Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PAPER

MATA KULIAH DASAR KEPENDUDUKAN

PENGARUH INDIKATOR PENGUKURAN PENDIDIKAN


TERHADAP PEMBANGUNAN KESEHATAN

Disusun Oleh :
Fani Pranidasari (6411420059)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2020
1. HASIL PERHITUNGAN INDIKATOR PENGUKURAN
PENDIDIKAN
a. APK ( Angka Partisipasi Kasar)
APK SD = Jumlah murid SD/sederajat÷ jumlah penduduk usia 7-12 thn × 100%
= 297.206 ÷ 140.146 × 100%
= 2,12 %
b. TPT ( Tingkat Pendidikan Tertinggi )
TPT SD = jumlah penduduk tamatan SD ÷ jumlah penduduk keseluruhan
= 333.345 ÷ 1.592.543
= 0,209
TPT SMP = jumlah penduduk tamatan SMP ÷ jumlah penduduk keseluruhan
= 295.759 ÷ 1.592.543
= 0,185
TPT SMA = jumlah penduduk tamatan SMA ÷ jumlah penduduk keseluruhan
= 147.659 ÷ 1.592.543
= 0,092
TPT PT = jumlah penduduk tamatan PT ÷ jumlah penduduk keseluruhan
= 64.833 ÷ 1.592.543
= 0,04
c. AMH (Angka Melek Huruf)
AMH = Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis
÷ jumlah semua penduduk usia 15 tahun ke atas × 100
= 1.231.720 ÷ 1.219.898 × 100
= 100,96
PENGARUH INDIKATOR PENGUKURAN PENDIDIKAN TERHADAP
PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB I : PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Setiap masyarakat Indonesia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.
Seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai
sistem pendidikan nasional yang menetapkan bahwa pemerintah berkewajiban
memenuhi hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Salah satu faktor utama dalam pembangunan harus adanya sumber daya manusia
(SDM) Untuk mendapatkan SDM yang bermutu maka diperlukan pendidikan yang
berkualiats.
Pendidikan adalah sarana penting untuk meningkatkan sumber daya manusia
yang maju, mandiri, demokratis, sejahtera, dan bebas dari kemiskinan. Selain itu,
pendidikan merupakan sebuah investasi jangka panjang dan membutuhkan proses
yang cukup lama serta biaya yang sangat besar dalam masa pendidikan yang lebih
tinggi.
Menurut Septiana (2008) Pendidikan memiliki peranan penting dalam
pembangunan, pendidikan yang baik akan memberikan kontribusi terhadap
kesejahteraan mereka. Untuk melihat seberapa besar kemajuan sektor pendidikan
dapat dilihat dari besarnya indikator pendidikan yang meliputi Angka Partisipasi
Sekolah (APK),Tingkat Pendidikan Tinggi (TPT) dan Angka Melek Huruf (AMH).
Cakupan pendidikan dalam lingkup ini cukup luas. Usia Pendidikan terdiri dari usia
7-12 tahun menggenggam pendidikan sekolah dasar, usia 13-15 tahun menggenggam
pendidikan sekolah menengah pertama, usia 16-18 tahun dalam pendidikan
mengengah atas dan usia 19-24 dalam pendidikan perguruan tinggi.
Salah satu aspek penting yang memengaruhi SDM adalah tingkat kesehatan
masyarakat, dimana status kesehatan memainkan peranan penting. Status kesehatan
masyarakat dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu pencapaian umur harapan
hidup, angka kesakitan, angka kecacatan, atau angka kematian; pencapaian
keikutsertaan dalam pelayanan kesehatan, pencapaian kepuasan internal, dan
kepuasan eksternal; partisipasi dalam kehidupan sosial; dan lingkungan tempat
tinggal. Dalam suatu komunitas, keempat faktor pendukung tersebut mempunyai
hubungan yang erat satu sama lain, dan tidak dapat dipisahkan dengan sumber daya
alam, kepadatan penduduk, sistem budaya, dan keseimbangan lingkungan.
HL. Blum dalam konsepnya menggambarkan bahwa status kesehatan
seseorang atau suatu komunitas masyarakat, merupakan hasil interaksi berbagai
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor
fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor, antara lain
sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan
sebagainya (Blum MD. Hendrik L, 1974).
Pada dekade abad ke 20, penduduk Indonesia memiliki ciri-ciri struktur umur
muda dengan rata-rata tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Hal ini dapat
dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dilaporkan setiap tahun oleh
WHO. Pada tahun 2009 Indonesia menduduki urutan nomor 111 di antara 182
bangsa-bangsa di dunia (WHO, 2009). Dalam pencapaian peningkatan status
kesehatan bukan hanya tanggung jawab dari Kementerian Kesehatan, tetapi
merupakan pengintegrasian dari berbagai kementerian/institusi serta dukungan dari
masyarakat sendiri untuk meningkatkan kesehatannya. Kelompok usia muda
merupakan kelompok harapan bangsa di masa depan, baik sebagai insan maupun
sebagai SDM yang berkualitas. Masa ini merupakan generasi peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Bagi mereka, masa ini merupakan masa mencari jati
diri untuk menghadapi kedewasaan.
Menurut perkembangan intelektual, mereka telah mencapai perkembangan
mental yang memungkinkan untuk berpikir dengan cara berpikir orang dewasa. Oleh
karena itu paper ini bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh perhitungan angka
partisipasi pendidikan terhadap kesehatan pada rentan usia muda penduduk di Kota
Semarang.

