RISET EPIDEMIOLOGI
Disusun Oleh :
Fani Pranidasari (6411420059)
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan/atau
status kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk pengendalian masalah-masalah
kesehatan. Epidemiologi terbagi atas dua kelompok yaitu, kelompok epidemiologi deskriptif
dan epidemiologi analitik.
Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi analitik merupakan fase kedua dari fase pendekatan
epidemiologi karena pada fase ini dicoba untuk menganalisis penyebab penyakit dengan cara
menguji hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti bagaimana timbulnya dan berlanjutnya
penyakit. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya
hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit.
Tujuan epidemiologi analitik:
Dua asumsi melatari epidemiologi analitik. Pertama, keadaan kesehatan dan penyakit pada
populasi tidak terjadi secara random melainkan secara sistematis yang dipengaruhi oleh
faktor risiko/ kausa/ faktor pencegah/ faktor protektif (Hennekens dan Buring, 1987; Gordis,
2000). Kedua, faktor risiko atau kausa tersebut dapat diubah sehingga dapat dilakukan upaya
pencegahan penya-kit pada level individu dan populasi (Risser dan Risser, 2002).
Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya
hubungan / pengaruh paparan terhadap penyakit.
Studi analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada pencarian hubungan
sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit). Studi epidemiologi analitik adalah
studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban tentang penyebab terjadinya
masalah kesehatan (determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran
serta munculnya masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab
akibat anatarafaktor resiko dan penyakit.
Studi Observasional
a. Studi potong lintang (Cross sectional)
Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang mempelajari hubungan
penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit tersebut dengan mengamati
status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut secara serentak pada individu atau
kelompok pada satu waktu. Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana
variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.
Langkah – langkah penelitian cross sectional :
a. Mudah dilaksanakan.
b. Sederhana.
c. Ekonomis dalam hal waktu.
d. Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
e. Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko
maupun efek
Kekurangan rancangan cross sectional :
Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada
balita dengan prilaku pemberian makanan oleh ibu.
Ciri rancangan kasus kontrol :
a. Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol) suatu
kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok tersebut
dibandingkan.
b. Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas (penyebab).
c. Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.
d. Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang
terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif.
e. Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang sama
dengan kasus.
f. Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti
Kelebihan rancangan penelitian case control :
a. Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya
panjang
b. Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c. Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
d. Subjek penelitian sedikit
e. Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
f. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam
dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
Kekurangan rancangan penelitian case control :
c. Kohort
Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok
terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya. Penelitian kohort
adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif.
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
Contoh : Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) paru (efek)
dengan merokok (risiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
Ciri khas dari rancangan kohort :
a. Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke
depan
b. Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti
dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
c. Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
d. Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif
e. Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat (akibat) f.
Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif
Kelebihan Rancangan kohort :
a. Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau efek yang
diteliti.
b. Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek
secara temporal.
c. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
d. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
e. Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan.
f. Dapat menetapkan hubungan temporal.
g. Mendapat incidence rate
h. Biasnya lebih kecil
Kekurangan rancangan kohort :
Studi Observasional
Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari
fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Menurut Bhisma Murti rancangan studi ini
digunakan ketika peneliti atau oranglain dengan sengaja memperlakukan berbagai tingkat
variabel independen kepada subjek penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel
independen tersebut terhadap variabel dependen. Berdasarkan penelitian tersebut studi
eksperimen (studi perlakuan atau intervensi dari situasi penelitian ) terbagi dalam dua macam
yaitu rancangan eksperimen murni dan quasi eksperimen.
3. Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua pengaruh
faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti
1. Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini disebabkan karena
ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis,
atau tidak praktis menggunakan randominasi.
2. Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian faktor penelitian
kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan
randominasi sehinggasulit mengontrol variabel secara ketat
Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan
pola distribusi penyakit dan determinannya menurut populasi, letak geografik, serta waktu.
Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan
karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status
perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif juga dapat
digunakan untuk mempelajari perjalanan alamiah penyakit.
b. Jenis kelamin
Selain umur, jenis kelamin atau gender merupakan determinan perbedaan kedua yang paling
signifikan di dalam peristiwa kesehatan atau dalam faktor resiko suatu penyakit. Angka-
angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi pada kalangan
wanita, sedangkan angka kematian lebih tinggi pada pria, juga pada semua golongan umur.
Perbedaan angka kematian ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait jenis kelamin, atau ada
perbedaan hormonal. Sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor
lingkungan (lebih banyak pria menghisap rokok, minum-minuman keras, candu bekerja
berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi di kalangan wanita di Amerika Serikat
dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di
Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk menyakit alat
kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah variable yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan
antau kematian, variable ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang, yang ditentukan
oleh pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat
tinggal atau pemukiman. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi di lapangan adalah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi
kelas sosial. Di Inggris menggolongkan kelas sosial berdasarkan jenis pekerjaan seseorang,
yaitu:
1. Golongan I (professional)
2. Golongan II (menengah)
3. Golongan III (tenaga terampil)
4. Golongan IV (tenaga setengah terampil)
5. Golongan V (tidak mempunyai keterampilan)
Namun, dewasa ini di Indonesia penggolongan seperti ini sulit karena jenis pekerjaan tidak
memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan.
d. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan, yaitu :
1. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan, seperti
bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan
keselakaan, dan lain-lain
2. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress, dapat memicu hipertensi dan penyakit
lambung.
3. Ada tidaknya “gerak badan” dalam pekerjaan, di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa
penyakit jantung koroner sering ditemukan pada kalangan mereka yang mempunyai
pekerjaan di mana kurang adanya gerak badan.
4. Luas tempat kerja, berkerumun di satu tempat kerja yang relatif sempit maka akan lebih
mudah terjadi proses penularan penyakit di antara para pekerja
5. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan di
pertambangan.
e. Penghasilan
Penghasilan dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan maupun
pencegahan. Penghasilan yang kurang diduga akan mengurangi pula penggunaan fasilitas
kesehatan. Contohnya seseorang kurang memnfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport,
dan sebagainya.
f. Golongan etnik
Perbedaan golongan etnik berperan dalam adanya perbedaan kebiasaan makan, susunan
genetika, daya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan di dalam angka
kesakitan dan kematian.
Penelitian pada golongan etnik juga dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh
lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini adalah
penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Di dalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli Jepang dan keturunan
Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di kalangan
keturunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan sangat
penting di dalam etiologi kanker lambung.
g. Status perkawinan
Terdapat dugaan bahwa angka kesakitan dan kematian lebih tinggi pada orang yang tidak
kawin, kemungkinan karena adanya kebiasaan kurang sehat dari orang-orang yang tidak
kawin. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan
penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan
secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
h. Besarnya keluarga
Di dalam keluarga besar dengan penghasilan yang rendah, anak-anak dapat menderita karena
penghasilan yang sedikit masih harus dibagi-bagi untuk memenuhi kebutuhan banyak
anggota keluarga.
i. Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular
dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena
besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di dalam rumah
yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-
anggota keluarganya, karena persediaan harus digunakan untuk keluarga besar maka
mungkin pula tidak dapat membeli makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
j. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat
paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma, bronchiale, ulkus peptikum,
pilorik stenosis, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
2. Tempat (place)
Pengetahuan mengenai distribusi penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan
dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Hal yang sangat berguna dalam penelitian epidemiologi adalah penempatan penyakit,
kondisi, pengklasterannya pada peta, serta perangkat lainnya untuk menempatkan berbagai
kasus penyakit. Hal tersebut penting, karena KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit tidak dapat
terhenti total jika si pejamu berpindah-pindah tempat. Setiap kasus dan sumber harus
ditentukan letaknya.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara:
a. Batas-batas daerah pemerintahan.
b. Kota dan pedesaan.
c. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut, atau padang
pasir).
d. Negara-negara
e. Regional.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam
kuning, kebanyakan di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya “:reservoir”
infeksi (manusia atau kera), vector (yaitu aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan
iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah di mana vector dan
persyaratan iklim persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut
“receptive area” untuk demam kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang frekuensinya
tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah di mana terdapat vector snail
atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemic (endemic goiter) di daerah yang
kekurangan yodium.
3. Waktu (time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam
analisis epidemioloogis, karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan
adanya perubahan faktor-faktor etiologis.
Dilihat dari panjangnya waktu di mana terjadi perubahan angka kesakitan, maka waktu
dibedakan menjadi:
a. Tren Jangka Pendek (Fluktuasi Jangka Pendek)
Pola perubahan angka kesakitan berlangsung hanya dalam bebrrapa jam, hari, minggu, dan
bulan. Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemic umpamanya epidemic keracunan
makanan (beberapa jam), epidemic influenza (beberapa hari atau minggu), epidemic cacar
(beberapa bulan). Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa:
1) penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hamper
bersamaan
2) waktu inkubasi rata-rata pendek
b. Tren siklus
Tren jangka pendek dan tren jangka panjang beberapa penyakit ternyata membentuk siklus,
di mana perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara
beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun. Peristiwa semacam ini
dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun penyakit bukan infeksi. Beberapa siklus
penyakit bersifat musiman, yang lainnya mungkin dikendalikan oleh faktor siklus lain seperti
tahun ajaran sekolah, pola migrasi, durasi dan perjalanan penyakit, penempatan militer dan
perang. Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang
ditularkan melalui vector secara siklus ini adalah berhubungan dengan :
a. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vector yang
bersangkutan, yakni apakah temperature atau kelembaban memungkinkan transmisi
b. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vector sedemikian banyak untuk menjamin
adanya kepadatan vector yang perlu dalam transmisi
c. Selalu adanya kerentanan
d. Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang menyebabkan
mereka terserang oleh “vector bornedisease”, tertentu.
e. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.
f. Adanya factor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus berarti
ada perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut di atas.
Ariesta Zubiah Ramadhini, L. S. (2011). Gambaran angka kejadian stroke akibat hipertensi di Instalasi
rehabilitasi medik BLU RSUP prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari – Desember
2011.
Darmawan, A. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. JMJ, 196-202.
Eliana, S. M. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Kesehatan Masyarakat. Jakarta Selatan:
Kementerian Kesehatan RI.
Fahrina, M. J. (2018, September). Sejarah Perkembangan Ilmu Epidemiologi. Diambil kembali dari
ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Muh-Jusman-Rau-
2/publication/327860447_Sejarah_Perkembangan_Ilmu_Epidemiologi/links/5ba9e708a6fdc
cd3cb70c14d/Sejarah-Perkembangan-Ilmu-Epidemiologi.pdf?origin=publication_detail
Prof. Bhisma Murti, d. M. (2015). Pengantar Epidemiologi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1-31.
Prof. dr. Bhisma Murti, M. M. (2015). Sejarah Epidemiologi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1-30.