Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MIKROBIOLOGI

ASAL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada ibu dosen dan teman-teman yang
telah membimbing serta berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Singaraja, 07 Desember 2018


Penuls

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii


BAB I Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II Pembahasan 3

2.1. Sejarah penemuan mikroba 3

2.2. Evolusi kimiawi 7

2.3. Evolusi bakteri 7

2.4. Metode identifikasi dan klasifikasi mikroba 8

2.5. Sistem taksonomi 9

BAB III Penutup 12

3.1. Kesimpulan 12

3.2. Saran 12

Daftar Pustaka 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
 Mikrobiologi merupakan ilmu tentang mikroorganisme, yang mencakup
bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel
tunggal maupun kelompok sel, termasuk kajian virus yang bersifat mikroskopik
meskipun bukan termasuk sel.

Mikroba terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari


permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut
terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air
sungai, selokan, kolam atau air sawah. Mikroba terdapat di tempat di mana
manusia hidup. Terdapat di udara yang kita hirup, pada makanan yang kita
makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam
rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan tubuh
yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal (Entjang, 2003).
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal itu
nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman,
menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada
kematian. Mikroorganisme pun dapat mencemari makanan dan menimbulkan
perubahan-perubahan kimiawi di dalamnya, membuat makanan tersebut tidak
dapat dimakan atau bahkan beracun. Kerusakan yang ditimbulkan juga dapat
terjadi pada berbagai bahan seperti kain (tekstil), kulit; struktur berkayu seperti
pilar jembatan, rumah-rumah, instalasi listrik yang terbuat dari plastik serta
bahan-bahan organik lainnya bahkan pula bahan bakar jet (Pelczar dan Chan,
1988).

Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena


mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar

1
sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan
terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang
kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah
dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan
dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk
perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah
ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang besar, mudah
ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat
(Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme
memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang
menguntungkan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah penemuan mikroba?
2. Bagaimana asal mula terjadinya Teori Abiogenesis dan Biogenesis?
3. Bagaimana evolusi kimiawi mikroba?
4. Bagaimana evolusi bakteri?
5. Bagaimana metode identifikasi dan klasifikasi mikroba?
6. Bagaimana sistem taksonomi mikroba?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan sejarah penemuan mikroba.
2. Menjelaskan evolusi kimiawi mikroba.
3. Menjelaskan evolusi bakteri.
4. Menjelaskan metode identifikasi dan klasifikasi mikroba.
5. Menjelaskan sistem taksonomi mikroba.
1.4. Manfaat
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah penemuan mikroba.
2. Untuk mengetahui bagaimana evolusi kimiawi mikroba.
3. Untuk mengetahui bagaimana evolusi bakteri.
4. Untuk mengetahui metode identifikasi dan klasifikasi mikroba.

2
5. Untuk mengetahui sistem taksonomi mikroba.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penemuan Mikroba
Sejak awal sejarah, manusia telah mengetahui faktor-faktor yang terlibat
dalam masalah penyakit. Beberapa bukti menunjukkan hal tersebut, antara lain di
India sekitar tahun 2800 SM masyarakat berbudaya, Kepulauan Orkney (Scotland),
Pulau Crete dan Lembah Eufrat telah membuat saluran pembuangan limbah cair
rumah tangga. Di Roma pada awal abad ke-4 M telah didirikan jamban umum di
pusat-pusat aktivitas penduduk. Adapun kertas toilet (tisu) sudah digunakan di Cina
pada abad ke-6 M dan di Eropa orang menggunakan jerami atau daun-daun kering
untuk hal yang sama. Kebudayaan Mohenjo-Daro dan Harappa di Lembah Indus
telah mengenal saluran air dari tanah liat sejak sekitar 2700 SM, sedangkan pipa
berbahan logam digunakan di Mesir pada sekitar 2500 SM dan istana Knossos di
Crete sekitar 2000 SM. Sejak permulaan tahun Masehi, Roma telah membangun
tandon air untuk keperluan sumber air bersih dan distribusinya dilakukan dengan
pipa-pipa berbahan timah. Pemahaman tentang penularan penyakit ternyata tidak
mendapat perhatian sepenuhnya. Hingga hari ini terbukti bahwa sekitar 15 juta anak-
anak mati setiap tahun karena penyakit infeksi yang sebenarnya dapat dicegah dengan
perbaikan sanitasi, imunisasi, dan penanganan medik yang sederhana.

Ukuran mikroba yang sangat kecil menjadi kendala manusia untuk


mengenalinya. Sebelum ditemukannya mikroskop mungkin manusia telah
mengetahui cendawan atau koloni bakteri yang tumbuh pada bahan makanan,
tetapi pemahamannya masih sangat terbatas. Pada tahun 1665 Robert Hooke
menggunakan alat bantu yang mampu melihat struktur sel dan cendawan, tetapi

3
masih belum mampu melihat sel bakteri. Bidang mikrobiologi lingkungan sendiri
dimulai dari hasil pengamatan Anthony van Leeuwenhoek yang dipublikasikan
pada tahun1676 melalui surat beserta gambar-gambar yang dikirim ke Royal
Society di London. Lensa Anthony yang merupakan mikroskop sederhana terdiri
dari lensa tunggal yang mampu melihat hingga perbesaran 300-500. Dengan
perbesaran tersebut memungkinkan melihat algae, protozoa, dan bakteri yang
dikatakan sebagai “animalcula” atau “hewan kecil” yang dapat hidup dan
berkembang biak pada air hujan, air sumur, air laut, dan salju yang meleleh.
Meskipun sudah ditemukan mikroskop, tetapi pemahaman tentang hubungan
mikroba dengan penyakit tetap tertutup hingga 200 tahun kemudian. Berbagai
pengamatan Leeuwenhoek didasarkan pada pengujian sampel dari lingkungan
yang dipelihara pada botol wine, mangkuk atau botol. Wadah pemeliharaan
semacam itulah yang kemudian dikenal sebagai lingkungan buatan atau
mikrokosmos. Selanjutnya rumusan mikrokosmos berlaku pula bagi fermentor
modern dan struktur lingkungan buatan di lingkungan seperti waduk atau
lapangan golf. Terjadinya dan penyebaran penyakit infeksi yang disebabkan oleh
sanitasi yang buruk telah disadari oleh Ignaz Semmelweis. Ia seorang dokter
yang bekerja di rumah sakit bersalin di Wina, Austria. Pada tahun 1841 ia
memulai karier untuk menjalankan rumah sakit bersalin, dia melihat bahwa
tingkat kematian ibu dan bayi sangat tinggi, serta 18% dari kematian berasal dari
infeksi darah oleh Streptococcus. Menurutnya seorang dokter ikut berperan
dalam terjadinya infeksi. Dengan pernyataannya itu dia dipecat dan terpaksa
harus bekerja di tempat lain. Pada tempat yang baru dia menerapkan standar
sanitasi yang lebih baik dengan mengharuskan dokter mencuci bersih tangan
dengan disinfektan dan berganti baju operasi. Hasilnya menunjukkan tingkat
kematian turun sebesar dua per tiga.Meskipun sudah ditemukan mikroskop dan
diketahui adanya organisme yang sangat kecil, paham Generasi Spontan atau
Abiogenesis tetap hadir. Pada tahun 1859, bapak mikrobiologi modern Louis
Pasteur dengan percobaannya menggunakan tabung gelas leher angsa yang
menghubungkan udara luar dengan bejana berisi kaldu yang sudah direbus,

4
menunjukkan tidak ada pertumbuhan mikroba meskipun diinkubasi beberapa
bulan. Hasil penelitian ini mematahkan paham Generasi Spontan untuk selama
-lamanya.

Masalah baru muncul dengan terjadinya pertumbuhan mikroba meskipun


kaldu sudah direbus. Belakangan diketahui bahwa penyebabnya adalah spora yang
mampu bertahan pada suhu tinggi. Fanny Angelina Eilshemius
lahir pada tahun 1850 dari keluarga imigran Belanda. Pada tahun 1874 menikah
dengan dokter Jerman, Walther Hesse yang bekerja pada laboratorium Koch pada
tahun 1881. Hesse mempelajari bakter yang berhubungan dengan kesehatan
masyarakat dan metabolisme bakteri dibantu oleh istrinya. Ketika itu media untuk
pertumbuhan bakteri menggunakan gelatin sebagai bahan pemadat, kesulitan timbul
ketika Hesse ingin mengetahui jumlah mikroba udara pada saat musim panas karena
gelatin meleleh. Eilshemius mendapatkan informasi dari tetangganya, seorang migran
dari Jawa saat di New York, bahwa mereka membuat puding dari agar yang tidak
meleleh meskipun udara sangat panas. Eilshemius mengusulkan untuk mencoba
menggunakan agar sebagai agen pemadat dan ternyata hasilnya sangat memuaskan.
Agar menjadi pengganti gelatin yang menakjubkan karena beberapa nilai komparatif
yang dimiliki, yaitu:

a. tidak beracun
b. meleleh pada suhu 100 dan membeku pada suhu sekitar 45
c. tidak bersifat toksik pada organisme lain
d. stabil pada suhu sterilisasi
e. secara fisiologis cukup tahan karena jarang ada mikroba mampu
menghidrolisis agar.
Dengan ditemukannya agar sebagai agen pemadat media pertumbuhan
mikroba, maka perkembangan mikrobiologi semakin pesat. Pada era tahun 70-an
mikrobiologi lingkungan mulai diperkenalkan dengan fokus perhatian pada
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Hal ini terus berkembang hingga
mencakup bidang yang luas dan berkaitan dengan bidang ilmu lainnya. Adapun

5
yang paling erat kaitannya yaitu ekologi mikroba. Meskipun erat kaitannya,
tetapi kedua bidang ilmu tersebut memiliki sudut pandang dan tujuan yang
berbeda. Perbedaan utama antara ekologi mikroba dan mikrobiologi lingkungan
yaitu bahwa mikrobiologi lingkungan merupakan ilmu terapan yang mengacu
pada kenyataan bagaimana kita memahami manfaat kehadiran mikroba di alam.
Berdasarkan hal tersebut secara spesifik Hurst et al.(1997) mendefinisikan bahwa
mikrobiologi lingkungan merupakan studi tentang keberadaan mikroba pada
lingkungan alami maupun buatan. Adapun ekologi mikroba yaitu ilmu yang
mempelajari interrelasi atau interaksi antara mikroba dengan lingkungannya baik
lingkungan biotik maupun abiotik. Menurut Maier et al. (1999) mikrobiologi
lingkungan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengaruh penerapan
mikroba pada lingkungan, aktivitas, kesehatan, dan kesejahteraan manusia.
Dengan demikian mikrobiologi lingkungan harus dapat menerima keterlibatan
manusia dalam mengatur dan memanipulasi aktivitas mikroba.

2.2. Teori Abiogenesis dan Biogenesis


Teori Abiogenesis

Menurut teori ini, kehidupan terjadi secara spontan dan berasal dari
materi tak hidup. Teori ini, beranggapan bahwa kehidupan berawal dari benda
mati. Misalnya, tikus berasal dari tumpukan sampah dan belatung berasal dari
daging yang membusuk. Teori abiogenesis ini disebut juga teori generatio
spontanea Teori abiogenesis ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles (384–
332 SM). Dengan ditemukannya mikroskop, teori ini semakin didukung.  ohn
eedham adalah orang yang mendukung teori ini. Pada pertengahan 1700, ia
melakukan percobaan dengan memanaskan kaldu untuk membunuh semua
mikroorganisme yang ada. Kemudian, ia menuangkan air kaldu ke dalam tabung
reaksi dan menutupnya dengan gabus. Dalam beberapa hari, tabung dipenuhi
oleh bakteri. Ia menyim- pulkan bahwa bakteri dibentuk dari sisa-sisa

6
mikroorganisme yang mati oleh panas sebelumnya. Dari percobaan tersebut, ia
menyimpulkan bahwa teori abiogenesis adalah benar.

Teori Biogenesis

Munculnya teori biogenesis merupakan bantahan atas teori abiogenesis.


Para pendukung teori ini di antaranya  Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan
Louis Pasteur. Teori biogenesis menyatakan bahwa kehidupan berasal dari
kehidupan sebelumnya. Untuk mendukung pernyataan ini, dilakukan percobaan
oleh para pendukung teori biogenesis.

Francesco Redi (1626–1697) melakukan percobaan terhadap sekerat


daging dalam stoples (Gambar 6.1). Stoples A diisi dengan sekerat daging dan
stoples B diisi dengan sekerat daging yang ditutup oleh kain kasa rapat. Setelah
beberapa hari, stoples A banyak dihinggapi lalat dan muncul banyak belatung
kecil. Adapun pada stoples B tidak ditemukan belatung pada daging yang
membusuk. Hasil ini disimpulkan oleh Redi bahwa diperlukan lalat untuk
menghasilkan belatung. Belatung pada daging tersebut berasal dari telur lalat

Francesco Redi melakukan percobaan pertama untuk membuktikan teori biogenesis

Pada percobaan Lazzaro Spallanzani (1729–1799) digunakan air kaldu


seperti percobaan Needham. Spallanzani merebus air kaldu dalam tabung I dan II
lebih lama dibandingkan percobaan yang dilakukan Needham, selama satu jam.

