Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman serta penyebaran informasi yang makin merata

membuat banyak perubahan di berbagai sendi kehidupan manusia khususnya

dunia pendidikan.Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di

masa datang.Pendidikan adalah aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh

karena itu, setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti pendidikan, baik

jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah

maupun tinggi.

Dalam bidang pendidikan, seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan

yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan yang disertai dengan

Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan

perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut, akan sangat

membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan,

dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.

Pendidikan memiliki peran penting di masa kanak-kanak, karena

perkembangan kepribadian, sikap, mental dan intelektual dibentuk pada usia dini.

Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan untuk mendukung

pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya pendidikan anak usia dini (PAUD).

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
diperuntukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun, yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan melalui pendidikan untuk mempengaruhi

perkembangan jasmani maupun rohani agar anak bisa menyesuaikan diri untuk

dapat melalui pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan basis

penentu atau pembentukan karakter manusia di Indonesia di dalam kehidupan

bangsa.

Pendidikan diselenggarakan bagi anak prasekolah bertujuan mengembangkan

kemampuan dasar dan pembentukan perilaku melalui kebiasaan pada anak.Setiap

anak akan mengalami tahap perubahan sesuai dengan tahap perkembangannya.

Setiap tahap perkembangan 3 menunjukkan ciri-ciri atau karakteristik perilaku

tertentu sebagai harapan sosial yang harus dicapai. Proses penguasaan tugas

perkembangan pada anak akan berbeda-beda, karena setiap anak mempunyai

kemampuan, sifat, karakter, dan kecerdasan yang berbeda-beda pula.

Pembangunan manusia merupakan suatu upaya yang harus dilakukan dalam

peningkatan kualitas hidup masyarakat karena manusia yang berkualitas

merupakan salah satu indikator kemajuan bangsa. Di Indonesia, pembangunan

manusia merupakan usaha yang sudah digagas sejak lama dalam bentuk berbagai

program pembangunan manusia. Pembangunan merupakan proses multidimensi

yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem

sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional dan akselerasi

pertumbuhan ekonomi, pengangguran, kesenjangan (inequality) dan

pemberantasan kemiskinan absolut.


Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa pembangunan berarti proses

menuju perubahan-perubahan yang dimaksud untuk memperbaiki kualitas

kehidupan masyarakat yang mencakup kualitas masyarakat itu sendiri. Konsep ini

memberikan implikasi bahwa a) pembangunan bukan hanya diarahkan untuk

peningkatan income, tetapi juga pemerataan, b) pembangunan juga harus

memperhatikan aspek kemanuisaan seperti peningkatan (life sustenance:

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, self esteem: kemampuan untuk

menjadi orang yang utuh yang memilki harga diri, bernilai, dan tidak diisap orang

lain dan freedom from servitude: kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan

dalam hidup yang selanjutnya tidak merugikan orang lain).

Perkembangan anak meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik,

perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi

dalam usia anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor

bawaan dan faktor lingkungan.Faktor bawaan yaitu sifat yang diturunkan oleh

kedua orang tuanya, misalnya bentuk wajah, rambut, warna kulit, tinggi badan,

dan sebagainya.Sedangkan faktor lingkungan adalah pengaruh dari luar yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, Misalnya pola asuh,

kebutuhan gizi, pendidikan, dan sebagainya. Ada tiga faktor yang berpengaruh

kuat dalam membantu anak usia dini tumbuh kembang dengan baik dilihat dari

tempat berlangsungnya pendidikan, maka Dewantara, membedakan tiga tempat

berlangsungnya pendidikan tersebut dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan.

Keluarga yang harmonis, rukun dan damai, akan tercermin dari kondisi

psikologis dan karakter anak-anaknya. Begitu sebaliknya, anak yang kurang


berbakti, tidak hormat dan bertabiat buruk, sering melakukan tindakan diluar

moral kemanusiaan atau berkarakter buruk, lebih 4 banyak disebabkan

ketidakharmonisan dalam keluarga yang bersangkutan.Keluarga merupakan

pembentuk pribadi anak karena waktu yang dihabiskan anak paling banyak di

rumah.Pada saat kritis seperti inilah orangtua tidak bisa mengandalkan siapapun

kecuali dirinya sendiri untuk membentuk anak menjadi sumber daya yang lebih

baik di kemudian hari.

Keluarga sebagai unit sosial terkecil di masyarakat yang terbentuk atas dasar

komitmen untuk mewujudkan fungsi keluarga khususnya fungsi sosial dan fungsi

pendidikan, harus benar-benar dioptimalkan sebagai mitra lembaga di

PAUD.Kehadiran orang tua di sekolah meskipun tidak formal, secara otomatis

telah menjalin kontak dengan guru di lembaga PAUD.Hubungan antara guru dan

orang tua menjadi jembatan komunikasi yang bermanfaat bagi tumbuh

kembangnya anak.

Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam pengembangan kompetensi

orangtua untuk mengelola sebuah kegiatan yang menarik dan mudah dalam

kaitannya dengan proses tumbuh kembang anak yang disebut dengan program

parenting. Penyelenggaraan pendidikan dengan memberdayakan orangtua

(parenting education) merupakan sebuah solusi untuk meningkatkan mutu

pendidikan sejak usia dini. Orangtua hendaknya lebih kreatif dalam mengasuh

anak-anak mereka agar anakanak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak

yang kreatif, karena orangtua adalah pusat kreativitas bagi anak-anaknya.


Masih banyak orangtua yang belum mengetahui tentang pola asuh yang

kreatif.Sehingga tanpa disadari orangtua sering melakukan hal-hal yang

menghambat perkembangan kreativitas anak.5 Dalam kehidupan sehari-hari

banyak orang tua yang masih mempunyai pola pikir bahwa pendidikan

sepenuhnya tanggung jawab lembaga pendidikan saja.Hal ini seharusnya keliru,

dalam membentuk pribadi anak untuk menjadi lebih baik, peran pertama yang

dilakukan adalah di dalam keluarga, terutama peran ayah dan ibu.

Dengan kata lain kepribadian anak-anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana

orangtua menanamkan tata nilai kepada anak-anaknya. Dan tidak kalah

pentingnya anak-anak yang dididik di dalam keluarga yang baik akan membentuk

anak-anak yang berkarakter dan tidak mudah dipengaruhi oleh perilaku ataupun

budaya buruk dari luar. Pengetahuan tentang pendidikan anak dapat ditempuh

dengan berbagai kegiatan, misalnya kegiatan parenting baik yang dikelola oleh

satuan pendidikan maupun pengelolaan secara mandiri.

Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial, hal ini

ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan

Sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi sosial, jaminan

sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Penyelenggaraan

kesejahteraan sosial dilakukan sesuai dengan tujuan pembangunan kesejahteraan

sosial yaitu suatu usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai

bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan

manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial serta memperkuat institusi-

institusi sosial.
Tujuan dari pembangunan kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan

kualitas hidup manusia secara menyeluruh mencakup: Pertama, peningkatan

standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap

lapisan masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan

rentan yang sangat memerlukan perlindungan. Kedua, peningkatan keberdayaan

melalui penerapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang

menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan. Ketiga, penyempurnaan

kebebasan melalui perluasan aksesibilitas dan pilihan kesempatan dengan aspirasi

kemampuan dan standar kemanusiaan.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

adalah kebijakan penanggulangan kemiskinan. Data dari Pusat Data dan Informasi

Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI tahun 2013 menunjukkan bahwa

kemiskinan masih cukup menonjol dibandingkan masalah sosial lainnya, yaitu

sebanyak 2,5 juta keluarga sangat miskin (KSM). Program Keluarga Harapan

(PKH) termasuk salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan

klaster satu, merupakan kebijakan dan perlindungan sosial untuk menjamin

kualitas angkatan kerja di masa depan yang sehat danproduktif dengan sasaran

keluarga sangat miskin yang mempunyai anak, baik masih di dalam kandungan

sampai anak usia 18 tahun.

Anak merupakan generasi penerus bangsa, asset masa depan bangsa yang akan

menggantikan generasi yang lebih tua, oleh karena itu harus dirawat, dididik dan

dijaga agar menjadi generasi yang berkualitas. Program Keluarga Harapan

menyasar rumah tangga keluarga dikategorikan sebagai keluarga sangat miskin


(KSM) yang memenuhi kriteria anggota keluarga terdiri dari ibu hamil/ nifas;

memiliki bayi sampai dengan usia pra sekolah (anak di bawah usia 6 tahun);

memiliki anak usia SD, SMP (7-15 tahun) dan sampai usia 18 tahun (SMA).

Penerima bantuan adalah rumah tangga dari keluarga yang terpilih melalui

mekanisme pemilihan oleh BPS sesuai kriteria yang ditetapkan, atau wanita

dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan, jika tidak ada

ibu maka nenek atau tante, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima

bantuan ( Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial, 2010:1).Tujuan utama PKH

adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin.

Adapun tujuan khusus PKH adalah meningkatkan kondisi sosial ekonomi

KSM, meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KSM, meningkatkan status

kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak dibawah 6 tahun dari KSM,

meningkatkan akses dan pelayanan pendidikan, kesehatan khususnya bagi KSM.

Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran

KSM, sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan keluarga penerima

untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan

kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus mata

rantai kemiskinan antar generasi, dan merubah perilaku KSM untuk berpola hidup

sehat dan sadar akan pentingnya pendidikan.

KSM sebagai penerima manfaat PKH mempunyai kewajiban menandatangani

persetujuan yaitu bersedia menyekolahkan anak 7-15tahun, serta anak usia 16-18
tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar; membawa

anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH

bagi anak. Untuk ibu hamil harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke

fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil dan

dalam proses kelahiran bayi, ibu wajib ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan

setelah melahirkan ibu wajib memeriksakan kesehatannya minimal 2 kali sebelum

bayi mencapai usia 28 hari.

Adapun hak KSM dalam PKH yaitu:

1) menerima bantuan uang tunai;

2) menerima pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Puskesmas, Posyandu, dan

lainlain;

3) menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib pendidikan dasar 9

tahun.

Program Keluarga Harapan (PKH) dilaksanakandengan pendampingan oleh

pendamping PKH. Menurut Draf Peraturan Menteri Sosial tentang Standar

Nasional Pendamping Sosial, yang dimaksud pendamping sosial adalah seseorang

yang telah dididik dan atau dilatih untuk melaksanakan kegiatan pendampingan

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pendamping sosial PKH mempunyai

posisi strategis karena harus berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait yaitu

Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, BPS sebagai penyedia data

base KSM, PT Pos sebagai penyalur bantuan, dan Pemerintah Daerah, oleh
karenanya sangat dibutuhkan kerja keras melalui aktifitas yang terorganisir dan

secara administrasi tertib.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penggunaan bantuan tidak sampai

kepada anak atau disalahgunakan oleh penerima manfaat sehingga dapat berakibat

fatal, karena tujuan peningkatan kesejahteraan sosial sebagai tujuan program tidak

tercapai. Sebagaimana diungkapkan oleh Edi Suharto (2005:95) bahwa, dalam

melaksanakan tugas maka pendamping PKH secara teoritis melaksanakan fungsi 4

P yaitu:

Pertama, Pemungkinan (enabling) atau fasilitasi berkaitan dengan pemberian

motivasi dan kesempatan bagi masyarakat.

Kedua, Penguatan (empowering) berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan

guna memperkuat kapasitas masyarakat.

Ketiga, Perlindungan(protecting) berkaitan dengan interaksi antara

pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan

masyarakat dampingannya.

Keempat, Pendukungan (supporting) mengacu pada aplikasi keterampilan

yang bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif pada

masyarakat.

Partisipasi keluarga sangat miskin sebagai penerima manfaat Program

Keluarga Harapan untuk peduli terhadap anak dengan mematuhi berbagai

persyaratan yang telah disepakati, tidak terlepas dari peran pendamping sosial

PKH. Fokus fungsi pendamping PKH adalah terhadap keluarga, sebagaimana


dinyatakan dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 pasal 26 ayat 1

menyatakan bahwa tanggung jawab orangtua/keluarga adalah:

Pertama, mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak.

Kedua, menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan

minatnya.

Ketiga, mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak.

Keempat, orangtua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya atau karena

suatu sebab, tidak dapat dilaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya maka

kewajiban dan tanggung jawab beralih pada keluarga, yang dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Orangtua/keluarga mempunyai posisi strategis dan sangat berperan dalam

kehidupan anggota keluarganya, dalam mengasuh dan mendidik anak, agar anak

dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dalam kehidupannya.Melalui

lembaga keluarga makhluk lemah yang bernama bayi dipelihara dan dilindungi

dan perkembangan selanjutnya masih bergantung orangtua/ keluarganya sampai

mempunyai kemampuan untuk mandiri. Keluarga sangat berperan dalam

mengasuh, memelihara, dan mengembangkan kapasitas anak guna menyongsong

kehidupan yang akan datang sampai siap bermasyarakat. Dukungan dan kondisi

keluarga yang kondusif sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang

secara optimal.

Fungsi keluarga menurut Umi Kulsum dan Mohammad Jauhar (2014:58)

yaitu: fungsi biologis, fungsi pemeliharaan, fungsi ekonomi, fungsi keagamaan,


dan fungsi sosial. Fungsi biologis bahwa sudah menjadi naluri semua makhluk

hidup untuk meneruskan keturunan, melalui lembaga keluarga merupakan

perwujudan dari norma yang berlaku dari generasi ke generasi untuk

kelangsungan hidup manusia. Fungsi pemeliharaan didalamnya tercakup juga

perlindungan agar anak dapat tumbuh dengan wajar, secara lahir batin bebas dari

segala bentuk gangguan, hambatan dan ancaman. Kebutuhan agar anak sejahtera

yaitu kebutuhan makan, kesehatan, perumahan, pendidikan, perhatian dan kasih

sayang.

Fungsi ekonomi keluarga berhubungan dengan upaya ataupun usaha guna

mencukupkan kebutuhan hidupnya yang secara langsung berhubungan dengan

pekerjaan yang akan menjadikan keluarga kuat memberikan perlindungan

terhadap keluarganya. Fungsi keagamaan menjadi penting sebagai pedoman

dalam kehidupan keseharian dan sebagai teladan bagi anak-anaknya untuk

berperilaku sesuai dengan ajaran agamanya untuk kebaikan hidupnya. Keluarga

mempunyai tugas untuk mendidik kebiasaan baik agar anak mempunyai tabiat

yang baik dan berakhlak/bermoral yang baik, karenanya fungsi keagamaan

penting agar anak dapat membentengi dirinya dari pengaruh negatif yang bisa

menjerumuskan dirinya.

Fungsi sosial keluarga mencakup sosialisasi pendidikan mengenai bagaimana

harus berperilaku di lingkungan keluarga maupun di masyarakat sesuai dengan

norma yang berlaku agar anak-anak diterima dalam kehidupan masyarakat sebagai

makhluk sosial maka manusia selalu membutuhkan interaksi dengan lingkungan

sosialnya. Fungsi keluarga tersebut di atas bertujuan agar seluruh anggota


keluarga mendapatkan perlindungan baik secara fisik, psikis, dan sosial. Dengan

demikian keluarga merupakan tempat yang aman untuk tumbuh dan berkembang

secara wajar bagi anak-anaknya dan hidup dengan sejahtera yang diliputi oleh rasa

keselamatan, dan ketentraman lahir batin.

Mengingat pentingnya fungsi keluarga, makapemberdayaan keluarga bagi

KSM penerima Program Keluarga Harapan perlu dilakukan karena pemberdayaan

merupakan pemberian kemampuan (empowering) untuk mengelola sumberdaya

yang dimiliki. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai tujuan maupun proses.

Sebagai tujuan, pemberdayaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai, yakni

memiliki kekuasaan atau keberdayaan yang mengarah pada kemandirian.

Pemberdayaan sebagai proses memuat 5 dimensi sebagai berikut:

1) Pemungkinan, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi kelayan berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu

membebaskan kelayan dari sekatsekat cultural dan structural yang menghambat.

2) Penguatan, yaitu memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

kelayan dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan

kepercayaan diri kelayan yang menunjang kemandirian.

3) Perlindungan, yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar

tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak

seimbang antara yang kuat dengan yang lemah dan mencegah terjadinya

eksploitasi kelompok kuat dan lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada


penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan

rakyat kecil.

4) Penyokongan, yaitu memberikan bimbingan dan dukungan agar kelayan

mampu menjalankan peranan dan tugastugas kehidupannya. Pemberdayaan harus

mampu menyokong kelayan agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang

semakin lemah dan terpinggirkan.

5) Pemeliharaan, yaitu memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

Pengasuhan dalam keluarga sudah sesuai dengan paradigma baru bahwa

pengasuhan anak difokuskan dengan upaya intensif berupa dukungan terhadap

keluarga agar anak memperoleh hak-hak dasarnya. Menurut Keputusan Menteri

Sosial RI Nomor:15A/ HUK/2010 (12) bahwa, Kementerian Sosial akan terus

mengembangkan program-program dan aturan kebijakan untuk mencegah

penempatan anak-anak dalam panti, melalui

Pertama, penyediaan dukungan program yang berbasis keluarga dan

komunitas, dan dengan melakukan kampanye penggalangan kesadaran tanggung

jawab orangtua/keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak.

Kedua,,mengambil semua tindakan yang perlu untuk mengijinkan anak-anak

yang ditempatkan dalam institusi-institusi kembali ke keluarga mereka kapanpun

dimungkinkan dan mempertimbangkan penempatan anak anak dalam institusi-

institusi sebagai upaya penempatan terakhir.

1.2 Batasan Masalah


Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat Indonesia terutama pada

masyarakat miskin menjadi suatu permasalahan utama karena mereka cenderung

mengabaikan kualitas kesehatan yang tergambar dalam statistik kesehatan ibu dan

anak di Indonesia yang belum memuaskan. Rendahnya status kesehatan ibu akan

berdampak terhadap janin atau bayi yang dikandungnya. Dalam upaya untuk

mengurangi permasalahan kesejahteraan sosial yang salah satu kompon

ennya adalah kemiskinan keluarga dengan kasus kehamilan, maka pemerintah

Indonesia melalui Kementerian Sosial mengeluarkan sebuah program yaitu

Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuan utama PKH bagi ibu hamil adalah

untuk meningkatkan taraf hidup keluarga Peran Pendamping Program Keluarga

dan meningkatkan kunjungan antenatal care (K1-K4) ke pelayanan kesehatan

untuk menekan angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan, persalinan dan nifas.

Adanya PKH yang memberikan bantuan dan pelayanan sosial kepada KSM

akan berdampak langsung maupun tidak langsung pada kondisi keberdayaan

keluarga pada masa mendatang dan diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan

kesejahteraan sosial keluarga penerima manfaat PKH. PKH memiliki pendamping

yang bertugas sebagai pelaksana berjalannya program.

Peran pendamping PKH bagi ibu hamil sebagai peserta PKH adalah

melakukan sosialisasi, pengawasan dan pendampingan Keluarga Penerima

Manfaat (KPM) dalam memenuhi komitmennya, untuk melakukan pemantauan ke

pelayanan kesehatan terkait kunjungan ibu hamil dan memberikan motivasi

kepada ibu hamil untuk melakukan kunjungan ke pelayanan secara rutin.


Diharapkan dari program PKH bila berjalan dengan baik maka dapat

memberikan kesejahteraan bagi ibu hamil dan janin dalam kandungannya.

Kesehatan ibu dan bayi sangat tergantung dari peran masyarakat dan keluarga

terdekat ibu. Demikian pula, semakin sejahtera ibunya, maka semakin sejahtera

pula anak-anaknya

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penelitian tentang Peran

Keluarga Dalam Peningkatan Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Program

Keluarga Harapan dilaksanakan. Rumusan masalah yang dikemukakan adalah

1. Bagaimanakah peran keluarga dalam peningkatan kesejahteraan sosial

anak melalui Program Keluarga Harapan ?.

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan parenting dalam pola asuh orangtua anak

usia dini di lembaga PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan Mojosongo,

Kabupaten Boyolali ?

3. Bagaimana evaluasi kegiatan parenting dalam pola asuh orangtua anak

usia dini di lembaga PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan Mojosongo,

Kabupaten Boyolali ?

4. Bagaimana hambatan dalam kegiatan parenting dalam pola asuh orangtua

anak usia dini di lembaga PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan

Mojosongo, Kabupaten Boyolali ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :


1. Untuk Mengetahui peran keluarga dalam peningkatan kesejahteraan sosial

anak melalui Program Keluarga Harapan

2. Untuk Mengetahui pelaksanaan kegiatan parenting dalam pola asuh

orangtua anak usia dini di lembaga PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan

Mojosongo, Kabupaten Boyolali

3. Untuk mengetahui evaluasi kegiatan parenting dalam pola asuh orangtua

anak usia dini di lembaga PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan

Mojosongo, Kabupaten Boyolali

4. Untuk mengetahu hambatan dalam kegiatan parenting dalam pola asuh

orangtua anak usia dini di lembaga PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan

Mojosongo, Kabupaten Boyolali

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi perumusan

kebijakan tentang tanggung jawab sosial keluarga sangat miskin untuk berdaya

dan bangkit untuk lebih peduli terhadap permasalahan yang dihadapi anak guna

peningkatan kesejahteraan sosialnya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.

1.5 Manfaat Penelitian

Merujuk dari tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1.5.1 Secara Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan wawasan tentang kegiatan parenting di PAUD.9

1.5.2 Secara Praktis


A. Bagi Lembaga PAUD

Mengambil pelajaran dari pola asuh yang berkembang pada orangtua di

PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali dengan

spesifikasi kegiatan parenting dalam meningkatkan pola asuh orangtua untuk

dijadikan bahan cakupan yang lebih luas.

B. Bagi Orangtua

Orangtua diharapkan dapat memahami lebih dalam dan memperluas

cakrawala berfikir yang lebih dalam, utnuk mengkaji dan menelaah masalah-

masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak

terlepas dari kegiatan parenting dan diharapkan orangtua dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari, serta berkembangnya rasa percaya diri orangtua

dalam mendidik anak usia dini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Keluarga Harapan

A. Pengertian Program Keluarga Harapan

Program keluarga harapan (PKH) merupakan perlindungan sosial yang

berbentuk bantuan sosial bersyarat berbasis rumah tangga miskin. Kebijakan PKH

dicetuskan antara lain karena adanya krisis global, di mana kondisi ekonomi

menurun, sulit mendapatkan kebutuhan pokok terutama dialami oleh masyarakat

miskin dan rentan, sehingga dikhawatirkan jumlah masyarakat miskin meningkat.

Di luar negeri, PKH dikenal dengan istilah conditional cash transfer (CCT) atau

bantuan tunai bersyarat.

Dalam usia pelaksanaan 4 tahun PKH secara bertahap diarahkan menjadi

program nasional, PKH baru mencapai 13 provinsi, pengelolahaannya

disinergikan melalui beberapa instansi terkait, terdiri dari Bappenas, Kementerian

Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kemenetrian Agama,

Kementerian Informasi, BPS, dan Pemerintah Daerah, dilakukan di pusat maupun

di daerah. PKH menjadi salah satu bagian dari program prioritas pembangunan,

diharapkan dapat mempercepat penanggulangan kemiskinan dasar, mengupayakan

peningkatan umur harapan hidup penduduk, membaiknya sarana dan prasarana

kesehatan dan pendidikan, serta membaiknya tingkat ekonomi masyarakat miskin

menjadi sangat startegis untuk diimpelementasikan secara nasional. Ke depan


PKH diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang

pendidikan dan kesehatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa program keluarga harapan adalah suatu

program pemerintah yang didalamnya terdapat bantuan tunai bersyarat

dipergunakan untuk kebutuhan pokok keluarga penerima manfaat. Program

Keluarga Harapan Bidang Pendidikan Angka Partisipasi Murni (APM) dihitung

dari jumlah siswa per jumlah penduduk usia sekolah pada masing-masing jenjang.

Jumlah anak usia sekolah yang mengikuti pendidikan dasar menjadi salah satu

indikator keberhasilan program menunurunkan angka putus sekolah. Angka

partisipasi murni (APM) pada empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan.

Meningkatnya APM bisa jadi pengaruh dari berbagai program pemerintah

termasuk bantuan tunai bersyarat PKH.

Seluruh KPM juga berhak mendapatkan program bantuan komplementer

salah satunya di bidang pendidikan yaitu Program Indonesia Pintar (PIP) yaitu

KPM PKH dengan usia 6-12 tahun berhak menjadi penerima manfaat dari Kartu

Indonesia Pintar, yang bertujuan untuk :

a. Meningkatkan akses bagi anak usia 6-21 tahun untuk mendapatkan

layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk mendukung

pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal/Rintisan Wajib Belajar 12 tahun.

b. Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) atau

tidak melanjutkan pendidikan akibat kesulitan ekonomi.


c. Menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan agar

kembali mendapatkan layanan pendidikan di sekolah/Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB)/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) maupun Lembaga Kursus dan

Pelatihan.

B.Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Tujuan umum PKH adalah mengurangi angka dan memutus rantai

kemiskinan, meningkatkan kualitas SDM, dan merubah perilaku RTSM yang

relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus

sebagai upaya mempercepat target millenium development goals (MDGs).

Sedangkan secara khusus, tujuan PKH adalah :

a. Meningkatkan status sosial ekonomi Rumah Tangga Sangat Miskin

(RSTM);

b. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak

balita, dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari keluarga

sangat miskin (KSM);

c. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi KSM; serta

d. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak keluarga sangat miskin,

Sementara itu, tujuam operasional PKH adalah :

Di bidang pendidikan yaitu, meningkatkan akses anak-anak RTSM

terhadap pendidkan dasar (SD dan SLTP) serta meningkatkan ststus pendidikan
dasar agar tidak terjadi anak putus sekolah (APS) Dalam jangka pendek maupun

jangka panjang, manfat PKH adalah :

a. Dalam jangka pendek yaitu, memberikan income effect melalui

pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin;

b. Dalam jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan RTM melalui

peningkatan kualitas kesehatan atau nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan

anak (price effect), dan memberikan kepastian akan masa depannya (insurance

effect).

c. Merubah perilaku keluarga miskin yang relatif mendukung peningkatan

kesejahteraan antara lain disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai hak,

manfaat, keuntungan dan kesempatan, serta tingginya biaya tidak langsung

(transport, seragam, dan lain-lain), dan opportunity cost (anak bekerja lebih

“menguntungkan” dari pada bersekolah);

d. Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui complementary

perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan (supply side),sekaligus penguatan

desentralisassi, serta

e. Percepatan pencapaian MDGs, melalui indikator kemiskinan,

pendidikan, kesehatan ibuhamil, pengurangan kematian balita, dan peningkatan

kesetaraan gender.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan program keluarga harapan (PKH)

dapat dilihat dari tujuan umum, tujuan oprasional serta adapun tujuan dalam

jangka pendek. Dari tujuan-tujuan tersebut diharapkan mengurangi kemiskinan,


meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan juga akses-akses untuk anak-anak

keluraga miskin agar dapat memperoleh pendidikan serta meningkatkan

kesejahteraan hidup mereka.

C. Target PKH

Target utama PKH adalah sesuai dengan survei Pelayanan Dasar Ksehatan

dan Pendidikan (SPDKP) 2007, dan Pendataan Program Perlindungan Sosial

(PPLS) 2008 atau RTSM yang memiliki kriteria anggota keluarga yang terdiri

dari anak usia 0-15 tahun atau sampai 18 tahun namun belum menyelesaikan

pendidikan dasar, dan atau ibu hamil atau nifas, berada pada lokasi terpilih.

Penerima bantuan adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah

tangganya.

Pada katu kepesertaannya akan tercantum nama ibu atau wanita yang

mengurus anak (bukan kepala rumah tangga), dan harus mengurus

pembayarannya sendiri di kantor pos. PKH memberikan bantuan uang tunai

kepada RTSM dengan mewajibkan untuk mengikuti persyaratan sesuai dengan

pedoman program, yaitu menyekolahkan anak usia 7-15 tahun serta anak usia 16-

18 tahun, namun belum tamat pendidikan wajib belajar 9 tahun di satuan

pendidikan, dan menghadiri kelas minimal 85 persen hari sekolah atau tatap muka

dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung.

D. Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)

Pendampingan merupakan kegiatan yang diyakini mampu mendorong

terjadinya pemberdayaan fakir miskin secara optimal. Perlunya pendampingan


dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan pemahaman diantara pihak yang

memberikan bantuan dengan sasaran penerima bantuan. Kesenjangan dapat

disebabkan oleh berbagai perbedaan dan keterbatasan kondisi sosial, budaya, dan

ekonomi. Oleh karenanya para pendamping di tingkat lokal harus dipersiapkan

dengan baik agar memiliki kemampuan untuk memfasilitasi dengan sumber-

sumber baik formal dan informal.

Pendampingan juga diartikan sebagai suatu strategi yang umum digunakan

oleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan

kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengidentifikasikan dirinya

sebagai bagian dari permasalahan yang dialami dan berupaya untuk mencari

alternative pemecahan masalah yang dihadapi. Kemampuan sumber daya manusia

sangat dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya sendiri. Oleh karena itu sangat

dibutuhkan kegiatan pemberdayaan disetiap kegiatan pendampingan.

Pendampingan merupakan suatu strategi yang sangat menentukan keberhasilan

program pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa pendamping adalah suatu kegiatan

atau startegi pemerintah untuk mendorong keluarga miskin secara optimal,

sehingga mampu berupaya untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi

keluarga miskin. Maka dari itu perlu adanya pendamping agar dapat mementukan

keberhasilan dalam suatu program. PKH dikelola oleh Unit Pengelola PKH

(UPPKH) yang dibentuk tingkat pusat maupun daerah. Peserta PKH adalah

keluarga miskin yang memerlukan tenaga pendamping.


Pendamping disini direkrut oleh Unit Pengelola PKH UPPKH melalui

proses seleksi anpelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan masyarakat

penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH. Pendamping juga

merupakan bagian terpenting atau kunci untuk menjembatani penerima manfaat

dengan pihak-pihak lain yang terlibat serta pendamping juga berperan sebagai

pengawas dan mendampingi peserta dalam memenuhi komitmennya.

E. Peran Pendamping PKH

Pendamping PKH memiliki kedudukan sebagai mitra pemerintah dan

mitra masyarakat sehinga dituntut untuk menjembatani berbagai kepentingan yang

datang dari pemerintah maupun kepentingan masyarakat. Sedangkan dalam jurnal

Habibullah Jim Ife mengatakan bahwa konsep peran community worker ada 4

yang harus dimiliki yaitu sebagai berikut :

1. Peran dan Keterampilan Fasilitatif

Idealnya pendamping PKH lebih berperan dan mempunyai keterampilan

fasilitatif atau fasilitator dalam pendampingan sosial baik secara langsung atau

tidak. Peran Pendamping PKH sebagai animator, dengan memberikan rangsangan,

dorongan serta motivasi kepada keluarga penerima manfaat untuk menjadi

penerima manfaat PKH dan memenuhi kewajiban PKH yaitu menyekolahkan

anaknya pada layanan pendidikan biasanya hanya dilakukan ketika penerima

manfaat PKH tersebut tidak memenuhi kewajiban PKH. Beberapa tugas yang

berkaitan dengan peran ini adalah melakukan negosisasi dan mediasi, memberikan
dukungan, membangun konsesus bersama serta melakukan pengorganisasian dan

pemanfaat sumber.

2. Peran dan Keterampilan Mendidik

Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya.

Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi,

menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang

berkaitan dengan peran pendidik.

3. Peran dan Keterampilan Representasi/Perwakilan

Masyarakat Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi dan

berkoordinasi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama

dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas

mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media,

meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja.

4. Peran dan Keterampilan Teknis

Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping

dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer perubahan” yang mengorganisasi

kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan

berbagai keterampilan dasar sebagai mediator, seperti; melakukan analisis sosial,

mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi,

memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.


Sedangkan peran pendamping dalam buku kerja pendamping PKH 2015,

peran pendamping tersebut antara lain :

1. Fasilitator, yaitu melaksanakan fungsi fasilitasi dalam pendampingan

sosial baik secara langsung dan tidak langsung kepada KPM selama berjalan

program keluarga harapan di tingkat kecamatan.

2. Mediator, yaitu melakukan berbagai fuungsi mediasi untuk menggalangi

potensi KPM dalam pertemuan kelompok, mengakses sumber daya (teknologi,

dana, informasi program) dan mengembangkan jaringan kerja dengan program

lain selama berjalannya program keluarga harapan di tingkat kecamatan.

3. Advokasi, yaitu melaksanakan berbagai fungsi advokasi sebagai KPM

untuk memenuhi komitmen kesehatan, memenuhi komitmen pendidikan dan

menentukan masa depannya sendiri selama berjalannya program keluarga harapan

di tingkat kecamatan.

4. Koordinasi, yaitu melakukan dengan aparat Kecamatan, Pemerintah

Desa atau Kelurahan, UPTD Pendidkan dan UPTD Kesehatan terkait pelaksanaan

PKH dilokasi tugasnya.bJadi dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu

program pemerintah yatitu PKH salah satunya di tentukan oleh seorang

pendamping. Pendampingan ini penting dikarenakan peserta PKH yang

merupakan keluarga miskin tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam

memperjuangkan hak-hak mereka. Maka disinilah peran dari seorang pendamping

ketika dilapangan agar program dapat berjalan dengan lancar dan diterima dengan

tepat atau sesuai sarasan. Adapun seorang pendamping dalam pelaksanaannya


mempunyai tugas-tugasnya seperti tugas pokok, tugas pendukung dan tugas

penunjang sebagai berikut:

Tugas pokok pendamping PKH terdiri dari :

1) Tugas Persiapan Program

Persiapan program meliputi kegiatan sebelum tahapan penyaluran bantuan

pertama, seperti: Sosialisasi PKH tingkat kecamatan yang disini berkoordinasi dan

bersosialisasi kepada pihak Pemerintah Kecamatan, Kelurahan atau Desa, RW,

RT, dan tokoh masyarakat. Koordinasi dan sosialisasi kepada UPTD Kesehatan

dan UPTD Pendidikan, dan Kantor Urusan Agama dan melakukan sosialisasi

PKH kepada masyarakat umum.

Menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh calon peserta PKH

yang diawali mempersiapkan dahulu seperti data serta undangan untuk calon

peserta PKH, melakukan koordinasi dengan aparat setempat untuk menetapkan

waktu, menyiapkan fasilitas tempat pertemuan, dan sarana yang diperlukan,

membagikan undangan secara langsung kepada calon peserta PKH, UPTD

Kesehatan, UPTD Pendidikan, KUA dan aparat serta tokoh masyarakat serta

membuat daftar hadir pertemuan.

Setelah melakukan persiapan awal untuk melakukan pertemuan, lalu

pendamping PKH menyelenggarakan pertemuan awal. Pertemuan awal ini adalah

kegiatan sosialisasi dan validasi calon peserta PKH. Yang disini pendamping

memastikan kehadiran peserta pertemuan awal sesuai dengan undangan yang telah

diedarkan, memastikan peserta untuk mengisi daftar hadir, mencatat calon peserta
PKH yang tidak hadir dan peserta pertemuan yang bukan calon peserta PKH, serta

melakukan validasi di rumah calon peserta tersebut jika calon peserta PKH yang

tidak hadir dalam pertemuan awal.

Selanjutnya melakukan tindak lanjut pertemuan awal dengan cara

mengunjungi calon peserta yang tidak hadir pada pertemuan awal untuk

melakukan validasi, membuat laporan hasil pertemuan hasil pertemuan kepada

UPPKH Kabupaten atau Kota paling lambat satu 36 minggu setelah pertemuan

berakhir dengan melampirkan daftar hadir peserta PKH, daftar hadir undangan,

dan catatan kegiatan pertemuan, mendampingi kunjungan pertama peserta PKH

ke puskesmas, posyandu, dan jaringan kesehatan lainnya serta pendampingi

kunjungan ke sekolah yang akan menerima peserta didik dari anggota rumah

tangga peserta PKH.

Terakhir pendamping melakukan tindak lanjut setelah Peserta PKH

ditetapkan oleh Kemntrian Sosial dengan membagi dan membentuk kelompok

peserta PKH yang beranggotan 15-30 peserta PKH yang isinya terdiri dari peserta

tempat tinggalnya berdekatan serta jika memungkinkan membentuk kelompok

berdasarkan jenis dari komponen kesehatan dan pendidikan serta memfasilitasi

pemilihan ketua kelompok yang disini menjelaskan peran dari ketua kelompok.

Ketua kelompok terebut dipilih dengan cara mengusulkan atau memelilih calon

ketua kelompok sesuai dengan kesepakatan bersama.

Tugas rutin pendamping adalah tugas keseharian yang harus dilakukan

secara intensif, Tugas rutin ini meliputi kegiatan-kegitan seperti berikut :


a) Melakukan Pemutakhiran Data yaitu perubahan struktur keluarga atau

penerima bantuan PKH, baik dari segi penambahan atau pengurangan tanggungan

maupun perubahan status pendidikan, perpindahan sekolah atau pindah kelas anak

peserta PKH, perpindahan alamat peserta PKH, kesalahan data atau identitas.

Pemutakhiran data tersebut diharuskan untuk mengisi formulir pemutakhiran yang

telah disediakan oleh UPPKH Kabupaten atau Kota dengan menyertakan bukti

yang terkait dengan perubahan, melaporkannya ke UPPKH Kabupaten atau Kota

untuk dilakukan entry ke dalam aplikasi SIM PKH, serta jika terjadi perpindahan

alamat peserta PKH, maka Pendamping wajib melaporkannya ke UPPKH

Kabupaten dengan menyetarakan surat kepindahan.

b) Melakukan kegiatan verifikasi pelaksanaan kewajiban peserta PKH

yaitu dengan mencatat kehadiran bulanan anak sekolah pada layanan pendidikan

atau sekolah.

c) Memfasilitasi dan menyelesaikan kasus Pengaduan, dengan cara

menerima, mencatat, menyesaikan, maupun memfasilitasi ke tingkat yang lebih

tinggi untuk mendapatkan solusi.

d) Melakukan kunjungan ke rumah Peserta PKH yang tidak hadir dalam

pertemuan kelompok dan atau yang tidak memenuhi komitmen.

e) Melakukan koodinasi dengan aparat terkait dengan penggunaan fasilitas

pemerintah kecamatan atau desa atau kelurahan untuk pelaksanaan kegiatan PKH,

penyaluran bantuan PKH, komplementaritas program seperti Program Indonesia

Pintar (PIP), Program Indonesia Sehat (PIS), Program Simpanan Keluarga


Sejahtera (PSKS), dan bantuan beras miskin (RASKIN) serta sinergitas program

penanggulangan kemiskinan yang meliputi Kelompok Usaha Bersama (KUBE),

Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Rumah Tinggal Layak Huni dan program

lainnya.

f) Melakukan koordinasi dengan Penyedia Layanan Kesehatan dan

Pendidikan, yang dilaksanakan minimal satu sekali dalam sebulan di unit

pelayanan (sekolah ataupun skesmas yang dipilih secara rotasi atau berdasarkan

kemudahan akses). Kegiatan koordinasi bulanan dapat diisi dengan diskusi dan

berbagi informasi untuk mengetahui perkembangan terkait akan kualitas layanan

kepada peserta PKH, kendala dan hambatan yang dihadapi oleh penyedia layanan,

perkembangan pelayanan sebelum dan setelah PKH berjalan serta kebutuhan

administrasi yang diperlukan untuk verifikasi komitmen peserta PKH.

g) Melakukan pertemuan kelompok bulanan dengan seluruh anggota

peserta PKH yang bertujuan untuk Sosialisasi dan internalisasi program yang

diberikan kepada peserta PKH, curah pendapat dan berbagi informasi bagi

anggota kelompok, menerima dan menggali keluhan yang menjadi permasalahan

yang dihadapi peserta PKH, memberikan motivasi kepada peserta PKH guna

meningkatkan kesadaran dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dan

pendidikan, menyampaikan evaluasi atas pelaksanaan kewajiban peserta PKH,

memberikan wawasan, pengetahuan, ketrampilan untuk meningkatkan kapasitas

dan kemandirian peserta PKH serta mendorong peserta PKH untuk melakukan

kegiatan produktif yang dapat menghasilkan nilai tambah, seperti Kelompok


Usaha Bersama (KUBE), Usaha Ekonomi Produktif, dan kegiatan bermanfaat

lainnya.

Jadi adapun kesimpulan dari beberapa tugas rutin yang ada seperti,

melakukan pemutakhiran data, melakukan kegiatan verifikasi pelaksanaan

kewajiban peserta PKH, memfasilitasi dan menyelesaikan kasus pengaduan,

melakukan kunjugan ke rumah peserta PKH yang tidak hadir, maka pendamping

wajib melakukan kunjungan ke rumah peserta PKH tersebut, melakukan

koordinasi dengan aparat terkait, tugas koordinasi dengan aparat setempat

dilakukan pendamping ketika akan turun pencairan bantuan kepada peserta PKH,

melakukan koordinasi dengan pendyedia layanan kesehatan dan pendidikan serta

melakukan pertemuan kelompok bulanan dengan seluruh peserta PKH pertemuan

ini melibatkan pendamping secara aktif dalam melaksanakan tugasnya.

3) Tugas Pencatatan dan Pelaporan, yaitu terkait dalam kegiatan PKH

seperti:

a) Tugas Pencatatan, setiap aspek kegiatan dalam PKH perlu dicatat,

dilaporkan dan ditindaklanjuti agar proses pengendalian, keberlangsungan dan

pengembangan program dapat berjalan sesuai tujuan dan sasarannya. Bentuk

pencatatan disesuaikan dengan formulir/format yang telah ditentukan seperti

halnya catatan harian pendamping PKH yang berisi catatan seluruh kegiatan

Pendamping PKH setiap bulannya, termasuk kendala dan permasalahan yang

dihadapi dalam menjalankan tugasnya, catatan kegiatan mingguan atau Check -

list kegiatan pendamping PKH (CKP) yang berisi kegiatan pendamping PKH
setiap bulannya yang ditandatangani dan dicap oleh petugas instansi terkait.

Check - list kegiatan Pendamping PKH menjadi dasar dalam pembuatan laporan

bulanan.

b) Tugas Pelaporan, rencana dan realisasi kegiatan Pendamping PKH

wajib dilaporkan kepada UPPKH Kabupaten/Kota secara rutin tiap bulan dengan

menggunakan format laporan yang telah ditentukan.

4) Tugas Pendamping PKH pada penyaluran bantuan Pada penyaluran

bantuan, Pendamping PKH melakukan koordinasi dan persiapan penyaluran

bantuan. Persiapan yang harus dilakukan pendamping PKH meliputi:

a) Menyerahkan kartu kepesertaan PKH kepada Ibu Pengurus/Penerima

Manfaat yang didampinginya

b) Mengingatkan peserta PKH bahwa kartu PKH ini merupakan alat untuk

menerima dana bantuan, sehingga wajib dibawa pada saat penyaluran bantuan

berlangsung.

c) Berkoordinasi dengan Petugas bayar terkait jadwal dan lokasi

penyaluran bantuan serta memeriksa data rencana pembayaran peserta PKH

dampingannya.

d) Menginformasikan kepada Ketua Kelompok mengenai jadwal

penyaluran bantuan.

e) Menyiapkan daftar hadir/presensi dan buku kontrol penyaluran bantuan.


5. Tugas pendukung pendamping PKH Tugas pendukung Pendamping

PKH adalah mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut

a) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat

dan atau tokoh keagamaan setempat dalam rangka meneguhkan nilainilai moral

dan spritual bagi keluarga peserta PKH.

b) Melakukan kerjasama dengan tim penggerak PKK dan atau LK3 dalam

upaya penyadaran pentingnya fungsi-fungsi keluarga bagi peserta PKH meliputi :

fungsi edukatif, fungsi rekreatif, fungsi reproduktif, fungsi afektif, fungsi ekonomi

dan fungsi sosial.

c) Meningkatkan kapasitas dan menumbuhkan semangat kemandirian

melalui kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) serta kegiatan lain dalam rangka pemberdayaan peserta PKH.

d) Memberikan motivasi dan advokasi kepada anggota keluarga peserta

PKH yang mengalami disabilitas (berkebutuhan khusus) untuk memperoleh

kemudahan dalam mengakses pelayanan sosial.

e) Memfasilitasi ketersediaan media konsultasi bagi keluarga peserta PKH

yang mengalami ketidakharmonisan.

f) Menggugah kesadaran keluarga peserta PKH tentang pentingnya

menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan hidup di sekitar tempat

tinggalnya.
g) Mengidentifikasi potensi dan sumber yang ada di wilayah kerjanya

untuk kepentingan/mendukung program-program penanggulangan kemiskinan,

penanganan masalah atau memenuhi kebutuhan khusus yang dialami peserta

PKH.

h) Melakukan sinergi dan kerjasama dengan program-program

pemberdayaan masyarakat/pengentasan kemiskinan yang ada di wilayah

dampingannya.

i) Terlibat aktif dalam mensukseskan program-program Pemerintah,

khususnya program-program yang berasal dari Kementerian Sosial.

Dalam rangka melaksanakan tugas pengembangan di atas, Pendamping

PKH diharapkan terlibat aktif dalam menjalin komunikasi dan koordinasi serta

membangun kemitraan dengan unsur-unsur di luar kelembagaan PKH dan atau

dengan unsur berbasis masyarakat meliputi organisasi sosial, Pekerja Sosial

Masyarakat (PSM), Tenaga Kesejahtraan Sosial Masyarakat (TKSM), Tenaga

Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Wahana Kesejahtraan Sosial Berbasis

Masyarakat (WKSBM), Karang Taruna, Lembaga Swadaya Masyarakat,

pengusaha/wirausahawan, petugas penyuluh lapangan dari berbagai bidang, serta

dengan para pihak pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya dalam rangka

pengembangan dan pemberdayaan keluarga peserta PKH.

6. Tugas penunjang pendamping PKH Setelah adanya tugas pokok, tugas

pendukung kementrian sosial juga membuat tugas penunjang PKH yang

diantaranya:
a) Mengembangkan kapasitas diri dalam berkomunikasi, bernegosiasi,

membangun relasi dan jejaring kerja, berdasarkan pengalaman selama bertugas di

lapangan dan atau secara mandiri (inisiatif Pendamping PKH sendiri) melalui

berbagai kesempatan.

b) Mendokumentasikan setiap kegiatan penting terkait tugas dan fungsi

sebagai Pendamping PKH melalui leaflet maupun C o m p a c t Dis c (CD)

sebagai produk visual maupun audiovisual.

c) Melatih diri dalam kegiatan karya tulis tentang pendampingan peserta

PKH yang dapat dipublikasikan melalui leaflet, majalah, buku terbitan khusus,

blog atau dikirim ke UPPKH Pusat untuk dimuat pada Website UPPKH.

2.2 Pola Asuh

A.Pengertian Pola Asuh Orangtua

Pola asuh orang tua yaitu, tindakan atau sikap orang tua dalam berinteraksi

kepada anaknya.Pengasuhan orang tua diharapkan dalam memberikan

kedisiplinan terhadap anak, memberikan tanggapan yang sebenarnya agar anak

merasa orang tuanya selalu memberikan perhatian yang positif terhadapnya.Pola

asuh orang tua sebagai suatu bimbingan terhadap anak untuk membentuk

kepribadiannya yang nantinya dapat diterima oleh masyarakat.Sehingga dapat

dikatakan pola asuh orang tua merupakan penjagaan, perawatan dan mendidik

anak untuk belajar dewasa dan mandiri.


Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak baik dari segi negatif maupun

positifnya. Berhasil tidaknya orang tua membentuk tingkah laku anak sangat

bergantung kepada bagaimana pola asuh orang tua yang dirasakan anak itu sendiri

B. Parenting

Parenting merupakan suatu caraorangtua untuk mengajarkan pola interaksi

dan relasi yang patut kepada anak, atau cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua

dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.

Parenting adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan pada penataan lingkungan

sosial, lingkungan budaya, suasana psikologis serta perilaku yang ditampilkan

pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak.

Parenting menyangkut semua perilaku orang tua sehari-hari baik yang

berhubungan langsung dengan anak maupun tidak, yang dapat ditangkap maupun

dilihat oleh anak-anaknya, dengan harapan apa yang diberikan kepada anak

(pengasuhan) akan berdampak positif bagi kehidupannya terutama bagi agama,

diri, bangsa, dan juga negaranya. Dapat pula diartikan sebagai suatu tugas yang

berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, secara

fisik dan psikologis.

Idealnya, orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan anak-anak

karena dari kedua orangtua anak akan belajar untuk mandiri, entah melalui proses

belajar sosial dengan modeling, ataupun melalui proses resiprokal dengan prinsip

pertukaran social. Proses pengasuhan bukanlah sebuah hubungan satu arah yang

mana orang tua mempengaruhi anak namun lebih dari itu, pengasuhan merupakan
proses interaksi antara orang tua dan anak yang dipengaruhi oleh budaya dan

kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan.

Pengasuhan erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga/ rumah

tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu, dan dukungan

untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang

dalam masa pertumbuhan serta bagi anggota keluarga lainnya. Pengasuhan

mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara

optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan tidak

menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari

perkembangan dan pendidikan anak.

Oleh karenanya, pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan

emosi, dan pengasuhan sosial.Parenting atau pengasuhan merupakan suatu

perilaku yang pada dasarnya mempunyai kata-kata kunci yaitu hangat, sensitif,

penuh penerimaan, bersifat resiprokal, ada pengertian, dan respon yang tepat pada

kebutuhan anak.Pengasuhan dengan ciri-ciri tersebut melibatkan kemampuan

untuk memahami kondisi dan kebutuhan anak, kemampuan untuk memilih respon

yang paling tepat baik secara emosional afektif, maupun instrumental.Keterlibatan

dalam pengasuhan anak mengandung aspek waktu, interaksi, dan perhatian.

Parenting menjadi sangat penting untuk anak dalam keluarga yang menghadapi

keadaan yang kurang baik, seperti kesulitan keuangan, perceraian orangtua, dan

orangtua yang sakit.


Proses relasi,interaksi, dan komunikasi antara orangtua dan anak. Bentuk –

bentuk komunikasi dalam keluarga, salah satunya adalah komunikasi orangtua

dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu

ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik

anak.Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah,

disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang

tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
C. Peran orangtua dalam membentuk kepribadian anak.

Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak,

jadi dalam lingkungan keluargalah watak dan kepribadian anak akan dibentuk

yang sekaligus akan mempengaruhi perkembangannya di masa depan. Apabila

dikaitkan dengan hak-hak anak, tugas dan tanggung jawab orang tua antara lain :

1) Sejak dilahirkan mengasuh dengan kasih sayang,

2) Memelihara kesehatan anak,

3) Memberi alat-alat permainan dan kesempatan bermain,

4) Menyekolahkan anak sesuia dengan keinginan anak,

5) Memberikan pendidikan dalam keluarga, sopan santun, sosial, mental

dan juga pendidikan keagamaan serta melindungi tindak kekerasan dari luar,

6) Memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan dan berpendapat

sesuai dengan usia anak.

D. Melaksanakan pengasuhan (mengasuh) dengan baik.

Pengasuhan atau disebut juga “parenting” adalah proses menumbuhkan

dan mendidik anak dari kelahiran anak hingga anak memasuki usia dewasa. Tugas

ini umumnya dikerjakan oleh ibu dan ayah (orang tua biologis dari anak), namun

bila orang tua biologisnya tidak mampu melakukan pengasuhan, maka tugas ini

diambil oleh kerabat dekat termasuk kakak, nenek dan kakek, orang tua angkat,

atau oleh institusi seperti panti asuhan (“alternative care”).


Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, diperlukan dua

faktor yang saling berkaitan, yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan

pemberian stimulasi.Dengan demikian pengasuhan adalah bentuk interaksi dan

pemberian stimulasi dari orang dewasa di sekitar kehidupan anak.

E. Memberikan perlindungan (melindungi) secara total

Orang tua bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anak

gunamengembangkan keseluruhan eksistensi anak, kebutuhan tersebut meliputi

kebutuhanbiologis maupun kebutuan psikologis seperti rasa aman, dikasihi,

dimengerti sebagaianak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah

harmonis. Keterampilan pengasuhan sangat penting dimiliki orangtua untuk

mengatur perilaku anak, ketika orangtua konsisten dan efektif menggunakan

strategi dan keterampilan yang dimiliki terhadap anak, maka orangtua dapat

menciptakan lingkungan yang produktif dan member pengaruh baik bagi

perkembangan anak.

Keterampilan pengasuhan berkembang menjadi sebuah pengetahuan yang

wajib untuk diketahui oleh para orangtua sehingga dibuatlah sebuah tuntunan

pelatihan atau program keterampilan pengasuhan untuk membantu para orangtua

untuk mendidik anak. Ketika keterampilan pengasuhan diberikan secara efektif

pada orangtua,biasanya orangtua memiliki pengalaman dan kemampuan sebagai

orangtua yang baik. Pelatihan keterampilan pengasuhan didesain untuk

mengajarkan lima keterampilan pengasuhan dasar yang berguna dari anak-anak

mulai belajar berbicara hingga ia dewasa.


Orangtua mempengaruhi perilaku anak dan anak mempengaruhi perilaku

orangtua. Pelatihan ini membantu orangtua mengubah perilaku anak dengan

mengajari orang dewasa tentang bagaimana mengubah perilaku mereka sendiri.

Dengan pelatihan yang diberikan, orangtua akan menemukan cara-cara baru

dalam hal mengasuh anak. Di samping itu, orangtua juga akan melihat seberapa

besar manfaat keterampilan yang didapatkan tersebut dalam mengubah keadaan di

rumah.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang dikaji, yaitu mengenai Peran

Kegiatan Parenting Dalam Pola Asuh Orangtua Di Paud Kelurahan Metuk,

Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, maka metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode

dalam meneliti suatu obyek. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat.

Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat

serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat dan situasi-situasi tertentu, termasuk

tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu

fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-

fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif .adakalanya

peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena

dengan menetapkan suatu setandar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli

menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative

survey).

Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena

atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain.

Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status (status study).


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang perhatiannya lebih

ditunjukkan pada pembentukan teori berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari

data empiris.Selain itu digunakan pendekatan kualitatif karena peneliti terlibat

langsung ke lapangan dengan mengumpulkan data yang relavan sesuai dengan

fokus masalah yang diteliti.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan

Mojosongo, Kabupaten Boyolali.

3.3. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah masalah yang bersumber pada pengalaman

peneliti atau melalui pengalaman yang diperolehnya melalui keputusan ilmiah

maupun keputusan lainnya. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah :

a. Pola asuh orangtua anak usia dini di lingkungan keluarga Lembaga

PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali.

b. Proses pelaksanaan kegiatan parenting di PAUD.

c. Efektivitas kegiatan parenting dalam meningkatkan pola asuh orangtua

anak usia dini di Kelurahan Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali

3.4. Subyek Penelitian dan Sumber Data Penelitian

3.4.1. Subyek Penelitian


Pemilihan subjek penelitian menggunakan sampel bertujuan.Alasan

dipilihnya teknik sampel dikarenakan sampel yang dimaksud untuk memperoleh

data sebanyak-banyaknya untuk merinci kekhususan berada dalam konteksyang

unik. Subyek pada penelitian ini pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan

program parenting. Subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya

sangat sentral karena pada penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti

berada dan diamati oleh peneliti.

3.4.2. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam adalah sebagai berikut :

3.4.2.1 Data Primer

Sumber data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang

diamati atau diwawancarai. Sumber primer adalah buku-buku yang secara

langsung berkaitan dengan obyek material penelitian. Data primer dalam

penelitian ini didapat dari hasil wawancara peneliti dengan subyek penelitian yang

terdiri dari orangtua warga Kelurahan Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten

Boyolali terutama Anak dan Ibu yang sedang dalam kondisi hamil, menyusui, dan

nifas.

3.4.2.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang didapat atau diperoleh dengan cara

tidak langsung. Sumber data sekunder adalah catatan-catatan yang jaraknya telah

jauh dari sumber orisini. Sumber data sekunder dapat diperoleh dengan cara tidak

langsung dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen dan laporan tentang


kegiatan parenting di PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan Mojosongo,

Kabupaten Boyolali.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Metode Observasi

Penelitian menggunakan pengamatan langsung terhadap semua kegiatan

dan tahap-tahap selama proses kegiatan parenting. dilaksanakan metode observasi

digunakan untuk mendapatkan data yang akurat, dimana peneliti melakukan

pengamatan terhadap objek dengan seluruh panca indra. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik observasi non partisipasi yaitu peneliti tidak ikut

serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau

diamati, akan tetapi peneliti hanya melihat dan bergabung yang seolah-olah

merupakan bagian dari mereka.

Metode ini digunakan dalam rangka mendapatkan data-data yang akurat

mengenai efektivitas kegiatan parenting dalam meningkatkan pola asuh orangtua

di PAUD Kelurahan Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali.

3.5.2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atau

pertanyaan itu. Adapun langkah-langkah teknik wawancara yang akan peneliti

lakukan adalah:
1) Menetapkan subjek yang akan diwawancarai,

2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan

pembicaraan,

3) Mengawali dan membuka alur wawancara,

4) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan wawancara,

5) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Wawancara dilakukan kepada pengelola, tutor dan orangtua warga belajar

untuk mendapatkan data penelitian mengenai efektivitas kegiatan parenting dalam

meningkatkan pola asuh orangtua.

3.5.3. Teknik dokumentasi

Teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data selanjutnya yaitu

teknik dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu.Dokumen biasanya berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara pun

akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen yang menunjang. Teknik

dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai daftar hadir peserta

parenting, photo-photo kegiatan parenting di PAUD Kelurahan Metuk,

Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali.

3.6. Teknik Keabsahan Data

Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka memberikan temuan

hasil lapangan dengan yang diteliti.


3.6.1 Triangulasi data

Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek

yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

3.6.2 Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil

pengumpulan data.Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak

Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil

pengumpulan data.

3.6.3 Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data

yang dikumpulkan sudah memasuki syarat.

3.6.4 Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan metode observasi.Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara

dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi metode dan

teori.

Triangulasi metode yaitu peneliti membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara orangtua warga belajar.Sedangkan triangulasi teori


yaitu dengan melakukan cross check dengan mengecek apakah data yang

ditemukan di lapangan sesuai dengan teori-teori yang sudah ada.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran

atau interpretasi artinya memberikan makna kepada peneliti, menjelaskan pola

atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep, interpretasi,

mengambarkan persepektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Analisa

data pada umumnya mengandung tiga kegiatan yang saling berkaitan yaitu:

a) kegiatan mereduksi data,

b) menampilkan data,

c) melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan.

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data dalam

penelitian ini meliputi :

3.7.1 Display data

Display data adalah mengambarkan data yang ada guna untuk memperoleh

bentuk nyata dari responden atau narasumber, sehingga lebih mudah peneliti

dalam menarik hasil penelitian yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan yaitu

dengan mengumpulkan data yang didapat berdasarkan hasil wawancara dan

observasi. Data yang diperoleh yaitu mengenai keadaan lokasi, mengetahui

gambaran kegiatan parenting, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

kegiatan parenting, mengetahui pola asuh orangtua anak usia dini di lingkungan
keluarga, yang meliputi aspek fungsi orangtua dala pola asuh serta jenis-jenis pola

asuh,. Serta efektivitas kegiatan parenting.

3.7.2 Reduksi Data

Reduksi data yaitu merangkum , memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian

data yang telah direduksi akan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data yang selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.

3.7.3 Penarikan Kesimpulan

Setelah dilakukan display dan reduksi data, maka kegiatan yang

selanjutnya adalah membuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Pada

penarikan 40 kesimpulan peneliti menyampaikan ringkasan hasil yang dianggap

penting dan diuraikan hasil analisis data dengan bahasa yang mudah dipahami.
Daftar Pustaka

Khoiriyah, N. (2019). GRADUASI MANDIRI: BENTUK KEBERDAYAAN


PENERIMA MANFAAT (KPM) PROGRAM KELUARGA HARAPAN
(PKH) DI KABUPATEN PATI. KOMUNITAS, 10(2), 143-156.
Sutera, E. O., Asmawi, A., & Sarmiati, S. (2020). Komunikasi Interpersonal
Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) kepada Keluarga
Penerima Manfaat (KPM)(Studi pada PKH di Kabupaten Padang
Pariaman). AL MUNIR: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 84-100.
Saraswati, A. (2018). Analisis Pengaruh Program Keluarga Harapan (PKH)
Terhadap Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Pada Pekon Pandansurat Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Lukiono, W. T. (2010). Pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap pemanfaatan
jaminan kesehatan pada Ibu hamil miskin di kota Blitar (Doctoral
dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).
Betty, L. P., Kenjam, Y., & Hinga, I. A. T. (2019). Analisis Mutu Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Bayi oleh Tenaga Kesehatan dan Kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Niki-Niki. Lontar: Journal of Community
Health, 1(4), 155-167.
Zufri, O. R. (2014). PERAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA
HARAPAN (PKH) DI KABUPATEN JOMBANG (Studi Deskriptif Pada
Suku Dinas Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur).
Gumabo, A. (2021). Peran Pendamping Program Keluarga Harapan Dalam
Verifikasi Dan Pemutakhiran Data (Studi di Kecamatan Siau Timur,
Kabupaten Siau Tagulandang Biaro). Jurnal Politico, 10(4).
Fitrianingrum, D., & Suyanto, T. (2014). PERAN PENDAMPING DAN KETUA
KELOMPOK DALAM PEMANFAATAN DANA PENDIDIKAN
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA TALOK
KECAMATAN DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO. Kajian
Moral dan Kewarganegaraan, 3(2), 753-768.

Anda mungkin juga menyukai