EPIDEMIOLOGI
21 Balasan
UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI
1. UKURAN MORBIDITAS
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1
tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan keadaan kesehatan secara
umum, mengetahui keberahasilan program program pemberantasan penyakit, dan
sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan pendudukterhadap
pelayanan kesehatan
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas
adalah angka, rasio, dan pororsi
1. RATE
Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan
jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri
dari berbagai jenis ukuran diataranya adalah
.
Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu
wilayah yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu
dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru.
Tujuan dari Insidence Rate adalah sebagai berikut
• Mengukur angka kejadian penyakit
• Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas
• Perbandinagan antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda
• Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu
Rumus:
P= (d/n)k
Dimana:
P= Estimasi incidence rate
d= Jumlah incidence (kasus baru)
n= Jumlah individu yang semula tidak sakit ( population at risk)
Hasil estimasi dari insiden dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan
penanggulangan masalah kesehatan dengan melihat, Potret masalah kesehatan,
angka dari beberapa periode dapat digunakan untuk melihat trend dan fluktuasi,
untuk pemantauan dan evaluasi upaya pencegahan maupun penanggulangan serta
sebagai dasar untuk membuat perbandingan angka insidens antar wilayah dan
antar waktu
b) PR ( Prevalence)
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunkan
• Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
• Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan. Misalnya, penyediaan
obat-obatan, tenaga kesehatan, dan ruangan
• Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa
• Digunakan untuk keperluan administratif lainnya
Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit.
Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit
hingga berakhirnya penyakit teresebut yaitu sembuh, kronis, atau mati
2. RASIO
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif
yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut
Contoh:
Kejadian Luar Biasa(KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10
diantaranya adalah jenis kelamn pria. Maka rasio pria terhadap wanita
adalah R=10/20=1/2
3. PROPORSI
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut
Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi proporsi
dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-
masing kategori atau subkelompok dari kelompok itu.
Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap permapuan adalah
P= 10/30=1/3
2. UKURAN FERTILITAS
a) Crude Birth Rate (CBR) Angka kelahiran kasar
Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam 1 tahun
per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
Rumus:
CBR = (B/P)k
B = semua kealhiaran hidup yang dicata
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
k = konstanta(1000)
3. UKURAN MORTALITAS
a) Case Fatality Rate (CFR) Angka kefatalan kasus
CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang
terjadi dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut
pada tahun yang sama
Rumus:
CFR = (P/T)k
P = Jumlah kematian terhadap penyakit tertentu
T = jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun
yang sama
c) Age Spesific Death Rate (ASDR) angka kematian menurut golongan umur
Angka kematian menurut golongan umur adalah perbandingan antara jumlah
kematian yang diacata selama 1 tahun padas penduduk golongan umur x dengan
jumlah penduduk golongan umur x pada pertengaha n tahun
Rumus:
ASDR= (dx/px)k
dx = jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada golongan umur x
px = jumlah penduduk pada golonga umur x pada pertengahan tahun yang sama
k = Konstanta
Manfaat ASDR sebagai berikut:
1. untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan
melihat kematian tertinggi pada golongan umur
2. untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di bebagai wilayah
3. untuk menghitung rata-rata harapan hidup
Referensi:
1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
2. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006
UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Dasar-
Dasar Epidemiologi
Disusun Oleh :
Kelompok 7, Kelas A
Sita Putri Naditya G1B014052
Siti Istikomah Isnaeni I1A015043
Dhita Rachmawati I1A015069
Linda Rossita Wanti I1A015073
Aditya Pratama R. I1A015090
A. Latar Belakang
Epidemiologi secara komprehensif merupakan ilmu yang mempelajari
distribusi dan determinan-determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan
pada populasi manusia. Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi
pada dasarnya adalah ilmu empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan
pengamatan dan pengukuran yang sistematik tentang frekuensi penyakit dan
sejumlah faktor-faktor yang dipelajari berhubungan dengan penyakit. Kebutuhan
akan analisis kuantitatif, mulai dari perhitungan yang paling sederhana hingga
analisis yang paling canggih, menyebabkan epidemiologi berhubungan erat
dengan sebuah ilmu yang disebut biostatistik (Murti, 2013).
Salah satu unsur pokok penting dalam epidemiologi adalah pengukuran
kejadian penyakit. Terdapat beberapa ukuran yang dipakai dalam mengukur
kejadian penyakit dan ukuran yang dipakai tergantung tujuan dari pengukuran.
Pengukuran kejadian penyakit dapat dilakukan dari hasil penemuan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat. Secara umum, tujuan pengukuran kejadian
penyakit digunakan untuk menilai keadaan kesehatan, mengetahui potensi-potensi
untuk menanggulangi masalah kesehatan, dan mendeteksi kelompok mana yang
berisiko terkena penyakit. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengukuran
kejadian penyakit antara lain: ketepatan pengukuran, sensitivitas, spesivitas, dan
isu etika (Hasmi, 2011).
B. Tujuan:
1. Mengetahui ukuran dasar epidemiologi
2. Mengetahui ukuran frekuensi epidemiologi
3. Mengetahui ukuran kekuatan hubungan
BAB II
PEMBAHASAN
IR=
Angka insidens dapat digunakan untuk penyakit akut menular berjangka pendek.
Di samping untuk memantau penyakit akut, dapat juga untuk penyakit-penyakit
kronis berjangka panjang.
a. Insidensi kumulatif (cumulative incidence)
Menurut Rajab (2009) Cumulative Incidence (CI) adalah probabilitas dari
seseorang yang tidak sakit selama periode waktu tertentu, dengan syarat orang
tersebut tidak mati oleh karena penyebab lain. Risiko ini biasanya digunakan
untuk mengukur serangan penyakit yang pertama pada orang sehat tersebut.
CI =
Baik pembilang maupun penyebut dalam perhitungan ini adalah individu yang
tidak sakit pada permulaan periode pengamatan, sehingga mempunyai risiko
untuk terserang. Ciri dari cumulative incidence ini adalah:
1) Berbentuk proporsi
2) Tidak memiliki satuan
3) Besarnya berkisar antara 0 dan 1
4) Lamanya periode pengamatan harus selalu diikutsertakan
Menurut Murti (2013) kegunaan insidensi kumulatif adalah:
1) Sebagai ukuran alternative laju insidensi (ID) dalam mempelajari etiologi
penyakit,
2) Mengetahui risiko populasi untuk mengalami prognosis (akibat lanjut penyakit),
3) Mengetahui kelompok-kelompok dalam populasi yang memerlukan intervensi
kesehatan.
b. Densitas insidens (Incidence Density)
Incidence density adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil
(Saepudin, 2011).
Menurut Lapau (2009) yang diukur incidence density adalah jumlah individu
yang bergerak dari bebas penyakit menjadi status penyakit selama periode waktu
tertentu, sebagai hasil dari 3 faktor:
1) Besar populasi
2) Lama periode waktu (waktu mempengaruhi kejadian penyakit)
3) Kekuatan yang menyebabkan penyakit
Menurut Rajab (2009) Incidence Density (ID) adalah potensi perubahan status
penyakit per satuan waktu relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat
pada waktu itu.
ID=
Jumlah orang-waktu merupakan jumlah dari waktu saat individu masih belum
terserang penyakit.
2. Prevalens
Noor (2008) menyatakan bahwa Prevalens merupakan angka kejadian
penyakit pada populasi tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Perbedaannya
adalah pada pembilangnya yang meliputi jumah semua orang yang baru sakit dan
juga orang telah sakit sebelum masa jeda tersebut dan masih sakit (kasus lama).
Perbedaan yang lain pada penyebutnya meliputi seluruh populasi tempat kejadian/
penyakit tetapi tidak hanya terbatas pada mereka yang terancam.
Budiarto dan Anggraeni (2003) menyatakan bahwa terdapat dua ukuran dalam
prevalens, yaitu point of prevence (prevalens sesaat) dan periode prevalence
(prevalens periode). Magnus (2007) menyatakan Denominator pada kedua
prevalens tersebut adalah jumlah orang di dalam populasi selama periode waktu
yang sama.
a. Point of prevalence
Point of prevalence adalah jumlah penderita lama dan baru pada suatu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu dalam persen atau permil (Saepudin,
2011).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Pada point of prevalence,
denominatornya adalah jumlah penduduk total yang diperiksa/diteliti saat itu,
dengan rumus sebagai berikut:
Point of Prevalens =
b. Periode of prevalence
Prevalensi periode merupakan perpaduan prevalensi titik dan insidensi.
Prevalensi periode adalah probabilitas individu dari populasi untuk terkena
penyakit pada saat dimulainya pengamatan, atau selama jangka waktu
pengamatan (Murti, 2013).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Pada period prevalence,
denominatornya adalah seluruh penduduk selama kurun waktu tertentu, dengan
rumus sebagai berikut:
PP=
Menurut Budiarto dan Anggraeni (2003) ukuran prevalensi suatu penyakit
dapat digunakan untuk:
1) Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
2) Penyusun perencanaan pelayanan kesehatan, misalnya penyediaan sarana obat-
obatan, tenaga, dan ruangan
3) Menyatakan banyaknya kasus yang dapat didiagnosis
Salah satu karakteristik prevalens dan insidens adalah hubungan mereka dapat
dikuantifikasi dan intuitif (Magnus, 2007). Menurut Budiarto dan Anggraeni
(2003) angka prevalensi dipengaruhi tingginya insidensi dan lamanya sakit.
Lamanya sakit adalah periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya
penyakit tersebut yaitu sembuh, mati, kronis. Hubungan antara prevalensi,
insidensi, dan lamanya sakit dapat dinyatakan dengan rumus:
P=IxD
Keterangan:
P = prevalensi
I = insidensi
D = lamanya sakit
Tabel 2.2 Perbedaan Insidens dan Prevalens
Insidens Prevalens
Hanya menghitung kasus baru Menghitung kasus yang ada (baru
dan lama)
Tingkat tidak tergantung durasi Tergantung pada rata-rata lama
rata-rata penyakit (durasi) sakit
Dapat diukur sebagai rate atau Selalu diukur sebagai proporsi
proporsi
Merefleksikan kemungkinan Merefleksikan kemungkinan terjadi
menjadi penyakit sepanjang waktu penyakit pada satu waktu tertentu
Sering digunakan bila melakukan Sering digunakan bila melakukan
studi etiologi penyakit studi utilisasi pelayanan kesehatan
3. Attack Rate
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Attack rate analog dengan Point of
Prevalens Rate. Bila point of prevalens rate digunakan pada penyakit-penyakit
yang berlangsung tidak akut (lama), maka Attack rate justru digunakan pada
kejadian akut, yaitu pada letupan atau kejadian luar biasa (KLB).
Rumus Attack Rate dapat dinyatakan sebagai berikut:
Attack Rate =
4. Mortalitas
Bustan (2006) menyatakan bahwa angka kematian adalah suatu ukuran
frekuensi terjadinya kematian dalam suatu populasi tertentu selama suatu waktu
tertentu. Angka mortalitas sering digunakan sebagai salah satu indikator dari
tingkat keparahan dan kesakitan (Smink, 2012). Status derajat kesehatan
masyarakat dapat tercermin dari angka kematian, kesakitan, dan status gizi. Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup
tinggi (Tazkiah dkk, 2013).
Menurut Noor (2008) Beberapa angka kematian yang sering digunakan
adalah:
Tabel 2.3 Angka Kematian
Angka kematian Pembilang Penyebut
Angka kematian Jumlah seluruh kematian Jumlah penduduk
umum (CDR) dalam setahun pertengahan tahun
OR=
Contoh soal Odds Ratio:
Di suatu RW terjadi wabah demam berdarah yang ditandai dengan panas tinggi 3-
5 hari. Diduga kuat bahwa penyebab DHF ini dimungkinkan karena adanya
container di rumah-rumah penduduk yang tidak higienis. Peristiwa ini baru satu
bulan kemudian sempat dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Tingkat II. Untuk ini
Dinas Kesehatan mengadakan penelitian dengan mengambil sampel di lapangan.
Dari 240 soma yang anggotanya pernah menderita panas ternyata 200 soma yang
memiliki container yang berserakan. Sebaliknya pada 220 soma yang tidak
mengalami keluhan pada anggota keluarganya ternyata hanya 20 soma yang
memiliki container yang tidak dikuras.
Tabel 2.5 Hubungan Kontainer dan Timbulnya DHF
Pemilikan Kontainer Penyakit DHF (keluhan panas 3-5 hari) Total
dalam Soma (+) (-)
(+) 200 20 220
(-) 40 200 240
Total 240 220 460
Rasio (angka) DHF pada kelompok:
a. Terekspos =
b. Non terekspos =
c. Rasio ODDS = = 50 kali
d. Dengan diketemukan ODDS 50 kali berarti bahwa rumah tangga (soma) yang
memelihara container mempunyai kesempatan 50 kali untuk dijangkiti DHF pada
anggota keluarganya
3. Ukuran dampak potensial
a. Attribute fraction (exposed)
Bila suatu faktor menjadi penyebab penyakit, pasti ada penderita yang dapat
dihindarkan bila faktor tersebut dihilangkan dari populasi. Proporsi penderita yang
dapat dihilangkan adalah sebesar (incidence yang terpapar-incidence tak terpapar)
atau attribute risk dibagi incidence terpapar, atau dapat dituliskan:
P.AR =
Contoh soal Attribute Fraction dan Population Attribute Risk dalam Ryadi dan
Wijayanti (2014):
Tabel 2.6 Hubungan merokok dengan insiden stroke pada penelitian Kohort
terhadap 118.530 wanita
Kategori merokok Jumlah Jumlah orang- Insiden stroke
kasus tahun pada (rate) per
stroke pengamatan (8 100.000
tahun) orang/tahun
1. Tidak pernah 70 395.594 17.7
merokok
2. Eks- perokok 65 232.712 27.9
(pernah merokok)
3. Perokok 139 280.141 49.6
Total 274 908.447 30.2
1) Attribute Risk = 49,6-17,7 = 31,9 kasus per 100.000 penduduk
2) Attribute Fraction = x 100% = 64%
3) Population Attribute Risk =
=
=
= x 100%
= 53%
4) Kesimpulannya adalah kurang lebih 53% dari semua kasus stroke di dalam
masyarakat dapat dicegah bila perokok (eksposur) dihentikan seluruhnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ukuran dalam epidemiologi digunakan untuk mempermudah petugas
kesehatan dalam mengolah data-data. Hasil dari pengolahan data-data dapat
membantu dalam mengidentifikasi wabah, menghitung kebutuhan pelayanan
kesehatan, masalah keterjangkauan, perubahan diagnosis, dan mengamati
perubahan dalam pengobatan. Beberapa ukuran dalam epidemiologi yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan masayarakat antara lain ukuran
dasar epidemiologi, ukuran frekuensi epidemiologi, dan ukuran kekuatan
hubungan dimana ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda.
B. Saran
Hasil dari data yang telah diolah menggunakan ukuran dalam epidemiologi
seharusnya digunakan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Petugas kesehatan bersama
pemerintah sebaiknya juga mengevaluasi program kesehatan yang sudah berjalan
dan merencanakan progam berkelanjutan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pengambilan data yang akurat memerlukan kerjasama dari semua
pihak baik masyarakat, petugas kesehatan, maupun pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko, dan Dewi Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC.
Djaja, Sarimawar. 2012.”Transisi Epidemiologi di Indonesia dalam Dua Dekade
Terakhir dan Implikasi Pemeliharaan Kesehatan menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga, Suskernas, Riskesdas (1986-2007)”.Pusat Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat. Nomor 142.
Lapau, Buchari. 2009. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Murti, Bhisma. 2013. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi: Edisi ke 3. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
EGC
Smink, Frederique R.E, Daphne van Hoeken, dan Hans W. Hoek. 2012. “Epidemiology
of Eating Disorders: Incidence, Prevalens and Mortality Rates. Springer Current
Psychiatry. Nomor 14(4): 406-414.
Tazkiah, dkk. 2013. “Determinan Epidemiologi Kejadian BBLR pada Daerah Endemis
Malaria di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan”. Epidemiological
Determinants Low
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan
diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Public Health Service ) yang sebaik –
baiknya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan ( Health Needs ) dari masyarakat.
Namun dalam praktek sehari – hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal. Masalah
pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan yang ada dalam
masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sehingga
mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam.
Apabila hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui Frekwensi,
Penyebaran dan Faktor – factor yang mempengaruhi suatu masalah kesehatan dalam
masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang Ilmu Khusus yang disebut dengan
Epidemiologi. Dan Epidemiologi ini merupakan inti dari Ilmu Kesehatan Masyarakat.
(Gordis, 2000 ).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Untuk dapat mengetahui tentang epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2. Tujuan khusus :
Untuk mengetahui Pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan
Untuk mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan
Untuk mengetahui manfaat epidemiologi dalam layanan kebidanan
Untuk mengetahui Terjadinya Masalah Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Resiko Dalam Pelayanan Kebidanan
Untuk mengetahui Ukuran epidemiologi
Untuk mngetahui surveilans epidemiologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Epidemiologi bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti :
Jadi epidemiologi secara bebas diartikan sebagai : Ilmu yang mempelajari sesuatu
(penyakit) yang ada di antara (yang melanda) masyarakat/populasi. Atau :
B. Tujuan
Tujuan epidemiologi dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko
terhadap ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara
pencegahannya.
C. Manfaat
1. Untuk mempelajari riwayat penyakit
a. Epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang mungkin
akan terjadi.
b. Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan
dan kesehatan masyarakat.
2. Diagnosis masyarakat
a. Penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah yang
menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas
atau wilayah
3. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi
kelompok maupun populasi
a. Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat mempengaruhi kelompok
atau populasi
b. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko dan
menggunakan tekhnik pemeriksaan kesehatan, misalnya risiko kesehatan, pemeriksaan ,
skrining kesehatan, tes kesehatan, dll.
4. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian
a. Sebaik apa pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok.
b. Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan layanan
untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cedera, ketidakmampuan
atau kematian.
5. Melengkapi gambaran klinis
a. Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada
atau bahwa seseorang memang menderita penyakit tertentu
b. Menentukan hubungan sebab akibat misalnya radang tenggorokan dapat menyebabkan
demam rematik.
6. Identifikasi sindrom
a. Membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom, misalnya
sindrom down, fetal alcohol, kematian mendadak pada bayi.
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit
a. Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan, dan
pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan atau kematian.
(Timmreck, 2004)
D. Terjadinya Masalah Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan
Dengan menggunakan paradigma epidemiologi klasik yang menganggap
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan sebagai hasil akhir interakis antara
penjamu, agen dan lingkungan:
F. Ukuran epidemiologi
Secara subtantif menurut peristiwa yang dipelajari, ukuran epidemiologi
dibedakan atas ukuran fertilitas ( peristiwa kelahiran), ukuran mordibitas, dan ukuran
mortalitas, sedangkan berdasarkan aspek statistik yang akan dievaluasi, ukuran
epidemiologi dibedakan atas ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, dan ukuran dampak.
1. Kasus insidens dan prevalens
Kasus insidens adalah jumlah kasus baru yang didapatkan selama periode tertentu,
sedangkan kasus prevalens adalah jumlah kasus (lama) yang ada pada suatu titik waktu
pengamatan tertentu
2. Mortalitas
Death risk dan death rate menyatakan tingkat kematian secara umum tanpa
memandang sebab kematian, biasanya digunakan untuk populasi atau kelompok
berukuran besar.
G. Surveilans Epidemiologi
Surveilans adalah proses pengumpulan, analisis, interpretasi, dan penyebaran
informasi deskriptif secara kontinu dan sistimatik untuk pemantauan masalah kesehatan
. sistem surveilans adalah jaringan orang dan kegiatan yang memelihara proses ini dan
dapat berfungsi pada berbagai tingkatan, dari yang lokal sampai dengan internasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epidemiologi dalam layana kebidana mengakaji distribusi dan determinan
peristiwa mordibitas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan. Dimana
pelayana kesehatan dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan
terjangkau seluruh masyarakat. Didalamnya termasuk pelayana kesehatan ibu, yang
berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan
selamat.
B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan realisasi
Mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelayanan KB
khususnya tentang metode KB sederhana.
2. Untuk Pembaca
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca
tentang pelayanan KB khususnya tentang metode KB sederhana.
.
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen. et all, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, ed 4. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta, 2006
Diktat, epidemiologi dalam kebidanan. Siti Nahawa. SKM. Stikes Bina Generasi Polewali
Mandar Program Studi D III kebidanan, 2011
Bari saifuddin, Abdul. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Yayasan bina
pustaka Sarwono prawiroharjo, Jakarta 2006.
Proporsi:
Rumus:
Proporsi : x / (x+y) x k
Contoh:
Ratio:
Rumus:
Ratio: (x/y) k
Contoh:
Sex ratio =
jumlah pria
---------------------- k
jumlah wanita
Pria : Wanita = x : y
Dependency ratio =
Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah
masing2 mahasiswa?
Rate
Rumus:
Rate: (x/y) k
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
Contoh:
Contoh Soal:
Jumlah pasien di RS A = 150, dengan rincian pria = 90 dan wanita = 60
INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat
di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu
PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point
Prevalence Rate
PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31
Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu
tertentu
Contoh Soal:
Data desa Jombang pada tahun 2007 adalah sbb:
Jumlah penduduk = 2.000.000
Ratio pria : wanita = 2 : 3
Ratio balita : bukan balita = 2 : 8
Kasus lama/baru campak: Feb=2/10, Mar=5/20, Jun=4/15
Kasus lama/baru diare: Ags= 2/15, Sep=3/25, Okt=5/10
Kasus lama/baru ca servik: Apr=3/5, Jul=8/5
Hitunglah:
Hitunglah:
Hitunglah:
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu
tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: CDR (Crude Death Rate)
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000
kelahiran hidup
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun)
per 1000 kelahiran hidup
NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai
umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28
minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
Contoh Soal:
Referensi
1. Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
2. Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
3. Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
4. Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta,
PT. Rineka Cipta
5. Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
6. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan
Kabupaten, Bandung, ITB
Search Go
tri ningsih
Public
Oct 12, 2013
UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI
Keadaan Kesehatan
Sehat menurut WHO (1948) adalah keadaan baik yang lengkap secara fisik, mental dan
sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan.
Definisi ini meskipun dikritik karena adanya kesulitan dalam mendefinisikan dan
mengukur keadaan baik (wellbeing), tetapi juga dinilai sebagai yang ideal. Sedangkan
yang berhubungan dengan kejadian penyakit, secara umum terdapat 5 hal utama yang
potensial untuk diukur, yang dikenal dengan “ lima D”, yaitu Death, Disease, Disability,
Discomfort dan Dissatisfaction.
Ada yang menganjurkan ditambah dengan “D” yang keenam yakni Destitution
(Kemiskinan), hal ini disebabkan karena dokter banyak yang berurusan dengan
konsekuensi finansial dalam perawatan kesehatan pasiennya. Sedang yang lain
menunjukkan bahwa lima “D” akan menekankan sisi negatif dari keadaan kesehatan.
Meskipun demikian kelima “D” itu akan mengingatkan kita tentang kejadian-kejadian
klinik yang penting selain meninggal dan sakit.
Beberapa di antara kelima “D” mudah diukur (death dan disease), tetapi yang lain
memerlukan teknik dan prosedur yang relatif rumit, misalnya disability, dissatisfaction,
dan discomfort.
Death
Suatu akibat dari keadaan sehat universal, yang merupakan batas waktu dari
kelangsungan kejadian itu sendiri
Disease
Suatu kombinasi dari gejala-gejala, tanda-tanda fisik, dan hasil uji laboratorium
Disability
Suatu status fungsional pasien dalam arti agar mampu hidup dan melakukan kehidupan
sehari-hari di rumah, di tempat kerja, atau rekreasi tanpa tergantung kepada orang lain
Discomfort
Gejala-gejala yang tidak enak misalnya seperti nyeri, vertigo atau fatigue (kelelahan)
Dissatisfaction
Keadaan emosional dan mental, misalnya kegelisahan, kesusahan atau marah.
Dalam melakukan pengukuran ada beberapa hal yang harus selalu dipertimbangkan
antara lain:
Ketepatan pengukuran (precision of measurement)
Meskipun secara alamiah melakukan pengukuran pada subyek luas berpotensi untuk
terjadinya random variation, cara-cara pengukuran yang tepat diharapkan dapat
mengurangi resiko ketidaktepatan pengukuran. Sebagai contoh adalah mengukur
tekanan darah menggunakan Sphigmomanometer air raksa. Hasil pengukuran
umumnya berbeda jika dilakukan berulang terhadap seseorang, apalagi jika cara
pengukurannya tidak standard (sambil duduk, berbaring, atau berdiri). Oleh sebab itu
harus ditetapkan metode standar yang reliable untuk menjamin agar hasil pengukuran
valid.
Pentingnya suatu pengukuran (importance)
Dalam hal ini pengukuran outcome harus memberi makna yang besar bagi suatu
penelitian atau informasi. Sebagai contoh, mengukur outcome berupa kematian
bukanlah hal yang dianjurkan oleh karena prinsip dari ilmu kedokteran adalah mencegah
terjadinya kematian akibat penyakit. Dengan demikian tentu diperlukan outcome
antara, seperti misalnya tekanan darah, kadar gula darah, kadar HB dll.
Isu etika (ethical issues)
Tidak semua pengukuran dapat dibenarkan secara etika, disamping pertimbangan
keselamatan dan resiko, pertimbangan biaya juga tentu tidak dapat diabaikan.
Sensitivitas
Untuk mengukur outcome, cara pengukuran harus cukup sensitif. Sebagai contoh adalah
mengukur fungsi paru pada penderita saluran pernafasan bagian bawah akibat
formaldehid. Pengukuran fungsi paru sendiri selain dapat dilakukan secara obyektif juga
relatif murah dan ketepatannya dapat dijamin. Yang menjadi masalah adalah efek dari
formaldehid mungkin tidak bisa secara mudah karena biasanya tidak segera terjadi
setelah eksposure.
Population at Risk
Dalam epidemiologi, bagian dari populasi yang memiliki risiko untuk terjadinya suatu
penyakit disebut population at risk atau sekumpulan individu yang belum/tidak
menderita tetapi mempunyai resiko untuk menderita.
Sebagai contoh, jika ingin mengetahui dampak penggunaan kontrasepsi oral, maka yang
menjadi population at risk misalnya wanita usia subur yang telah menikah. Demikian
juga halnya dengan frekuensi kejadian efek samping akibat pemberian imunisasi campak
yang population at risk nya haruslah anak usia balita yang telah mendapatkan imunisasi
campak.
Mengukur Frekuensi
Setiap penyakit atau efek yang ditimbulkannya harus dapat diukur frekuensinya,
misalnya kekambuhan dan kematian. Namun yang paling penting adalah bagaimana kita
dapat secara tepat memperkirakan jumlah populasi yang potensial untuk menderita
suatu penyakit.
Sebagai contoh, jika kita ingin menghitung frekuensi penderita Ca serviks, maka tentu
populasi yang harus dipertimbangkan hanyalah wanita.
Pernyataan frekuensi penyakit dalam epidemiologi dapat dilakukan dengan 2 cara:
Menggunakan angka absolut/mutlak (ukuran absolut), yaitu jumlah kejadian kesakitan
sesungguhnya.
Contohnya: jumlah penderita GO di Jakarta adalah 30.000 orang.
Penggunaan ukuran ini lebih banyak pada keperluan administratif pencatatan.
Menggunakan angka perbandingan (ukuran relatif), yaitu dengan memproyeksikan
angka absolut tersebut kepada populasi berisiko atau di antara group di dalam populasi
berisiko.
Ukuran yang kedua lebih obyektif dan dapat membandingkan dua populasi atau 2 sub
group. Ukuran ini sering digunakan untuk keperluan analisis. Dilihat dari jenisnya,
ukuran relatif ini bisa dibagi dua, yaitu mortalitas (yang mengukur kejadian kematian)
dan morbiditas (yang mengukur kejadian kesakitan).
Biasanya data yang terkumpul masih merupakan data kasar yang perlu diolah untuk di
analisis dan ditarik kesimpulan. Hasil pengolahan berupa nilai absolut dengan ciri-ciri
berikut:
berupa jumlah
diperoleh dengan cepat
tidak dapat digunakan untuk membandingkan
Agar data morbiditas dan mortalitas dapat digunakan untuk membandingkan maka data
absolut diubah menjadi data relatif. Dalam epidemiologi ukuran yang banyak digunakan
dalam menentukan morbiditas dan mortalitas adalah angka, ratio dan proporsi.
Ada beberapa angka perbandingan/ukuran relatif yang banyak dipergunakan dalam
epidemiologi yaitu: Rate, Ratio dan Proportion.
X
Formula umum: ---- x K
Y
X : Numerator/Pembilang/Kasus
Y : Denominator/Penyebut/Populasi resiko
K : Nilai Konstanta, biasanya kelipatan bilangan 10 (10, 100, 1000
dst)
RATE
Adalah salah satu bentuk perbandingan yang mengukur kemungkinan terjadinya
peristiwa/kejadian penyakit tertentu. Rate memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
X = pembilang, adalah jumlah kasus penyakit yang terdapat di dalam populasi atau
dalam sub group satu populasi
Y = penyebut, adalah populasi atau sub group di dalam populasi yang mempunyai resiko
untuk mendapatkan penyakit yang bersangkutan
Waktu, misalnya jam 12.00 tanggal 23 September 2005 atau jarak waktu, misalnya: 1
hari, 1 bulan, 1 tahun dll.
Contoh:
Pada tanggal 23 September 2005 di Solo terdapat 50.000 kasus GO. Di antara penduduk
yang berjumlah 5.000.000 orang, maka Rate kasus GO di Solo pada tanggal 23
september 2005 adalah:
50.000
Rate = ------------ = 0,01
5.000.000
Populasi dalam rate tidak selalu populasi dalam arti demografi, tetapi bisa dalam bentuk
lain, misalnya jumlah kematian ibu pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit.
RATIO
Ratio merupakan istilah yang sangat umum. Ratio dapat diterjemahkan sebagai
“dibanding dengan”. Jadi ratio merupakan perbandingan antara 2 kuantitas, yaitu
kuantitas pembilang (numerator) dan kuantitas penyebut (denominator). Kedua
kuantitas tersebut yang dibandingkan tidak harus memiliki sifat/ciri yang sama. Ada juga
yang menyebukan bahwa ratio adalah frekuensi relatif dari suatu sifat tertentu
dibandingkan dengan frekuensi dari sifat lain.
Kuantitas Numerator
Ratio = --------------------------
Kuantitas Denominator
Contoh:
Dalam suatu kejadian KLB penyakit Hepatitis, jumlah penderita laki-laki sebanyak 20
orang dan jumlah penderita perempuan sebanyak 10 orang. Maka Ratio penderita laki-
laki : perempuan adalah = 20:10 = 2:1
Ratio merupakan nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yang
pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut. Misalnya, sebuah nilai kuantitatif
A dan nilai kuantitatif lain adalah B; maka ratio kedua nilai tersebut adalah A/B.
Contoh: Pada suatu kejadian luar biasa keracunan makanan terdapat 32 orang
penderita dan 12 diantaranya adalah anak-anak maka ratio anak terhadap orang dewasa
adalah:
12
- = 0,6
20
PROPORTION
Proporsi ialah perbandingan dua kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebut. Pada proporsi, perbandingan menjadi : A/(A + B).
12
----------------- = 0.375
(12 + 20)
Bila proporsi dikalikan 100 disebut persen (%) sehingga presentase pada contoh di atas
menjadi 37,5 %
Suatu bentuk khusus dalam perhitungan ratio adalah proporsi. Apabila pembilang
(numerator) merupakan bagian dari penyebut (denominator), maka bentuk
perbandingan tersebut dinamakan proporsi. Jadi proporsi bisa diartikan sebagai
jumlah/frekuensi dari suatu sifat tertentu dibandingkan dengan seluruh populasi dimana
sifat tersebut didapatkan.
X
Proporsi = ------------
X+Y
Contoh soal di atas, berapa proporsi penderita laki-laki ?
Jawab:
20
Proporsi = ---------- X 100 % = 66,6 %
20 + 10
Sebagai contoh: suatu penyakit tidak berlangsung sesaat, melainkan ada suatu rentang
waktu. Apabila kita telah menetapkan waktu observasi selama x waktu, maka ada 6
kemungkinan kasus yaitu:
Kasus penyakit yang timbul pada saat waktu observasi dan sembuh sebelum masa
observasi selesai.
Kasus penyakit yang timbul pada saat observasi dan sembuh pada saat observasi sudah
selesai
Penyakit yang timbul sebelum observasi dimulai, namun sembuh pada saat rentang
waktu observasi
Penyakit yang timbul sebelum observasi dimulai dan tetap ada sampai masa observasi
selesai
Penyakit yang timbul sebelum masa observasi, dan sembuh pula sebelum masa
observasi
Penyakit yang timbul sesudah masa observasi
! -------------------- 1 !
! -------!----------- 2
----!--------- 3 !
! !
------------------------ !----------------------------!-------------à waktu
! !
------!------------------------------!------- 4
5 ----------------- ! ! ------------6
! Masa Orientasi !
ANGKA
Angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus – perbandingan antara pembilang dan
penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu.
Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu. Ini merupakan cara terbaik untuk menentukan resiko timbulnya penyakit.
ANGKA INSIDENSI
Batasan untuk angka insidensi ialah proporsi kelompok individu yang terdapat dalam
penduduk suatu wilayah atau negara yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam
kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru.
Insidensi adalah jumlah seluruh kasus baru pada suatu populasi pada suatu saat atau
periode waktu tertentu.
Insidensi Rate:
Biasanya insidensi rate digunakan untuk ukuran penyakit yang sifatnya akut.
Pengamatan harus bersifat dinamis di mana ukuran disini menggambarkan
kecepatan/kekuatan perubahan keadaan karena pengaruh lingkungan. Insidensi bukan
merupakan ukuran probabilitas, nilai dapat berkisar dari 0 – hampir tak terhingga, dan
ukuran ini tidak dapat di interpretasikan kepada individu yang ada di populasi.
atau jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu dibagi penduduk yang mempunyai
risiko population at risk terhadap kejadian tersebut dalam kurun waktu tertentu
dikalikan dengan konstanta “k”
Misalnya, angka insidensi kematian penduduk negara A karena penyakit jantung pada
tahun 1990 adalah 247 per 100.000 penduduk.
Angka insidensi dalam epidemiologi merupakan ukuran yang penting dan banyak
digunakan hingga terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh berbagai ahli
epidemiologi. Misalnya incidence rate atau cumulative rate atau attack rate.
Insidensi Kumulatif
Tingkat insidensi kumulatif adalah suatu ukuran tentang kejadian penyakit atau ukuran
status kesehatan yang lebih sederhana. Tidak seperti tingkat insidensi, maka yang diukur
hanyalah denominator yang ada pada permulaan saja. Tingkat insidensi kumulatif dapat
dihitung sebagai berikut:
Dalam pengertian statistik maka insidensi kumulatif itu adalah merupakan probabilitas
atau risiko dari individu yang berada dalam populasi tersebut untuk terkena penyakit
dalam periode waktu tertentu.
Hasil dari ukuran tersebut tidak mempunyai satuan, kisaran angka antara 0-1. Seringkali
tingkat insidensi kumulatif dikemukakan sebagai jumlah kasus per 1000 populasi.
Attack Rate
Biasanya dinyatakan dengan persen (%) dan dipergunakan dalam jumlah populasi yang
relatif sedikit dan waktu yang relatif singkat.
Contoh: keadaan wabah, keracunan makanan, penyakit yang menyerang pada batas
umur tertentu.
Kasus sekunder adalah kasus-kasus yang terkena penyakit di dalam suatu lingkungan
setelah datangnya satu atau lebih kasus primer dari lingkungan yang lain.
Contoh:
Dalam suatu asrama terdapat 30 orang anak. Pada tanggal 1 Juli 2003, 2 orang anak dari
asrama pergi berlibur dan kebetulan bertamu ke rumah keluarga yang anak-anaknya
menderita campak.
Tanggal 3 Juli 2003; kedua anak tersebut kembali ke asrama. Tanggal 7 Juli 2003 kedua
anak tersebut menderita campak, kemudian menyebar ke anak yang lain. Dalam waktu 3
minggu terserang 22 orang anak lagi. Berapa secondary attack rate nya?
Jawab:
Kasus primer = 2 orang
Kasus sekunder = 22 orang
Anak yang susceptble = 30-2= 28 orang
22 11
Secondary attack rate = ------- = ------
14
ANGKA PREVALENSI
Ukuran prevalensi banyak digunakan untuk merencanakan pelayanan kesehatan,
menilai kebutuhan pelayanan kesehatan dan meng-evaluasi program yang telah
dilaksanakan.
Prevalensi adalah jumlah seluruh kejadian penyakit atau jumlah kasus pada suatu
populasi pada satu saat atau periode waktu tertentu.
Prevalensi merupakan ukuran probabilitas di mana nilai dapat berkisar antara 0-1,
biasanya digunakan untuk ukuran penyakit kronis.
Untuk prevalensi terdapat 2 ukuran, yaitu point prevalensi rate (prevalensi sesaat) dan
periode prevalence rate (prevalensi periode).
Bila data pernah dikumpulkan pada titik waktu yang tertentu, maka prevalensi adalah
tingkat prevalensi titik atau point prevalence rate.
Untuk menggunakan tingkat prevalensi selama rentang waktu tertentu atau periode
prevalence rate; dihitung sebagai jumlah keseluruhan dari orang-orang yang diketahui
sudah terkena penyakit pada waktu tertentu selama periode waktu yang tertentu, dibagi
oleh jumlah populasi yang memiliki risiko untuk terkena penyakit pada pertengahan
waktu dari periode tersebut.
Secara skematis, insidensi, point prevalensi dan periode prevalensi dapat digambarkan
sebagai berikut:
! !
! 1 !
!-------------x 2 !
! 4 x----------------------- !
! x ----------------------------x !
! x ---------x 3 !
!---------------------------------------------------- !5
! ! x ------6
!-------x7 8 9 !
! x ------x x ------------x !
! !
1 Januari 1990 31 desember 1990
Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit. Lamanya sakit
ialah periode mulai didiagnosisnya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu
sembuh, mati atau kronis.
Hubungan antara prevalensi, insidensi dan lamanya sakit dapat dinyatakan dalam rumus
berikut:
P=IxD
P : prevalensi
I : Insidensi
D : Lamanya sakit
Hubungan tersebut akan tampak nyata pada penyakit kronis dan stabil.
Bila karena kemajuan teknologi bidang pengobatan suatu penyakit hanya dapat
menghindarkan kematian, tetapi tidak menyembuhkan maka pada keadaan ini
prevalensi akan meningkat meskipun tidak terjadi peningkatan insidensi.
Sebaliknya adanya kemajuan teknologi kedokteran hingga suatu penyakit dengan cepat
dapat disembuhkan atau suatu penyakit yang dengan cepat menimbulkan kematian;
maka prevalensi akan tetap, bahkan mungkin menurun meskipun terjadi kenaikan
insidensi.
Bila kita membandingkan prevalensi suatu penyakit antara beberapa wilayah, harus
diperhatikan ketiga faktor diatas agar tidak menimbulkan kesan yang salah. Misalnya
bila kita membandingkan prevalensi suatu penyakit antara desa dengan kota tanpa
memperhatikan ketiga faktor tersebut maka kesimpulan yang ditarik akan bias.
Hal ini disebabkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di kota jauh lebih baik
dibandingkan di desa dengan akibat lama sakit di kota lebih pendek hingga prevalensi
penyakit serupa di kota lebih rendah daripada di desa.
Morbiditas merupakan masalah yang kompleks hingga WHO Expert Commitee on Health
Statistic menganjurkan untuk mencantumkan hal-hal berikut:
Tujuan dan batasan yang digunakan
Apakah insidensi, prevalensi sesaat atau prevalensi periode yang digunakan
Berhubungan dengan satu atau beberapa penyakit
Waktu atau periode yang digunakan untuk pengamatan
Penyebut yang digunakan.
Hal di atas dmaksudkan agar laporan dapat dibandingkan dengan laporan lain karena
bila tujuannya berbeda atau batasan yang digunakan berbeda atau ukuran yang
digunakan berbeda dan penyebut yang digunakan pun berbeda; maka hasilnya akan
berbeda dan dalam hal ini tidak dapat dibandingkan dengan daerah atau negara lain.
Beberapa Ukuran yang sering dipakai sebagai Indikator Kesehatan
Morbidity rate
Sementara itu yang dinamakan faktor risiko adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kenaikan risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Ada kalanya suatu penyakit
hanya berhubungan dengan satu faktor saja, namun yang paling banyak dijumpai adalah
banyak faktor risiko yang berhubungan dengan suatu penyakit. Misal: faktor risiko
penyakit hipertensi adalah jenis kelamin, umur, asupan garam, rokok, obesitas dll
Risiko dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara penyebab dan akibat
atau paparan faktor risiko dan suatu kejadian yang disebut pengukuran efek (measures
of effect). Pengukuran risiko yang paling sering digunakan adalah Relative Risk (RR) dan
Odds Ratio (OR).
Penyakit
(+)
(-)
Exposure
(+)
a
b
(-)
c
d
a/(a+b)
Relative Risk (RR) = -------------
c/(c+d)
a+d
Odds Ratio (OR) = -----------
b+c
Mortality Rate dan Case Fatality Rate
Ada kemungkinan di dalam suatu populasi terjadi kematian akibat suatu penyakit yang
muncul pada kurun waktu tertentu. Angka kematian ini lazim disebut sebagai mortality
rate. Sedangkan jika kita ingin mengetahui seberapa fatalkah suatu penyakit dapat
menimbulkan kematian, maka dapat digunakan case fatality rate.
Urutan
Rasio Black:white
5. kecelakaan
6. pneumonia dan influenza
7. diabetes mellitus
8. HIV
9. pembunuhan
10. Bunuh diri
11. penyakit hati kronik dan sirosis
12. nephritis, sindrom neprotik
13. septisemia
14. atheroscle
15. penyakit masa perinatal
1:3
1:4
2:4
3:7
0:6
6:5
1:5
2:8
2:7
1:0
3:2
kebaikan
kekurangan
Angka kasar
(crude rate)
- merupakan perhitungan angka sebenarnya
- mudah dan sesuai untuk perbandingan internasional.
1. PROPORSI
------------------------------------------ k
2. RATIO
Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio
digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian.
Ratio x : y = 1 : 2
--------------------- k
jumlah wanita
Pria : Wanita = x : y
Dependency ratio = Jumlah usia (0 - <14th) + (>65 th)
----------------------------------------------- k
Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah
masing2 mahasiswa?
3. RATE
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
Contoh Soal:
1. INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu.
------------------------------- k
2. PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. Prevalence Rate
yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence
Rate.
Prevalence Rate yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31
Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate
---------------------------------------- k
3. ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit
dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.
Contoh Soal:
Hitunglah:
Point Prevalence Rate Campak pada bulan Feb, Maret dan Juni?
Hitunglah:
Point Prevalence Rate Diare pada bulan Ags, Sep dan Okt?
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
------------------------------- k
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
----------------------------------------- k
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup.
---------------------------------- x 100.000
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per
1000 kelahiran hidup.
---------------------------------- x 1000
NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur
< 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup.
-------------------------------------- x 1000
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28
minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup.
----------------------------------------- -x 1000
Contoh Soal:
Penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1990 = 178.440.000 orang dengan jumlah
kematian selama tahun 1990 = 17.308.680 orang. Berapa CDR tahun 1990?
Bila jumlah kematian karena tetanus pada tahun 1990 = 180.000 orang. Berapa SDR
tetanus per 1000 penduduk?
Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di Singapura hanya 1 orang pada tahun
1990, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup sebanyak 49.864 orang. Berapa MMR pada
tahun 1990?
Hasil sensus penduduk Jepang tahu 1990, dilaporkan jumlah kematian bayi <1 tahun
sebanyak 5.616 orang, jumlah kematian bayi umur 4 minggu sebanyak 3.179 orang,
jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari post partum sebanyak 7.001 orang.
Referensi
Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT. Rineka
Cipta
Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti