Anda di halaman 1dari 37

MEMBERI ASUHAN

PADA BAYI DENGAN


RESIKO TINGGI DAN
PENATALAKSANAAN

Oleh dr. Andrew Sitepu, Sp.A


1. BBLR
BBLR merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan
Patofisiologi :
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir
semua lemak, glikogen, dan mineral,
seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan.
PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa
 pemberian, pengaturan dan pengawasan intake
nutrisi
 mempertahankan suhu tubuh bayi

 pencegahan infeksi

 pemberian oksigen
2. ASFIKSIA NEONATORUM
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru
lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur dalam satu menit setelah lahir
TANDA DAN GEJALA
 Pada Kehamilan
 Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt
atau kurang dari 100x/mnt, halus dan ireguler
serta adanya pengeluaran mekonium.
 Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai
asfiksia
 Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium :
janin sedang asfiksia
 Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium
: janin dalam gawat
baik/tidak baik
 Pada bayi setelah lahir
 Bayi pucat dan kebiru-biruan

 Usaha bernafas minimal atau tidak ada

 Hipoksia

 Asidosis metabolik atau respiratori

 Perubahan fungsi jantung

 Kegagalan sistem multiorgan

 Kalau sudah mengalami perdarahan di otak


maka ada gejala neurologik, kejang, nistagmus
dan menangis kurang
PENATALAKSANAANNYA
 Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum
disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi
dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC
resusitasi :
 Memastikan saluran nafas terbuka :

 Meletakan bayi dalam posisi yang benar

 Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu


trachea
 Bila perlu masukan Et untuk memastikan
pernapasan terbuka
 Memulai pernapasan :
 Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan
taktil dengan menyentil atau menepuk telapak
kaki. Lakukan penggosokan punggung bayi
secara cepat,mengusap atau mengelus
tubuh,tungkai dan kepala bayi.
 Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

 Mempertahankan sirkulasi darah :

 Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah


dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan
3. SINDROM GANGGUUAN
PERNAFASAN
 kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari
60 kali/menit, sianosis, rintihan pada ekspirasi dan
kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi.
 disebabkan karena :

 Obstruksi saluran pernapasan bagian atas


(atresia esofagus, atresia koana bilateral)
 Kelainan parenkim paru (penyakit membran
hialin, perdarahan paru-paru)
 Kelainan di luar paru (pneumotoraks, hernia
diafragmatika)
TANDA GEJALA
 Tanda dan gejala sindrom gangguan pernapasan
sering disertai riwayat asfeksia pada waktu lahir
atau gawat janin pada akhir kehamilan. Adapun
tanda dan gejalanya adalah :
 Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir
 Pernapasan cepat/hiperapnea atau dispnea dengan
frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali/menit
 Retraksi interkostal, epigastrium atau suprasternal
pada inspirasi
 Sianosis
 Grunting (terdengar seperti suara rintihan) pada
saat ekspirasi
 Takikardia yaitu nadi 170 kali/menit
PENATALAKSANAANNYA
 Penatalaksanaan RDS atau Sindrom gangguan
napas adalah sebagai berikut :
 Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan
penghisap lendir dan kasa steril
 Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus
bayi dengan kaki hangat
 Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi agar bayi
dapat bernafas dengan leluasa
 Apabila terjadi apnue lakukan nafas buatan dari
mulut ke mulut
 Longgarkan pakaian bayi
 Beri penjelasan pada keluarga bahwa bayi harus
dirujuk ke rumah sakit
 Bayi rujuk segera ke rumah sakit
4. IKTERUS
 Hiperbilirubinemia /
Ikterus neonatorum)
adalah keadaan ikterus
yang terjadi pada bayi
baru lahir yaitu
meningginya kadar
bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler
sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa
dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning
ETIOLOGI
 Ikterus fisiologi
 Kurang protein Y dan Z
 Enzim glukoronyl transferase yang belum cukup
jumlahnya.
 Pemberian ASI yang mengandung pregnanediol atau
asam lemak bebas yang akan menghambat kerja G-
6-PD
 Penyebab ikterus patologis
 Peningkatan produksi :
 Hemolisis, misalnya pada Inkompatibilitas yang
terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan
darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan
ABO.
 Pendarahan tertutup misalnya pada trauma
kelahiran.
 Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu
seperti gangguan metabolik yang terdapat
pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
 Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat
Dehidrogenase.
 Ikterus ASI yang disebabkan oleh
dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) ,
diol (steroid).
 Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase ,
sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya pada berat lahir rendah.
 Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan
Dubin Hiperbilirubinemia.
TANDA GEJALA IKTERUS
 Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase
pertama kernikterus pada neonatus adalah
letargi, tidak mau minum.
 Gejala kronik : tangisan yang melengking (high
pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus
(bayi yang selamat biasanya menderita gejala
sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,
gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot
mata dan displasia dentalis)
PENATALAKSANAAN IKTERUS
 Berdasarkan pada penyebabnya, maka manajemen
bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk
mencegah anemia dan membatasi efek dari
Hiperbilirubinemia.Pengobatan mempunyai tujuan :
 Menghilangkan Anemia
 Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit
Tersensitisasi
 Meningkatkan Badan Serum Albumin
 Menurunkan Serum Bilirubin
 Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi :
Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan
Therapi Obat, Menyusui Bayi dengan ASI, Terapi
Sinar Matahari
5. PERDARAHAN TALI PUSAT
 Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa
timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan
tali pusat yang kurang baik atau kegagalan
proses pembentukkan trombus normal. Selain itu
perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi
petunjuk adanya penyakit pada bayi.
PENYEBAB
 Robekan umbilikus normal
 Robekan umbilikus abnormal

 Robekan pembuluh darah abnormal\

 Perdarahan akibat plasenta previa dan abruptio


plasenta
TANDA DAN GEJALA
 Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali
pusat lepas tapi masih menempel pada tali
pusat.
 Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet.
 Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan
tersebut bisa berwarna kuning, hijau, atau
darah.
 Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat.
PENATALAKSANAAN
 Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari
perdarahan tali pusat yang terjadi.
 Untuk penanganan awal, harus dilakukan
tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat.
 Segera lakukan inform consent dan inform choise
pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan
6. KEJANG
 Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang
timbul masa neonatus atau dalam 28 hari
sesudah lahir
 Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi
merupakan gejala dari gangguan saraf pusat,
lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala
gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya
penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut,
yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang
menetap di kemudian hari.
ETIOLOGI
 Metabolik
 Hipoglikemia
 Hipokalsemia
 Hipomagnesia
 Hiponatremia/hipernatremia
 Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksin
 Asfiksia
 Perdarahan intracranial
 Infeksi

 Genetik/kelainan bawaan
TANDA DAN GEJALA
 Tremor/gemetar
 Hiperaktif
 Kejang-kejang
 Tiba-tiba menangis melengking
 Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya
kesadaran
 Pergerakan tidak terkendali
 Nistagmus atau mata mengedip ngedip paroksismal
PENATALAKSANAAN

 Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada


bayi baru lahir sebagai berikut:
 Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti
kejang-kejang (Misal : diazepam, fenobarbital,
fenotin/dilantin)
 Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi
 Mencari faktor penyebab kejang
 Mengobati penyebab kejang (mengobati
hipoglikemia, hipokalsemia dan lain-lain)
7. HIPOTERMIA
 Definisi : suhu ketiak < 36,5°C
 Bayi baru lahir
 Hipotermia sering terjadi
 Terpapar lingkungan dingin
 Merupakan tanda bahaya
 Klasifikasi hipotermia
- Sedang (32-36,4°C)
Ggn nafas, HR < 100
Letargi, malas minum
- Berat < 32°C
Kulit keras
Nafas pelan & dalam
- Suhu tidak stabil (36-39°C)
Sepsis
CARA MENGHANGATKAN BAYI
 Kontak kulit
 Kangaroo mother care
 Pemancar panas
 Lampu
 Inkubator
 Boks penghangat
 Ruangan hangat
PROMOTIF / PENCEGAHAN
 Ruangan hangat, hindari benda
dingin
 Transportasi dlm keadaan hangat
 Selalu diselimuti (resusitasi, IV
line)
 Pemancar panas
 Ganti popok
 Jangan sentuh dg tangan dingin
 Monitor suhu (1-2 X/hr)
TATALAKSANA
 Hipotermia sedang Hipotermia berat

 Ganti pakaian dingin  Inkubator /


 Skin contact / pemancar
inkubator  Ganti baju, selimut
 Sering susukan  Hindari panas
berlebihan
 Amati penyulit  GGN nafas :O2
 Pertahankan kadar  IV line
gula darah  Koreksi
 Pantau kenaikan 0,5°C hipoglikemia
 Perhatikan
penyulit
 Periksa suhu tiap
jam
8. HIPERTERMIA
 Adalah peningkatan suhu tubuh diatas titik
pengaturan hipotelamus bila mekanisme
pengeluaran panas terganggu ( oleh obat dan
penyakit ) atau dipengaruhi oleh panas eksternal
( lingkungan ) atau internal ( metabolik ).
 Gejala :

- Suhu tubuh bayi >37,5oC

- Frekuensi pernafan bayi >60oC

- Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan


menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air
kemih berkurang.
PENATALAKSANAAN
 Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan
suhu kamar seputar 26oC-28oC
 Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai
suhu bayi normal ( jangan menggunakan es atau
alcohol )
 Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara
intravena dehidrasi teratasi
 Antibiotik diberikan apabila ada infeksi
9. HIPERGLIKEMIA
 Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan
glukosa darah dari pada rentang kadar puasa
normal 80–90 mg / dl darah, atau rentang non
puasa sekitar 140–160 mg /100 ml darah
(Elizabeth J. Corwin, 200).
 Hiperglikemia adalah kadar gula darah (glukosa)
yang tinggi. Hiperglikemia pada bayi baru lahir
lebih jarang terjadi penyebab pada bayi yang
sangat kecil, gula yang diberikan melalui infus
bisa menyebabkan peningkatan kadar gula
darah yang berlebihan.
PENATALAKSANAAN
 Untuk bayi yang memerlukan glukosa tambahan,
maka pemberian glukosa pada bayi dapat
diturunkan
 Pada bayi dengan diabetes transient, hiperglikemia
hanya berlangsung sementara dan akan membaik
dengan sendirinya, biasanya dalam waktu beberapa
minggu. Selama waktu tersebut kadar gula darah
harus dipantau dan dijaga dengan baik. Selain itu,
hidrasi tubuh bayi-bayi yang mengalami
hiperglikemia yang harus diperhatikan agar bayi
tidak mengalami dehidrasi.
 Setiap cairan dan elektrolit yang hilang pada bayi
harus diganti. Tetapi jika terjadi hiperglikemia
menetap, maka perlu dilakukan penangananan lebih
lanjut
10. TETANUS NEONATURUM
 Tetanus Neonaturum adalah penyakit tetanus
pada bayi baru lahir denagn tanda klinik yang
khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup ,
menangis dan menyusu secara normal, pada hari
ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh
yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut
dan menetek, disusul dengan kejang-kejang
( WHO, 1989 )
PENATALAKSANAAN
 Empat pokok dasar tata laksana efle :
debridement, pemberian eflexee, menghentikan
kejang,serta imunisasi pasif dan aktif, yang

Anda mungkin juga menyukai