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan indikator pengukuran pendidikan?
3. Bagaimana perhitungan indikator pengukuran pendidikan di Kota Semarang?
4. Bagaimana pengaruh perhitungan indikator pengukuran pendidikan tersebut
terhadap pembangunan kesehatan di Kota Semarang?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengertian indikator pengukuran pendidikan.
3. Untuk mengetahui perhitungan indikator pengukuran pendidikan di Kota
Semarang.
4. Untuk mengetahui pengaruh perhitungan indikator pengukuran pendidikan
tersebut terhadap pembangunan kesehatan di Kota Semarang.

BAB II : PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses bertahap yang terlaksana secara


terstruktur dan ada aturan yang mengikat, yang dalam pelaksanaannya melibatkan
pihak-pihak tertentu yang merupakan komponen utama di dalam proses belajar
mengajar. Pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara asal-asalan karena hal itu
nantinya dapat berimbas buruk bagi proses belajara mengajar tersebut, yang juga
merupakan bagian dari proses pendidikan.

Pendidikan sendiri merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana pembelajaran dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sriritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sembiring,
2006:97).

Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional


No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar
“didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran
pimpinan)mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan
mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses perluasan, dan cara mendidik. Pendidikan dalam prosesnya mempunyai
tingkatan-tingkatan tertentu yang menjadi simbol tentang level seseorang individu
telah menguasai atau menyelesaikan tingkatan pendidikan tertentu.

Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 14 tentang sistem pendidikan


nasional dijelaskan bahwa jenjang atau tingkatan pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

1. Pendidikan Dasar

Pada Pasal 17dijelaskan bahwa Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan


yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat
serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.Pendidikan


menengahterdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengahatas (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah
kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikansetelah pendidikan menengah


yangmencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yangdiselenggarakan oleh pendidikan tinggi.Pendidikan tinggi
diselenggarakan dengan sistem terbuka.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Aspek itu juga melingkupi bidang kesehatan. Pada nantinya sang
individu diberikan pemahaman dari pihak sekolah untuk menanamkan perilaku sehat
dan juga nilai-nilai terkait kesehatan agar nantinya siswa dapat mengerti benar apa itu
pola hidup sehat dan tentunya akan mempraktikannya dalam kehidupan.

2. Indikator Pengukuran Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat partisipasi pendidikan disuatu wilayah maka


diperlukan perhitungan indikator pengukuran pendidikan. Hal tersebut dilakukan
karena merupakan salah satu indikator tercapainya pembangunan
dalam bidang pendidikan di suatu wilayah. Jika pembangunan pendidikan suatu
wilayah dapat berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi pembangunan bidang
lainnya khususnya pembangunan di bidang kesehatan. Indikator pengukuran
pendidikan tersebut antara lain :

a. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah


pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur
yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Semakin tinggi APK berarti
semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang
pendidikan pada suatu wilayah.
b. Tingkat Pendidikan Tertinggi (TPT) adalah persentase jumlah penduduk, baik
yang masih sekolah ataupu tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang
telah ditamatkan.
c. Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bisa membaca dan menulis serta mengerti kalimat sederhana dalam hidupnya
sehari-hari.

3. Hasil Perhitungan Indikator Pengukuran Pendidikan


a. APK ( Angka Partisipasi Kasar)
APK SD = Jumlah murid SD/sederajat÷ jumlah penduduk usia 7-12 thn
× 100%
= 297.206 ÷ 140.146 × 100%
= 2,12 %
b. TPT ( Tingkat Pendidikan Tertinggi )
TPT SD = jumlah penduduk tamatan SD ÷ jumlah penduduk keseluruhan
= 333.345 ÷ 1.592.543
= 0,209
TPT SMP = jumlah penduduk tamatan SMP ÷ jumlah penduduk
keseluruhan
= 295.759 ÷ 1.592.543
= 0,185
TPT SMA = jumlah penduduk tamatan SMA ÷ jumlah penduduk
keseluruhan
= 147.659 ÷ 1.592.543
= 0,092
TPT PT = jumlah penduduk tamatan PT ÷ jumlah penduduk keseluruhan
= 64.833 ÷ 1.592.543
= 0,04
c. AMH (Angka Melek Huruf)
AMH = Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis ÷ jumlah semua penduduk usia 15 tahun ke atas × 100
= 1.231.720 ÷ 1.219.898 × 100
= 100,96

4. Pengaruh Indikator Pengukuran Pendidikan terhadap Pembangunan Kesehatan


Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan hasil besarnya Angka
Partisipasi Kasar (APK) adalah 2,12% yang berarti persentase penduduk berusia 7-12
tahun di Kota Semarang yang bersekolah di tingkat SD sekitar 2,12 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa presentasi penduduk yang masih bersekolah di tingkat SD cukup
kecil sehingga mudah bagi pemerintah untuk mengembangkan pendidikan kesehatan
karena jangkauannya yang kecil dan terdapat fokus yang tersampaikan kepada para
penduduk usia 7-12 tahun.
Hasil perhitungan Tingkat Pendidikan Tertinggi (TPT) menunjukkan bahwa
TPT SD sebesar 0,209; TPT SMP sebesar 0,185; TPT SMA sebesar 0,092; TPT PT
sebesar 0,04. Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa jenjang
pendidikan tertinggi penduduk di Kota Semarang rata-rata di tingkat SD kemudian
SMP lalu SMA dan yang terakhir PT. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak
penduduk yang hanya tamat SD lalu setelah itu mereka tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap bagaimana
pemahaman dan sikap penduduk dalam menanggapi suatu peristiwa sehat sakit dalam
kehidupan sehari-hari. Maka diperlukan suatu pembinaan terhadap penduduk agar
dapat bersikap bijak jika muncul suatu gejala atau penyakit yang menyerang mereka
karena jika bidang kesehatan suatu penduduk terganggu maka akan mempengaruhi
bidang yang lainnya yang akan menimbulkan ketidakselarasan dalam segala aspek
kehidupan.
Hasil perhitungan Angka Melek Huruf (AMH) menunjukkan hasil sebesar
100,96. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh penduduk Kota Semarang yang berusia
diatas 15 tahun sudah dapat membaca dan menulis. Hal ini tentu berpengaruh terkait
pemahaman mereka terhadap kesehatan. Bagaimana sikap dan tindakan mereka terkait
kebiasaan sehat sakit yang dilakukan sehari-hari. Hal tersebut juga menyangkut respon
mereka terkait pembinaan dan sosialisasi kesehatan yang dilakukan pemerintah kepada
mereka. Jika mereka telah paham dalam suatu forum sosialisasi kesehatan tersebut
maka mereka akan lebih memahaminya ketika berhadapan langsung dengan masalah
yang sedang mereka alami. Misal dalam etika atau sikap meminum obat yang tertulis
dalam resep dokter, memahami tanggal kadaluarsa suatu produk dan yang lainnya.
Dari ketiga hasil perhitungan indikator pengukuran kesehatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa rata-rata penduduk Kota Semarang berusia muda bersekolah
hingga di tingkat SD. Hal tersebut memerlukan perhatian lebih dari pemerintah terkait
pengetahuan, pemahaman dan sikap mereka dalam menghadapi masalah kesehatan
yang mereka alami dirasa masih kurang. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih aktif
dalam memberikan sosialisasi dan edukasi tentang kesehatan sehingga pembangunan
kesehatan dapat tercapai dengan baik dan tercipta keselarasan diantara semua aspek
dalam kehidupan.

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan

Setiap masyarakat Indonesia memiliki hak untuk dapat mengenyam


pendidikan. Pendidikan merupakan proses pengubahan dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan, proses perluasan, dan cara mendidik. Pendidikan merupakan elemen penting
dalam pembangunan diberbagai aspek kehidupan khususnya kesehatan. Untuk
mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pembangunan tersebut diperlukan
perhitungan indikator pengukuran pendidikan antara lain Angka Partisipasi Kasar
(APK), Tingkat Pendidikan Tinggi (TPT), dan Angka Melek Huruf (AMH). Dari hasil
perhitungan indikator tersebut didapatkan kesimpulan bahwa penduduk Kota
Semarang rata-rata bersekolah hingga tingkat SD yang dirasa bahwa pengetahuan,
pemahaman dan sikap dalam mengahadapi masalah kesehatan yang mereka alami
masih kurang sehingga diperlukan peran lebih dari pemerintah dalam memajukan
pembangunan kesehatan bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Blum, Hendrik L. (1974) “Planning for Health, Development and Aplication of Social
Changes Theory” New York: Human Sciences Press.

Sembiring, Sentosa (2006) “Himpunan Perundang-Undangan Tentang Guru dan


Dosen” Bandung, Nuansa Aulia.

Septiana, Citra dan Hutapia (2008) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Angka Partisipasi Sekolah di Sumatra”, Thesis Fakultas Ekonomi, Universitas
Bengkulu.

WHO (2009) “Improving Health System and Service for Mental Health:
WHOLibraryCataloguing-in-Publication Data” http://apps.who.int/iris/bitst
ream/10665/44219/1/9789241598774_eng.p - DiaksesOktober 2017.

Siyono. (2015) "Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pemahaman Masyarakat tentang


Ikan Berformalin terhadap Kesehatan Masyarakat" Retrieved from
file:///C:/Users/fani%20pranidasari/Downloads/305-888-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai