Anda di halaman 1dari 31

TUGAS ILMU DASAR KEPERAWATAN 2

Bakteri Mycobacterium leprae


Dosen Pengampu : Pak Mahyarudin, M.Si

DISUSUN OLEH :

Asih Islamiati I1031181001


Elly Kuwanti I1031181002
Sofila I1031181004
Yunita Eriska I1031181006
Dewi Safa Oktarini I1031181015
Ina Supiani I1031181016
Adiska Dian Pratiwi I1031181023
Serly Novita Sari I1031181024
Putri Ananda Amalia I1031181030
Mutiara T. H. Rizaldi I1031181035
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas limpahan


nikmat yang selalu dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya. Atas berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan Judul “Bakteri Mycobaterium leprae” ini
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif
dengan buku dan jurnal sebagai sumber primer, serta media internet sebagai
sekunder atau pendukung. Makalah ini disusun secara sistematis sesuai aturan
penulisan makalah pada umumnya.

Makalah ini menyajikan serangkaian konsep dengan materi bakteri. Pokok


bahasan yang dalam buku berisi tentang konsep dasar bakteri, klasifikasi bakteri,
bentuk-bentuk bakteri, siklus dari bakteri dan penjabaran mengenai bakteri
Mycobacterium leprae. Tidak lupa Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Mahyarudin, M.Si., selaku dosen pengampu atas segala nasehat dan dukungannya
dalam penulisan makalah ini. Penyusunan makalah ini akan terus disempurnakan.
Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaaan makalah ini. Permohonan maaf juga kami haturkan apabila
mempunyai kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam eksplorasi di
dunia kesehatan khususnya mengenai bakteri.

Pontianak, 14 Maret 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bakteri ............................................................................................ 4


2.2 Ciri-ciri Bakteri ................................................................................................ 4
2.3 Struktur Bakteri ............................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi Bakteri ............................................................................................ 8
2.5 Taksonomi Bakteri ......................................................................................... 11
2.6 Bakteri Gram Positif dan Negatif ................................................................. 13
2.7 Reproduksi Bakteri ........................................................................................ 15
2.8 Peranan Bakteri dalam Kehidupan .............................................................. 18
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian dari Mycobacterium leprae.......................................................... 20


3.2 Karakteristik dan Klasifikasi dari Mycrobacterium leprae......................... 20
3.3 Proses Mycobacterium leprae Menimbulkan Penyakit Kusta ................... 22
BAB IV PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 26


5.2 Saran ................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat
atau batang, Bakteri adalah organisme prokariotik uniseluler yang hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian
menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat
itu, ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari
bakteri disebut bakteriologi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak
jumlahnya dan tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri
memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga
lautan (Sri Maryati, 2007).
Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Bakteri memiliki ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya.
Bakteri adalah organisme uniseluler, prokariot, dan umumnya tidak memiliki
klorofil. Ukuran tubuh bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12 mikron sampai
yang panjangnya ratusan mikron. Bakteri dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Bakteri yang paling renik adalah
Mycoplasma yang berukuran 0,12 mikron. Sebaliknya bakteri terbesar adalah
Thiomargarita yang berukuran 200 mikron. Bentuk dasar bakteri beraneka
ragam, yaitu kokus (bulat), basil (batang), dan spirilia (spiral). (Sri Maryati,
2007)
Berbagai kasus penyakit di masyarakat Indonesia akibat bakteri yang
menyebabkan kecacatan hingga kematian. Faktor penyebab karena rendahnya
kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan rumah dan pola hidup sehari-
hari. Terdapat suatu penyakit yang memberikan stigma yang sangat besar pada
1
masyarakat, yaitu penyakit kusta oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Penyakit
ini sangat ditakuti, bukan karena menyebabkan kematian melainkan lebih
banyak menyebabkan cacat permanen yang ditimbulkannya. Pada penderita
kusta seorang penderita tidak hanya menderita karena penyakitnya saja, tetapi
juga menyebabkan penderitaan psikis dan sosial seperti dijauhi atau dikucilkan
oleh masyarakat. (Awaludin, 2004)
Lepra (penyakit Morbus Hansen/kusta) adalah infeksi menahun yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyebabkan kerusakan
pada kulit dan sistem saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis),
kulit, selaput lendir hidung, buah zakar dan mata.Penyakit ini berkembang
perlahan-lahan (dari enam bulan sampai 40 tahun) dan dapat menyebabkan
lesi pada kulit hingga menjadikan seseorang menjadi cacat.Penyakit Lepra
biasanya didapatkan pada tempat yang paling sering lebih dingin dari pada
tubuh (misalnya, mata, hidung, telinga, tangan, kaki, dan testis).
Kuman kusta biasanya menyerang saraf tepi kulit dan jaringan tubuh
lainnya. Penyebab penyakit kusta ialah suatu bakteri yang disebut
Mycobaterium leprae. Sumber penularan penyakit ini adalah penderita kusta
multibasiler atau kusta basah. Bila basil Mycobacterium leprae masuk ke dalam
tubuh seseorang, dapat timbul gejala klinis sesuai dengan kerentanan orang
tersebut. Bentuk tipe klinis tergantungpada sistem imunitas seluler penderita.
Sistem imunitas seluler baik akan tampak gambaran klinis ke arah tuberkuloid
(termasuk dalam
tipe kusta pausibasiler), sebaliknya system imunitas seluler rendah memberikan
gambaran lepromatosa. Multibasiler berarti mengandung banyak basil yaitu tipe
lepromatos (Hiswani, 2001:1, Kosasih dkk, 2007:75).

2
1.2 Rumusan Masalah

1 Apa yang dimaksud dengan Mycobacterium leprae?


2 Bagaimana karakteristik dan klasifikasi dari Mycobacterium leprae?
3 Bagaimana Proses Mycobacterium leprae dalam menimbulkan penyakit
Kusta?
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Mycobacterium leprae
2 Untuk mengetahui apa saja karakteristik dan klasifikasi dari Mycobacterium
leprae
3 Untuk mengetahui proses bagaimana Mycobacterium leprae dalam
menimbulkan penyakit kusta

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bakteri


Bakteri merupakan organisme uniseluler, nukleoid atau tidak memiliki
membran inti, tidak berklorofil, saprofit atau parasit, pembelahan biner,
termasuk protista. Protista dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Prokariotik meliputi bakteri, alga biru hijau.
b. Eukariotik melipuuti jamur, ganggang, lumut, protozoa.
Table perbedaan antara prokariotik dan eukariotik

Salah satu yang menarik terjadi pada tahun 1997, yaitu ketika Heide Schulz
menemukan bakteri yang mempunyai ukuran cukup besar untuk dapat dilihat
menggunakan mata telanjang, dengan lebar 0,2 µm, bakteri tersebut disebut
Thiomargarita namibiensis, hidup dalam lumpur di pantai Afrika dan
mengkonsumsi hidrogen sulfid yang toksik terhadap hewan – hewan yang
bertempat tinggal di lumpur.
Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bakteri. Orang
yang konsisten mempelajari bakteriologi adalah bakteriologis. Perkembangan
bakteriologi diawali penelitian pertama oleh Leeuwenhoek dari kerokan gigi,
diawali dengan penemuan bakteri patogen secara reguler. Beberapa pendahulu
bakteriologis, seperti Pasteur, meneliti tentang bakeri dalam makanan dan
lingkungan.

2.2 Ciri-ciri Bakteri


Ciri-ciri dari bakteri adalah sebagai berikut:
a. Merupakan prokariotik (inti sel bakteri tidak memiliki membran inti) dan
tidak memiliki klorofil

4
b. Pada umumnya bakteri adalah heterotrof dan dapat hidup sebagai saprofit
atau parasit, tetapi ada beberapa bakteri yang dapat membuat makanan sendiri
yang disebut bakteri autotrof
c. Pada setiap sel bakteri, terdapat tiga komponen yaitu sel dinding, plasma
membran dan sitoplasma
d. Memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan yaitu suatu molekul
yang mengandung rangkaian disakarida dan ikatan peptide
e. Mempunyai organel sel mengandung ribosom yang mengandung satu jenis
RNA polymerase
f. Membran plasmanya mengandung lipid dan ikatan ester
g. Pada umumnya bakteri memiliki kapsul yang terdiri atas polisakarida yang
berguna untuk melindungi diri dari fagositosis. Bakteri yang berkapsul biasanya
lebih dari patogen pada yang tidak memiliki kapsul
h. Beberapa bakteri dapat membentuk biofilm yang berguna untuk
mempertahankan diri jika diperlukan
i. Sitoplasma bakteri terdiri atas protein, lemak, lemak, ion organik,
kromatofora dan juga organel kecil yang disebut ribosom dan asam nukleat
sebagai penyusun DNA dan RNA
j. Reproduksi vegetatif dengan membelah diri dan generatif dengan Paraseksual
k. Beberapa bakteri dapat menghasilkan spora yang sangat tahan terhadap
bahan kimia dan tekanan fisik sehingga mampu mendukung terhadap
lingkungan yang sangat rumit seperti kondisi kering, pemanasan dan kondisi
asam.
2.3 Struktur Bakteri
A. Struktur Utama di Luar Dinding Sel
1. Flagella

Merupakan tonjolan filamentous untuk pergerakan atau motitiltas. Ada 4


macamm , yaitu :

5
a. Monotrik, mempunyai 1 flagel pada salah satu ujung sel.

b. Ampitrik, mempunyai banyak flagel pada kedua ujung sel.

c. Peritrik, mempunyai banyak flagel pada seluruh permukaan sel.

d. Lofotrik, mempunyai banyak flagel pada salah satu ujung sel.

2. Fimbriae dan Pili

Ukuran lebih kecil lebih pendek dan lebih banyak dari flagella. Pili ini
tidak berfungsi untuk pergerakan tetapi berfungsi sebagai pintu gerbang
masuknya bahan genetic selama berlangsungnya perkawinan antar bakteri.

a. Fimbriae, sifat berjumlah banyak dan berfungsi untuk adersi pada host.

b. Pili, sifat jumlah sedikit dan berfungsi untuk transfer DNA antar sel.

3. Kapsul

Kapsul merupakan lapisan lendir yang tersusun dari senyawa polisakarida


disebelah luar dinding sel dan berfungsi sebagai faktor resistensi terutama dari
fagositosis. Bagi bakteri kapsul merupakan penutup/pelindung dan juga
sebagai gudang makanan cadangan.

6
B. Struktur Di sebelah Dalam dinding Sel

1. Membran Plasma/Sitoplasma
Membran Plasma merupakan struktur tipis dibawah dinding sel dan
membungkus sitoplasma sel, tersusun fosfolipid dan protein membentuk
struktur fosfolipid bilayer yang terdiri bagian “kepala dan ekor”. Bagian
kepala tersususn dari fosfat dan gliserol, sehingga bersifat hidrofil (polar dan
larut air), bagian ekor tersusun dari asam lemak sehingga bersifat hidrofob
(nonpolar dan tidak larut air). Gugus polar pada kedua permukaan dan gugus
nonpolar pada bagian dalam bilayer. Tidak mengandung sterol, sehingga
kurang rigid daripada membrane eukariotik; berfungsi sebagai membrane
selektif permiabel (semipermiabel) yaitu barrier selektif terhadapbahan atau
materi yang masuk dan keluar sel. Pertukaran zat melalui membrane sel
melalui :
a. Proses pasif (passive process) yang meliputi
1) Simple diffusion, merupakan proses perpindahan zat yang terjadi
karena adanya perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan lingkungannya.
2) Facilitated diffusion, merupakan proses difusi pasif namun
memerlukan protein transport.
3) Osmosis. Merupakan proses pertukaran zat melalui membrane tipis.
b. Proses aktif ( active process), meliputi ;
1) Transport aktif, merupakan perukaran gas yang membutuhkjan energy
dan transport protein tanpa terjadi perubahan senyawa.
2) Translokasi gugus, merupakan pertukaran zat yang membutuhkan
energi dan transport protein tanpa terjadi perubahan senyawa.

2. Mesosom

Mesosom ini selalu bersambungan dengan membrane sitoplasma. Diduga


mesosom ini bisa berfungsi dalam intesisi dinding sel dan pembelahan nucleus.

7
3. Plasmid dan Endospora

Pada umumnya bakteri memiliki materi genetic/plasmid membentuk seperti


cincin yang terdapat didalam sitoplasma dalam keadaan lingkungan yang jelek
bakteri tesebut akan membentuk endospora. Endospora merupakan struktur khusus
yang terdapat pada genus Bacillus dan Clostridium. Akan terbentuk jika faktor
lingkungan kurang mendukung. Contoh panas tinggi, hilangnya kadar air, toksin dan
radiasi.

2.4 Klasifikasi Bakteri


Klasifikasi bakteri dapat didasarkan pada beberapa jenis penggolongan,
misalnya :
A. Klasifikasi Bakteri Patogen
Bergey’s Manuel ed. 8 terakhir membagi Prokariota dalam 4 divisi utama,
berdasarkan ciri khas dinding selnya yaitu :
a. Gracilicutes : Bakteri Gram Negatif
b. Firmicutes : Bakteri Gram Positif
c. Tenericutes : Bakteri tanpa dinding sel
d. Archaebacteria

8
B. Klasifikasi Berdasarkan Genetika

Perkembangan-perkembangan dalam biologi molekuler memungkinkan


diperolehnya informasi mengenai kekerabatan organism-organisme pada
tingkat genetic berdasarkan :

a. Komposisi basa DNA


b. Homologi sekuens DNA dan RNA Ribosoma
c. Pola-pola metabolism stabil yang dikontrol oleh gen
d. Polimer-polimer pada sel
e. Struktur organel dan pola regulasinya

C. Klasifikasi Berdasarkan Ekspresi Fenotipe :

a. Morfologi Sel
b. Morfologi Koloni
c. Sifat terhadap pewarnaan
d. Reaksi pertumbuhan
e. Sifat pertumbuhan

D. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Sel :


1) Bentuk bulat (Coccus)

* Monokokus adalah bakteri berbentuk bulat tunggal. Contoh bakteri ini


adalah Monococcus gonorrhoeae.
* Diplokokus adalah bakteri berbentuk bulat dan berpasangan. Contoh
bakteri ini adalah Diplococcus pneumoniae.
* Streptokokus adalah bakteri berbentuk bulat bergandengan
menyerupai bentuk rantai. Bentuk rantai sendiri merupakan hasil
reproduksinya yang melakukan pembelahan dalam satu garis ke satu

9
atau dua arah. Contoh bakteri ini adalah Streptococcus lactis,
Streptococcus salivarius, dan Streptococcus pneumoniae.
* Tetrakokus adalah bakteri berbentuk bulat yang terdiri atas 4 sel
dengan susunan menyerupai bentuk bujur sangkar hasil dari pembelahan
sel ke dua arah.
* Sarkina adalah bakteri berbentuk bulat yang terdiri dari 8 sel dengan
susunan menyerupai bentuk bujur sangkar hasil dari pembelahan sel ke
tiga arah. Contoh bakteri ini adalah Sarcina sp.
* Stafilokokus adalah koloni bakteri berbentuk bulat yang tersusun
menyerupai kelompok buah anggur hasil dari pembelahan sel ke segala
arah. Contoh bakteri ini adalah Staphylococcus aureus.

2) Bentuk Batang (Bacil)

* Bakteri basil (tunggal) sesuai namanya, sering ditemukan dalam


keadaan menyendiri. Contoh bakteri ini misalnya Salmonella typhi dan
Escherichia coli.
* Bakteri diplobasil (berpasangan) adalah bakteri yung ditemukan sering
dalam keadaan berpasang-pasangan alias berdua-duaan. Contoh bakteri
ini misalnya Renibacterium salmoninarum.
* Bakteri streptobasil (rantai) adalah koloni bakteri yang saling
bergandengan membentuk rantai. Contoh bakteri ini antara lain
Azotobacter sp dan Streptobacillus moniliformis.

3) Bentuk Spiral

* Vibrio, yaitu bakteri berbentuk koma. Contoh bakteri yang berbentuk


vibrio yaitu Vibrio cholerae
* Spirillum, yaitu bakteri yang membentuk lengkung lebih dari setengah
lingkaran. Selain itu, spirillum memiliki bentuk spiral yang tebal,
dinding sel yang kaku dan memiliki flagela sebagai alat gerak
10
* Spiroseta, yaitu bakteri yang berbentuk mirip dengan spiral, hanya
saja lebih berkelok dengan ujung yang lebih menusuk. Spiroseta
berbentuk spiral yang tipis, dinding sel fleksibel, tetapi tidak memiliki
flagela. Contoh bakteri yang berbentuk spiroseta yaitu Spirochaeta
pallidum

4) Bentuk Vibrio
E. Klasifikasi Terhadap Sifat Pewarnaan :
a. Pewarnaan Sederhana
b. Pewarnaan Diferensial
c. Pewarnaan khusus

F. Klasifikasi berdasarkan Sifat Pertumbuhan :

a. Aerob
b. Anaerob
c. Mikroaerofilik
G. Klasifikasi berdasarkan Metabolisme :
a. Bakteri Autotropik
b. Bakteri Heterotropik

2.5 Taksonomi Bakteri


1) Taksonomi Bakteri

Bakteri termasuk kelas Schizomycetes yang terbagi 10 ordo, yaitu:

1) Pseudomonadales, terbagi dari 5 familia:


➢ Nitrobacteriaceae. Contoh Nitrosomonas sp.
➢ Methanomonadaceae, contoh Methanomonas sp.
➢ Thiobacteriaceae, contoh Thiobacillus sp.
➢ Pseudomonadaceae, contoh: pseudomonas aeruginosa
➢ Spirillaceae, contoh: Vibrio Choleroe, Spirillum minus

11
2) Chlamydobacteriales
3) Hypomicrobiales
4) Eubacteriales, paling penting berhubungan dengan pathogenesis
manusia. Ada 12 familia:
➢ Azotobacteriaceae, contoh Azotobacter chlorococcum
➢ Rhizobiaceae, contoh Rhizobium Japanica
➢ Achromobacteriaceae, contoh Alcoligenes foecalis
➢ Enterobacteriaceae. Contoh Escherichia coli, Salmonella typhi,
Shigella dysentrioe, Klebsiella pneumonia, Proteus vulgaris.
➢ Brucellaceae, contoh Brucella abortus, Bordetelo pertussis
➢ Bacterioidaceae, contoh Bacterioides fragilis
➢ Micrococcaceae, contoh Staphylococcus pyogenes, S. aureus
➢ Neisseriaceae, contoh Neisseria meningitides, N. gonorrheae
➢ Lactobacillaceae, contoh Lctobacillus sp, Streptococcus pyogenes.
➢ Propionibacteriaceae, contoh Propionibacterium sp
➢ Corynebacteriaceae, contoh Corynebacterium diphteriae
➢ Bacillaceae, contoh Bacillus subtilis, Clostridium tetani, C.
Botulinum.
5) Actinomycetales, terdiri dari 3 familia:
➢ Mycobacteriaceae, contoh Mycobacterium tuberculosis, M. Leprae
➢ Actinomycetaceae, contoh Actinomyces bovis
➢ Streptomycetaceae, contoh Streptomyces griseus, S.Rimosus
6) Caryophanales
7) Begiatoales
8) Mycobacteriales
9) Spirochaetales, terdiri dari 2 familia:
➢ Spirochaetaceae
➢ Treponemataceae, contoh Treponema pallida, Leptospira
icterohoemorrhagica
12
10) Mycoplasmatales, contoh Mycoplasma sp.

2.6 Bakteri Gram Positif dan Gram Negative


Metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan
luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan
bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal
violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna
tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Bakteri yang terwarnai
dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan
Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna
kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah
mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal
violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna
tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak
berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur
kimiawi dinding selnya.

13
Karakteristik yang membedakan bakteri Gram positif adalah komposisi
dinding selnya – beberapa lapisan peptidoglikan bergabung bersama
membentuk struktur tebal dan kaku. Terdapat sekitar 40 lapisan peptidoglikan
atau disebut juga lapisan Murein/Mukopeptida yang merupakan 50% dari bahan
dinding sel. Sedangkan pada bakteri Gram negative hanya ada 1 atau 2 lapisan
yang merupakan 5-10% dari bahan dinding sel. Selain itu dinding sel bakteri
Gram-positif memiliki asam Teikoat dan Teikuronat, yang terutama terdiri dari
alkohol (seperti ribitol dan alcohol) dan fosfat. Asam Teikoat terdiri dari 2 jenis
yaitu: asam lipoteikoat dan dinding asam Teikoat. Kedua jenis asam Teikoat
bermuatan negative karena mengandung gugus fosfat dalam struktur molekul
mereka.

Komponen khusus dinding sel Bakteri Gram negatif terdiri dari Lipoprotein
dan selaput Luar. Selaput luar mempunyai saluran khusus yang mengandung
molekul protein yang disebut porin yang memudahkan difusi pasif senyawa
hidrofil dengan berat molekul rendah (gula, asam amino, ion-ion tertentu.
Molekul antibiotika dapat menembus, tetapi relatif lambat, sehingga bakteri
Gram Negatif relatif lebih resisten terhadap antibiotika. Bakteri gram positif
adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, Clostridium, Bacillus.

14
Sedangkan Bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae,
Salmonella sp, Shigella sp, E. Coli dan sebagainya.

2.7 Reproduksi Bakteri


Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan
seksual. Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, sedangkan
pembiakan seksual dilakukan dengan cara transformasi, transduksi, dan
konjugasi. Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri dengan cara
rekombinasi genetik dan membelah diri.
A. Rekombinasi Genetik
Adalah pemindahan secara langsung bahan genetik (DNA/ADN) di antara
dua sel bakteri melalui proses berikut:
Transformasi
1) Transformasi, adalah perpindahan materi genetik berupa DNA dari sel
bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain. Pada proses transformasi tersebut
ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri
penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini
hanya terjadi pada beberapa spesies saja. Contohnya: Streptococcus
pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Proses
ini pertama kali ditemukan oleh Frederick Grifith tahun 1982 (Padoli, 2016).

15
Gambar 1.7. Transformasi genetik (Ryan Kenneth, 2004)

2) Transduksi, adalah pemindahan materi genetik bakteri ke bakteri lain


dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN
dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage
(virus bakteri). Bila virus-virus baru sudah terbentuk dan akhirnya
menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang nonvirulen
(menimbulkan respon lisogen) memindahkan ADN dan bersatu dengan
ADN inangnya. Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA
bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA
virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang
terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal dengan partikel
transduksi (transducing particle). Proses inilah yang dinamakan Transduksi
(Padoli, 2016).

Gambar 1.8. Trandusksi (Ryan Kenneth, 2004)

3) Konjugasi , adalah bergabungnya dua bakteri (+ dan –) dengan


membentuk jembatan untuk pemindahan materi genetik. Artinya, terjadi
16
transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung
pilus. Ujung pilus akan melekat pada sel peneima dan ADN dipindahkan
melalui pilus tersebut (Gambar 1.9). Kemampuan sel donor memindahkan
ADN dikontrol oleh faktor pemindahan, transfer faktor =faktor F (Padoli,
2016).

Gambar 1.9. Konjugasi (Ryan Kenneth, 2004)


B. Pembelahan Biner
Pada pembelahan ini, sifat sel anak yang dihasilkan sama dengan sifat sel
induknya. Pembelahan biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai
berikut:
1) Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2) Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
3) Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik.
Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20
menit sekali. Pembelahan biner menyebabkan laju pertumbuhan bakteri
mengikuti pertumbuhan logaritme, yaitu satu bakteri akan menghasilkan 16
bakteri dalam 4 generasi. Rata-rata waktu pembelahan bakteri bisa sangat
bervariasi,makin pendek waktu pembelahan, makin cepat waktu
multiplikasinya. Faktor lain yang mempengaruhi waktu pembelahan antara
lain: jumlah nutrient, suhu dan ph lingkungan (Putri dkk., 2017).

17
2.8 Peranan Bakteri dalam Kehidupan
A. Peranan bakteri secara umum
1) Sebagai Mahluk Pengurai/Saprovor. Bersama-sama dengan jamur,
bakteri berperan sebagai pengurai mahluk-mahluk yang sudah mati
2) Penghasil Antibiotik. Misalnya: Streptomisin yang berasal dari
Streptomyces griseus, Kloramfemikol yang berasal dari Streptomyces
venezuelae.
3) Penghasil Bahan Pangan. Misalnya Asam cuka dari Acetobacter acetil,
Yoghurt dari Lactobacillurs bulgaricus, Sari kelapa/Nata de Coco dari
Acetobacter xylinum
4) Pengikat N2 bebas. di udara: Bersimbiosis dengan tanaman
Leguminosae (tanaman buah polong) Rhizobium leguminosarum dan R.
radicicola. Hidup bebas : Azotobacter, Rhodospirillum rubrum, Clostridium
pasteurianum.
B. Peranan Bakteri Dalam Pertanian
Banyak bakteri yang hidup sebagai parasit pada jenis organisme saja dan
tidak mengganggu atau merugikan organisme jenis lainnya. Sifat
mikroorganisme semacam ini dapat dimanfaatkan dalam Bioteknologi
pembasmian hama atau dikenal dengan biological control. Contohnya, adalah

18
bakteri hasil rekayasa yang disebut bakteri minumes, merupakan keturunan
dari Pseudomonas. Contoh lainnya adalah penggunan bakteri Bacillus
thurigiensis bersifat patogen terhadap ulat hama tanaman. Segi
keuntungannya : Pembasmian ulat hama dengan menggunakan Bacillus
thurigiensis tidak menimbulkan dampak negatif kepada lingkungan serta
tidak meninggalkan efek residu.
C. Peranan Bakteri yang Merugikan Makhluk Lain
Bakteri patogen adalah bakteri parasit yang dapat menimbulkan penyakit
pada organisme lain. Pada tumbuhan misalnya: Xanthomonas citri yang
merupakan penyebab kanker batang jeruk. Erwinia trachelphilia yaitu
penyebab penyakit busuk daun labu. Pada hewan misalnya: Bacillus antraxis
yang menyebabkan penyakit anthrax pada hewan ternak. Actynomyces bovis
yaitu penyebab penyakit bengkak pada rahang sapi. Pada manusia misalnya:
Salmonella thyphosa yang menjadu penyebab penyakit tifus. Mycobacterium
tuberculosis yaitu penyebab penyakit TBC . Mycobacterium leprae yaitu
penyebab penyakit lepra atau kusta. Treponema pallidum yaitu penyebab
penyakit sifilis. Shigella dysentriae yaitu penyebab penyakit disentri basiler
Diplococcus pneumoniae yaitu penyebab penyakit radang paru-paru. Vibrio
cholera yaitu penyebab penyakit kolera. Serta masih banyak contoh lainnya
lain sebagainya

19
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian dari Mycobacterium leprae


Lepra atau Kusta atau disebut juga penyakit Morbus Hansen adalah salah
satu penyakit infeksi kronis yang merusak terutama jaringan saraf tepi yang
selanjutnya dapat menyerang kulit dan organ lainnya. Penyakit ini dapat
mengakibatkan kecacatan jika tidak segera ditatalaksana dan dapat
menimbulkan masalah psikososial akibat stigma atau predikat buruk dalam
pandangan masyarakat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae. (Sitti Hajar, 2017)
Mycobacterium leprae merupakan bakteri yang bersifat obligat intra-seluler
(hanya bisa hidup dalam sel) dan dapat bertahan terhadap aksi fagositosis
karena mempunyai dinding sel yang sangat kuat dan resisten terhadap aksi
lisozim. Mikroskop elektron menunjukkan ultrastruktur yang umum untuk
semua mikobakteria. M.leprae berupa batang lurus dengan panjang sekitar 1
sampai 8 µm dan diameter 0,3 µm. Pada jaringan yang terinfeksi batang
sering tersusun bersama-sama membentuk globi.(Sitti Hajar, 2017).

3.2. Karakteristik dan Klasifikasi dari Mycrobacterium leprae


Mycobacterium leprae ditemukan oleh G. H Armauer Hansen, seorang
sarjana dari Norwegia pada tahun 1873. Klasifikasi Mycobacterium leprae
(M.leprae) secara taksonomi adalah sebagai berikut.
a. Kingdom: Bacteria
Karakteristiknya sesuai dengan organisme bakteri prokariotik.
b. Filum: Actinobacteria
Sebagian besar anggota Actinobacteria adalah bakteri gram positif. M. leprae
adalah bakteri gram positif.

20
c. Ordo: Actinomycetales
Anggota Actinomycetales adalah organisme gram positif yang sulit untuk
dikultur dan bersifat pathogen pada manusia, tanaman dan hewan.
d. Sub Ordo: Corynebacterineae M. leprae
Termasuk ke dalam sub ordo Corynebacterineae karena karakteristik dasar
dari kelompok ini adalah gram positif, bentuk batang, dan dapat menyebabkan
penyakit pada manusia. Sebagian menyerang limfa dan kulit.
e. Famili: Mycobacteriaceae
Family ini terkenal sebagai kelompok yang menyebabkan penyakit parah
pada mamalia yang termasuk bakteri tahan asam, gram positif, non-motil dan
tidak memiliki membrane luar.
f. Genus: Mycobacterium
Anggota genus Mycobacterium memiliki lilin di dinding sel, tidak memiliki
membrane luar, non-motil, dan tahan asam.
g. Spesies: Mycobacterium leprae
Karakteristik M. leprae secara spesifik adalah gram positif, berbentuk batang
lurus dengan panjang sekitar 1-8 µm dan diameter 0,3 µm, termasuk bakteri
aerob yang membutuhkan oksigen atau zat asam untuk pertumbuhannya.
Sekeliling organisme merupakan zona electron transparan seperti busa atau
material vesikular, merupakan struktur yang unik dari M.leprae.
Komposisinya terdiri dari dua lipid, phthioceroldimycoserosate yang
dianggap berperan pada perlindungan pasif, phenolic glicolipid, yang terdiri
dari tiga molekul gula yang mengalami metilasi terpaut pada molekul
fenol dari lemak (phthiocerol). Trisaccharidaini membuat M.leprae unik
secara kimia dan menjadi antigen yang spesifik.
M.leprae terdiri dari dua lapisan : Lapisan luar berupa elektron transparan
dan mengandung lipopolisakarida yang terdiri dari rantai cabang
arabinogalaktan yang mengalami esterifikasi dengan mycolic acid rantai
panjang, mirip dengan mikobakteria lain. Dan dinding dalam yang terdiri dari
21
peptidoglikan: karbohidrat terpaut dengan peptidanyadimana urutan asam
aminonya spesifik untuk M.leprae meskipun peptida tersebut sangatkecil
untuk dijadikan sebagai antigendiagnostic
Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada permukaan
kulit atau bisa juga melalui droplet yangdihembuskan dari saluran
pernafasan. Sehgal (dalam Putra, 2012) mengatakan bahwa Mycobacterium
leprae memiliki ciri-ciri yaitu tahan asam,bersifat gram positif, berbentuk
batang, lebar 0,3-0,4 mikrometer, panjang 2-7mikometer, dan hidup di dalam
sel yang banyak mengandung lemak dan lapisanlilin. Mycobacterium leprae
membelah dalam kurun waktu 21 hari, sehingga menyebabkan masa tunas
yang sangat lama yaitu 4 tahun.

3.3 Proses Mycobacterium leprae Menimbulkan Penyakit Kusta


Patofisiologi lepra, atau juga dikenal dengan kusta atau Morbus Hansen,
adalah infeksi Mycobacterium leprae yang merupakan bakteri basil tahan asam.
Lepra dapat bermainfestasi secara berbeda tergantung pada repon imun masing-
masing pasien. Pasien dengan respon imun seluler yang banyak akan memiliki
manifestasi bentuk tuberkuloid. Sedangkan pasien dengan respon imun seluler
minimal kan memiliki manifestasi bentuk leptomotous (Smith, 2018)

a. Transmisi Mycobacterium Leprae


Bakteri Mycobacterium Leprae ditularkan dengn kontak dekat dan lama
anatara individu yang rentan dengan pasien yang terinfeksi melalui sekresi
nasal atau droplet. Rute tranmisi utama adalah sekresi nasal. Selain itu, tranmisi
juga dapat terjadi melalui erosi kulit. Rite transmisi lain seperti darah, transmisi
vertikal, ASI dan gigitan serangga, juga mungkin terjadi walaupun jarang
(Darvin, 2018)
Ada hubungan antara suhu rumah, pencahayaan alami di dalam rumah, luas
ventilasi rumah, kepadatan hunian kamar, kebiasaan membersihkan lantai
rumah, kebiasaan mandi, dan kebiasaan cuci rambut dengan kejadian kusta

22
multibasiler. Tidak ada hubungan antarankelembaban rumah, jenis lantai
rumah, sarana pembuangan tinja, dan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian
kusta multibasiler. Individu yang tinggal didaerah endemis dapat terinfeksi
Mycobacterium lepra walaupun tidak menderita penyakit lepra. Hal ini ditandai
dengan adanya DNA Mycobacterium leprae di biopsi hidung dan seropositif
terhadap antigen bakteri pada individu yang sehat yang tinggal di daerah
endemis ( Leprosy, 2018).
b. Peran Faktor Genetik
Faktor genetik diduga berpengaruh terhadap perkembangan penyakit lepra.
Studi genetik mengidentifikasi mutasi pada regio kromosom 6p21, 17q22,
20p13 dan 10p31 berhubungan dengan lepra. Olah karena itu, hanya sekitar 5-
10% populasi yang diestimasi rentan terhadap infeksi. Penyakit kusta atau lepra
bisa jadi merupakan salah satu penyakit yang ditakuti karena bisa membuat
orang tersebut menjadi terkucilkan. Faktor gen kini bisa memberikan
penjelasan mengapa ada orangyang lebih rentan terkena kusta sedangkan yang
lain tidak. Studi yang dilakukan di China dan telah dipublikasikan dalam New
England Journal of Medicine menemukan tujuh mutasi gen yang bisa
meningkatkan kerentanan seseorang terkena kusta. Hal ini bertentangan dengan
apa yang selama ini dipercaya oleh para ahli bahwa kusta bukanlah penyakit
yang diwariskan atau turunan.
Selain itu didapatkan pula dalam satu pasangan yang seseorang menderita
kusta tetapi pasangannya tidak terinfeksi meskupun sudah hidup bersama
puluhan tahun. Ini membuktikan bahwa kusta bukanlah penyakit yang menular,
tapi berhubungan dengan sesuatu yang diwariskan. Peneliti menganalis gen dari
706 penderita kusta dan 1.225 orang yang tidak mengidap kusta. Didapatkan
tujuh mutasi gen yang muncul pada orang-orang penderita kusta. Lima diantara
gen tersebut terlibat dalam pengaturan sistem kekebalan tubuh (Dermatol,
2018).

23
c. Peran Imunitas Seluler
Manifestasi klinis lepra dipengaruhi oleh sistem imunitas seluler pasien
terhadap Mycobacterium leprae. Pertahanan pertama pada saat infeksi
Mycobacterium leprae adalah imunitas alamiah yang diwakili oleh integritas
epitel, sekresi IgA, sel NK (Natural Killer), dan makrofag yang teraktivasi
sitokin dan kemokin inflamasi dapat mengarahkan proliferasi menjadi limfosit
Th1 atau Th2. Respon ini akan menentukan perjalanan penyakit menjadi
tuberkoloid atau lepromatous.
Pada lesi tuberkoloid ditemukan ditemukan dominasi limfosit T CD4+ ,
sedangkan pada lepromatous ditemukan dominasi limfosit T CD8+. Tingkat
TNF-α ditemukan lebih tinggi pada serum tuberkuloid menandakan adanya
destruksi Mycobacterium leprae dan pembentukan granuloma. TNF-α
berkontribusi terhadap kerusakan jaringan dan gejala eritema nodosum
leprosum (ENL). Pada tipe lepromatous terdapat peningkatan sitokin TGF-β,
sitokin ini dapat menghambat aktivasi makrofag. Manifestasi klinis lebih
bergantung pada sistem imunitas seluler pasien dibandingkan penetrasi dan
kemampuan replikasi bakteri. Manifestasi klinis dapat terjadi setelah masa
inkubasi yang lama yaitu 6 bulan sampai 20 tahun. Seropositif terhadap antigen
Mycobacterium leprae yang lama disebabkan oleh proliferasi yang lambat,
antigenisitas yang rendah serta limitasi metabolik (Smith, 2018).
d. Reaksi Lepra
Selain manifestasi klinis, infeksi bakteri Mycobacterium leprae juga dapat
menyebabkan reaksi lepra. Reaksi lepra dibagi menjadi 2 yaitu rekasi tipe 1 dan
reaksi tipe 2. Reaksi tipe 1 ditandai dengan kemerahan dikulit dan lesi baru
yang muncul tiba-tiba. Reaksi tipe 2 dikenal juga dengan Eritema Nodosum
Leprosum (ENL) yang ditandai dengan banyak nodul kulit, demam, mata
merah, nyeri otot, dan nyeri sendi. Pada reaksi tipe 1, terhadap peningkatan
respon imun seluler Th1 seperti sitokin IL-1, TNF-α, IL-2 dan IFN-γ.

24
Sedangkan pada reaksi tipe 2, terdapat peningkatan respon imun Th2 yang
ditandai dengan peningkatan IL-6, IL-8 dan IL-10 ( Leprosy, 2018).

25
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Bakteri merupakan organisme uniseluler, merupakan prokariotik (inti sel
bakteri tidak memiliki membran inti) dan tidak memiliki klorofil, pada
umumnya bakteri adalah heterotrof dan dapat hidup sebagai saprofit atau
parasit. Pada setiap sel bakteri, terdapat tiga komponen yaitu sel dinding,
plasma membran dan sitoplasma. Reproduksi vegetatif dengan membelah diri
dan generatif dengan Paraseksual. Satu diantara teknik pewarnaan yang paling
penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri adalah metode
gram. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Perbedaan warna yang
dihasilkan disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.
Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bakteri. Orang yang
konsisten mempelajari bakteriologi adalah bakteriologis. Peran Bakteri sendiri
sangat banyak, baik yang menguntungkan ataupun yang merugikan. Satu
diantara banyak contoh bakteri yang merugikan bagi manusia adalah
Mycobacterium leprae yang merupakan bakteri penyebab penyakit Kusta.
Kusta atau disebut juga penyakit Morbus Hansen adalah salah satu penyakit
infeksi kronis yang merusak terutama jaringan saraf tepi yang selanjutnya dapat
menyerang kulit dan organ lainnya. Mycobacterium leprae ditemukan oleh G.
H Armauer Hansen, seorang sarjana dari Norwegia pada tahun 1873.

4.2. Saran
Seperti kita ketahui, bakteri merupakan mikroorganisme atau makhluk kecil
yang jarang kita sadari keberadaannya. Kita sebagai tenaga kesehatan harus
memahami dampak dari tindakan kita dalam kaitannya dengan kenyataan bahwa
mikroorganisme ada dimana-mana dan cepat beradaptasi. Kita harus dapat

26
menerapkan strategi yang terbaik dalam mengantisipasinya. Disarankan agar
masyarakat menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Oleh karena itu,
makalah mengenai bakteriologi ini dapat dijadikan sebagai referensi atau
tambahan wawasan bagi pembaca serta penulis sehingga dapat membedakan dan
menerapkannya secara tepat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Syamsunir.(1992). Dasar – DasarMikrobiologiParasitologiuntukPerawat.


Jakarta : EGC
Fauzi, AcengRidwandanRinaNurmalina.(2012). MerawatKulitdanWajah. Jakarta
:Gramedia.
Fifendy, Mades.(2017).Mikrobiologi.Depok :Kencana
Harti, Agnes Sri.(2015). MikrobiologiKesehatan. Yogyakarta : ANDI.
Murwani, Sri.(2015). Dasar – DasarMikrobiologiVeteriner. Malang
:PenerbitUniversitasBrawijaya Press.
Padoli.(2016).MikrobiologidanParasitologiKeperawatan.Jakarta:KementerianKesehat
anRepublik Indonesia.
Pelczar, M., E.C.S. Chan.(2005). Dasar – DasarMikrobiologi. Jakarta
:PenerbitUniversitas Indonesia.
Putri,MegandaHiaranya.dkk.(2017).Mikrobiologi.Jakarta:KementerianKesehatanRep
ublik Indonesia.
Rismawati, D. (2013). Hubungan Antara Sanitasi Rumah dan Personal Hygiene
Dengan Kejadian Kusta Multibasiler. Unnes Journal of Public Health, 10.
Tjay, Tan HoandanKiranaRaharjda.(2015). Obat – ObatPentingKhasiat,
PenggunaandanEfek – EfekSampingnya. Jakarta :Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai