Anda di halaman 1dari 9

Sikap Mental

Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu
dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang menjadi sosok yang
tinggi budi ataukah sebaliknya menjadi orang yang jahat dan culas. Orang baik budi
merupakan kader pembangunan bangsa, sedangkan orang jahat akan menjadi beban
masyarakat dari bangsa itu sendiri.
Tentu kita tidak ingin melihat bahwa banyak kejahatan dan keculasan merajalela
di negeri ini. Itu sebabnya pembinaan sikap mental menjadi unsur penting dalam
dunia kewirausahaan sekaligus dalam kehidupan. Selain menghadirkan sifat-sifat
baik alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi
positif dalam motivasi dan proaktivitas. Saran-saran berikut akan membantu
wirausahawan untuk mengembangkan sikap mental yang baik :
1).Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan
kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya. Tunjukan sikap mental
yang positif terhadap pekerjaan wirausahawan, karena sikap inilah yang akan ikut
menentukan keberhasilan wirausahawan.
2).Otak wirausahawan merupakan alat yang berdaya luar biasa. Menyediakan waktu
beberapa saat setiap hari untuk renungan pikiran wirausahawan yang akan
memungkinkan wirausahawan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
3).Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem dan
kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakanlah imajinasi wirausahawan untuk
meluaskan pikiran-pikiran wirausahawan dan cobalah berpikir yang besar-besar.
Orang-orang yang dapat melihat gambaran besar adalah orang yang bersifat
wirausaha dan merupakan calon-calon pemimpin bisnis maupun masyarakat.
4).Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat. Terlalu serius dapat
merugikan pekerjaan wirausahawan dan tidak sehat. Menunjukan rasa humor
berpengaruh terhadap orang lain dengan jalan menyebarkan optimisme dan suasana
yang santai.

Pikiran wirausahawan haruslah terorganisasi dengan baik sekali dan mampu


memfokuskan pada pelbagai problem. Wirausahawan haruslah mampu
memindahkan perhatian wirausahawan dari satu problem ke problem lain dengan
upaya yang minim.

2. Kepemimpinan
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang
lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha membangkitkan
suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah
sikap tepo seliro.

Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa
kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol,
dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak
lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha. Mereka “tampil beda”.

Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di
Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang
pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai
dilakukan orang.
Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika dan
Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi, seperti
Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga merangkul negara-
negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan oleh negara-negara penganut
kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa Kim
benar. Dengan keputusannya itu ia, dan Daewoo berkembang menjadi salah satu
konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan dimana-mana termasuk Amerika
dan Eropa.
a. Perilaku Pemimpin
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama : Berorientasi pada tugas yang
menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran. Berorientasi pada orang,
yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi.

Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung


menunjukan perilaku : Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun
peranan stafnya. Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat dicapai.
Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan,
membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
Berminat mencapai peningkatkan produktivitas. Orientasi Orang.

Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan menunjukan perilaku
sebagai berikut : Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam
organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul. Menunjukan perhatian pada
orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi saja. Menunjukan
pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan dan
keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan. Mendirikan komunikasi
timbal balik dengan staf. Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan
prestasi karyawan. Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta
mendorong inisiatif. Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam
organisasi.

b. Tindakan Kepemimpinan
Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan meningkatkan
kemampuan kepemimpinan wirausahawan :
1).Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil tindakan secepat
mungkin 2).Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan melalui bakat dan
kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik,
wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan kemampuan
ini dari orang-orang yang mampu disekitar wirausahawan dan menyokong serta
percaya pada wirausahawan sebagai pemimpin. 3).Wirausahawan akan memperoleh
kepercayaan pada kemampuan kepemimpinan wirausahawan, jika wirausahawan
memusatkan perhatian pada upaya meningkatkan kekuatan-kekuatan
wirausahawan. Jauhilah situasi dimana kelemahan-kelemahan wirausahawan akan
tampak. 4).Seorang pemimpin yang baik bersedia mengakui kesalahan-kesalahan
dan mengubah rencana-rencana. Wirausahawan haruslah sadar bahwa keadaan
selalu berubah dan penyesuaian-penyesuaian haruslah dibuat sewaktu-waktu.

3. Tata Laksana
Tata laksana merupakan terjemahan dari kata Management artinya pengelolaan.
Yang perlu dimengerti disini adalah manajemen bukan semata-mata konsumsi para
manajer saja. Setiap orang perlu manajemen apapun status dan jabatan orang
tersebut. Bahkan ibu rumah tanggapun perlu manajemen untuk mengelola uang
dapur dan belanjaannya. Tata laksana merupakan metode atau serangkaian cara dan
prosedur. Gunanya jelas, yaitu untuk menghasilkan efektifitas dan efisiensi setiap
pekerjaan, agar mendapatkan hasil yang baik dalam mutu serta tepat waktu dalam
penyerahannya.

Berbeda dengan sikap mental dan kepemimpinan yang termasuk dalam klasifikasi
nilai atau kualitas, maka manajemen merupakan pengetahuan yang bersifat praktis.
Kalau sikap mental dan kepemimpinan berada di dalam jiwa, manajemen berada
diluar mirip ketrampilan teknis.

Manajemen mempunyai arti yang amat luas. Kegunaannya juga sangat universal dan
semua orang atau organisasi memerlukan manajemen. Banyak sekali kasus yang
membuktikan bahwa bila manajemen terabaikan, maka sebuah organisasi akan
menjadi kacau dan morat marit. Perusahaan tanpa manajemen yang baik, bisa
dipastikan akan mengalami hambatan besar dalam perkembangannya. Oleh sebab
itu, setiap orang yang ingin memulai usaha harus mewaspadai aspek tata laksana
sedini mungkin. Mulailah kegiatan manajemen seketika pada saat perusahaan baru
saja dimulai, sekecil apapun ukurannya.

4. Ketrampilan
Lapisan terluar dari struktur prioritas keWirausahaan adalah ketrampilan. Banyak
pihak berpendapat, bahwa dengan berbekal penguasaan ketrampilan, seseorang
akan bisa diharapkan menjadi seorang entrepreneur yang berhasil. Pendapat ini
sebenarnya tidaklah terlalu salah, kalau dilihat banyak contoh yang membuktikan,
misalnya seorang penjahit dengan ketrampilan yang dimiliki akhirnya bisa memiliki
sebuah perusahaan pakaian jadi yang cukup besar.

Namun demikian, kalau wirausahawan mau meneliti lebih jauh, ternyata


keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan oleh ketrampilan
semata, melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki si pengusaha.
Leadership yang bersangkutan yang menuntun dan membawanya ke jenjang sukses.

Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang, baik trampil maupun tidak untuk bisa
tampil sebagai tokoh yang sukses, atau orang yang berkecukupan yaitu :
1)Memanfaatkan ledership yang berasal dari diri sendiri. 2).Memanfaatkan ledership
orang lain. 3).Faktor keberuntungan ( luck atau hoki )

B. Karakteristik Wirausahawan
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan mempunyai
karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama. Para pemula revolusi
industri Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah bawah. Dalam sejarah
Amerika pada akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner mengemukakan bahwa
rata-rata Wirausahawan adalah anak dari orang tua yang mempunyai kondisi
keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Schumpeter menulis bahwa
Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berada dari semua kelas.
Menurut Mc Clelland, karakteristik Wirausahawan adalah sebagai berikut :
1. Keinginan untuk berprestasi. Penggerak psikologis utama yang memotivasi
Wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan
sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan
dalam diri orang yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan. Pencapaian
tujuan merupakan tantangan bagi kompetisi individu.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab. Wirausahawan menginginkan tanggung
jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya
sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab
sendiri terhadap hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukannya secara
berkelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.
3. Preferensi kepada resiko-resiko menengah. Wirausahawan bukanlah penjudi.
Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang
tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang
dipercaya bisa mereka penuhi.
4. Persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk
mencapai keberhasilan adalah kwalitas kepribadian Wirausahawan yang penting.
Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua
fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka
yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5. Rangsangan oleh umpan balik. Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal
yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang
untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif
usaha mereka.
6. Aktifitas enerjik. Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh lebih tinggi
dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai
proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka
sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk
terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7. Orientasi ke masa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke
depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa
depan.
8. Ketrampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukkan ketrampilan
dalam organisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat
obyektif dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan
memilih yang ahli bukan teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9. Sikap terhadap uang. Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti
penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai
lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari kompetensi
mereka.

C. Potensi Kewirausahaan
Karakteristik Wirausahawan sukses dengan semangat tinggi akan memberikan
pedoman bagi analisa diri sendiri.
1. Kemampuan inovatif. Inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal
tersebut berarti perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa
baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru dan
lebih baik.
2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity). Ini berarti kemampuan untuk
berhubungan dengan hal yang tidak terstruktur dan tidak bisa diprediksi.
Karakteristik ini berkaitan erat dengan proses inovatif.
3. Keinginan untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan
keWirausahaan. Hal ini menandai para pemiliknya sebagai orang yang tidak
mengenal menyerah di dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan sendiri.
4. Kemampuan perencanaan realistis. Menetapkan tujuan yang menantang dan bisa
diterapkan adalah tanda dari perencanaan realistis. Tujuan ditetapkan sesuai dengan
tujuan dari Wirausahawan.
5. Kepemimpinan terorientasi pada tujuan. Wirausahawan membutuhkan aktivitas
yang mempunyai tujuan. Semangat yang tinggi memotivasi mereka untuk
mengarahkan tenaga mereka dan rekan kerja serta bawahan mereka ke arah tujuan
yang ditetapkan.
6. Obyektivitas. Wirausahawan obyektif di dalam mengarahkan pemikiran dan
aktivitas keWirausahaannya dengan cara pragmatis. Wirausahawan mengumpulkan
fakta-fakta yang ada, mempelajarinya dan menentukan arah tindakan dengan cara-
cara praktis.
7. Tanggung jawab pribadi. Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi, mereka
menetapkan tujuan sendiri dan memutuskan bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.
8. Kemampuan beradaptasi. Para Wirausahawan mampu menyesuaikan diri dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Ketika Wirausahawan terhambat oleh
kondisi yang berbeda dari apa yang mereka harapkan, mereka tidak menyerah,
namun melihat situasi secara obyektif.
9. Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator. Wirausahawan
mempunyai kemampuan mengorganisasi dan administasi di dalam mengidentifikasi
dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan. Mereka
menghargai kompetensi dan akan memilih para spesialis untuk mengerjakan tugas
dengan efisien.

ANALISA
Manajemen Kewirausahaan

1. Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini


Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor
agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi
stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha
agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil. Meskipun
demikian, pengembangan usaha kecil juga mengalami berbagai permasalahan
seperti : [1] kesulitan mendapatkan modal yang cukup, [2] kekurangan pengetahan
di bidang agribisnis, [3] kelemahan dalam pengelolaan atau manajemen usaha, [4]
kekurangan dalam perencanaan usaha, [5] kekurangan dalam pengalaman berusaha,
[6] kekurangan pengetahuaan dan ketrampilan teknis bidang usaha yang dilakukan.
Dengan kata lain, titik berat persoalan usaha kecil adalah sedikitnya pengusaha kecil
yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer: 2001)

Kewirausahaan adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika dikatakan pengembangan


kewirausahaan agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam
melihat atau menilai kesempatan di peluang bisnis serta kemampuan
mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan yang beresiko tinggi.
Mungkin lebih tepat apabila dikatakan pengembangan agribisnis usaha kecil. (Noer:
2001)

Selama ini prospek bisnis ke depan, yang berkaitan dengan kontrak/transaksi,


cenderung memerlukan kemitraan dalam kaitannya antara perusahaan besar dengan
perusahaan kecil. Kemitraan ini tidak hanya di budidaya, tetapi juga di bagian
pembibitan dan pengolahan. Kegiatan hulu sampai dengan kegiatan hilir ini dapat
saling dimanfaatkan. (Noer: 2001)

Bagi agribisnis baik petani, maupun pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya,
mempunyai karakteristik, berupa harga dan pasar hasil petani tidak dapat
dipengaruhi oleh produser secara sendiri-sendiri tapi harus dihadapi oleh agribisnis
secara keseluruhan. Untuk mendpatkan kesepakatan bersama ini tidak mudah tapi
kelompok sekaligus bisa mempengaruhi harga dan pasar, sehingga semua produser
baik yang masuk kelompok atau tidak akan merasakan hasilnya. Kemudian akan
banyak para produser untuk menanamkan produknya lebih luas dan produser yang
tadinya tidak menanam produk tersebut akan tertarik pula untuk menanam produk
yang sama, sehingga pada akhirnya persediaan produk berlebih serta harga dan
pasar akan turun.

2. Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan


Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritim
serta menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi daerah, liberalisasi
perdagangan, perubahan pasar internasional lainnya. Pemerintah sedang
mempromosikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing
(Competiveness), berkerakyaratan (People-Driven), berkelanjutan (Sustainable) dan
terdesentralistis (Decentralized).

Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu


rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness)
yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian
primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau
pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sara produksi dan sub
agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini di
Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir (down-stream agribusiness)
yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk
olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk
akhir (finished product); dan (4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang
menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.

Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi kedalam 4 sub-sistem


yang terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Upstream Agribusiness. Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan
industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu industri pembenihan
atau pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia (Agro-otomotif) seperti
pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri alat dan mesin pertanian.
2. Onfarm agribusiness. Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan
kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usaha tani
tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan) usaha
perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan.
3. Downstream agribusiness. Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan
industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti
makanan dan minuman, industri pakan ternak, industri barang-barang serat alam,
industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.
4. Services for Agribusiness. Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas
Perkreditan, transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan
ekonomi. Dalam artian, peluang akan membuka usaha kecil dan menengah terbuka
pada 4 subsistem agribisnis, yang menjadi kendala saat ini, adakah jiwa-jiwa
kewirausahaan dan kepemimpinan untuk segera mempergunakan peluang tersebut.
Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti menunjukkan bahwa
integrasi dan link-antar sub sistem usaha agribisnis belum tersinkron dengan baik,
dimana setiap subsistem masih berjalan dengan sendiri-sendiri bahkan cenderung
mengakibatkan kerugian yang sebenarnya justru harus mendatangkan dampak
positip dari keberadaannya. Usaha-usaha pada sistem agribisnis tersebut masih
berskala kecil dengan sumberdaya manusia seadanya, teknologi yang terbatas dan
tidak ada kepastian harga dan proteksi akan kelangsungan usahanya.

3. Kondisi Kepemimpinan Usaha Kecil


a. Mencari Pemimpin Yang Baik. Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi
seorang pemimpin yang sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan
nilai, gaya dan aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin
yang sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang sukses karena
mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat, dan
berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang tinggi. Ada
pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada para pegawainya
untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu menciptakan jenis
budaya kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan. Pendeknya, untuk
menjadi pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang kuat dan integritas
yang tinggi. Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi, sehingga orang
tersebut dengan penuh semangat berupaya menuju sasaran. Ahli manajemen, Peter
F Drucker secara khas memandang kepemimpinan adalah kerja. Seorang pemimpin
adalah mereka yang memimpin dengan mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari.
Pemimpin terlahir tidak hanya dalam hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir
dalam kelompok kerja non formal.
b. Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini Kepemimpinan sebenarnya sangat
bersangkut erat terhadap karakter seseorang, jika seseorang berbudi halus maka ia
cenderung memimpin dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi
kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur
biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat
oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak
terbatas. Disamping itu pengetahuan akan teori-teori kepemimpinan juga terbatas
sehingga kebanyakan pemimpin bisnis kecil memimpin dengan gaya tradisional,
misalnya pemimpin bisnis kecil di Bali akan cenderung memimpin dengan gaya serta
type dengan kaidah-kaidah atau norma-norma ke-baliannya. Begitu juga, jika ada
pemimpin bisnis kecil dari suku Tionghoa akan cenderung juga menerapkan gaya
dan type kepemimpinan ala cines, atau kalau kita bandingkan dengan teori
kepemimpin lebih dekat kepada gaya Paternalistik kekeluargaan. Masalah-masalah
SDM pada perusahaannya belum begitu nampak besar dan serius karena skala
usahanya masih kecil, unsur kekeluargaan masih bisa dijalankan dengan baik, hal ini
juga sebenarnya menjadi faktor penghambat kenapa bisnis kecil tetap kecil. Alasan
pertama adalah gaya dan type kepemimpinan yang masih tradisional, paternalistik,
lebih-lebih masih saja ada yang feodal, seperti di Jawa misalnya.
c. Penerapan Teori Kebutuhan Maslow Dalam Bisnis Kecil Penerapan Teori
Kebutuhan Maslow dalam menumbuhkan dukungan yang kuat para anggota
perusahaan yang bersaing dalam: inovasi” dan “peningkatan kualitas” sehingga
terjadi peningkatan kinerja dan keuntungan perusahaan. Motivasi merupakan proses
interaksi antara kebutuhan (need), dorongan (drive), dan tujuan (goals) Mengapa
dua produk yang sama, dijual oleh dua perusahaan yang berbeda, memberikan hasil
yang berbeda ? Suatu perusahaan membuat produk yang dapat dijual, bukan
menjual produk yang dapat dibuat, karena itu perusahaan perlu mengenali
pelanggan dan mengidentifikasi kebutuhannya. Dengan demikian perusahaan dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu kegagalan dari produk baru, biasanya
adalah karena mereka salah mengenali kebutuhan konsumen. Perusahaan
mengharapkan konsumennya menjadi pelanggan, sehingga ada kontinuitas
pembelian. Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, wirausahawan tidak dapat
menciptakan suatu produk untuk memenuhi semua kebutuhan. Diversifikasi produk
perlu dilakukan untuk melayani semua kebutuhan. Berbagai usaha dilakukan
perusahaan untuk membuat pelanggannya merasa istimewa. Selain untuk
meningkatkan penjualan juga untuk membangun loyalitas pelanggan. Perusahaan
harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga mereka yang menjalankan organisasi
tahu apa yang ingin dicapai dan dapat melakukan perencanaan dan
implementasinya. Kunci dari keberhasilan Perusahaan untuk mencapai tujuan yaitu
membangun loyalitas pelanggan dalam arti luas dapat dijabarkan bahwa: pelanggan
bukan semata-mata hanya orang yang membutuhkan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tetapi jauh lebih luas, dalam Total Quality Management dijelaskan yang
termasuk pelanggan adalah: Konsumen, Pekerja, dan pemilik. Kelemahan mendasar
pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya
hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah
mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk
menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak
bisnis kecil yang tidak bertahan lama

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini Selama krisis ekonomi yang
berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis
kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal
ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha
menengah dan usaha kecil.

Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan Pembangunan pertanian dalam


kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1)
Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang
menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis
usahatani (on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang
menggunakan sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas
pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir
(down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas
pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate
product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa
penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.
Ini semua merupakan peluang yang dapat kita manfaatkan sebagai peluang untuk
menjadi wirausahawan.

Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini Kondisi kebanyakan bisnis kecil yang
ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri,
bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat,
sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas. Penerapan Teori
Motivasi dalam Bisnis Kecil Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah
mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan
pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah
minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji
karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis
kecil yang tidak bertahan lama karena ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.
B. Saran
Motivasi Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan
tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah
mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih
tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha
kecil. Jika ini yang terjadi haruslah ada intervensi pemerintah sebagai regulasi dalam
memotivasi bertumbuhnya wira-wira usaha baru sehingga perekonomian nasional
dapat segera bangkit.
Para pemimpin Bisnis Kecil, belajarlah lebih banyak lagi Para pemimpin bisnis
kecil, pandanglah masa depan perusahaan anda sebagai sebuah masa depan yang
terus dapat di wariskan sehingga anda dapat mengelola bisnis secara profesional,
manjauhkan diri dari kekuasan mutlak, kesewenang-wenangan.
Paculah Kinerja Karyawan anda dengan Motivasi Kelemahan mendasar pada bisnis
kecil adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya
memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah
mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk
menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Untuk hal ini, penulis
sangat mengharapkan, para pengusaha kecil janganlah memberikan motivasi hanya
sebatas kebutuhan dasar saja, tetapi perlakukanlah karyawan anda seperti manusia
selayaknya. Pada akhirnya banyak bisnis kecil anda bertahan lama tidak ditinggalkan
SDM yang telah perpengalaman.

Anda mungkin juga menyukai