Anda di halaman 1dari 31

RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Epidemiologi yang dibina oleh Ibu drg. Rara Warih Gayatri, M.PH

Oleh :
1. Adelia Oktaviani (150612603862)
2. Aris Ramadhani (150612607483)
3. Dona Irham Permana (150612606920)
4. Fariha Mariroh (150612602843)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Februari 2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta
hidayahnya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Ruang Lingkup
Epidemiologi” tepat pada waktunya sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi yaitu
membuat makalah pembahasan tentang Ruang Lingkup Epidemiologi, yang
bertujuan supaya para mahasiswa dapat memahami mengenai Ruang Lingkup
Epidemiologi. Kemudian makalah yang kami buat ini juga bertujuan untuk
memberikan suatu modul ataupun pembahasan yang berhubungan dengan Ruang
Lingkup Epidemiologi untuk mashasiswa jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu drg. Rara Warih Gayatri,
M.PH sebagai dosen mata kuliah Epidemiologi yang telah membimbing kami dan
rekan-rekan yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Makalah ini diselesaikan masih jauh dari kata sempurna, dengan


keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, maka kami menerima kritik dan
saran dari pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Malang, 4 Februari 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar gambar iv
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
Bab II Pembahasan 3
2.1 Epidemiologi penyakit menular
3
2.2 Epidemiologi penyakit tidak menular 3
2.2.1 Situasi Penyakit tidak menular secara global 4
2.2.2 Situasi Penyakit tidak menular di Indonesia 5
2.3 Epidemiologi klinik 6
2.4 Epidemiologi kependudukan 8
2.5 Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan 8
2.6 Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja 9
2.6.1 Terjadinya Wabah dan penyakit 10
2.6.2 Agen 12
2.6.3 Host 13
2.6.4 Lingkungan 18
2.6.5 Pengukuran paparan 19
2.6.6 Pengukuran efek 20
2.6.7 Pengendalian wabah 20
2.7 Epidemiologi kesehatan jiwa 20
2.8 Epidemiologi gizi 21
2.9 Epidemiologi perilaku 22
2.10 Epidemiologi sosial 23

iii
Bab III Penutup 25
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran 26
Daftar Pustaka..............................................................................................27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fokus dari studi epidemiologi adalah populasi didefinisikan dalam istilah


geografis atau lainnya; misalnya, kelompok tertentu pasien rumah sakit atau
pekerja pabrik bisa menjadi unit belajar. Sebuah populasi umum digunakan dalam
epidemiologi adalah salah satu yang dipilih dari daerah tertentu atau negara pada
waktu tertentu. Ini membentuk dasar untuk menentukan subkelompok sehubungan
dengan jenis kelamin, kelompok usia atau etnis. Struktur populasi bervariasi
antara daerah dan periode waktu geografis. analisis epidemiologi harus
mengambil variasi tersebut ke dalam rekening. (WHO, 2006)

Epidemiologi berasal dari pengamatan Hippocrates 'lebih dari 2000 tahun


yang lalu bahwa faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit. Namun,
hal itu tidak sampai abad kesembilan belas bahwa distribusi penyakit pada
kelompok populasi manusia tertentu diukur ke sebagian besar. Pekerjaan ini tidak
hanya ditandai awal formal epidemiologi tetapi juga beberapa achievements yang
paling spektakuler.(Beaglehole dkk, 2004). Temuan oleh John Snow bahwa risiko
kolera di London terkait dengan minum air yang disediakan oleh perusahaan
tertentu menyediakan terkenal menyoroti pengelompokan kasus. Studi
epidemiologi Snow adalah salah satu aspek dari serangkaian luas dari investigasi
yang diperiksa terkait fisik, kimia, biologi, sosiologi dan proses politik. (Johansen,
2003) (Johansen PV, Brody H, Rachman S, Rip M. Kolera, Cholorform, dan Ilmu
Kedokteran: kehidupan John Snow Oxford, Oxford University Press, 2003).

Membandingkan tingkat penyakit di sub kelompok populasi manusia menjadi


praktik umum di akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh.
Pendekatan ini awalnya diterapkan untuk pengendalian penyakit menular, tetapi
terbukti menjadi cara yang berguna untuk menghubungkan kondisi lingkungan
atau agen untuk penyakit tertentu. Di paruh kedua abad kedua puluh, metode ini
diterapkan untuk kronis penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan
kanker, terutama di negara-negara berpenghasilan tinggi middleand. (WHO, 2006)

1
Epidemiologi seperti yang didefinisikan oleh Last JM, 2001 adalah "studi
tentang distribusi dan determinan dari negara yang berhubungan dengan kesehatan
atau peristiwa dalam populasi tertentu, dan aplikasi penelitian ini untuk
pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan". Epidemiologi prihatin tidak
hanya dengan kematian, penyakit dan cacat, tetapi juga dengan negara-negara
kesehatan yang lebih positif dan yang paling penting, dengan sarana untuk
meningkatkan kesehatan. Istilah "penyakit" mencakup semua perubahan
kesehatan yang kurang baik, termasuk cedera dan kesehatan mental.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud epidemiologi penyakit menular?
2. Apa yang dimaksud epidemiologi penyakit tidak menular?
3. Apa yang dimaksud epidemiologi klinik?
4. Apa yang dimaksud epidemiologi kependudukan?
5. Apa yang dimaksud epidemiologi Pengolahan Pelayanan Kesehatan?
6. Apa yang dimaksud epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja?
7. Apa yang dimaksud epidemiologi kesehatan jiwa?
8. Apa yang dimaksud epidemiologi kesehatan gizi?
9. Apa yang dimaksud epidemiologi perilaku?
10. Apa yang dimaksud epidemiologi sosial?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi penyakit menular.
2. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi penyakit tidak menular.
3. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi klinik.
4. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi kependudukan.
5. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi Pengolahan Pelayanan
Kesehatan.
6. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan
Kerja.
7. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi kesehatan jiwa.
8. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi kesehatan gizi.
9. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi perilaku.
10. Mengetahui apa yang dimaksud epidemiologi sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Epidemiologi Penyakit Menular


Sebagai bentuk dan upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit
menular yang saat ini hasilnya sudah tampak (Iqbal, 2012).
Bentuk ini yang telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi
berbagai gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil yang
gemilang dari epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans pada mulanya hanya
ditujukan pada pengamatan penyakit menular secara seksama, ternyata telah
memberikan hasil yang cukup berarti dalam menangulangi berbagai masalah
penyakit menular dan juga penyakit tidak menular.
Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam
pencegahan penyakit menular. Misal : dengan adanya imunisasi BCG, maka
penyakit campak yang merupakan penyakit menular data tertanggulangi. (Adnani,
H, 2010)
Bentuk ini telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilna manusia mengatasis
brbagai macam gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil
yang gemilang dari epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans yag pada
mulanya hanya ditujukan pada penyakit menular secara seksama, ternyata telah
memberikan hasil yang cukup berarti dalam menanggulangi berbagai masalah
penyakit menular dan juga penyakit tidak menular. (Nasry, 2008)
2.2 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai factor
yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak
menular seperti kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun
lainnya, termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan
penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini banyak digunakan terutama
dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai
gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang industri yang banyak

3
mempengaruhi keadaan lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun
lingkungan social budaya. (Nasry, 2008).

Upaya untuk mencagah penyakit yang tidak menular seperti : kanker, penyakit
sistemik, penyakit akibat kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat, termasuk
penyakit akibat gangguan industry (Iqbal, 2012).
Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam
pencegahan penyakit tidak menular. Dalam hal ini adalah mencari beberapa fakta
yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai penyakit tdak menular. Misal
: Keracunan makanan dapat dicari berbagai factor yang menjadi penyebabnya
dengan mengidentifikasi isi dan makanan tersebut untuk dicari factor resikonya.
(Adnani, 2010)
2.2.1 Situasi Penyakit tidak Menular Secara Global
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 jutakematian yang terjadi di dunia
pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh
Penyakit TidakMenular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih
muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari
seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun,
29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13%
kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang
dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan
dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak
Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat diseluruh dunia, peningkatan
terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua
pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular
seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada
tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit
tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain,
kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi

4
lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun
2030. Pada negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggung jawab
terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang dan disability (Disability adjusted
life years=DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit menular,
maternal, perinatal dan masalah nutrisi.
Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi
dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas.
Diproyeksikan jumlah kesakitan akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan
akan meningkat dan penyakit menular akan menurun. PTM seperti kanker,
jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit kronik lainnya akan
mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sementara itu penyakit
menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya
diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan kejadian
PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup
seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi
dan peningkatan usia harapan hidup. (Kemenkes RI, 2009)
2.2.2 Situasi Penyakit tidak Menular di Indonesia
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple
burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai
dengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya
kembali beberapa penyakit menular lama (re-emerging diseases), serta munculnya
penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng diseases) seperti HIV/AIDS,
Avian Influenza, Flu Babi dan Penyakit Nipah. Di sisi lain, PTM menunjukkan
adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. (Kementian
Kesehatan RI, 2009).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama
12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena
penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit
menular semakin menurun (lihat grafik gambar 1). Fenomena ini diprediksi akan
terus berlanjut. (Kementian Kesehatan RI, 2009)

5
Gambar 1 : Distribusi penyebab kematian menurut kelompok penyakit di
Indonesia, SKRT 1995, SKRT 2001, Riskesdas 2007
Sumber : Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
Gambar 1 di atas memperlihatkan bahwa selama tahun 1995 hingga 2007 di
Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya dari 44,2%
menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami
peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi 59,5%, sedangkan gangguan
maternal/perinatal dan kasus cedera relatif stabil. Menurut profil PTM WHO
tahun 2011, di Indonesia tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700
perempuan meninggal karena PTM SIRS) Tahun 2010-201. (Kementian
Kesehatan RI, 2009)
2.3 Epidemiologi Klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang
dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi
dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama
para dokter sering menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi dalam menangani
kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab dan cara
mengatasinya terhadap kasus secara individu dan biasanya tidak tertarik unutk
mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan sifat
penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi
tersebut, merupakan data informasi yng sangat berguna dalam analisis
epidemiologi tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada

6
data dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki
metode pendekatan serta penerapannya secara khusus

Bentuk yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan untuk
membekali para klinisi, atau dokter, atau para medis tentang cara pendekatan
masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi (Iqbal dkk, 2009)
Epidemiologi dalam Klinik dapat diaplikasikan untuk berbagai khasus.
Misalnya : dalam penentuan abnormalitas terdapat batas angka tertentu yang
ditentukan untuk memastikan seseorang sakit, atau mempunyai kadar hasil
pemeriksaan laboratorium yang abnormal. Misalnya : khasus hipertensi terjadi
ketika tekanan dara seseorang melebihi angka 120/80 dengan menggunakan alat
tensi meter. (Adnani, 2010)
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang
dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan utuk membekali para klinisi atau
dokter tentang cara pendekatan mslah melalui diiplin ilmu epidemiologi. Dalam
pengunaan epidemiologi klinis sehari-hari, para petugas medis terutama para
dokter sering mengunakan prinsip-prinsip epideniologi dalam menangani khasus
secara individual. Mereka lebih berorientasi kepada penyebab penyakit dan cara
mengatasinya, terhadap khasus secara indivdu, dan biasanya tidak tertarik untuk
mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan sifat
penyebaranya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi
tersebut meruopakan data informasi yang sangant berguna dalam analisis
epidemiologi, tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi terbatas pada data dan
informasi saja, tetapi merukan suati disiplin ilmu yang memiliki metode
pendekatan serta cara penerapanya secara khusus denan demikian, maka
sewajarnyalah apabila setiapdokter yang akan bertugas dibekali pengetahuan dan
keterampilan khusus tentang cara pendekatan epidemiologi
Dewasa ini para dokter yang bekerja di pukesmas cukup banyak dibebani
tugas ganda yakni selain sebagai klinisi, mereka juga harus berfungsi sebagai
pelaksana usaha kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Tugas utamaya
sebagai seorang dokter akan terganggu dengan berbagai tugas lain yang
membutuhkan waktu dan tenaga sehingga tidak jarang dijumpai pelayanan
penderita yang sangat kuratif saya. Para penderita akan terangkat dalam suatu

7
lingkaran setan, yakni mereka secara individu akan sembuh secara pengobatan,
tetapi kemudian mereka kembali ke lingkungan yang sama dengan kemungkinan
untuk menjadi sakit lagi (Nasry, 2008)
2.4 Epidemiologi Kependudukan
Cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi, serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi
yang terjadi di dalam masyarakat. Memeberian analisis tentang tentang sifat
karakteristik penduduk secara demografi dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dalam masyarakat. Juga berperan dalam berbagai aspek kependudukan
dan keluarga berencana, serta digunakan sebagi dasar dalam mengambil kebijakan
dan menyusun perencanaan yang baik (Iqbal, 2012)
Cabang epidemiologi yang mengunakan sistem pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagi permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi dan factor-faktor yang memengaruhi berbaga perubahan demografis
tersebut.Misalnya : tejadi peningkatan angka pengangguran di suatu wilayah X
karena banyak penduduk kehilangan pekerjaan sebagi buruh tani akibat pemilik
sawah banyak menjual sawahnya pada developer perumahan (Adnani, 2010).
2.5 Epidemiologi Pengolahan Pelayanan Kesehatan
Salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisa masalah,
memcari factor penyebab, timbulnya suatu masalah, serta penyusunan karena
pemecahan maalah tersebutsecara menyeluruh dan terpadu. Bentuk pendekatan ini
dapat digunakan oleh para perencana pelayanan kesehatanyang bersifat umum
maupun dengan sasaran yang khusus (Iqbal, 2012).
Dalam pelayanan keehatan epidemiologi diperlukan dalam menganalisis
masalah, mencari berbagai factor penyebab masalah, dan menyusun rencana
pemecahan masalah, missal : disuatu RS diketahui terjadi kasus INOS akibat
ruangan kotor, fentilasi tidak diatur dengan bik, kamar mandi kurang bersih, dapur
dan penyediaan makanan yang kurag hygienis. Untuk itu perlu disusun rencana
pemecahan masalah di RS tersebut berdasarkan berbagai factor penyebab
masalah.(Adnani, 2010).

8
2.6 Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja
Occupational and Environmental Epidemiology merupakan salah satu bagian
epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan, kesehatan, tenaga
kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat
fisik, kimia, biologis, maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja.
Kegunaanya adalah analisis tingkat kesehatan para pekerja juga untuk menilai
keadaan dan lingkungan kerja, serta penyakit akibat kerja (PAK) (Iqbal, 2012).
Berdasarkan buku “A Dictionary of Epidemiologi” Epidemiologi Kesahatan
Kerja atau Epidemiology of Occupational Health berarti studi tentang distribusi
dari;(1) workplace exposures,(2) employment conditions,(3)working conditions
(including psychosocial, chemical, and physical processes),(4) and of their effects
on health states and outcomes in defined populations. The application of
epidemiological knowledge to labor force.
Dalam buku “Epidemiology of Occupational Health” oleh WHO, 1986
mengenai epidemioogi kesehatan kerja, WHO membahsas hal-hal yang
diantaranya; (1) Nature and health effects of occupational factors, (2) Work,
health and disease, (3) Evaluation of the long -term effects of harmful
occupational factors, (4) Sources of data, (5) Screening in the assessment of
health risks, (6) Descriptive epidemiology, (7) Cross -sectional studies, (8) The
cohort study, (9) Case -control studies, with a note on proportional mortality
evaluation, (10) Study of combined effects, (11) Assessment of occupational
stress, (12) Statistical analysis of epidemiological data: an overview of some
basic considerations, (13) Validity aspects of epidemiological studies, (14)
Experimental epidemiology, (15) Accident epidemiology, (16) Uses of
epidemiology in occupational health, (17) Reappraisal of an epidemiological
study.
Sedangkan maksud dari Keselamatan kerja itu sendiri menurut
Mangkunegara (2002:163) dalam buku “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, serta hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur. Dalam hal ini keselamatan yang dimaksud bertalian erat dengan mesin,

9
alat kerja dalam proses landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi keselamatan
tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya, melindungi keselamatan setiap
orang yang berada di lokasi tempat kerja dan melindungi keamanan peralatan
serta sumber produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien.
Keselamatan kerja diutamakan dalam bekerja untuk menghindari terjadinya
kecelakaan. Menurut Sumakmur (1989), kecelakaan dapat diartikan sebagai suatu
peristiwa yang tidak diinginkan dan tidak diduga, yang kejadiannya dapat
menyebabkan timbulnya bencana atau kerugian. Pengertian dari kecelakaan
adalah suatu peristiwa yang dapat merusak suatu rencana yang telah dibuat atau
direncanakan sebelumnya.
Epidemiologi ditemukan dalam menjaga kesehatan lingkungan agar tetap
terjaga. untuk itu diberikan ilmu pengetahuan dan upaya untuk menjaga agar
masalah kesehatan lingkungan tidak terjadi. Bebagai macam masalah kesehatan
lingungan yang biasa terjadi di Negara berkembang adalah masalah perumahan,
air bersih, pembuangan kotoran manusia, sampah, dan limbah. Misalnya : masalah
uara yang tercemar (polusi) di jalan raya akibat banyaknya kendaraan yang
membuang CO melali kenalpotnya. Agar tidak terjadi penyakit pernafasan, maka
perlu diupayakan uji emisi pada setiap kendaraan bermotor yang lewat ditempat-
tempat yang telah ditentukan (Adnani, 2010).
Dalam buku “Epidemiologi Lingkungan” oleh Soemirat pada tahun 1999
mengenai epidemiologi lingkungan, adapun bahasannya adalah sebagai berikut;
2.6.1 Terjadinya Wabah dan Penyakit
2.6.1.1 Proses Terjadinya Penyakit

Manuisa sebagai mahkluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk


kelangsungan hidupnya. Ia perlu suplai udara, makanan, minuman, tempat untuk
bernaung, tempat kerja, tempat aktivitas lainnya, tempat untuk membuang
limbahnya, dan tempat peristirahatan terakhirnya. Oleh karena itumanusia selalu
berinteraksi dengan lingkungannya mulai ia dilahirkan sampai ia meninggal. Ia
juga [erlu bersosialisasi dengan sesamanya. Hal ini menunjukan bahwa manusia
memang bagian dari alam.

10
Dilihat dari segi manusia, interaksinya dengan alam ini dimaksudkan
untuk mendapat kuntungan, tetapi apabila sumberdaya alam tadi tidak mendukung
kesehatan manusia, maka bias terjadi yang sebaliknya, yang antara lain adalah
terjadinya penyakit. Hal ini dimungkinkan, karena didalam alam, selain banyak
hal yang menguntungkan (faktor eugenic) kehidupan manusia, juga mendapat
banyak yang merugikannya (faktor disgenik).
2.6.1.2 Proses Terjadinya Wabah
Wabah terjadi apabila penyakit bermanifestasi dimasyarakat dan penderita
secara statistic berjumlah melebihi normal, dan dalam waktu yang relative
singkat. Jumlah penderita dapat banyak dalam waktu singkat karena beberapa alas
an sebagai berikut:
a) Terjadi perubahaan kualitas lingkungan, sehingga;
1) Transmisi agen peyakit berjalan cepat, seperti terjadi pada keadaan banjir
atau
2) Masyarakat yang terpapar terhadap agen sekaligus dalam jumlah banyak,
3) Adanya keberdesakan yang tinggi.
b) Ada agen baru, sehingga semua orang sangat peka terhadapnya,
c) Distribusi kepekaan H berubah sehingga proporsi H yang peka menjadi sangat
banyak.
A. Wabah Penyakit Menular
Bebrapa contoh wabah penyakit enular dapat disebabkan oleh paparan
sekaligus mengena banyak orang seperti halnya keracunan makanan di sekolah,
pabrik, perhelatan, atau dari sumber yang sama. Wabah dapat juga terjadi akibat
pengolaha makanan yang membawa atau karier suatu mikroba, misalnya pemasak
yang dikenal sebagai Typoid mary.
B. Wabah Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidakmenular dapat mewabah, apabila jumlah kasus melebihi
rata-rata+ 2SD-nya sesuai definisi wabah. Untuk penyakit tidak menular ada
beberapa kemungkinan terjadinya wabah diantaranya ; (1) kepadatan penduduk
yang tinggi, sehingga sekaligus mengenai banyak orang. (2) agent secara konstan
dikeluarkan dari suatu sumber dan mempari masyarakat.

11
2.6.2 Agen
2.6.2.1 Agen Hidup
Agent hidup atau agent yang terdiri atas benda hidup seperti metazoan,
fungi, protozoa, bakteri, rickettsia, dan virus menyebabkan penyakit yang
bersifat menular.
2.6.2.2 Agen Tidak Hidup
Agent tidak hidup berupa:
a. Zat kimia yng dapat dibagi lagi kedalam zat kimia berasal dari luar tubuh,
terurtama banyaknya zat kimia pencemar ingkungan, dan dari dalam tubuh
(endogen) seperti metabolit, hormone dll.
b. Zat fisi seperti temperature, kelembaban, kebisingan, radiasi pengion,
radiasi non-pengion, semua dapat menyebabkan penyakit.
c. Kekuatan mekanis seperti tumbukan, force (force, energy) seperti halnya
pada perkelahian, peperangan, kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan
di Industri, di rumah dll.
d. Faktor fisiologis seperti usia, misalnya ketuaan yang menimbulkan
penyakit geriatric, kehamilan dapat menimbulkan keracunan kehamilan,
eklamsi, dll.
e. Faktor psikologis seperti tekanan jiwa akibat hubungan antara manusia
yang tidak selaras, atau tidak mampu menyelesaikan maslah yang
dihadapi, data timbul penyakit jasmaniah yang berhubungan dengan
kejiwaan.
f. Faktor keturunan atau genetis seperti kebotakan (alopecia), buta warna
hemofili, mongol, isme, diabetes dll. Penyakit keturuna ini diturunkan
pada generasi berikutnya, akibat adanya gen yang tidak normal.
2.6.2.3 Faktor Penentu Pada Agen
Berbgai hal perlu dipelajari, apabila ingin memberantas atau
mengendalikan penyakit dengan memberantas dan/atau mengendalikan
agentnya. Atau ingin membuat berbagai alternative pemberantasan agent.
Dalam proses pengendalian diperlukan bebrbagai pengertian tentang
karakteristik agen dengan berbagai faktor penentunya yang antara lain adalah:

12
(1)Bagi agen hisup : (a) prosedur identifikasi. (b)komposisi kimia.(c)
komposisi genetic, enzim.(d) viabilitas atau kemampuan bertahan hidup.(e)
reservoir.(f)sistem transmisi.(g) latensi.(h) spesifitas. (i) selektivitas. (j)
Patogenitas. (k) infektivitas. (l) virulensi. (2) bagi agen yang tidak hidup : (a)
prosedur identifikasi. (b) dosis efektif. (c) ekokinetik. (d) farmakokinetik. (e)
toxisitas. (f) sistem transmisi. (g) sistem transmisi. (h) spesifitas. (i)
selektivitas. (j) reservoir.
2.6.3 Host
Elemen host ini sangat penting dalam proses terjadinya penyakit ataupun
dalam pengendaliannya, karena ia sangat bervariasi keadaanya apabila dilihat dari
aspek social ekonomi budaya, keturunan, lokasi geografis, dan lain-lainya. Host
juga sangat menentukan kualitas lingkungan yang ada dengan cara-cara perlakuan
yang berbeda-beda sesuai dengan taraf pengeetahuan, sikap dan budaya hidupnya.
Faktor determinan atau penentu yang ada pada host dapat dibagi kedalam
dua klasifikasi yang besar, yakni:
a. Faktor-faktor yang dibawa atau sudah ada sejak lahir, dan
b. Faktor-faktor yang dapat dilihat setelah dilahirkan.
2.6.3.1 Atribut Orang yang Diturunkan/dilahirkan.
Secara politis, orang dilahirkan sama dan sederajat, tetapi secara biologis
hal ini tidak benar. Perbedaan atau variabilitas atas dasar faktor biologis ini
menentukan sekali terjadinya penyakit. Kedalam klasifikasi ini, yang
terpenting termasuk unsur usia, jenis kelamin, bangsa, urutan kelahiran dam
keluarga.(Fox dkk, 1970)
A. Usia
Sudah banyak diketahui bahwa ada penyakit yang disebut penyakit
anak, penyakit orang tua dan penyakit akil balig, dan seterusnya. Hal ini
disebabkan karena penyakit tertentu hanya menyerang kelompok usia
tertentu pula. Misalnya penyakit morbili, polio, pertussis, Diphtherie,
cacar air, dan lain-lainya disebut penyakit anak. Penyakit tersebut
kebanyakan menyerang anak, disebabkan karena anak belum mempunyai
kekebalan terhadapnya, sehingga anak merupakan populasi beresiko tinggi
terhadap penyakit sedemikian.

13
Penyakit juga didapat pada populasi tua. Penyakit ini tergolong
penyakit degerenatif, seperti rheumatic, tulang keropos (osteoporosis),
kardiovaskuler, syaraf, dan lain-lainnya. Golongan penyakit kronis
sebagian besar menyerang populasi lansiakarena proses yang menahun,
baik dalam pemaparan amupun manifestasi penyakit, seperti berbagai jenis
kangker.
Penyakit banyak pula menyerang usia akil balig. Penyakit ini
sedemikian adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya imbalans
hormonal, misalnya acne, ketidak-tenteraman akibat mulai berfungsi
sebagai kelenjar hormon (misalnya kelenjar kelamin), terjadi gejolak
berbagai perasaan yang dapat menyebabkan kelainan jiwa dan perilaku.
B. Jenis Kelamin
Indensi berbagai penyakit di antar apenyakit jenis kelamin
kebanyakan berbeda. Hal ini terutama disebabkan karena paparan terhadap
agen bagi setiap jenis kelamin berbeda. Misalnya, anak laki-laki lebih suka
aktivitas fisi daripada anak perempuan, maka penyakit yang diderita
berbeda akibat perilaku dan fungsi sosialnya yang berbeda. Jenis pekerjaan
antara pria dan wanita berbeda. Pembagian kerja secara social antara
wanita dan laki-laki menyebabkan terjadinya perbedaan paparan yang
diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula.
C. Bangsa
Perbedaan antara bangsa ditentukan oleh perbedaan dalam
komposisi genetiknya. Hal ini selanjutnya akan menentukan kepekaannya
ataupun kekebalannya terhadap penyakit tertentu. Faktor genetic sulit
dipisahkan dari faktor lingkungan, karena perubahan gen biasanya juga
lebih tahan terhadap penyakit kulit. Sebaliknya TBC lebih mudah
berkembang epada yang berkulit hitam dari pada kaukasian.(Purnomo,
1987)
D. Keluarga
Kkeluarga merupakan satuan terkecil di masyarakat. Orang tidak
dapat mengubah keluarga dimana ia berasal. Hal ini merupakan salah satu

14
nasib, karena orang tidak dapat memilih untuk dilahirkan ke dalam
keluarga tertentu atau dikehendaki.
Urutan kelahiran juga merupakan faktor yang ada di dalam
keluarga. Seseorang yang dilahirkan sebagai anak pertama, atau anak
uyang kesepuluh, tentunyaakan berbeda baik dalam potensial kesehatan
maupun potensial penyakkit yang diderita dan perlakuan keluarga
terhadapanya.
Faktor keluarga erat hubungannya dengan faktor genetic, karena
tentunya apabila didapat kelainan gen, maka hal ini akan diturunkan pada
anak cucunya, seperti mislanya penyakit Diabetes mellitus, buta warna,
hemofili, dll.(Essam dkk, 1982)
E. Daya Tahan Natural
Daya tahan host dapat dilihat dari dua segi, yakni daya tahan
alamiah natural dan daya tahan kultural. Daya tahan natural terdiri atas
struktur dan fungsi tubuh, dan sistem kekebalanyang didapat manusia
sejakk lahir, sedangkan daya tahan kultural akan dibicarakan di bawah
atribut yang didapat setelah lahir.
2.6.3.2 Atribut Orang yang Didapat Setelah Lahir
Ke dalam atribut yang didapat setelah lahir ini termasuk semua keadaan
tubuh yang diperoleh atas dasar pegetahuan, kebiasaan atau budaya. Atau juga
atribut orang yang didapat setelah lahir. Ke dalam atribut ini termasuk status
kesehatan umum, respons imunologis dan status kekebalan, kekebalan
kelompok, dan perilaku host. Semua ini dikelompokan dan disebut atribut
yang didapat, dan mana yang dilahirkan. Misalkan, apabila terjadi paparan,
maka dapat terjadi bahwaseluruh keluarga mendapatkan paparan yang sama,
misalnya akibat kebiasaan yang sama.
A. Status Kesehatan Umum
Status umum ini bias dipengaruhi oleh atribut yang dilahirkan,
misalnya anak yang lahir cacat atau sakit karena ibu sakit. Tetapi selin itu
ke dalam kelompok ini termasuk status fisiologis, status gizi, dan
pengalaman sakit.

15
B. Status Fisiologis
Yang dimaksud status fisiologis adalah keadaan fungsi tubuh
sesorang. Karena fungsi ini ditentukan oleh struktur, maka status fisiologis
struktur yang normal akan memberi status fungsi yang normal pula. Tetapi
fungsi yang normal itu sendiri dapat mempengaruhi manifestasi suatu
penyakit.
C. Status Gizi
Status gizi dapat didapat dari orang dari nutrient yang diberikan
padanya. Ada tiga jenis kekurangan gizi; ada yang kurang secara kualitatif
dan ada yang kurang secara kuatitatif, serta kekurangan keduanya. Apabila
kuantitas nutrient cukup, tetapi kualitasnya kurang maka orang dapat
menderita kekurangan berbagai kekurangan vitamin, mineral, protein, dan
lain-lainnya.
D. Pengalaman Sakit
Pengalaman sakit ikut menentukan kekuatan tubuh. Apabila ia
sembuh dengan sempurna maka ia akan bertambah pengalaman
membentuk antibody terhadap penyakit tersebut. Tetapi ada yang tidak
sembuh secara sempurna, atau bahkan membuat orang jadi rentan terhadap
penyakit lainya atau menjadi cacat.
E. Stress atau Tekanan Hidup
Tekanan yang diderita seseorang dapat terjadi terhadap kekuatan
fisik ataupun jiwanya. Misalnya fase fertilitas, pubertas, dan ketuaan
memberi tekanan fisik, demikian pula pekerja kasar yang terpapar panas,
dingin, beban fisik yang berat dan seterusnya. Sebaliknya orang dapat
menderita tekanan jiwa akibat takut, tidak ada hubungan harmonis di
tempat kerja ataupun di rumah dll.
F. Kekebalan dan Respon Imunologis
Kekebalan dan respons imunologis yang dimaksud di sini ialah
yang terjadi setelah manusia dilahirkan. Kekebalan terhadap berbagai
penyakit bias diperoleh dari penglaman sakit dan vaksinasi (aktif), atau
mendapat serum (pasif0. Namun juga ada penyakit yang menyerang

16
Sistema kekebalan tubuh, sehingga tubuh tidak mampu mebuat antibodies
apapun terhadap penyakit.
G. Perilaku Host
Atribut orang terakhir ini merupakan yang penting sekali, karena
yang sangat menentukan terhadap atribut yang telah dibahas terdahulu,
yaitu, kesehatan umum dan kekebalan kelompok maupun individu. Ada
empat fakto yang menentukan perilaku seseorang, mengapa ia berperilaku
sedemikian. (WHO, 1987):
1. Panutan atau orang yang dianggap penting
2. Budaya
3. Sumber daya
4. Perasaan dan pemikiran
H. Perilaku dan Lingkungan Air
Perilaku masyarakat, termasuk kepercayaan dan kebiasaan akan
menentukan kualitas air yang digunakan, dan bagaimana mereka
memperlakukan air. Oleh karenannya mereka juga akan menentukan
transmisi penyakit yang dapat terjadi dan penyakit apa yang relevan
didapat diantara mereka. Ada masyarakat yang sudah terbiasa minum air
mentah, ada yang menggunakan air sungai. Di perkantoran air pada
umumnya telah diolah secara professional sehingga sumber air dapat
dikatakan cukup baik.
I. Perilaku dan Lingkungan Udara
Perilaku dan kebiasaan akan menentukan kualitas udara di
sekitarnya. Rumah yang tidak berventilasi atau tidak cukup baik
ventilasinya akan mempermudah penularan penyakit. Di daerah yang
beriklim dingin, rumah cenderung tertutup dan ventilasi udara cenderung
jelek. Padat tidaknya rumah juga menentukan mudah tidaknya penyakit
menulardari satu penghuni ke yang lain.
Kebiasaan orang membakar sampah, jerami, jenis bahan bakar,
serta tungku yang digunakan menentukan kualitas udara di luar maupun di
dalam rumah, dan menentukan transmisi dan frekuensi penyakit bawaan

17
udara. Teknologi gedung bertingkat serta Perindustrian juga turut
menyumbang ternganggunya kualitas udara.
J. Perilaku dan Lingkungan Makanan
Makanan selain dapat berfungsi sebagai media transmisi dapat
juga merupakan agen penyakit. Mulai dari kualitas yang kurang, kuantitas
yang kurang, dan berbagai jenis makanan berbahaya yang disukai oleh
orang. Kualitas dan kuantitas yang kurang akan menyebabkan malnutrisi,
dan misalnya jamur, setiap tahunnya ada saja orang yang keracunan
olehnya.
K. Perilaku dan Lingkungan Kerja
Lingkungan kerj mengandung berbagai agent tergantung pada
proses yang dilakukan, agen di dalam lingkungan kerja dapat
dikelompokan kedalam faktor fisis, kimia, biologis dan ergonomi. Faktor
fisis antara lain mencapup temperature tinggi dan rendah, tekanan
barometris tinggi dan rendah, sinar pengion dan elektromagnetik, vibrasi
dan kebisingan. Faktor kimi sangat banyak mulai dari pelarut, debu,
aerosol, yang mudah meledak, yang karsinogenik, yang beracun, yang
korosif, dan seterusnya. Faktor biologis juga terdapat di industri makanan,
misalnya industry agribisnis, dan faktor ergonomic mencakup faktor faal
dan kejiwaan. Penyakit yang yang terjadi disebut penyakit yang terjadi
disebut penyakit jabatan. Selain itu terjadi pula kecelakaan akibat kerja
karena adanya mekanisasi dan elektrifikasi sistem kerja.
L. Perilaku dan Lingkungan Sosial Ekonomi
Higiene perseorangan seperti memelihara kebersihan tangan, kullit,
gigi dan mulut, pakaian, rambut sehingga tidak ada agent penyakit,
merupakan pengetahuan yang didapat darilingkungan social ekonomi
budaya.
Sikap orang terhadap lingkungan sangat dipengaruhi lingkungan
social. Bagaimana orang membuang segala kotoran, baik kotoran manusia
maupun sampah ditentukan oleh lingkungan ini.

18
2.6.4 Lingkungan
Lingkungan mengandung sumber daya alam yang dibutuhkan semua
organisme, termasuk manusia , baik untuk kebutuhan dasar maupun di atas
kebutuhan dasar. Oleh karena itu lingkungan selalu dimanfaatkan oleh semua
organisme hidup. Dapat difahami, bahwa baik kualitas maupun kuantitas
lingkungan perlu dipelihara, agar kebutuhan akan hidup semua organisme dapat
selalu terpenuhi, dan tidak berakibat buruk pada pemanfaat. Permasalahan yang
timbul adalah bahwa selain menggunakan sumber daya alam yang tersedia, pula
buangan yang berasal aktivitasnya, seperti industry.

Dari definisi lingkungan dapat difahami bahwa konsep atau arti


lingkungan ini menjadi sangat luas. Di dalamnya termasuk host dan agent.
Bhakan lingkungan sendiri dapat ber[eran sebagai agen, misalanya sinar matari
dengan sinar ultraviolet, inframerah, microwave yang dalam dosis kecil kadang-
kadang bermanfaat untuk kesehatan, tetpai dalam dosis besar menjadi berbahaya.
Pemanfaatan sinar-sinar ini dalam industry juga memberi manfaat kesejahteraan
pada masyarakat, tetpai apabila pekerja terpapar olehnya terlalu banyak, maka
dapat mengakibatkan penyakit jabatan, dan merugikan kembali masyarakat.

Mengenai bahasan lingkungan pada buku “Epidemiologi Lingkungan”


oleh Soemirat, 1999 mengklasifikasi yang perlu diperhatikan mengenai
epidemiologi lingkungan adalah ; (1) Atmosfir atau lingkungan udara (2)
Hidrosfer. (3) Litosfer.(4) Geografi yakni posisi pada kerak bumi yang meliputi
iklim dan altitude atau posisi ketinggian di atas muka air laut. (5) Geologi. (6)
Biosfir. (7) Sosiosfir yang meliputi jumlah distribusi penduduk, struktursosial
politik, pendidikan, perkembangan ekonomi, dan struktur ekonomi.

2.6.5 Pengukuran Paparan


Dalam epidemiologi, sering kali dilakukan analisis hubungan antara suatu
agen potensial dengan kasus penyakit. Sering pula dilakukan perbandingan
anatara populasi yang terpapar agen potensial dengan yang tidak terpapar. Maka
itu perlu terlebih dahulu ditentuan arti dan ketentuan apakah seorang itu terpapar
atau tidak agar dapat dihitung frekuensi populasi yang terpapar dan yang tidak.

19
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada “Epidemiologi lingkungan” bagian
pengukuran paparan di dalam buku Epidemiologi Lingkungan oleh Soemirat,
1999 ialah; (1) Perbandingan paparan dengan dosisnya. (2)Sifat zat
pemapar.(3)Pengukuran pemaparan. (4) Populasi terpapar. (5) Paparan
Lingkungan Udara. (6) Paparan Lingkungan air dan makanan.(7) Paparan
lingkungan tanah. (8) Paparan Lingkungan Biologis. (9) Paparan Lingkungan
social. (10) pengukuran lingkungan subyektif.

2.6.6 Pengukuran Efek


Suatu efek dapat terjadi akibat agen terabsorbsi ke dalam tubuh,
berinteraksi dengan host, dan terjadi keadaan tidak normal pada host; taraf
keparahannya antara lain ditentukan oleh taraf paparan yang diterima.
Kuantifikasi efek atau penyakit dalam frekuensinya, yang sekaligus juga
mengukur derajat kesehatan masyarakat.

2.6.7 Pengendalian Wabah


Dalam bahsan pengendalian wabah akan dibahas dasar-dasar pengendalian
sertapencegahan wabah. Apabila wabah sudah teerjadi maka perlu dilakukan
tindakan-tindakan untuk mengendalikannya, dan setelah itu perlu dilakukan
pencegahan supaya tidakk terulang kembali. Selain itu adapula tindakan
pencegahan yang tidak perludidahului oleh adanya wabah.(Macmahon, 1970)

2.7 Epidemiologi Kesehatan Jiwa

Salah atu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat
bail menenai kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis
berbagai factor yang memepengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam mayarakat
(Iqbal, 2012).
Epidemiologi diperlukan dengan meningkatnya nernagai keluhan anggota
masyarakat yang mengarah ke masalah kejiwaan dan perubahan sosialnya.
Misalnya : perubahan sosial yang mendadak dari kaya menjadi miskin atau
sebaliknya (Adnani, 2010).
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa
dalam masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk
tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya

20
gangguan jiwa dalam masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan
anggota masyarakat yang lebih banyak mengarah ke masalah kejiwaan disertai
dengan perubahan sosial masyarakat, menuntut suatu cara pendekatan melalui
epidemiologi sosial yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa,
mengingat bahwa dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan
masalah kesehatan individu saja, tetapi telah menjadi masalah sosial masyarakat.
(Nasry, 2008)
2.8 Epidemiologi Gizi
Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah
ini erat hubunganya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup
masyarakat.Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis factor yang berhubungan
erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis
maupun yang berkaitan dengan masalah sosial (Iqbal, 2012).
Epidemiologi diperlukan untuk menganalisis berbagai factor yang
berhubungan dengan timbulnya masalah gizi di masyarakat. Misalnya : disuatu
wilayah desa X trdapat banyak kasus balita dengan sttus gizi kurang. Setelah
dianaalisis dengan epidemiologi, diketahui berbagai penyebb tidaklangsung yaitu :
kemiskinas, jumlah anak yangbanyak dan pengetahuan ibuyang kurang tentang
pemberian gizi pada balitanya. (Adnani, 2010).
Dewasa ini, epidemiologi hanya digunakan dalam analisis gizi masyarakat.
Masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola
hidup masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melalu epidemiologi gizi
bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan
timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama
yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat. Penanggulangan masalah
gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepada
penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah
tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau
lingkungan keluarga saja.
Dari berbagai contoh ruang lingkup penggunaan epidemiologi seperti tersebut
di atas, lebih memperjelas bahwa disiplin ilmu epidemiologi sebagai dasar filosofi
dalam usaha pendekatan analisis masalah yang timbul dalam masyarakat, baik

21
yang bertalian dengan bidang kesehatan maupun masalah lain yang erat
hubungannya dengan kehidupan masyarakat secara umum. (Nasry, 2008)
2.9 Epidemiologi Perilaku
Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang
peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Bahkan menurut
bloom, faktor perilaku memberikan kontribusi terbesar dalam menentukan status
kesehatan individu maupun masyarakat. Mengingat bahwa faktor penyebab
penyakit lebih bersifat kompleks sehingga dalam epidemiologi, kita lebih banyak
melakukan pendekatan faktor risiko maka faktor perilaku individu maupun
masyarakat, seperti kebiasaan hidup sehat individu dan kepercayaan masyarakat
tentang sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan, banyak memberikan nilai
resiko yang sering muncul dalam analisis epidemiologi tentang kejadian penyakit
dalam masyarakat. Bahkan perilaku sangat erat hubungannya dengan umur dan
jenis kelamin, suku dan ras, pekerjaan, status sosial dan ekonomi serta berbagai
aspek kehidupan lainnya. (Noor, Nur Nasry, 2008)

Berikut ini merupakan perilaku yang tidak mendukung kesehatan menurut Unicef:

1. Buang sampah di sembarang tempat.


2. Buang air besar di sungai.
3. Tidak mencuci tangan menggunakan sabun.
4. Tidak mencuci bahan makanan dan peralatan makan dengan air mengalir
yang aman bebas dari kuman.
5. Merokok.
6. Meludah dan membuang dahak sembarangan , selain membuat lingkungan
menjadi kotor dan tidak sedap dipandang, jika yang meludah sedang sakit ,
dapat menjadi sumber penyebaran penyakit.

Perilaku positif yang menunjang kesehatan menurut Unicef:

1. Hidup teratur, ada saat untuk bekerja, saat untuk istirahat, dan saat untuk
berolahraga.
2. Bangun pagi, tidur tidak terlalu larut malam.
3. Makan teratur dengan gizi seimbang.
4. Hidup bersih, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

22
Diharapkan masyarakat dapat menerapkan perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) yang terdiri dari:

1. Cuci tangan menggunakan sabun.


a. Sebelum menghidangkan makanan.
b. Sebelum makan.
c. Sebelum memberi makan bayi.
d. Setelah dari WC.
e. Setelah memegang hewan.
2. Menggunakan air bersih dan aman yang bebas dari kuman dan bakteri.
3. Buang air besar di WC.
4. Jangan menyimpan makanan terlalu lama, jika makanan telah matang
segera dikonsumsi.
5. Buang sampah pada tempatnya, sampah dipisahkan untuk didaur ulang.

2.10 Epidemiologi Sosial

Berkman dan Kawachi, mendefinisikan epidemiologi sosial “the branch of


epidemiology that studies the social distribution and social determinants of
health.” Artinya, cabang dari epidemiologi yang mempelajari distribusi dan
determinan sosial dari kesehatan. Dengan kata lain epidemiologi sosial merupakan
cabang epidemiologi yang mendeskripsikan distribusi kesehatan pada populasi
berdasarkan faktor-faktor sosial, dan menganalisis faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi perbedaan distribusi kesehatan itu pada berbagai populasi. Bidang
ilmu epidemiologi sosial mengintegrasikan konsep dan metode dari aneka
disiplin, mulai dari sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, demografi, biologi,
fisiologi, kedokteran, dan tentu saja epidemiologi sendiri. Epidemiologi sosial
memberikan perhatian khusus kepada komunitas sebagai sebuah entitas, suatu
entitas yang lebih kompleks daripada sekedar kumpulan dari individu-individu
yang membentuk komunitas itu, yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan
masing-masing individu tersebut.

Pendekatan epidemiologi sosial merepresentasikan suatu pergeseran


konsep teori dan riset epidemiologi, yaitu pergeseran menuju dunia sosial yang
selama ini diabaikan oleh riset biomedis. Epidemiologi sosial sesungguhnya

23
bukan merupakan ilmu yang sama sekali baru. Pada awal abad keduapuluh, Emile
Durkheim (1858-1917) merampungkan penelitiannya yang menghubungkan
bunuh diri dengan aneka keadaan psikopatologis (misalnya, kegilaan), ras,
hereditas (keturunan), iklim, musim, perilaku imitatif, faktor-faktor egoistik
(misalnya, agama), altruisme (lebih memprioritaskan kebutuhan dan perasaan
orang lain ketimbang dirinya sendiri), anomie (instabilitas sosial), dan fenomena
sosial lainnya. Hasil penelitian Durkheim dibukukan dengan judul “Suicide: a
study in sociology” tahun 1897, merupakan contoh awal studi epidemiologi sosial,
meneliti pengaruh faktor psikososial terhadap kesehatan populasi (Gerstman,
1998). Nama “epidemiologi sosial” sendiri baru diperkenalkan pertengahan abad
ke-20 oleh Alfred Yankauer dalam artikel yang diterbitkan oleh American
Sociological Review tahun 1950, bertajuk “The relationship of fetal and infant
mortality to residential segregation: an inquiry into social epidemiology”
(Krieger, 2001). Artinya, hubungan mortalitas fetus dan bayi dengan segregasi
(keterpisahan) tempat tinggal: sebuah penelitian epidemiologi sosial. Hipotesis
yang diuji, keterpisahan sosial meningkatkan risiko kematian fetus dan bayi.
Epidemiologi sosial berkembang seiring dengan makin diterimanya pandangan
holistik tentang kesehatan dan berkembangnya “kedokteran sosial” sejak
pertengahan Perang Dunia ke I dan II. (Berkman Lisa, 2000)

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Epidemiologi penyakit menular sebagai bentuk dan upaya manusia untuk
mengatasi gangguan penyakit menular yang saat ini hasilnya sudah
tampak.
2. Epidemiologi penyakit tidak menular sebagai usaha mencari berbagai
faktor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah
penyakit tidak menular seperti kanker.
3. Epidemiologi klinik merupakan salah satu bidang epidemiologi yang
sedang dikembangkan oleh para klinisi/dokter tentang cara pendekatan
masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi kependudukan merupakan salah satu cabang ilmu
epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi dalam
menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan
demografis yang terjadi di masyarakat.
5. Epidemiologi Pengolahan Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu
sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari
faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana
pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
6. Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian salah
satu bagian epidemiologi yang mempelajari dan menganalisis keadaan
kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan
kerja serta kebiasaan hidup para pekerja.
7. Epidemiologi kesehatan jiwa merupakan salah satu dasar pendekatan dan
analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadaan
kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai
faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.

25
8. Epidemiologi kesehatan gizi banyak digunakan dalam analisis masalah
gizi masyarakat dimana masalah ini erat hubunganya dengan berbagai
faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
9. Epidemiologi perilaku menganalisis perilaku manusia sebagai salah satu
faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat
kesehatan suatu masyarakat.
10. Epidemiologi sosial merupakan cabang epidemiologi yang
mendeskripsikan distribusi kesehatan pada populasi berdasarkan faktor-
faktor sosial, dan menganalisis faktor-faktor sosial yang mempengaruhi
perbedaan distribusi kesehatan itu pada berbagai populasi.

3.2 Saran
Untuk mengetahui atau mempelajari tentang salah satu dari ruang
lingkup epidemiologi, diperlukan tata konsep bahasan yang akan diteliti.
Sebuah penelitian atau analisa harus dengan mempertimbangkan segala aspek
yang mencakup tentang masing-masing cabang ilmu epidemiologi tersebut,
sesuai konsep dasar epidemiologi sendiri yaitu segitiga epidemiologi dimana
terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu host, agen, dan reservoir.
Dimana ketiga hal tersebut sangat bergantung satu sama lain. Dengan
menerapkan konsep tersebut maka akan ditemukan determinan-determinan
yang penting untuk dipertimbangkan dalam masing-masing ruang lingkup
epidemiologi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Adnani, H. 2010. Prinsip Dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Nuha Medika


Berkman, Lisa F.2000.Social Epidemiology.USA:Oxford University Press

International Epidemiological Association. 2014. A Dicyionary of Epidemiology;


Sixth Edition. New York. Oxford University Press.
Iqbal, M.W. & Chayatin, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Iqbal, M.W. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidnan. Jakarta: Salemba Medika
Kustono, Djoko, Solochin, & Matiningsih, A. 2015. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Malang. Aditya Media.
Nasry, Nur. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
(Online).(http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin
/buletin-ptm.pdf. ), diakses pada 29 Januari 2016
(http://www.unicef.org/indonesia/FA_FC_Higienitas.pdf.), diakses pada 1
Februari 2016
Soemirat, Juli. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
World Health Organization . 1986. Epidemiology of Occupational Health.
Europe.World Health Organization Regional Office for Europe Copenhagen.
World Health Organization. 2006. Basic Epidemiologi ; 2nd Edition. Geneva
WHO Press.

27

Anda mungkin juga menyukai