7
Hal ini untuk memastikan terbunuhnya semua mikroorganisme dalam kaldu.
Setelah dipanaskan, labu I dibiarkan terbuka, sedangkan labu II ditutup dengan
cara memanaskan ujung botol. Setelah beberapa hari, labu I dipenuhi oleh
bakteri, adapun pada labu II tetap tidak ada pertumbuhan bakteri.

Percobaan Needham, dan Spallanzani

Percobaan Spallanzani ini diperbarui oleh percobaan Louis Pasteur


menggunakan labu leher angsa. Hal ini dikarenakan kritikan para pendukung
teori abiogenesis terhadap percobaan Spallanzani. Mereka menyatakan bahwa
percobaan yang dilakukan Spallanzani menghancurkan “komponen penyokong
kehidupan” dengan tidak adanya udara  dan pemanasan berlebih (Mclaren
Rotundo, 1985: 30). Oleh karena itu, Pasteur menggunakan labu leher angsa.

8
Percobaan yang dilakukan pada 1861 ini, berhasil menumbangkan teori
abiogenesis. Labu leher angsa yang dipanaskan tetap dapat memungkinkan udara
masuk ke dalam labu, tetapi tidak ada mikroorganisme yang hidup setelah
beberapa hari. Melalui percobaan ini, Louis Pasteur membuktikan bahwa
terdapat mikroorganisme di udara, air, dan tanah, yang dapat menyebabkan
kontaminasi pada air kaldu. Berdasarkan hasil percobaan, berkembanglah teori
biogenesis yang menyatakan bahwa:

omne vivum e vivo, semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya

omne ovum e vivo, semua telur berasal dari makhluk hidup; dan

omne ovum e ovo, semua makhluk hidup dari telur

2.3 Evolusi Kimiawi


Diperkirakan bahwa dalam lautan purba, molekul organik ini saling bereaksi
antar satu dengan yang lainnya dan membentuk bahan organik yang kompleks seperti
asam amino, asam lemak, gula, serta nyawa organik kompleks lainnya. Pembentukan
molekul organik dari molekul anorganik sederhana inilah yang disebut dengan
eevolusi kimiawi. Berikut merupakan gambar tentang eksperimen Urey dan Miller.

9
Dari eksperimen tersebut, terbukti bahwa molekul yang sederhana bereaksi
satu sama lain untuk membentuk asam amino sederhana dan sejumlah senyawa
organik. Sejak eksperimen awal ini, para ahli menggunakan loncatan bunga listrik,
sinar ultra violet, sinar x, elektron energi tinggi dan suhu tinggi untuk menghasilkan
molekul organik dari campuran senyawa yang sudah ada di atmosfer. Dari
eksperimen ini, sebanyak 20 asam amino yang umumnya dijumpai pada protein yang
dapat diproduksi. Hasil penelitian para ahli lain menunjukkan bahwa asam amino
yang dipanaskan akan membentuk protenoid. Sidney Fox berhasil mensintesis
protenoid yang mengandung 40-100 asam amino sederhana dengan memanaskan
asam amino kering. Bila air mendidih ditambahkan pada protenoid akan terbentuk
mikrosfer. Di antara mikrosfer, ada yang menunjukkan kemiripan dengan bakteri
berbentuk kokus. Mikrosfer mewakili struktur yang tumbuh dari protenoid dan daapat
memperbanyak diri dengan tunas atau membelah. Perbanyakan dengan tunas atau
membelah merupakan karakteristik pada bakteri sekarang ini. Enzim dan aktivitas
lainnya yang berkaitan dengan kehidupan sel dideteksi dalam protenoid.
Diduga mikrosfer dibentuk di lautan dann danau pada bumi primitif dan
protenoid bertindak sebagai katalis dalam pembentukan protein baru. Protein yang

10
disintesis bila ditambahkan pada mikrosfer akan menyebabkan mereka tumbuh dan
kemudian membelah. Beberapa protein katalis akhirnya membentuk membran
primitif yang mirip pada sel prokaryotik saat ini. Sel yang mirip mikrosfer ini disebut
dengan progenot yang belum mengandung DNA atau RNA. Sel yang mengandung
RNA sebagai pembawa informasi genetik dikenal sebagai eugenot. Baru sesudahnya,
berkembang prokaryotik awal dengan DNA sebagai pembawa informasi genetic.
Diperkirakan bahwa prokaryotic purba menjalankan fungsi seperti yang dijumpai
pada prokaryotik sekarang ini termasuk di antaranya eubacteria, sianobakteria dan
arkhaebakteria.
2.4 Evolusi Bakteri
Mikrofosil yang mirip dengan bakteri dijumpai pada stromatolit di
Australia Barat. Mikrofosil ini merupakan indikasi bahwa makhluk hidup
pertama yang penghuni bumi adalah sel prokaryotik. Setelah prokaryotik muncul
dibumi, mereka berkembang dengan cepat. Prokaryotik menggunakan berbagai
nutrient dan secara drastis mengubah lingkungan. Sebagai contohnya bakteri
fotosintetik mengubah H2S dan CO2 menjadi sulfat dan bahan organik,
sedangkan sianobakteri mengubah H2S dan CO2 menjadi O2 dan bahan organik.
Akhirnya O2 terakumulasi di atmosfer dan mempengarahui evolusi mikroba ke
arah respirasi aerobik. Molekul oksigen di atmosfer merupakan factor penting
sebagai penyebab berkembangnya sel eukaryotik kira-kira 1,5 milyar tahun yang
lalu. Ada dua hipotesis yang coba menjelaskan mekanismen terjadinya sel
eukaryotik dari sel prokyatik yaitu hipotesis simbiotik dan hipotesis poliferasi
membran. Hipotesis simbiotik menjelaskan bahwa organela sel eukaryotik
seperti nukleus, mitokondria, kloroplas, dan flagella berasal dari bakteri yang
saling membentuk hubungan simbiosis, yakni bakteri yang satu berada dalam
bakteri yang lain.
2.5 Metode identifikasi dan klasifikasi mikroba
Ada beberapa aspek dari sel yang dapat digunakan untuk identifikasi dan
menentukan hubungan antara makhluk hidup. Sebagai contohnya sel dapat
diklasifikasikan dan diidentifikasi berdasarkan genom, protein, komponen sel, dan

11
morfologi (struktur). Ciri umum yang dipakai untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasi mikroba yaitu :
1. Komposisi basa nitrogen
Susunan nukleotida pada DNA genom untuk setiap mikroba dapat digunakan
untuk melihat kesamaan. Biasanya yang dibandingkan adalah prosentase
kandungan guanine (G) dan Cytosin (C) % G + C. Semakin dekat
nilainya, maka semakin erat pula hubungan mikroba yang dibandingkan.
2. Hibridisasi DNA
Kemiripan DNA antara dua mikroba dapat pula dibandingkan dengan cara
hibridisasi. Semakin hiomolog DNA yang dimiliki,maka semakin dekat
hubungan kekebaratan diantara mikroba. Cara ini dilakukan dengan bantuan
teknik pengklonan gen dan metode perbandingan RELP (Restriction Fragment
Length Polymorphysms)
3. Pencirian dengan bakteriofage
Bakteriofage (virus bakteri) umumnya menyerang bakteri tertentu. Karena itu
untuk pengidentifikasian suatu bakteri dapat dilakukan dengan menguji apakah
dapat diinfeksi oleh bakteriofage tertentu atau tidak.
4. Serologi
Beberapa bakteri dapat diindentifikasi dengan bantuan reaksi
antibody.Apabila antibody dapat bereaksi dengan bakteri yang diuji maka sel
akan mengalami aglutinasi,dimana hasi agultinasi ini dapat dipakai untuk
mengidentifikasi bakteri berdasarkan antibody yang digunakan.
5. Pirolisi
Mikroba ditumbuhkan pada media yang terkontrol lalu sel mikroba
dipirolisiskan (dibakar sampai gas terlepas) lalu dianalisis dengan
kromatograph gas atau spektrometri. Komponen penyusun sel yang terlepas
sebagai gas akan menunjukkan puncak-puncak pada kromatogram.
6. Morfologi dan fisiologi
Sifat morfologi yang dapat digunakan mencakup bentuk sel,bentuk
koloni,sifat pengecatan, adanya spora, serta susunan dan letak flagella. Sifat

12
fisiologi yang dapat digunakan mencakup kemampuan untuk memfermentasi
karbohidrat, kemampuan tumbuh dalam medium tertentu,reduksi umsur tertentu
dan membentuk pigmen.
2.6 Sistem taksonomi
Pada dasarnya, sistem klasifikasi makhluk hidup yang dikenal sampai
sekarang ini dapat dibedakan dalam 4 macam.
1. Sistem Linnaeus menggolongkan makhluk hidup berdasarkan ciri utama
anatomis dan fisiologis, misalnya tumbuhan diklasifikasikan berdasarkan sistem
organ reproduksinya.
2. Sistem klasifikasi yang umum digunakan dalam mikrobiologi adalah sistem
artifisial (utilitarian) yang disebut juga sistem dengan fenetik. Dalam sistem ini,
mereka yang memiliki bentuk dan sifat fisiologis yang sama belum tentu dekat
kekerabatannya. Walaupun demikian, sistem ini sangat berguna dalam
mengidentifikasi mikroba dengan menggunakan sifat yang dapat ditentukan
secara langsung.
3. Sistem filogenetik mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan jauh
dekatnya hubungan kekerabatan secara evolusi antara takson yang satu dengan
yang lain dan mencerminkan gambaran urutan-urutan perkembangan makhluk
hidup menurut sejarah genetiknya. Selain sifat-sifat morfologi dan fisiologis,
sebagai dasar klasifikasi, digunakan pula pertimbangan-pertimbangan lain,
seperti misalnya sifat-sifat yang bagaimanakah yang harus dipandang primitif
dan sifat-sifat yang bagaimanakah yang harus dipandang lebih maju ditinjau dari
segi filogenis. Kadang-kadang sistem ini menggolongkan makhluk hidup seperti
sistem Linnaeus.
4. Sistem numerik ialah sistem klasifikasi yang didasarkan atas kuantifikasi
kesamaan dan perbedaan sifat yang diukur. Masing-masing sifat diukur lalu
ditentukan jarak taksonomis antara sesama makhluk hidup berdasarkan jumlah
sifat yang sama dengan total jumlah sifat yang dibandingka. Sistem numerik
yang rumit memerlukan bantuan komputer untuk menganalisis datanya. Hasil
analisis ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup. Dalam

13
mikrobiologi, sistem numerik dapat dilakukan dengan menggunakan data pirolis
karena konsentrasi komponen kimiawi dapat dibandingkan antara bakteri yang
satu dengan bakteri yang lain..

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa 
1. Secara spesifik Hurst et al.(1997) mendefinisikan bahwa mikrobiologi
lingkungan merupakan studi tentang keberadaan mikroba pada lingkungan
alami maupun buatan.
2. Diperkirakan bahwa dalam lautan purba, molekul organik ini saling bereaksi
antar satu dengan yang lainnya dan membentuk bahan organik yang
kompleks seperti asam amino, asam lemak, gula, serta nyawa organik
kompleks lainnya. Pembentukan molekul organik dari molekul anorganik
sederhana inilah yang disebut dengan eevolusi kimiawi.
3. Mikrofosil merupakan indikasi bahwa makhluk hidup pertama yang
penghuni bumi adalah sel prokaryotik.
4. Ciri umum yang dipakai untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi
mikroba yaitu : komposisi basa nitrogen, hibridisasi DNA, pencirian dengan
bakteriofage, serologi, pirolisi, morfologi dan fisiologi.
5. Pada dasarnya, sistem klasifikasi makhluk hidup yang dikenal sampai
sekarang ini dapat dibedakan dalam 4 macam, yakni sistem linnaeus, sistem
klasifikasi, sistem filogenetik, sistem numeric.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui materi mikrobiologi mengenai asal mula dan klasifikasi mikroba dan juga
memahami tentang sejarah mikroba, evolusi kimiawi, evolusi bakteri, metode
identifikasi dan klasifikasi mikroba dan sistem taksonomi, agar mahasiswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dari materi mikrobiologi ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
Agus, M. 2014. Anatomi dan Morfologi Bakteri, Jamur & Bakteri. Dalam :
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/category/kajian-klasifikasi-mikroba/.
Diakses pada 7 Desember 2018.
Ristiati, N.P. 2014. Mikrobiologi Umum. Denpasar. Denpasar. Udayana University
Press.
file:///C:/Users/toshiba/Downloads/Documents/BAB__I_PENDAHULUAN.pdf
file:///C:/Users/toshiba/Downloads/Documents/BIOL4326-M1.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai