Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
KESEHATAN LINGKUNGAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segala rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan
apapun.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Parasitologi” yang
diberikan oleh dosen pengampu.
Ucapan terima kasih saya sampaikan untuk keluarga dan rekan-rekan sekalian yang
telah memberikan dorongan kepada kami, sehingga makalah Mikoogi ini dapat kami
selesaikan.
Meskipun demikian kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Judul ………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………………………..
Daftar Isi……………………………………………………………………………...
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………...
Bab II Pembahasan …………………………………………………
2.1 Pengertian Mikologi…………………………………………………………………
2.2 Sifat Umum Mikologi. ………........................................................
2.3 morfologi mikologi ………………………………………………...
2.4 Siklus Hidup Mikologi...................................................
2.4.1 Reproduksi Secara Vegetative …………………….
2.4.2 Reproduksi Secara Generatif……………………..
2.5 Cara Penularan Mikologi. ………………………………………
2.6 Cara Diagnosa dan Pemeriksaan Laboratorium Mikologi……………………..
Bab III Penutup……………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
a. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di
luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-
paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai,
tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur
saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan
buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat
makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan-bahan organik
dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
b. Mold/Kapang
Merupakan jamur multiselluler (mempunyai inti lebih dari satu) yang membentuk
benang-benang hifa / filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang membentuk suatu
anyaman. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak bersekat. Hifa yang berada di
atas permukaan media disebut Hifa aerial yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Hifa
yang berada didalam media disebut Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat untuk menyerap
makanan.
Secara makroskopik (pada media SGA) jamur yang berbentuk Mold membentuk koloni yang
berserabut / granuler koloninya tampak kasar (Rought). Untuk identifikasi, hasil mikroskopik
dan maksoskopik merupakan dasar identifikasi. Contoh: : Aspergillus, Penicellium, Rhizopus,
Mucor, Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton.Hifa dapat bersifat sebagai :
hifa vegetative, yaitu berfungsi mengambil makanan utuk pertumbuhan.
hifa reproduktif, yaitu membentuk spora.
Hifa udara, yaitu berfungsi mengambil oksigen.
c. Dimorfik
Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold. Berbentuk
Yeast jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37 derajat C, dan berbentuk
mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu ruang. Contoh : Histoplasma
capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces dermatidis
1. Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan tumbuh menjadi
jamur baru.
2. Pembentukan spora aseksual. Spora aseksual dapat berupa sporangiospora atau
konidiospora. Jamur jenis tertentu yang sudah dewasa
menghasilkan sporangiofor(tangkai kotak spora). Pada ujung sporangiofor
terdapat sporangium (kotak spora). Di dalam kotak spora terjadi pembelahan sel
secara mitosis dan menghasilkan banyak sporangiospora dengan kromosom yang
haploid (n). Jamur jenis lainnya yang sudah dewasa dapat
menghasilkan konidiofor(tangkai konidium). Pada ujung konidiofor
terdapat konidium (kotak konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel
secara mitosis dan menghasilkan banyak konidiospora dengan kromosom yang
haploid (n). Baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh di tempat yang
cocok, akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).
Hifa (+) dan hifa (-), masing-masing berkromosom haploid (n), berdekatan
membentuk gametangium. Gametangium merupakan perluasan hifa.
Gametangium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) membentuk
zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan nukleus haploid yang
belum bersatu. Zigosporangium memiliki lapisan dinding sel yang tebal dan kasar
untuk bertahan pada kondisi buruk atau kering.
Bila kondisi lingkungan membaik akan terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga
zigosporangium memiliki inti yang diploid (2n).
Inti diploid zigosporangium segera mengalami pembelahan secara meiosis
menghasilkan zigospora haploid (n) di dalam zigosporangium.
Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium bertangkai pendek
dengan kromosom haploid (n).
Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora spora yang haploid (n). Spora-
spora ini memiliki keanekaragaman genetik.
Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang cocok, maka akan berkecambah
(germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n). Hifa akan tumbuh membentuk
jaringan miselium yang semuanya haploid (n).
http://myfnsblogaddress.blogspot.com/2016/05/makalah-mikologi-tentang-sejarah-dan.html
http://vegadiguna.blogspot.com/2017/05/tugas-kuliah-mikologi-jamurfungi.html