukung
pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam
yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu,
ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan,
tetapi apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan
Tyndall ditemukan adanya fase termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri
melakukan pertumbuhan) dan termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap
panas).
Dari penyelidikan ahli botani Jerman yang bernama Ferdinand Cohn, dapat
diketahui secara mikroskopis bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat
membentuk endospora. Dengan penemuan tersebut, maka dicari cara untuk
sterilisasi bahan yang mengandung bakteri pembentuk spora, yaitu dengan
pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali atau dikenal sebagai
Tyndallisasi. Pemanasan dilakukan pada suhu 100°C selama 30 menit, kemudian
dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam, cara ini diulang sebanyak 3 kali. Saat
dibiarkan pada suhu kamar, bakteri berspora yang masih hidup akan berkecambah
membentuk fase pertumbuhan / termolabil, sehingga dapat dimatikan pada
pemanasan berikutnya.
4. Peran Mikroba Dalam Transformasi Bahan Organik
Suatu bahan yang ditumbuhi oleh mikroba akan mengalami perubahan
susunan kimianya. Perubahan kimia yang terjadi ada yang dikenal sebagai
fermentasi (pengkhamiran) dan pembusukan (putrefaction). Fermentasi
merupakan proses yang menghasilkan alkohol atau asam organik, misalnya
terjadi pada bahan yang mengandung karbohidrat.
Pembusukan merupakan proses peruraian yang menghasilkan bau busuk,
seperti pada peruraian bahan yang mengandung protein. Pada tahun 1837, C.
Latour, Th. Schwanndon, dan F. Kutzing secara terpisah menemukan bahwa zat
gula yang mengalami fermentasi alkohol selalu dijumpai adanya khamir.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan gula menjadi alkohol dan CO2
merupakan fungsi fisiologis dari sel khamir tersebut. Teori biologis ini ditentang
oleh Jj. Berzelius, J. Liebig, dan F. Wahler. Mereka berpendapat bahwa
fermentasi dan pembusukan merupakan reaksi kimia biasa. Hal ini dapat
dibuktikan pada tahun 1812 telah berhasil disintesa senyawa organik urea dari
senyawa anorganik.
Pasteur banyak meneliti tentang proses fermentasi (1875-1876). Suatu saat
perusahaan pembuat anggur dari gula bit, menghasilkan anggur yang masam.
Berdasarkan pengamatannya secara mikroskopis, sebagian dari sel khamir diganti
kedudukannya oleh sel lain yang berbentuk bulat dan batang dengan ukuran sel
lebih kecil. Adanya sel-sel yang lebih kecil ini ternyata mengakibatkan sebagian
besar proses fermentasi alkohol tersebut didesak oleh proses fermentasi lain, yaitu
fermentasi asam laktat. Dari kenyataan ini, selanjutnya dibuktikan bahwa setiap
proses fermentasi tertentu disebabkan oleh aktivitas mikroba tertentu pula, yang
spesifik untuk proses fermentasi tersebut. Sebagai contoh fermentasi alkohol oleh
khamir, fermentasi asam laktat oleh bakteri Lactobacillus, dan fermentasi asam
sitrat oleh jamur Aspergillus.
5. Penemuan kehidupan anaerob
Selama meneliti fermentasi asam butirat, Pasteur menemukan adanya proses
kehidupan yang tidak membutuhkan udara. Pasteur menunjukkan bahwa jika
udara dihembuskan ke dalam bejana fermentasi butirat, proses fermentasi menjadi
terhambat, bahkan dapat terhenti sama sekali. Dari hal ini kemudian dibuat 2
istilah, (1) kehidupan anaerob, untuk mikroba yang tidak memerlukan Oksigen,
dan (2) kehidupan aerob, untuk mikroba yang memerlukan Oksigen. Secara
fisiologis adanya fermentasi dapat digunakan untuk mengetahui beberapa hal.
Oksigen umumnya diperlukan mikroba sebagai agensia untuk mengoksidasi
senyawa organik menjadi CO2. Reaksi oksidasi tersebut dikenal sebagai
“respirasi aerob”, yang menghasilkan tenaga untuk kehidupan jasad dan
pertumbuhannya. Mikroba lain dapat memperoleh tenaga dengan jalan
memecahkan senyawa organik secara fermentasi anaerob, tanpa memerlukan
Oksigen.
Beberapa jenis mikroba bersifat obligat anaerob atau anaerob sempurna. Jenis
lain bersifat fakultatif anaerob, yaitu mempunyai dua mekanisme untuk
mendapatkan energi. Apabila ada Oksigen, energi diperoleh secara respirasi aerob,
apabila tidak ada Oksigen energy diperoleh secara fermentasi anaerob. Pasteur
mendapatkan bahwa respirasi aerob adalah proses yang efisien untuk
menghasilkan energi.
6. Penemuan Enzim
Menurut Pasteur, proses fermentasi merupakan proses vital untuk kehidupan.
Pendapat tersebut ditentang oleh Bernard (1875), bahwa khamir dapat memecah
gula menjadi alkohol dan CO2 karena mengandung katalisator biologis dalam
selnya. Katalisator biologis tersebut dapat diekstrak sebagai larutan yang tetap
dapat menunjukkan kemampuan fermentasi, sehingga fermentasi dapat dibuat
sebagai proses yang tidak vital lagi (tanpa sel). Pada tahun 1897, Buchner dapat
membuktikan gagasan Bernard, yaitu pada saat menggerus sel khamir dengan
pasir dan ditambahkan sejumlah besar gula, terlihat dari campuran tersebut
dibebaskan CO2 dan sedikit alkohol.
Penemuan ini membuka jalan ke perkembangan biokimia modern. Akhirnya
dapat diketahui bahwa pembentukan alkohol dari gula oleh khamir, merupakan
hasil urutan beberapa reaksi kimia, yang masing-masing dikatalisir oleh
biokatalisator yang spesifik atau dikenal sebagai enzim.
7. Mikroba Penyebab Penyakit
Pasteur menggunakan istilah khusus untuk mengatakan kerusakan pada
minuman anggur oleh mikrobia, yaitu disebut penyakit Bir. Ia juga mempunyai
dugaan kuat tentang adanya peran mikroba dalam menyebabkan timbulnya
penyakit pada jasad tingkat tinggi. Bukti-buktinya adalah dengan ditemukannya
jamur penyebab penyakit pada tanaman gandum (1813), tanaman kentang (1845),
dan penyakit pada ulat sutera serta kulit manusia. Pada tahun 1850 diketahui
bahwa dalam darah hewan yang sakit antraks, terdapat bakteri berbentuk batang.
Davaine (1863-1868) membuktikan bahwa bakteri tersebut hanya terdapat
pada hewan yang sakit, dan penularan buatan menggunakan darah hewan yang
sakit pada hewan yang sehat dapat menimbulkan penyakit yang sama.
Pembuktian bahwa antraks disebabkan oleh bakteri dilakukan oleh Robert Koch
(1876), sehingga ditemukan “postulat Koch” yang merupakan langkah-langkah
untuk membuktikan bahwa suatu mikroba adalah penyebab penyakit. Postulat
Koch dalam bentuk umum adalah sebagai berikut:
a) Suatu mikroba yang diduga sebagai penyebab penyakit harus ada pada setiap
tingkatan penyakit.
b) Mikroba tersebut dapat diisolasi dari jasad sakit dan ditumbuhkan dalam
bentuk biakan murni.
c) Apabila biakan murni tersebut disuntikkan pada hewan yang sehat dan peka,
dapat menimbulkan penyakit yang sama.
d) Mikrobia dapat diisolasi kembali dari jasad yang telah dijadikan sakit
tersebut.
8. Penemuan Virus
Iwanowsky menemukan bahwa filtrat bebas bakteri -(cairan yang telah
disaring dengan saringan bakteri)- dari ekstrak tanaman tembakau yang terkena
penyakit mozaik, ternyata masih tetap dapat menimbulkan infeksi pada tanaman
tembakau yang sehat. Dari kenyataan ini kemudian diketahui adanya jasad hidup
yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari bakteri (submikroskopik) karena
dapat melalui saringan bakteri, yaitu dikenal sebagai virus. Untuk membuktikan
penyakit yang disebabkan oleh virus, dapat digunakan postulat River (1937),
yaitu:
a) Virus harus berada di dalam sel inang.
b) Filtrat bahan yang terinfeksi tidak mengandung bakteri atau mikroba lain
yang dapat ditumbuhkan di dalam media buatan.
c) Filtrat dapat menimbulkan penyakit pada jasad yang peka.
d) Filtrat yang sama yang berasal dari hospes peka tersebut harus dapat
menimbulkan kembali penyakit yang sama.
9. Vaksinasi
Suatu usaha atau cara pencegahan suatu penyakit secara tidak langsung telah
dilakukan sebelum penemuan Koch. Pada 1796, Edward Jenner, seorang dokter
Inggris, memulai percobaan untuk menanggulangi penyebaran penyakit cacar
(smallpox). Penyakit tersebut membunuh hampir 90% orang di Eropa dan
Amerika. Jenner mendemonstrasikan menginokulasikan tubuh gadis kecil
berumur 8 tahun dengan bahan yang berasal dari sapi yang terkena cacar
(cowpox). Bekas cacar tersebut melepuh. Setelah beberapa hari gadis kecil
tersebut sedikit demam yang akhirnya sembuh dan tidak pernah terkena
cacar kembali. Proses menginokulasi bahan (vaksin) kedalam tubuh yang sehat
dikenal sebagai vaksinasi. Perlindungan atau proteksi terhadap penyakit dengan
melalui vaksinasi disebut immunisasi.
Pada 1880, Pasteur menemukan bagaimana mekanisme vaksinasi terjadi.
Pasteur menemukati kultur bakteri penyebab kolera yang disimpan lama di
laboratoriurn ternyata ke-hilangan kemampuan untuk menimbulkan penyakit
kehilangan virulensi atau mejadi avirulen. Bakteri yang avirulen ini dapat
menginduksi immunitas terhadap penyakit yang ditimbulkan bakteri virulen.
Pasteur memakai istilah vaksin untuk kultur mikroba yang avirulen digunakan
untuk inokulasi preventif
Beberapa vaksin telah berkembang akhir-akhir ini yang dibuat dari mikrobia
avirulen, atau mikrobia virulen yang telah dimatikan, dan dari komponen
yang diisolasi dari mikrobia virulen, atau melalui teknik rekayasa genetika
(teknik DNA rekombinan).
10. Lahirnya Kemoterapi moderen
Impian peluru ampuh (magic bullet) Kemoterapi adalah penyembuhan suatu
penyakit dengan menggunakan bahan kimia. Para ahli mikrobia berusaha
mendapatkan substansi yang dapat merusak mikrobia patoge-nik tanpa
menimbulkan kerusakan pada hewan atau manusia yang terinfeksi. Agensia kemo-
terapi meliputi obat sintetik, yang dibuat dari bahan kimia di laboratorium dan
antibiotika, se-nyawa kimia dihasilkan oleh bakteri atau jamur benang.
Keberhasilan kemoterapi didasarkan pada suatu kenyataan bahwa senyawa kimia
pada umumnya bersifat lebih beracun terhadap mikrobia daripada terhadap inang
yang terinfeksi.
Paul Ehnlich (1910) menemukan senyawa kimia yang dapat merusak patogen
tanpa membahayakan inangnya yang disebut sebagai peluru ampuh (magic bullet),
yaitu senyawa kimia yang mengandung derivat arsenat yang disebut salvarsan.
Senyawa ini dipakai untuk memberantas penyakit syphilis. Senyawa kimia lain
yang dipakai sebagai peluru ampuh ada-lah obat sulfonamida pada 1930
Quinine adalah derivat arsenal yang diekstrak dari pohon kina untuk
mengobati malaria.
Alexander Fleming (1928) berhasil mengidentifikasi jamur benang yang dapat
meng-hambat pertumbuhan bakteri, yaitu Penicillium notatum dengan melepaskan
penisilin. Penisi-lin adalah antibiotika yang dihasilkan oleh jamur benang. Ren
Dubos (1939) menemukan dua macam antibiotika, yaitu gramisidin dan tirosi-
din. Kedua antibiotika tersebut dihasilkan oleh bakteri tanah, Bacillus brevis.
Permasalahan yang timbul kemudian adalah adanya mikrobia yang resistan
terhadap antibiotika: Resistensi terhadap antibiotika ini akibat respon adptasi
yang memungkinkan suatu mikrobia menjadi toleran terhadap mikrobia
sampai pada jumlah tertentu. Perubahan ini disebabkan karena mikrobia
menghasilkan ensim yang dapat menonaktifkan antibiotika. Penemuan terkini
me-nyatakan bahwa Staphylococcus aureus dan Enterococcus faecalis resistan
terhadap van-komisin. Keadaan ini mengundang perhatian para ahli kesehatan
karena beberapa penyakit infeksi kemungkinan tidak dapat diperlakukan dengan
antibiotika.
Sejarah Penemuan Obat Fenol
Tahun 1861 dia jadi ahli bedah di rumah sakit Kerajaan Glasgow, kedudukan
yang dijabatnya selama delapan tahun. Di rumah sakit ini Lister mendapat tugas di
blok baru barak operasi. Di sini dia dikejutkan oleh tingginya angka kematian.
Infeksi serius seperti kelumpuhan bagian anggota badan karena kekurangan
penyaluran darah merupakan kejadian umum setelah operasi berlangsung.
Lister mencoba menjaga agar barak senantiasa dalam keadaan bersih, namun
angka kematian masih tetap tinggi. Banyak dokter menganggap uap udara tak
sehat yang keluar dari tanah "miasmas" (noxious vapors) yang berada di sekitar
rumah sakitlah yang menjadi penyebabnya. Pendapat ini tidak memuaskan Lister.
Pada tahun 1865 Lister membaca sebuah makalah yang diterbitkan oleh
kimiawan Perancis, Louis Pasteur yang pembusukan dan fermentasi makanan
disebabkan oleh mikroorganisme yang ada di udara. Pasteur menyarankan tiga
metode untuk menghilangkan mikro-organisme yang merusak yakni dengan:
filtrasi, paparan panas, atau paparan kimia. Lister memahami kesimpulan Pasteur
dengan bereksperimen sendiri dan memutuskan untuk menggunakan temuannya
untuk mengembangkan teknik "antiseptik" untuk luka. dari ketiga metode yang
pasteur sarankan, Lister bereksperimen dengan yang ketiga.
Friedlieb Runge (1797-1867) menemukan "creosote", yang kemudian diolah
menjadi Carbolik acid (asam karbol). Meskipun Runge tidak memiliki
pemahaman tentang bagaimana dekomposisi terjadi, namun asam karbol telah
digunakan untuk mengobati kayu yang digunakan untuk menghubungan kereta api
dan kapal untuk melindungi kayu dari pembusukan. Kemudian digunakan untuk
mengobati limbah di Inggris, Belgia dan Belanda. Bahan kimia yang sama juga
digunakan untuk melawan parasit dan mengurangi bau selama wabah kolera dan
wabah ternak.
Carbolik acid (asam karbol) yang ditemukan oleh Friedlieb Runge, dicoba
Lister dengan menyemprotkannya pada instrumen, sayatan bedah, dan pakaian.
Lister menemukan bahwa larutan asam karbol yang diseka pada luka sangat
mengurangi kejadian gangren, infeksi. Pada bulan Agustus 1865, Lister merendam
sepotong benang yang dicelupkan dalam larutan asam karbol untuk diseka ke luka
dari seorang anak sebelas tahun di Glasgow Infirmary, yang telah menderita patah
tulang. Setelah empat hari, ia menemukan bahwa tidak ada infeksi yang
berkembang pada luka tersebut, dan enam minggu dia kagum karena tulang anak
itu telah menyatu kembali. Hasil percoban Lister tentang antiseptik dalam
pembedahan diterbitkan dalam The Lancet dalam serangkaian 6 artikel, berjalan
dari bulan Maret sampai Juli 1867.
Ia memerintahkan ahli bedah di bawah tanggung jawabnya untuk memakai
sarung tangan bersih dan mencuci tangan mereka sebelum dan setelah operasi
dengan 5% larutan asam karbol. Instrumen juga dicuci dalam larutan yang sama
dan asisten disemprotkan dalam ruang operasi. Salah satu saran tambahan adalah
untuk berhenti menggunakan bahan-bahan alami berpori dalam pembuatan
pegangan instrumen medis.
Sejarah Penemuan Amoxicillin
Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam golongan turunan dari
penicillin semisintetik yang stabil dalam suasana asam, kerja bakterisidanya
seperti ampicilin. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran
pencernaan makanan, tidak tergantung adanya makanan dan setelah 1 jam
konsentrasi dalam darah tinggi. Amoxicillin diabsorpsi lebih baik dari pada
ampicilin . amoxcicilin terutama diekskresikan melalui ginjal, dalam air kemih ,
amoxcicilin terdapat dalam bentuk aktif.
Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara
mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya.
Lapisan ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu melindungi bakteri dari
perubahan lingkungan dan mejaga agar tubuh bakteri tidak bercerai berai. Bakteri
tidak akan mampu bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicicilin sangat
efektif untuk beberapa bakteri seperti Bacillus antharacis, Enterocococus, E.coli,
Pneumococci, Streptococci, dan beberapa strain dari Staphylococci.
Sejarah Penemuan Penicillin
Sejarah modern penelitian penisilin dimulai dengan sungguh-sungguh pada
tahun 1870-an, di Inggris. Sir John Scott Burdon-Sanderson, yang memulai di
Rumah Sakit St. Mary (1852–1858) dan kemudian bekerja di sana sebagai dosen
(1854–1862), mengamati bahwa cairan kultur yang dilapisi jamur tidak akan
menghasilkan pertumbuhan bakteri . Penemuan Burdon-Sanderson mendorong
Joseph Lister , seorang ahli bedah Inggris dan bapak antisepsis modern, untuk
menemukan pada tahun 1871 bahwa sampel urin yang terkontaminasi oleh jamur
juga tidak memungkinkan pertumbuhan bakteri. Lister juga menggambarkan aksi
antibakteri pada jaringan manusia dari spesies jamur yang disebutnya Penicillium
glaucum. Seorang perawat di Rumah Sakit King's College yang luka-lukanya
tidak menanggapi antiseptik tradisional kemudian diberi zat lain yang
menyembuhkannya, dan pendaftar Lister memberitahunya bahwa itu disebut
Penicillium. Pada tahun 1874, dokter Welsh William Roberts, yang kemudian
menciptakan istilah " enzim ", mengamati bahwa kontaminasi bakteri umumnya
tidak ada dalam kultur laboratorium Penicillium glaucum. John Tyndall
menindaklanjuti pekerjaan Burdon-Sanderson dan menunjukkan kepada Royal
Society pada tahun 1875 aksi antibakteri dari jamur Penicillium. Pada saat ini,
Bacillus anthracis telah terbukti menyebabkan antraks, demonstrasi pertama
bahwa bakteri tertentu menyebabkan penyakit tertentu.
Pada tahun 1877, ahli biologi Prancis Louis Pasteur dan Jules Francois Joubert
mengamati bahwa kultur basil anthrax, ketika terkontaminasi dengan jamur, dapat
berhasil dihambat. Beberapa referensi mengatakan bahwa Pasteur
mengidentifikasi strain tersebut sebagai Penicillium notatum. Namun, Pemburu
Mikroba 1926 karya Paul de Kruif menggambarkan insiden ini sebagai
kontaminasi oleh bakteri lain dan bukan oleh jamur. Pada tahun 1887, Garré
menemukan hasil yang serupa. Pada tahun 1895, Vincenzo Tiberio , seorang
dokter Italia di University of Naples , menerbitkan penelitian tentang jamur di
sumur air di Arzano yang menunjukkan aksi antibakteri.
Dua tahun kemudian, Ernest Duchesne di École du Service de Santé Militaire
di Lyon secara independen menemukan sifat penyembuhan dari cetakan
Penicillium glaucum , bahkan menyembuhkan marmut yang terinfeksi tipus . Dia
menerbitkan disertasi pada tahun 1897 tetapi diabaikan oleh Institut Pasteur.
Duchesne sendiri menggunakan penemuan yang dibuat sebelumnya oleh anak-
anak lelaki Arab yang stabil, yang menggunakan jamur untuk menyembuhkan
luka pada kuda. Dia tidak mengklaim bahwa jamur tersebut mengandung zat
antibakteri, hanya bahwa jamur itu entah bagaimana melindungi hewan. Penisilin
yang diisolasi oleh Fleming tidak menyembuhkan tifus sehingga tetap tidak
diketahui zat mana yang bertanggung jawab atas penyembuhan Duchesne.
Di Belgia pada tahun 1920, Andre Gratia dan Sara Dath mengamati
kontaminasi jamur pada salah satu kultur Staphylococcus aureus yang
menghambat pertumbuhan bakteri. Mereka mengidentifikasi jamur sebagai
spesies Penicillium dan menyajikan pengamatan mereka sebagai kertas, tetapi
hanya mendapat sedikit perhatian. Seorang ilmuwan Institut Pasteur , Kosta Rika
Clodomiro Picado Twight, juga mencatat efek antibiotik Penicillium pada tahun
1923.
Cara Pengendalian dengan Disinfektan
Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba dalam
mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil kerugiannya.
Mikroba selain memberikan keuntungan juga dapat member kerugian pada
manusia berupa penyakit atau racun. Pengendalian mikroba bertujuan mencegah
penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang
terinfeksi dan mencegah pengrusakan serta pembusukan bahan oleh mikroba. Cara
pengendalian mikroba dapat dilakukan secara aseptik, desinfeksi dan steril.
Teknik aseptik merupakan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh hasil
yang akurat dalam suatu percobaan yaitu dengan menghindarkan percobaan dari
mikroorganisme yang dapat mengontaminasi produk menjadi produk yang tidak
diinginkan. Teknik aseptik dapat dilakukan dengan menyemprot alkohol pada
tangan dan mengelap meja percobaan sebelum memulai kegiatan mikrobiologi
(Hadioetomo 1993). Desinfektan merupakan bahan yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan steril merupakan kondisi
mutlak akibat penghancuran dan penghilangan mikroorganisme hidup
(Dwidjoyoseputro 1989).
Aktivitas antibakteri dalam pengendalian mikroba dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak
membunuh mikroba) dan aktivitas bakterisidal (dapat membunuh mikroba dalam
jumlah banyak). Sifat aktivitas antibakteri suatu zat ditentukan berdasarkan
jumlah konsentrasinya dan mekanisme kerja antibakteri. Beberapa zat yang dapat
memberi efek bakteriostatik ialah sulfonamide, trimetoprim dan sulfon, sedangkan
zat bakterisidal diantaranya penisilin, sefalosporin dan vankomisin (Supriadi
2006).
Contoh zat antibakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai pengendali mikroba
ialah klorin dan khitosan. Klorin atau Sodium Hipoklorit (NaOCl) memiliki
bentuk cair, sedangkan klorin dalam bentuk padat ialah Kalsium Hipoklorit
(CaOCl2)atau disebut juga kaporit. Menurut Sinuhaji (2009), klorin dimanfaatkan
sebagai pemutih, penghilang noda maupun desinfektan.
Bahan lain yang dapat digunakan sebagai antibakteri ialah khitosan. Bahan
khitosan merupakan biopolimer turunan kitin, yaitu senyawa yang banyak
ditemukan pada eksoskeleton krustasea laut seperti udang, kepiting dan lobster.
Khitosan dapat digolongkan sebagai bakterisidal karena kemampuan mengubah
permeabilitas dinding sel atau transport aktif dinding sel bakteri hingga
mengalami lisis (Herliana 2010).
Beberapa bahan alami mengandung senyawa-senyawa yang dapat berperan
sebagai zat antibakteri, misalnya kunyit, bawang putih, belimbing wuluh, dan
garam. Senyawa fenolik curcumin yang berasal dari kunyit (Curcuma longa)
bersifat antifarmasi dan antioksidan (Rustam et al. 2007). Bawang putih memiliki
senyawa alisin yang mampu menghambat pertumbuhan Salmonella typhimurium
dan hampir sama efektif dengan penisilin (Saleh et al. 2006). Belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi Linn) mengandung saponin pada batang, flavonoid pada buah
dan tannin pada daun. Ketiga senyawa tersebut berperan aktif dalam menghambat
bakteri (Sari 2011). Garam cenderung menghambat aktivitas proteolitik dan
berfungsi menurunkan ketersediaan air bebas sehingga keseimbangan osmotik sel
bakteri terganggu (Heruwati 2002).

B. Tokoh-Tokoh yang Berjasa dalam Bidang Mikrobiologi


Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam bidang mikrobiologi:
1. Anthony Van Leeuwenhoek (1632-1723) menciptakan mikroskop sederhana yang
terdiri dari satu lensa yang dapat mencapai pembesaran 200 kali.
2. Louis Pasteur (1822-1895) adalah seorang ahli kimia dari Perancis yang
menemukan prinsip-prinsip dasar yang berkaitan dengan sifat hidup mikroba
antara lain masalah fermentasi. Proses fermentasi adalah proses biologis/ bukan
proses kimiawi dimana mikroba yang berperan adalah ragi.
3. Robert Koch (1843-1910) adalah seorang dokter dari Jerman yang menemukan
dan menerangkan dengan jelas kaitan dan peranan mikroba sebagai penyebab
penyakit. Salah satu postulat yang telah ia susun saat itu dikenal dengan Postulat
Koch. Ia menemukan metoda isolasi, pemisahan, pembuatan preparat dan
identifikasi biakan mikroba secara murni (1881). Salah satu asisten Koch
menemukan cawan petri.
4. Fransisco Redi (1626-1697) adalah seorang dokter dari Italia yang membanah
teori abiogenesis.
5. Spallanzani (1729-1799)
6. Fracastorius (1478-1553) menyebutkan tentang dasar-dasar perpindahan dan
penyebaran jasad penyebab penyakit.
7. Kircher (1602-1680) tentang perpindahan dan penyebaran jasad penyebab
penyakit.
8. Panum (1820-1885) merupakan penemu penyakit campak.
9. Budd (1811-1880) mengenai epidemi kolera di Asia.
10. Gram (1844) menemukan sistem pewarnaan bakteri sehingga bakteri terbagi
menjadi dua kelompok besar, gram positif dan gram negatif.
11. Chamberland (1877) menemukan sterilisasi sistem saringan.
12. Iwanowski (1892) penemu TMV (Tobacco Mosaic Virus)
13. Peneliti-peneliti lain di bidang pengembangan virus yaitu Buist (1887), Negri
(1903), Ricketts (1906), Woodruff dan Goodpasture (1930), Stanley (1937).
14. Domogk (1934) penemuan obat-obat sulfa untuk infeksi bakteri.
15. Fleming, Florey, Chain (1945) penemuan antibiotika penisilin, Walesman (1952
penemuan antibiotika streptomisin, Stanley (1946) penemuan protein virus secara
murni, Enders, Weller, dan Beadle (1954 penemuan virus poliomyetilitis yang
berguna dalam pembuatan vaksin polio.

C. Pengertian dan Istilah yang Lazim Digunakan dalam Mikrobiologi


Daftar istilah yang lazim dalam Mikrobiologi

1. Mikrobiologi : studi organisme hidup yang secara individual terlalu kecil untuk
dilihat tanpa bantuan mikroskop; cabang ilmu biologi yang mempelajari tantang
kehidupan jasad renik; ilmu yang mempelajari tentang kehidupan mikroba secara
umum, baik yang memiliki sifat sebagai parasit amupun yang berguna bagi
kehidupan manusia.
2. Mikroorganisme/Mikroorganisma/Mikrob/mikroba : bentuk kecil kehidupan;
secara individual terlalu kecil untuk dilihat tanpa bantuan mikroskop.
3. Isolasi : pemisahan dua atau lebih populasi sehingga mereka tidak dapat saling
mengawini; memisahkan mikroorganisme dari campurannya.
4. Isolat : biakan murni pertama yang dibuat dari sumber segar aslinya.
5. Kultur/Biakan : penanaman atau pemeliharaan sel atau jaringan dalam suatu
laboratorium.
6. Kultur murni : biaakan mikroorganisme yang hanya mengandung satu spesies
tunggal didalamnya.
7. Inkubasi : penjaga biakan dalam kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan.
8. Inokulasi :proses dimasukannya kuman atau bahan efektif ke dalam jarinagn
hidup; proses pemasukan bakteri, virus atau vaksin ke dalam tubuh yang
dilakukan melalui luka atau suatu alat yang digoreskan pada kulit tanapa
menimbulkan infeksi.
9. Inokulum : bahan yang mengandung mikroba yang akan dimasukan ke dalam
inang.
10. Aseptis : babas dari imfksi; terhindar dari gangguan mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit.
11. Sepsis : ststus yoksis atau sakit yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme yang masuk setalah berkontak dengan jaringan yang
menghasilkan pus atau nanah.
12. Steril/Suci hama : tidak dapat berkembangbiak baik secara seksual maupun
aseksual; suci hama atau bersih dari kuman atau lingkungan.
13. Sterilisasi : proses pemusnahan atau pembasmian keseluruhan mikroba dan
organisme lain tang hidup dalam lingkungan atau material dengan menggunakan
cara-cara fisik atau menggunakan bahan kimia.
14. Pasteurisasi : pemanasan untuk membinasakan mikroorganisme patogen; cara
membunuh kuman patogen tanpa merusak bahan; caranya pemanasan hingga
62,9° C selama 30 menit (bertahan) atau pemanasan sampai 71,6° C selama tidak
kurang dari 15 detik. Pemanasan ini dilanjutkan dengan pendinginan cepat.
15. Agar : derivate polisakarida dari rumput laut; digunakan sebagai bahan pemadat
dalam medium bakteriologi.
16. Tyndalisasi : sterilisasi fraksi; pendekatan terhadap uap panas selama 30 menit
setiap hari selama hari berturut-turut untuk mematikan sel-sel vegetative.
17. Kontaminasi : pencemaran yang disebabkan masuknya unsure-unsur lain dalam
tubuh; proses masuknya suatu substansi atau mikrob atau virus atau unsure lain
dalam suatu medium.
18. Aerob : membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
19. Anaerob : hidup dalam ketiadfaan oksigen atmosfir.
20. Fakultatif anaerob : makhluk yang hidup secara aerob, tetapi dapat juga hidup
secara anaerob jika tidak ada oksigen; organisme yang dapat menggunakan
oksigen bebas atau dapat tumbuh secara anaerob.
21. Mikroaerofilik : mikroorganisme yang hidup paling baik pada tekanan oksigen
yang dikurangi.
22. Medium/media : substansi hara yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme; substansi ini mungkin berupa medium cairan atau medium
padat yang talah ditambahkan agar.
23. Koloni : mikroorganisme yang berkambang dari sel tunggal atau kelompok sel;
dapat dilihat dengan mata biasa pada medium setengah padat.
24. Streak method inoculation/Inokulasi cara gores : proses dimasukkannya kuman
atau bahan efektif kedalam jaringan dengan cara gores; meremajakan kultur
dengan medium baru.
25. Pour plate method/Metode tuang : prosedur yang diraka untuk mendapatkan
koloni terpisah secara atau pada cawan agar hara. Proses ini terdiri atas inokulasi
biakan kedalam medium agar hara mencair yang dingin. Pencampuran dan
penuangan (kemudian penuangan) kedalam cawqan petri agar memadat. Biakan
dapat diencerkan apabila diperlukan dengan memindahkan alikuot dari tabung
agar yang mencair ke yang lain sebelum penuangan ke cawan.
26. Spred plata method/ Metode sebar : metode didalam penumbuuhan
mikroorgamnisme didalam nedia agar dengan menuangkan stok kultur bakteri
atau menghapuskannya diatas media agar yang telah memadat. Kelebihan metode
ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian
permukaan media agar.
27. Bakteri/Kuman : mikroorganisme bersel satu, prokarion, dan umumnya tidak
berklorofil dan dapat berkembangbiak secara cepat dengan cara menbalah diri;
berdasarkan bentuknya bakteri dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu
bakteri berbentuk batang, bulat dan spiral.
28. Archaebaccteria : domain yang anggotanya prokariotik yang bias hidup
dilingkungan yang ekstrim.
29. Virus : parasit intrasel obligat yang tidak mempunyai komponen-komponen
tertentu yang mutlak diperlukan untuk replikasinya sendiri dan harus bergantung
kepada sel inang untuk mendapatkan factor-faktor yang tidak dimilikinya; tidak
mempunyai system pmbangkit ATP dan ribosom untuk sintesis protein.
30. Actinomycetes : sejenis bakteri yang berbentuk seperti jamur, selnya panjang dan
bersususn membentuk cababg-cabang.
31. Kapang/mold/fungus : jamur yang hidup sebagai saprofit yang menghasilkan
lender; jamur yang berukuran kecil dengan miselium dan spora yang jelas.
32. Yeast/khamir : jamur-jamur yang berkembangbiak dengan tunas kecambah;
jamur mikroskopis yang terdapat sebagai sel-sel sederhana yang bebas,
umpamanya S. cerevisal.
33. Antagonisma : kerja yang saling berbalasan dimana salah stu menguatkan dan
yang lain melemahkan suatu proses.
34. Antibiosis : hubungan antara dua makhluk hidup yang berbeda jenis dimana jenis
yang satu menghambat pertumbuhan jenis yang lain; penghambatan
perkembangan suatu populasi karana pembentukan racun oleh populasi lain.
35. Antibiotik : zat organic yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat atau membunuh mukroorganisme yang menyerang manusia dan
hewan; senyawa yang dihasilkan sutu mikroorganisme dalam kadar rendah yang
mampu merusak perkenbangbiakan mikroorganisme lain.
36. Antiseptis : zat yang terdapat didalam jarinagn makhluk hidup yang berfungsi
untuk menghambat atau menghancurkan mikroorganisme; zat yang digunakan
pada permukaan jarinag yang digunakkan untuk menahan pertumbuhan
mikroorganisme.
37. Antiseptik : bahan kimia yang mencegah pertumbuhan, dengan menghambat
pertumbuhan atau memusnahkan mikroorganisme; digunakan untuk bagian tubuh
terutama kulit.
38. Autotrof : organisme yang dapat memenuhi bahan makanannya sendiri dengan
cara mensintasis dari bahan anorganik.
39. Heterotrof : organisme yang hanya ,mampu menggunakan matari organic mkhlik
hidup lain sebagai bahan baku makannannya.
40. Lisis (Lysis) : peristiwa hancurnya sel yang disebabkan oleh hancur atau larutnya
selaput plasma dan keluarnya isi sel; penghancuran atau pemecahan sel.
41. Gram positif : memperletakkan bakteri yang memiliki dinding sel peptidoglikan
tebal yang akan tetap menahan pewarnaan Gram awal sewaktu dicuci dengan
alcohol 95 persen.
42. Gram negative : memperletakkan bakteri yang memiliki dinding sel peptidoglikan
molekul tunggal yang terikat pada satu sisis oleh membrane sitoplasma dan pada
yang lain oleh membrane luar; sel semacam itu dilunturkan warnanya dengan 95
persen alcohol selama prosedur pewarnaan Gram.
43. Gram variable : suatu besaran yang harganya dapat bervariasi atau berubah pada
sutu situasi dalam sejenis pewarnaan dalam mikrobiologi untuk mewarnai bakteri.
44. Fermentasi : peragian, prose penguraian makanan oleh jamur dan bakteri yang
berlangsung dalam keadaan anaerob ( tidak memerlukan oksigen dari udara
bebas ) dengan bantuan enzim; pemecahan senyawa organic oleh mikroba yang
berlangsung dalam suasana anaerob dengan menghsilkan energy.
45. CFU (Colony Forming Unit) : satuan pertumbuhan koloni-koloni unit; untuk
mengetahui populasi bakteri.
46. Pewarnaan (Staining) : suatu metode persiapan dengan menggunakan metal berat
seperti timah, uranium, atau tungsten untuk menguraikan electron gambar
sehingga menghasilkan kontras antara struktur yang berlainan dimana khususnya
materi biological banyak yang warnanya nyaris transparan terhadap electron
(objek fase lemah).
47. Kurva pertumbuhan : representasi pertumbuhan populasi dalam pertumbuhan
biakan.
48. Fiksasi : suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak
realistic (seperti kenyataan) dengan menggunakan glutaraldehid dan osmium
tetraksida.
49. Bakteriofag : sejenis virus yang menyerang dan menghancurkan bakteri.
50. Bakterioklorofil : klorofil bakteri yang dapat melakukan fotosintesis.
51. Basil : bakteri gilig atau berbentuk batang, bakteri ini tersusun mandiri dan ada
yang tersusun secara kelompok.
52. Kokus : bakteri yang memiliki bentu bulat atau hamper bulat.
53. Spiral : bakteri yang berbentuk spiral.
54. Hifa : komponen dasar penyusun jamur; setiap lembar benang penyusun tubuh
jamur.
55. Miselium : kumpulan hifa pada jamur yang berfungsi untuk menyerap bahan
makanan (organic) dari lingkungan tempat hidup jamur; anyaman hifa yang
membentuk talus jamur.
56. Spora : alat perkembangbiakan yang terdiri atas satu atau beberapa sel yang
dihasilkan dengan cara seksual atau aseksual oleh jamur dan tumbuhan rendah.
57. Prokaryot : organisme bersel tunggal yang memiliki struktur sederhana, tidak
memiliki mitikondria dan alat golgi serta nucleus.
58. Eukaryot : organisme yang selnya mengandung nucleus yang jelas dari
sitoplasma yang dipisahkan oleh membrane.
59. Jarum inokulasi : membuat kultur dengan metode tusukan.
60. Jarum ose : sebagai alat untuk mengambil koloni bakteri ke medium yang akan
digunakan.
61. Cawan petri : berbentuk seperti gelas kimia yang berdinding sangat rendah.
Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas. Berfungsi sebagai wadah menimbang
dan menyimpan bahan kimia, mikrobiologi.
62. Postulat Koch : empat criteria yang dirumuskan Robert Koch (1884). Isi postulat
Koch adalah : Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit,tidak
pada yang sehat;Organisme yang harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan
dalam kultur murni; Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit;
Organisme tersebut di isolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut.
63. Vaksin : bibit penyakit yang telah dilemahkan dan digunakan sebagai vaksin; zat
cair yang mengandung patogen yang sudah dilemahkan.
64. Plasmid : material yang bukan merupakan bagian kromosom yang bersifat turun-
temurun, dapat memperbanyak diri sendiri yang banyak digunakan dalam
percobaab-percobaan DNA rekombinan sebagai penerima DNA asing.
65. Vaksinasi : memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan kedalam tubuh
manusia atau binatang dengan cara menggores atau melalui jarum suntik dengan
tujuan untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit; pencegahan
penyakit melalui imunisasi dengan cara memberikan vaksin secara oral atau
melalui suntikan.
66. Motil : memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan.
67. Glikolisis : penguraiangu;la dalam proses metabolism; penguraian glukosa dalam
keadaan anaerob menjadi asam laktat atau asam piruvat.
68. Disinfeksi : pembasmian mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.
69. Disinfektan : zat kimia yang digunakan untuk melakukan disinfeksi kimia.
70. Termofilik : organisme yang suhu pertumbuahan optimumnya biasanya diatas 45°
C atau 50° C; beberapa mungkin timbul pada suhu diatas 85° C; menyenangi
panas.

D. Cabang-Cabang Ilmu yang Berkaitan dengan Mikrobiologi


Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak
dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi,
kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan
arkeologi.
1. Bidang mikrobiologi berdasarkan orientasinya (Taksonomi)
a) Virologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pengembangan-
kelompok jasad yang termasuk virus.
b) Bakteriologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pembagian-
kelompok jasad yang termasuk bakteri.
c) Mikologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pembagian-
kelompok jasad yang termasuk fungi atau jamur.
d) Algologi atau Fikologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan
pembagian- kelompok jasad yang termasuk alga atau ganggang.
e) Protozoologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pembagian-
kelompok jasad yang termasuk protozoa atau hewan bersel satu.
2. Bidang mikrobiologi berdasarkan Problema Dasar:
a) Ekologi Mikroba: ilmu yang mempelajari penyebaran dan assosiasi-
kehidupan mikroba dengan lingkungannya.
b) Fisiologi Mikroba: ilmu yang mempelajari sifat-sifat faal mikroba.
c) Kimia/ biokimia Mikroba: ilmu yang mempelajari bentuk dan sifat kimia/
biokimia mikroba.
d) Genetika Mikroba: ilmu yang mempelajari sifat-sifat turunan, kebakaan
mikroba.

3. Terapan
a) Mikrobiologi Kesehatan: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan
mikroba di bidang kesehatan (penyakit, imunisasi dll)
b) Mikrobiologi Sanitasi: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan
mikroba di bidang sanitasi (termasuk bidang kebersihan)
c) Mikrobiologi Makanan: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan
mikroba di dalam bahan-makanan, baik yang mendatangkan keuntungan
(misal di dalam proses pembuatan) ataupun yang mendatangkan kerugian
(misal di dalam proses pembusukan dan kerusakan)
d) Mikrobiologi Pasca-Panen: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan
mikroba pada masa pasca-panen (pertanian pangan, tanaman industri,
tanaman obat dll)
e) Mikrobiologi Industri: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan
mikroba di bidang industri, baik yang menguntungkan (di dalam proses)
ataupun yang merugikan (menghambat proses,toksikasi dll)
f) Mikrobiologi Analitik: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan
mikroba yang harus dianalisis kehadirannya di dalam suatu bahan ataupun
habitat.
g) Mikrobiologi Geologi dan Pertambangan: ilmu yang mempelajari bentuk,
sifat dan peranan mikroba di bidang pertambangan dan geologi.
h) Mikrobiologi Kesenjataan: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan
mikroba di dalam sistem kesenjataan (misal bidang kesenjataan NUBIKA:
Nuklir, Biologi dan Kimia).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa mikrobiologi berasal dari
bahasa Yunani, kata “mikros” artinya kecil, dan “bios” artinya hidup serta “logos”
artinya ilmu. Jadi, dapat ditarik kesimpulan arti dari mikrobiologi adalah ilmu yang
mempelajari mengenai makhluk hidup berukuran kecil yang tidak bisa dilihat secara
kasat mata biasa namun membutuhkan suatu benda untuk bisa melihatnya yang kita
kenal sebagai mikroskop dengan mencakup bakteri, viro (virus) dan miko (jamur).
Dapat kita ketahui juga sejarah perkembangan ilmu mikrobiologi dari penemuan
animalculus sampai penemuan vaksin.
Dari pemabahasan diatas juga kita dapat mengetahui para ilmuwan yang sudah
berperan dalam mengembangkan ilmu mikrobiologi dari yang sederhana sampai ke
banyak cabang ilmu seperti yang sudah dibahasn diatas juga yang berhubungan
dengan cabang-cabang ilmu mikrobiologi.
DAFTAR PUSTAKA

http://mikrobiologi-fikri.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-mikrobiologi_19.html
https://www.academia.edu/8450220/II._SEJARAH_PERKEMBANGAN_MIKROBIOLOGI
http://biarpadatahu.blogspot.com/2011/04/15-tokoh-mikrobiologi-ternama.html
https://chyrun.com/daftar-istilah-dan-artinya-dalam-mikrobiologi/
https://apipah.com/cabang-cabang-ilmu-mikrobiologi.html
https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_penicillin
https://astutipage.wordpress.com/2012/02/08/pengendalian-mikroba-zat-antibakteri/

Anda mungkin juga menyukai