Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Fungi
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Mikrobiologi’’
Dosen Pengampu : Asih Fitriana Dewi, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Dwi Lindawati (1901081007)
2. Wanda Sawitri (1901081039)
3. Zahra Nur Salsabila (1901081040)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TADRIS PENDIDIKAN BIOLOGI (TPB)
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil ‘alamin segala puji bagi Allah SWT. Atas karunia dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Fungi. Sholawat dan
salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beliaulah sang
motivator bagi umat Islam sepanjang jalan. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami manyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi penulisan makalah maupun tata bahasanya yang masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Metro, 12 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.........................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................1
C. Tujuan......................................................................................1
BAB II Pembahasan........................................................................2
A. Pengertian Fungi......................................................................2
B. Karakteristik Fungi...................................................................2
C. Fisiologi Fungi.........................................................................6
1. Kebutuhan Nutrisi...............................................................7
2. Faktor Fisik yang Mendukung Fungi..................................8
D. Klasifikasi Fungi......................................................................9
E. Cara Reproduksi Fungi...........................................................11
F. Peran Menguntungkan dan Merugikan dari Fungi..................12
1. Peran Menguntungkan Fungi.............................................12
2. Peran Merugikan Fungi......................................................13
BAB III Penutup.............................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................14
Daftar Pustaka................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungi atau yang biasa disebut dengan jamur merupakan tumbuhan yang tidak
mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Kita telah mengenal jamur dalam
kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan
karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang
mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada
musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. Namun, jamur
ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam
medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping. Selain hal
tersebut, jamur ternyata memiliki kemiripan dengan tumbuhan, tetapi tetap memiliki
perbedaan. Untuk lebih jelasnya, makalah ini akan membahas mengenai apa itu
jamur, bagaimana karakteristiknya hingga peran menguntungkan dan merugikan dari
jamur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fungi?
2. Apa saja karakteristik dari fungi?
3. Bagaimana fisiologi fungi?
4. Apa saja klasifikasi dari fungi?
5. Bagaimana cara fungi bereproduksi?
6. Apa saja peran menguntungkan dan merugikan dari fungi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu fungi.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari fungi.
3. Untuk mengetahui bagaimana fisiologi fungi.
4. Untuk mengetahui pengklasifikasian fungi.
5. Untuk mengetahui cara reproduksi dari fungi.
6. Untuk mengetahui peran menguntungkan dan merugikan dari fungi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fungi
Fungi atau yang lebih akrab dikenal dengan jamur merupakan salah satu
tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki klorofil. Ilmu yang mempelajari
tentang jamur ialah Mikologi. Mikologi Berasal dari bahasa Yunani yaitu “Mykes”
yang berarti Jamur dan “Logos” yang berarti Ilmu. Kajian mikologi meliputi
klasifikasi jamur, kerugian dan peranan jamur dalam kehidupan manusia. Jamur
umumnya bersifat sebagai saprofit atau parasit dalam memenuhi kebutuhan
pangannya. Sebagai saprofit, jamur hidup pada sisa makhluk hidup yang telah mati,
seperti di tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau kotoran hewan. Sedangkan
sebagai parasit, jamur hidup menempel pada organisme lain dan biasanya merugikan
media yang ditempelinya.
Jamur dapat hidup dimana saja, baik di daerah tropik, subtropik, kutub utara,
maupun antarika. Jamur juga dapat ditemukan di darat, perairaian tawar, laut,
mangrove, di bawah permukaan tanah, kedalaman laut, dan pengunungan. Banyak
faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan jamur, seperti kelembapan, suhu,
keasaman substrat, pengudaraan, dan kehadiran nutrien-nutrien yang diperlukan.
Jamur dapat memperbanyak diri baik secara seksual maupun aseksual. Selain itu,
jamur juga dapat bersifat menguntungkan dan merugikan baik bagi manusia, hewan
dan tumbuhan.
B. Karakteristik Fungi

Gambar : Struktur jamur dan Hifa

2
Fungi atau jamur merupakan organisme eukariotik. Eukariotik merupakan
organisme yang inti selnya memiliki selaput inti atau karioteka yang lengkap. Jamur
memiliki inti dan mitokondria. Di dalam sel jamur terdapat sitoplasma dan nucleus
yang kecil. Jamur memiliki dinding sel dan pada umumnya tidak motil. Karakteristik
ini menyerupai karakteristik tumbuhan. Namun berbeda dengan tumbuhan, jamur
tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan proses fotosintesis dan
menghasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air. Sehingga jamur disebut
juga sebagai organisme heterotrof.
Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel maupun terdiri atas
banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler), misalnya adalah ragi
(Saccharomyces cerevisiae). Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak
(multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur
mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena
memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler
adalah Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Sedangkan jamur multiseluler juga
terdapat jamur yang bersifat makroskopis sehingga mudah diamati dengan mata
telanjang, dan berukuran besar. Contoh jamur makroskopis ialah jamur merang
(Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia polytricha).
Jamur berupa benang tunggal bercabang-cabang yang padat menjadi satu.
Jamur merupakan organisme kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik, berupa
filament (bening), bercabang, menghasilkan spora dan mempunyai dinding sel yang
mengandung kitin, selulosa atau keduannya. Jamur tidak dapat bergerak atau
berpindah tempat. Jamur dapat memperoleh nutrients atau makanan dengan cara
menyerap senyawa organik dan berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Dengan kata lain, jamur memiliki kemampuan untuk menyintesis lisisn melalui jalur
asam amino adipik, membrane plasma mengandung ergostrol dan mikrotubulus
terdiri atas tubulin.
Beberapa jamur memiliki bagian-bagian tubuh berbentuk filament dengan
dinding sel mengandung selulosa dan kitin didalamnya. Jamur mempunyai
percabangan filament dalam system sel dengan pertumbuhan apikal, percabangan
lateral, dan nutrisi heterotrofik. Jamur mempunyai suatu siklus istirahat, yang diikuti

3
dengan periode pertumbuhan sebagai hasil dari eksploitasi substrat untuk
memproduksi biomassa. Dan terakhir terdapat periode sporulasi atau pembentukan
spora yang selanjutnya pada kondisi yang menguntungkan spora tersebut akan
bergeriminasi membentuk hifa dan miselium. Berdasarkan ada tidaknya sekat atau
septa dikenal adanya hifa asepta, hifa septat uninukleus, dan hifa septat multinukleus.
Pada septa terdapat pori-pori yang berfungsi sebagai sarana pertukaran sitoplasma
atau organel. Beberapa jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat. Didalam hifa
tersebut terdapat banyak intisel (multinukleus) yang menyebar didalam
sitoplasmanya. Bentuk hifa yang demikian disebut soenositik.
Hifa jamur bercabang-cabang membentuk miselium. Terdapat 2 macam
miselium, yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai alat penyerap makanan) dan
miselium generatif (berfungsi sebagai alat reproduksi). Menurut Agrios (1996),
Sebagian besar jamur mempunyai tubuh vegetatif seperti tumbuhan yang lebih
kurang terdiri dari filament (benang) memanjang, bersambung, bercabang,
mikroskopis, mempunyai dinding sel yang jelas. Tubuh jamur disebut miselium, dan
cabang-cabang tunggal atau filament dari miselium disebut hifa. Umumnya tebal hifa
atau miselium seragam. Beberapa jenis jamur diameter hifanya hanya 0,5 m,
sedangkan jamur yang lain tebalnya dapat lebih dari 100 m. Panjang miselium pada
beberapa micrometer, tetapi ada jenis jamur lain yang dapat menghasilkan benang
miselium sepanjang beberapa meter.
Jamur memiliki bentuk tubuh bervariasi, ada yang bulat, bulat telur, maupun
memanjang. Jamur biasanya memiliki deretan sel yang membentuk benang atau
disebut dengan hifa. Sedangkan pada jamur parasit, hifa mengalami modifikasi yang
disebut dengan haustoria. Haustoria merupakan organ untuk menyerap makanan dari
substrat tempat hidup jamur dan berfungsi untuk menembus jaringan substrat. Fungi
sendiri merupakan kingdom yang cukup sangat luas dan terdiri dari kurang lebih
5000 spesies dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik secara struktur,
fisiologi maupun reproduksinya.
Jamur dapat ditemukan dalam bentuk kapang pada permukaan sayuran busuk,
sebagai ragi pada roti maupun sebagai cendawan (jamur berukuran besar) yang
tumbuh di tanah atau pada kayu-kayu lapuk. Jadi dapat disimpulkan bahwa jamur

4
mempunyai berbagai penampilan tergantung dari speciesnya. Jamur merupakan
organisme heterotrof sehingga memerlukan bahan organik dari luar untuk kebutuhan
nutrisinya. Sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau bahan-
bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan
yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini kemudian
dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Selain itu, hasil penguraian dari jamur saprofit dapat menghancurkan atau
menguraikan sampah, kotoran hewan, bangkai hewan dan bahan organik lainnya,
sehingga tidak terjadi penumpukan dari bahan organic mati tersebut. Dengan
demikian dapat mempertahankan berlangsungnya siklus materi terutama siklus
karbon, yang berperan bagi kelangsungan hidup seluruh organisme. Jamur saprofit
juga penting dalam industri fermentasi misalnya dalam pembuatan bir, anggur,
produksi antibiotik, peragian roti, keju maupun makanan fermentasi lainnya. Jadi
sebagai saprofit, jamur dapat sangat menguntungkan bagi manusia. Tetapi sebagai
saprofit juga jamur dapat merugikan seperti melapukan kayu, tekstil, makanan dan
bahan-bahan alami yang berguna.
Sedangkan jamur parasit dapat menyerap bahan organik dari organisme yang
masih hidup atau disebut dengan inang. Jamur parasit dapat bersifat parasit obligat
dan parasite fakultatif. Jamur parasite obligiat merupakan parasit sebenarnya.
Sedangkan jamur parasit fakultatif merupakan organisme yang mula-mula bersifat
parasite kemudian membunuh inangny dan akhirnya hidup pada inang yang mati atau
disebut sebagai saprofit. Jamur parasit dapat menyerang tumbuhan, hewan maupun
mikrobiologianusia. Namun, jamur parasit juga dapat bersifat patogen yang juga
dapat bersifat saprofit seperti Histoplasmac apsulatun. Fungi seperti ini menunjukan
dimorfisme atau mempunyai dua bentuk/dua sifat hidup yaitu dalam bentuk
uniseluler seperti ragi yang bersifat parasit dalam bentuk benang/kapang yang
bersifats saprofit.
Bagi fungi saprofit maupun parasit, dapat bertahan hidup dengan
mensekresikan enzim dari dalam tubuhnya untuk menguraikan / mendegradasi
berbagai macam materi organik dari substratnya yang menjandi nutrisi sederhana
terlarut. Nutrisi yang telah berada dalam bentuk terlarut tersebut selanjutnya di serap

5
oleh selnya baik secara pasif maupun dengan transport aktif. Disamping bersifat
sebagai saprofit atau parasit, fungi dapat pula bersifat sebagai simbion, yang artinya
dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis dengan alga menghasilkan
lichenes atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar tumbuhan conifer dapat
menghasilkan mikoriza. Sedangkan tempat hidup atau habitat dari fungi dapat sangat
beragam. Fungi dapat hidup di perairan terutama perairan tawar dan sebagian kecil di
laut. Tetapi sebagian besar fungi hidup pada habitat terrestrial baik pada tanah
maupun pada materi organik yang telah mati.
Fungi yang hidup pada tanah maupun materi organik yang telah mati berperan
penting dalam proses mineralisasi karbon organik di alam untuk kepentingan semua
organisme. Sejumlah besar fungi parasit hidup pada tumbuhan terestrial/darat dan
menyebabkan penyakit pada sebagian besar tumbuhan yang mempunyai nilai
ekonomi penting. Tumbuhan bernilai ekonomi penting yang sering diserang
diantaranya adalah kentang, cokelat, lada, cengkeh, tembakau, kina dan lain-lain.
Fungi parasit juga sering menyebabkan penyakit pada manusia karena mereka dapat
menyebabkan alergi, keracunan, maupun infeksi atau pertumbuhan berlebihan.
C. Fisiologi Fungi
Menurut Suriawiria (1996), fisiologi Jamur secara umum ialah pada beberapa
jamur, miselium terdiri atas banyak sel yang mengandung satu atau dua inti per sel
(celluer). Miselium yang lain bersifat saenositik (caenocytik), yang artinya
mengandung inti dan keseluruhan miselium berupa satu sel multi inti yang
bersambung, tubular (seperti pipa), bercabang atau tidak bercabang atau miselium
tersebut dibagi oleh dinding melintang (septa), setiap sigmen menjadi hifa multi inti.
Pertumbuhan miselium terjadi pada ujung hifa (Agrios, 1996).
Sebagian besar jamur berkembang baik dengan spora. Spora mungkin di
bentuk secara aseksual (melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel yang
terspesialisasi, spora, tahap melibatkan kariogami dan miosis) atau sebagai hasil
proses seksual. Reproduksi seksual terjadi pada sebagian besar jamur. Beberapa
diantaranya, dua sel (gamet) yang sama ukuran dan bentuknya bersatu dan
menghasilkan zigot, yang disebut zigospora. Pada sekelompok besar jamur tidak
diketahui reproduksi secara seksual, baik karena jamur tersebut tidak mempunyai

6
reproduksi secara seksual atau karena belum ditemukan. Nampaknya jenis jamur
tersebut hanya berkembang biak secara aseksual.
Fungi merupakan organisme heterotrof yang berarti membutuhkan sumber
karbon organik dari luar. Untuk menunjang kelangsungan hidupnya, fungi seperti
halnya organisme lain membutuhkan kondisi kondisi fisiologis tertentu yang sesuai
dengan keadaannya. Kondisi fisiologis tersebut meliputi kondisi nutrisi yang harus
tersedia dan keadaan fisik yang dapat menunjang kehidupannya.
1. Kebutuhan Nutrisi
Secara umum nutrisi yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup fungi ialah
medium tempat hidupnya yang meliputi sumber karbon organik, nitrogen,
beberapa ion anorganik dalam jumlah kecil, dan faktor tumbuh dalam jumlah
yang sangat kecil pula. Nutrisi yang dapat dimanfaatkan fungi haruslah dalam
bentuk absorbtif atau siap diserap. Sebelum nutrisi diserap, fungi harus
meguraikan terlebih dulu bahan yang ada dalam lingkungannya (dengan
menggunakan enzim dalam tubuhnya). Sumber karbon yang biasa dapat diserap
oleh semua fungi ialah glukosa. Selain itu terdapat sukrosa dan maltose juga dapat
digunakan sebagai sumber karbon lainnya. Kebanyakan fungi dapat
memanfaatkan tepung dan selulosa. Air dan sumber karbon merupakan zat yang
paling banyak dibutuhkan fungi dalam menunjang pertumbuhannya.
Semua fungi dapat menggunakan sumber nitrogen organik. Adapun nitrogen
organik yang paling sering digunakan ialah pepton, asam amino misalnya asam
glutamat atau suatu amida seperti asparagin. Sedangkan sejumlah kecil fungi
dapat juga menggunakan nitrogen dalam bentuk anorganik seperti garam
ammonium, nitrat maupun bergantian antara nitrogen organik dan anorganik.
Sumber nitrogen organik seperti pepton atau asparagine dapat dimanfaatkan
sebagai sumber nitrogen, sekaligus dapat juga dimanfaatkan sebagai sumber
karbon. Selain hal hal tersebut, fungi juga membutuhkan unsur-unsur anorganik
seperti potassiumo fosfor (dalam bentuk fosfat), magnesium, sulfur dalam bentuk
sulfat dan kalsium hanya untuk beberapa spesies fungi.

7
2. Faktor Fisik yang Mendukung Fungi
Adapun faktor fisik yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan
kultur suatu fungi ialah temperatur dan pH. Rentang temperatur antara minimum,
optimum dan maksimum dapat berbeda-beda untuk masing-masing species fungi.
Pada umumnya temperatur minimum yang dapat ditolerir oleh fungi ialah 2-5℃.
Sedangkan suhu optimum bagi fungi saprofit ialah 22-30℃. Untuk fungi parasit
atau patogen suhu optimumnya biasanya antara 30-37℃. Adapun temperatur
maksimum yang masih dapat ditolerir fungi secara umum ialah 35-40℃.
Temperatur di atas berlaku secara umum hampir bagi semua kelompok fungi.
Namun ada juga pengecualian-pengecualian di mana suhu minimum
maupun suhu maksimum bagi fungi-fungi tertentu dapat berbeda. Sebagai contoh
species Flammulina velutipes yaitu fungi yang banyak dijumpai pada pohon-
pohon besar yang tumbang pada musim dingin, dapat tumbuh di bawah 0℃.
Sebaliknya beberapa kapang yang bersifat termofilik seperti Humicola lanuginose
dan Mucor puccilus, masih dapat tumbuh pada suhu 50oC. Selain tempratur,
terdapat juga ph yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
fungi. Secara umum pH optimum bagi kebanyakan fungi ialah antara 3,8-5,6.
Tetapi terdapat sedikit fungi yang dapat hidup di bawah pH 3 atau diatas pH 9. pH
yang dimiliki fungi lebih asam dari pada bakteri.
Adapun faktor lain yang dapat menunjang pertumbuhan fungi ialah oksigen.
Kapang pada umumnya bersifat aerobik sejati (harus selalu ada oksigen),
sedangkan ragi atau khamir bersifat aerobik fakultatif artinya mereka dapat hidup
baik dalam keadaan aerobik maupun keadan anaerobik. Seperti halnya pada
semua organisme, air adalah kebutuhan mutlak yang harus ada selama kehidupan
fungi. Miselium fungi hanya akan dapat tumbuh pada larutan yang mengandung
air atau pada keadaan udara yang lembab. Meskipun demikian ada juga beberapa
fungi yang tetap dapat menghasilkan spora dan tubuh buah tetapi tidak dapat
tumbuh baik dalam keadaan kekeringan yang ekstrim. Secara fisiologis jika
dibandingkan dengan mikroorganisme lain, fungi dapat lebih bertahan dalam
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

8
D. Klasifikasi Fungi
Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4
divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah
satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun
spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan
dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang
memiliki spora tidak berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi
menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi
Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi
seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui,
diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.
1. Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur
yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold)
atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya
hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel
banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan
spora yang berflagella. Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan
seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan
reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora.
Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora
matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin.
Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh
menjadi hifa baru. Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada
makanan. Jenis-jenis jamur tersebut antara lain: Rhizophus stolonifera, Rhizophus
nigricans, Mucor mucedo, dan Pilobolus sp.
2. Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang
reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac
atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang

9
menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul
membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak
disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon).
Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti
tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana. Adapun beberapa
contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina ialah Saccharomyces cerevisiae,
Penicillium spp, Aspergillus spp, Neurospora crassa, dan Morchella deliciosa.
3. Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang
sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian
menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau
basidiokarp. Jamur devisi ini paling sering kita jumpai dalam bentuk konsumsi
makanan sehari-hari. Adapun beberapa jenis jamur ini ialah Volvariella volvacea
(jamur merang), Auricularia polythrica (jamur kuping), Amanita phalloides dan
Puccinia graminis (jamur karat).
4. Deuteromycotina
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya
dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut
sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami
reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari
jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai
Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai
“keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang
belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara
reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan
bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina.
Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam
kelompok Ascomycotina. Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina
umumnya menyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum menyebabkan

10
penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp.
menyebabkan penyakit kurap atau panu.
5. Oomycotina (Jamur Air)
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi
seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan
tidak memiliki kloroplas. Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa,
yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang
disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel
biflagellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak
memiliki flagella. Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual.
Secara aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa sedangkan
secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina.
6. Myxomycotina
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange,
walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan
hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir
merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat
tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter.
E. Cara Reproduksi Fungi
Secara umum, reproduksi jamur umumnya terjadi dalam 2 cara, yaitu secara
seksual (perkembangbiakan generatif) dan secara aseksual (perkembangbiakan
vegetatif). Perkembangbiakan jamur secara generatif adalah perkembangbiakan yang
diawali dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan
2 hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi. Berdasarkan gametnya, proses ini dapat
dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami, gametangiogami, somatogami,
dan spermatisasi. Sedangkan reproduksi aseksual pada jamur dapat terjadi melalui
beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana ialah dengan pembentukan
tunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler, misalnya ragi
(Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk
semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran
sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru. Selain

11
dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan spora
aseksual.
F. Peran Menguntungkan dan Merugikan dari Fungi
1. Peran Menguntungkan Jamur
Fungi sebagai saprofit bersama-sama dengan bakteri saprofit berperan
sangat penting dalam siklus materi terutama siklus karbon, yang berperan bagi
kelangsungan hidup seluruh organisme. Disamping itu, fungi juga sebagai
dekomposer kedua yang dapat menguraikan sisa-sisa tumbuhan, bangkai hewan
dan bahan-bahan organik lainnya dan hasil penguraianya dikembalikan ke tanah
sehingga dapat menyuburkan tanah. Fungi saprofit jika bersama dengan protozoa
dan bakteri saprofit dapat mengurai sampah. Sehingga tidak akan terjadi
penumpukan bahan-bahan buangan di alam yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup organisme lain, dan masih banyak peran menguntungkan dari
fungi, yaitu sebagai berikut:
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein
tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam
pembuatan tempe dan oncom.
c. Khamir saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti,
dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
f. Dekomposisi materi organic, siklus karbon dan nutrisi.
g. Biosintesis berbagai komponen yang diperlukan untuk industry, seperti
industry alkohol, lemak, asam sitrat, oksaloasetat, dan glukonat.
h. Khamir (yeast) penyedia nutrisi tambahan, seperti vitamin dan kofaktor.
i. Ergot dihasilkan oleh Claviceps purpurea mengandung alkaloid yang secara
medis bermanfaat untuk membantu induksi kontraksi uterin, mengontrol
pendarahan dan pengobatan migren.
j. Leptologenia caudate dan Aphonomuces leavis digunakan untuk bahan
perangkap larva nyamuk di sawah dan membantu mengendalikan malaria.

12
2. Peran Merugikan Jamur
Fungi dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas makanan maupun
bahan-bahan lain yang penting bagi manusia. Karena sifatnya yang saprofit
(mampu mendekomposisi materi organik) fungi sering menimbulkan masalah
bagi manusia. Makanan seperti biji-bijiaan dan buah-buahan sering diserang oleh
pertumbuhan fungi yang tidak dikehendaki yang mengakibatkan pembusukan
maupun kerusakan lain, sehingga menurunkan kualitas maupun kuantitas dari
bahan-bahan tersebut. Disamping itu juga, fungi juga menyerang bahan-bahan
lain yang bernilai ekonomi seperti kulit, kayu, tekstil dan bahan-bahan baku
pabrik lainnya.
Fungi juga dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit. Fungi pada
umunmya lebih sering menyebabkan penyakit pada tumbuhan dibanding pada
hewan atau manusia. Penyakit yang ditimbulkan fungi pada tumbuhan seringkali
secara langsung sangat merugikan manusia karena menyerang tumbuh-tumbuhan
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti kentang, kelapa, lada, coklat,
cengkeh, tembakau dan lain-lain. Adapun beberapa kerugian yang disebabkan
oleh fungi, yaitu sebagai berikut:
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
b. Phythophthora infestan menyebabkan penyakit pada daun tanaman
kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru
manusia.
f. Amanita sp dapat menghasilkan racun sehingga dapat menyebabkan keracunan
bagi yang memakannya.
g. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungi atau jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang mirip
dengan tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil dan tidak dapat melakukan
fotosintesis. Jamur memiliki inti sel, mitokondria dan dinding sel yang tersusun oleh
kitin dan selulosa. Jamur dapat terdiri atas satu sel maupun banyak sel. Jamur yang
tersusun dari satu sel disebut uniseluler, sedangkan jamur yang tersusn dari banyak
sel disebut multiseluler. Jamur dapat bersifat safropit dan parasit. Jamur dapat
memperoleh nutrients atau makanan dengan cara menyerap senyawa organik dan
berkembang biak secara seksual dan aseksual. Fungsi dikelompokan menjadi 4 devisi
dengan system pengelompokan persamaan ciri-ciri.
Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela
maupun spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela
dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina.
Sedangkan yang memiliki spora tidak berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi
dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan
Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara
reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum
diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi
Deuteromycotina. Adapun fisiologi fungi dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu
kebutuhan nutrisi dan faktor fisik yang mendukung fungi. Fungi selain dikenal
memiliki manfaat menguntungkan bagi perekonomian, ternyata fungi juga dapat
menimbulkan efek kerugian baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Syamsunir. 1995. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Angga, Dika, dkk. 2015. Jamur/Fungi. Universitas Lampung.
Ariyanti, Indrawati, dan Wellyzar. 2006. Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Entjang. Indan. 2003. Mikrobiologi & Parasitologi. PT.Citra Aditya bakti. Bandung.
Hafsan. 2011. Mikrobiologi Umum. Makasar: Alaudin Press.
Rivaldy, Try Setya. 2017. Makalah Fungi. Watampone.
Tatang, Sopandi, dan Wardah. 2020. Mikrologi - Dasar dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi
(Anggota IKAPI).

15

Anda mungkin juga menyukai