1. Jumlah Populasi
Masalah kependudukan Indonesia yang pertama adalah tingginya populasi
penduduk. Tercatat, tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 243,3 juta jiwa,
menduduki peringkat ke-4 negara yang penduduknya terbanyak di dunia, dan ke-3 di
Asia. Jumlah penduduk di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Penduduk
Provinsi
1971
Aceh
1980
1990
1995
2000
2010
2008595
2611271
3416156
3847583
3930905
4494410
Sumatera Utara
6621831
8360894
10256027
11114667
11649655
12982204
Sumatera Barat
2793196
3406816
4000207
4323170
4248931
4846909
Riau
1641545
2168535
3303976
3900534
4957627
5538367
Jambi
1006084
1445994
2020568
2369959
2413846
3092265
Sumatera Selatan
3440573
4629801
6313074
7207545
6899675
7450394
Bengkulu
519316
768064
1179122
1409117
1567432
1715518
Lampung
2777008
4624785
6017573
6657759
6741439
7608405
900197
1223296
1679163
DKI Jakarta
4579303
6503449
8259266
9112652
8389443
9607787
Jawa Barat
21623529
27453525
35384352
39206787
35729537
43053732
Jawa Tengah
21877136
25372889
28520643
29653266
31228940
32382657
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
2489360
2750813
2913054
2916779
3122268
3457491
25516999
29188852
32503991
33844002
34783640
37476757
8098780
10632166
Bali
2120322
2469930
2777811
2895649
3151162
3890757
2203465
2724664
3369649
3645713
4009261
4500212
2295287
2737166
3268644
3577472
3952279
4683827
Kalimantan Barat
2019936
2486068
3229153
3635730
4034198
4395983
Kalimantan Tengah
701936
954353
1396486
1627453
1857000
2212089
Kalimantan Selatan
1699105
2064649
2597572
2893477
2985240
3626616
Kalimantan Timur
733797
1218016
1876663
2314183
2455120
3553143
Sulawesi Utara
1718543
2115384
2478119
2649093
2012098
2270596
Sulawesi Tengah
913662
1289635
1711327
1938071
2218435
2635009
Sulawesi Selatan
5180576
6062212
6981646
7558368
8059627
8034776
714120
942302
1349619
1586917
1821284
2232586
Gorontalo
835044
1040164
Sulawesi Barat
1158651
1089565
1411006
1857790
2086516
1205539
1533506
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
785059
1038087
Papua Barat
760422
Papua
INDONESIA
923440
1173875
1648708
1942627
2220934
2833381
119208229
147490298
179378946
194754808
206264595
237641326
Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
Jumlah penduduk yang besar ini sebenarnya bisa menjadi masalah, bisa juga
menjadi aset suatu negara. Masalahnya adalah, penduduk bisa menjadi aset jikalau
kualitas penduduknya pun baik. Dengan menempati posisi ke-4 jumlah penduduk
terbanyak di dunia, Indonesia berada pada posisi 121 di dunia (2013) dalam kualitas
penduduknya. Masih sangat jauh dengan China yang memiliki penduduk terbanyak di
dunia, dan kualitas penduduknya yang sangat tinggi.
Masalah kualitas dalam jumlah penduduk yang besar sebenarnya kembali lagi
kepada dimana keseriusan pemerintah menangani kesejahteraan yang sebesar-besarnya.
Tercatat tahun 2013, 31,02 juta penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Angka
ini berkurang sedikit dari setahun sebelumnya, yakni 32 juta jiwa. Hal ini diperparah
dengan adanya kenaikan harga bbm, sembilan bahan pokok, serta krisis global.
Diprediksi beberapa tahun ke depan, masalah populasi yang terus bertambah akan
tetap terjadi, bahkan justru semakin parah jika tidak adanya keseriusan penanganan dari
pemerintah dan kesadaran dari masyarakat. Diprediksi pada tahun 2015 dan 2025
jumlah penduduk di Indonesia mencapai 255,7 dan 278 juta jiwa. Hal ini
mengakibatkan menumpuknya penduduk, dengan kualitas yang diragukan.
2. Prevalensi Kontrasepsi
Dalam kurun waktu 30 tahun, 1961-1990, jumlah penduduk Indonesia meledak 2
kali lipat, semula 97,1 juta jiwa menjadi 179,4 juta jiwa. Hal ini mengakibatkan pos
pelayanan terpadu (posyandu) sangat mengemuka dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Selain itu, posyandu juga berperan sebagai ujung tombak Keluarga Berencana
(KB), yang mengatur laju pertumbuhan jumlah penduduk melalui berbagai kontrasepsi.
Penggunaan KB di Indonesia menggunakan metode modern dan tradisional. Modern
berbentuk pil, spiral, dan iud, penggunaannya sebesar 57%, dan tradisioanl hanya 34%. Indonesia menempati posisi ke-48 dalam penggunaan KB di dunia.
2
dari program ini belum nampak terlihat karena jumlah penduduk tetap besar dan
keluarga kecil yang terdiri dari dua anak pun masih jarang.
Di samping itu, hak-hak dan kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana
(KB) yang merupakan dasar terwujudnya keluarga kecil berkualitas belum dipahami
oleh sebagian masyarakat dan keluarga. Dari data SDKI 2002-03 hanya 60,3 persen
pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber-KB dapat terpenuhi permintaannya,
sedangkan 8,6 persen PUS yang sebenarnya tidak ingin anak atau menunda
kehamilannya, tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Sebagian masyarakat, orang
tua maupun remaja sendiri belum memahami hak-hak dan kesehatan reproduksi remaja.
Masyarakat dan keluarga masih enggan untuk membicarakan masalah reproduksi
secara terbuka dalam keluarga. Para anak dan remaja lebih merasa nyaman
mendiskusikannya secara terbuka dengan sesama teman. Hal ini disebabkan oleh
pemahaman nilai-nilai adat, budaya, dan agama yang menganggap pembahasan
kesehatan reproduksi sebagai hal yang tabu.
Sementara itu, pusat atau lembaga advokasi dan konseling hak-hak dan kesehatan
reproduksi bagi remaja yang ada saat ini masih terbatas jangkauannya dan belum
memuaskan mutunya. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui jalur sekolah
nampaknya juga belum sepenuhnya berhasil. Semua ini mengakibatkan banyaknya
remaja yang kurang memahami atau mempunyai pandangan yang tidak tepat tentang
masalah kesehatan reproduksi. Pemahaman yang tidak benar tentang hak-hak dan
kesehatan reproduksi ini menyebabkan banyaknya remaja yang berperilaku
menyimpang tanpa menyadari akibatnya terhadap kesehatan reproduksi mereka. (6)
Masalah ini kembali lagi kepada pemerintah selaku perencana dan penetap
kebijakan, yang seharusnya mengevaluasi efektifnya kebijakan ini. Kurangnya
ketegasan dari pemerintah mengenai prevelansi kontrasepsi menunjukan tidak
adanya pengaruh yang signifikan yang muncul dari diadakannya program ini, yang
pada awalnya bertugas mengendalikan kependudukan yang ada di Indonesia. Jika
pemerintah tidak segera mengatasi masalah ini, hal ini akan terus berlanjut di
Indonesia hingga beberapa tahun mendatang. Selain itu, peran masyarakat seperti
keluarga dekat, teman, dan lembaga advokasi atau konseling juga berpengaruh
4
D
x 1000
P
Keterangan :
CDR
pengaruh umur penduduk. Sehingga angka ini berguna untuk memberikan gambaran
kepada kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila
dikurangkan dari angka kelahiran kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan
penduduk alamiah.(1)
Angka kematian kasar Indonesia menurut PBB adalah sebesar 6 dari 1000 penduduk
Indonesia. Angka kematian bayi saat ini di Indonesia sudah membaik, namun angka
kematian ibu melahirkan masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian
terhadap ibu hamil dan bayinya pada saat mengandung.
Dengan angka kematian kasar sebesar itu, Indonesia berada pada peringkat 52
diantara negara-negara di dunia. Namun di ASEAN, angka kematian kasar Indonesia
lebih baik dibandingkan Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Timor Leste.
Sedangkan angka kematian kasar terkecil di dunia diduduki oleh Timur Tengah.
Berdasarkan jumlah kematian pada tahun 2007. Angka kematian kasar menurut jenis
kelamin terlihat bahwa pada laki-laki AKK lebih tinggi yaitu 5,3 perseibu, sedangkan
pada perempuan 3,9 perseribu. Secara keseluruhan AKK di Indonesia berada pada
angka 4,6 perseribu.(2)
Ada beberapa provinsi yang mempunyai AKK berada pada urutan tinggi, seperti
Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat. Sedangkan AKK yang
termasuk rendah pada Provinsi Riau, Nangrue Aceh Darussalam, dan Jawa Tengah.
Angka kematian bayi dan angka kematian anak yang didapat dari cara perhitungan tidak
langsung hasilnya ditampilkan pada tabel 6. AKB di Indonesia didapatkan angka 22
perseribu sedangkan AKA 41 perseribu.(2)
Dari data
yang diperoleh
dapat
disimpulkan
bahwa angka
kematian kasar di
Indonesia
meningkat seiring
dengan
meningkatnya
angka
terjadi karena
banyaknya
penduduk
Indonesia yang
kurang
memperhatikan
dan mampu
mengendalikan
tingkat kelahirannya yang dibarengi dengan kurangnya perhatian terhadap janin maupun
ibu hamil. Sehingga angka kematian ibu pun tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan
angka kematian kasar semakin meningkat.
Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam memberikan kebijakan dan penyuluhan
tentang pentingnya mengendalikan tingkat kelahiran seperti program keluarga
berencana maupun pentingnya dalam memberikan perhatian terhadap janin dan ibu
hamil serta melakukan perbaikan di sektor kesehatan dimana kelahiran dapat ditekan,
kematian bayi dan ibu menurun sehingga penduduk Indonesia lebih mengerti tentang
pentingnya menekan angka kematian kasar yang tinggi tersebut dan kehidupan
penduduk Indonesia pun lebih sejahtera.
4. Angka Ketergantungan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas
(keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah pendduk
usia 15-64 tahun (angkatan kerja).(3)
Keterangan:
RK
= Rasio Ketergantungan
P(0-14)
P(65+)
P(15-64)
Diantara 116 juta angkatan kerja harus menanggung penduduk usia muda atau
anak-anak dan penduduk usia tidak produktif. Rasio ketergantungan nasional saat ini
masih 47% yang artinya adalah setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 47
penduduk usia muda dan tidak produktif, yaitu penduduk di bawah umur 15 tahun dan
di atas 65 tahun. Angka ketergantungan Indonesia terdapat pada peringkat 95 diantara
seluruh negara di dunia.
Untuk melihat Indonesia sebagai negara yang maju atau belum maju akan dilihat
rasio ketergantungan di Indonesia. Rasio ketergantungan Indonesia akan dihitung
berdasarkan data sensus, yaitu sensus tahun 1971, sensus tahun 1980, sensus tahun
1990, dan sensus tahun 2000. Karena data sensus tahun 2010 belum ada maka
selanjutnya akan digunakan data SUPAS tahun 2005.
Berdasarkan beberapa data ini akan dilihat pula bagaimana kecenderungan rasio
ketergantungan di Indonesia.
Dari Sensus tahun1971 dependency ratio sebesar 81,487, artinya setiap 100 orang
usia produktif menanggung 81 orang usia tidak produktif. Rasio ketergantungan pada
sensus 1971 tinggi, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1970 an
belum baik. Indonesia belum merupakan Negara maju. Sensus 1980 dependency rationya sebesar 79,117, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 79 orang usia
tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1980 masih tinggi, menunjukkan
bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1980 an belum juga baik. Indonesia masih
belum maju.
10
Tetapi dibandingkan dengan dependency ratio tahun 1971 tahun 1980 lebih baik,
walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Sensus 1990 dependency ratio-nya sebesar
67,830, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 68 orang usia tidak
produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1990 tidak tinggi lagi tetapi belum rendah
(menengah). Dibanding tahun 1971 dan 1980 rasio ketergantungan turun.
Kondisi ekonomi Indonesia tahun 1990-an sudah jauh lebih baik. Walaupun belum
merupakan Negara maju, tetapi Indonesia menuju ke Negara maju. Sensus 2000
dependency ratio-nya sebesar 53,783, artinya setiap 100 orang usia produktif
menanggung 54 orang usia tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 2000
masih diposisi menengah, tidak tinggi lagi tetapi belum rendah. Dibanding tahun 1990
sudah turun, yang berarti kondisi ekonomi Indonesia tahun 2000 sudah lebih baik dari
tahun 1990.
Apalagi bila dibanding tahun 1971 dan 1980 kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih
baik. Dependency ratio-nya sebesar, artinya setiap 100 orang usia produktig
menanggung orang usia tidak produktif Supas 2005 dependency rationya sebesar
50,812, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia tidak
produktif.(4)
Sebenarnya hal yang menyebabkan angka ketergantungan menjadi salah satu
masalah penting terkait kependudukan di Indonesia adalah tingginya tingkat kelahiran,
sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia, pendapatan yang relatif
rendah, dan rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki penduduk usia produktif.
Tingginya tingkat kelahiran menimbulkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk
usia produktif semakin tinggi pula. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di
Indonesia menimbulkan masalah pengangguran sehingga banyak penduduk usia
produktif tidak mampu menanggung biaya hidup penduduk usia muda dan usia tidak
produktif. Selain itu, rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh penduduk usia produktif
menimbulkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sanitasi, kesehatan, dan
kesejahteraan penduduk usia muda dan usia tidak produktif yang harus ditanggungnya.
Rendahnya pendapatan seseorang mempengaruhi kemampuan dalam memperoleh
pendidikan berkualitas tinggi sehingga mereka penduduk usia produktif pun sulit dalam
mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu, dapat kita ketahui bahwa pendidikan
11
Selain itu, hal ini dapat terjadi apabila penduduk Indonesia mampu mengendalikan
tingkat kelahirannya yang didukung dengan kebijakan pemerintah seperti lebih
menegaskan dalam berjalannya program keluarga berencana, pemerintah dapat
menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan layak serta kemampuan
penduduk usia produktif untuk mengetahui bagaimana cara memperoleh pekerjaan yang
layak sehingga mampu menanggung kebutuhan penduduk usia muda dan usia produktif
dan mampu mencegah timbulnya masalah sosial yang terjadi di Indonesia.
5. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) merupakan angka yang
menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada
pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar dihitung untuk mengetahui
tingkat kelahiran yang terjadi di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu. Angka
Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu
(B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P). (Triyuli, Kurnia.
2010)
12
yang rendah, tingkat pendidikan perempuan yang rendah, tingkat sosial ekonomi
rendah, dan tingkat kemiskinan tinggi. Total Fertility Rate pada tahun 2007 mencapai
2,6% per wanita, angka ini lebih baik daripada tahun 1970 yang mencapai 5,6% per
wanita.
Di Indonesia, angka fertilitas totalnya mencapai 2,5%, seorang wanita memiliki 2-3
anak dalam usia suburnya. Indonesia memiliki potensi untuk angka kelahiran yang
tinggi, dan berada pada peringkat 106 di dunia, setara dengan El Salvador dan
Bangladesh.
7. Harapan Hidup
Harapan hidup adalah jumlah diharapkan (dalam arti statistik) tahun kehidupan
yang tersisa pada usia yang diberikan. Ini dilambangkan oleh e'' x'', yang berarti ratarata jumlah tahun-tahun berikutnya kehidupan seseorang yang sekarang berusia ''
x'', menurut pengalaman kematian tertentu. Dalam literatur teknis, simbol ini
berarti jumlah rata-rata '' lengkap '' tahun hidup tersisa, termasuk pecahan setahun.
Statistik terkait termasuk pecahan tahun, arti normal harapan hidup, memiliki
simbol dengan lingkaran kecil '' e''.
Harapan hidup dari sekelompok individu bergantung pada perawatan. Istilah
yang dikenal sebagai harapan hidup ini paling sering digunakan dalam konteks
populasi manusia, tetapi juga digunakan dalam tanaman atau hewan ekologi;
dihitung dengan analisis kehidupan tabel (juga dikenal sebagai aktuaria tabel).
Istilah harapan hidup juga dapat digunakan dalam konteks benda-benda yang
diproduksi dan 49.0 tahun Jepang (2008 EST), meskipun Jepang tercatat harapan
hidup mungkin telah sangat sedikit meningkat oleh menghitung banyak kematian
bayi sebagai anaknya. Usia tertua rekaman dikonfirmasi untuk setiap manusia
adalah 122 tahun (Jeanne Calment). Ini disebut sebagai "maksimum harapan
hidup", yang merupakan batas atas kehidupan, jumlah maksimum tahun setiap
manusia dikenal memiliki tinggal.
14
Dari film yang telah disaksikan, untuk Indonesia sendiri sekarang memiliki
harapan hidup rata-rata berumur 71 tahun yang sekrang berada di peringkat 109
dunia. Ini menandakan kesehatan di Indonesia sendiri mulai meningka, mulai dari
akses kesehatan dan perbaikan gizi membuat angka harapan hidup menjadi
bertambah.
Meningkatnya kesehatan bisa dilihat dari tabel jumlah akses kesehatan berikut:
Jumlah Sarana Kesehatan
Rumah
Sakit*
Satuan
unit
1
969
1
970
1
971
1
972
1
973
1
974
1
975
1
976
1
977
1
978
1
979
1
980
1
981
1
982
1
983
1
984
1
985
1
986
1
987
1
988
1
989
1
990
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
9
98
1
083
1
168
1
181
1
208
1
220
1
232
1
244
1
321
1
367
1
408
1
456
1
500
9
24
9
50
Puskesmas
Pustu**
Posyandu
Apotik
Tempat Tidur
Dokter
Bidan/ perawat
unit
unit
unit
unit
Unit
orang
orang
1
058
1
637
2
020
2
175
2
343
2
843
2
843
3
679
3
893
4
053
4
353
4
553
4
753
4
953
5
021
5
353
5
453
5
553
5
639
5
540
5
563
5
656
5
620
5
689
6
330
6
610
6
801
6
909
6
909
2
744
2
412
2
412
6
632
7
342
8
342
1
0342
1
2342
1
3635
1
5136
1
6636
1
7302
1
2894
1
3415
1
5437
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
1
105
1
267
1
149
1
175
1
214
1
284
1
413
1
532
1
537
1
661
1
665
1
810
1
955
2
134
2
163
2
510
2
620
2
741
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
7
1350
8
3091
9
4831
9
6540
9
8543
1
00166
1
01789
1
03412
1
08511
1
10426
1
11300
n.
a.
n.
a.
n.
a.
1
09387
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
6
221
7
644
8
279
8
977
9
805
1
0456
1
1681
1
2931
1
5400
1
6000
1
7647
1
8947
2
0176
2
1493
2
3084
2
3367
2
5752
15
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
1605
9
1722
6
2057
6
2392
6
2771
1
3106
1
3285
4
3667
3
3851
7
4000
0
4411
3
4827
0
5213
1
5680
6
6408
7
7663
6
9884
2
9
82
9
94
1
026
1
039
1
062
1
074
1
090
1
112
1
111
1
145
1
179
1
215
1
234
1
246
1
268
1
292
1
319
1
371
1
523
1
632
1
721
2
083
991
1
992
1
993
1
994
1
995
1
996
1
997
1
998
1
999
2
000
2
001
2
002
2
003
2
004
2
005
2
006
2
007
2
008
2
009
2
010
2
011
2
012
5
976
6
224
6
954
6
984
7
105
7
177
7
175
7
181
7
195
7
237
7
277
7
309
7
413
7
550
7
669
8
015
8
234
8
548
8
737
9
005
9
321
9
510
1
5944
1
8264
1
9977
2
0466
2
0672
2
1071
2
1115
2
1503
2
1417
2
1267
2
1587
2
1706
2
1762
2
2002
2
2171
2
2502
2
2832
2
3163
2
2650
2
3049
n
.a.
n
.a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
24
4187
24
0054
23
4006
23
5133
23
4526
23
1349
22
0190
24
2221
23
8699
31
5921
26
9202
24
4325
24
9951
26
6827
26
7633
26
8439
27
6392
3
223
3
520
3
868
3
988
4
572
5
084
5
440
5
491
5
695
6
043
6
391
7
767
8
368
8
557
9
143
1
0322
6
816
1
0931
1
3671
1
6603
1
6735
1
7613
1
11160
1
12779
1
14474
1
16847
1
18306
1
20083
1
21996
1
23186
1
23398
1
25507
1
27217
1
30214
1
31129
1
32231
1
37120
1
38451
1
42707
1
49538
1
63680
1
59144
1
70656
2
31432
2
4354
2
5135
2
6140
2
8989
3
0402
3
1887
3
5173
3
4564
3
1603
n
.a.
n
.a.
n
.a.
4
1212
3
5375
4
3014
4
3430
4
3846
5
2408
5
1968
4
2467
5
9492
7
6523
1062
48
1185
55
1222
57
1388
16
1389
74
1559
11
1647
32
1620
60
1080
68
n.a.
n.a.
n.a.
2089
39
1968
94
1848
49
2035
97
2223
45
2502
83
2782
21
2663
48
3583
40
3617
72
Dari data diatas dapat dilihat bahwa akses kesehatan di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Maka dari itu kesehatan di Indonesia pun lambat laut
semakin meningkat dan sekaligus harapan hidupnya pun meningkat.
Nutrisi
1995
Indikator Terpilih
% dari anak berumur lima ke Bawah yang Ternutrisi
dengan Baik
1992
55.53
Perempuan
Laki-laki
L+P
66.7
61
63.86
16
1995
Indikator Terpilih
Perkotaan
Pedesaan
Perkotaan +
Pedesaan
78.98
74.21
76.04
Indikator Terpilih
1996
1997
1998
58.01
62.1
65.18
Indikator Terpilih
Unit
1990
1993
Gram
45.33
45.3
49.9
Gram
47.39
48.89
54.4
KKal
1896.0
5
1869.5
2
1849
KKal
1983.2
3
2018.9
7
2019
1996
Dapat dilihat dari nutrisi di tahun 90an pun nutrisi di Indonesia sudah baik dan
dari beberapa indikator adanya peningkatan di 3 tahun terakhir. Kecuali pada
indikator Rata-rata Harian konsumsi kalori Per Kapita.
Sebenarnya hal ini akan terus menjadi masalah di Indonesia. Karena saat ini
pemerintah Indonesia akan terus berusaha meningkatkan kesehatan dan harapan
hidup masyarakat. Walaupun akses kesehatan dan nutrisi di Indonesia sudah baik,
Indonesia harus bisa terus meningkatkan angka harapan hidupnya seperti negara
China yang sudah mencapai angka 83 tahun.
8. Angka Pertumbuhan
17
(ii)
Dari tabel diatas bisa dilihat fakta dari terus naiknya angka kelahiran di
Indonesia yang dikarenakan masih banyaknya yang tidak mengikuti program KB
dan menurunnya tingkat kematian dikarenakan akses kesehatan Indonesia yang
semakin membaik. Hal-hal tersebutlah yang membuat angka pertumbuhan di
Indonesia terus menanjak.
Masalah ini pun akan terus menjadi masalah jangka panjang di Indonesia. Hal
ini menurut kami mungkin dikarenakan semakin baiknya Indonesia untuk
mengurangi jumlah kematian dari perbaikan kesehatan. Sebenarnya itu hal yang
baik, tetapi bisa juga menjadi peledakan jumlah penduduk. Lalu dari jumlah
kelahiranpun kemungkinan masih sulit karena rakyat-rakyat di daerah masih
18
banyak yang berpikir banyak anak banyak rejeki sehingga merekapun masih
banyak yang tidak mau mengikuti program KB.
19
Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi sehingga kematian bayi
masih merupakan masalah di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya pembangunnan di
bidang kesehatan, hal ini bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Dengan adanya upaya tersebut
diharapkan tercapainya kesehatan masyarakat yang baik. Bila pembangunan kesehatan
20
berhasil, maka secara langsung akan berefek langsung pada peningkatan kesejahteraan
di Indonesia. Karena pembangunan di bidang kesehatan mempunyai keterkaitan dengan
peningkatan mutu SDM, oleh sebab itu program kesehatan harusnya lebih di pusatkan
pada bayi dan balita.
10. Migrasi
Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap
pembangunan suatu wilayah. Menurut, Population Reference Bureau (PRB) (2011),
jumlah penduduk di dunia pada tahun 2011 sekitar 6,987 milyar dan diperkirakan
Jumlah penduduk dunia telah menembus 7 miliar jiwa pada tahun 2013 ini. Tahun 2011
jumlah penduduk Indonesia sekitar 238,2 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika daerah tersebut merupakan
daerah yang produktif, akan tetapi butuh modal yang sangat besar. Sehingga jika tidak
terpenuhi akan menjadi suatu masalah. Migrasi penduduk merupakan salah satu dari
tiga komponen demografi yang menyebabkan perubahan struktur penduduk, yaitu
perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain dengan melewati batas
administrasi atau politik suatu negara (Salmah, 2010).
Perbandingan antara luas wilayah Indonesia dengan jumlah penduduk tidak
mengalami masalah, tetapi yang bermasalah dengan kependudukan di Indonesia yaitu
penyebaran penduduk yang tidak merata. Penyebaran penduduk yang tidak merata
dapat dilihat berdasarkan luas pulau di Indonesia, seperti Pulau Sumatera yang luasnya
25,2% dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3% penduduk, Jawa yang
luasnya 6,8% dihuni oleh 57,5% penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5% dihuni
oleh 5,8% penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9% dihuni oleh 7,3% penduduk, Maluku
yang luasnya 4,1% dihuni oleh 1,1% penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8% dihuni
oleh 1,5% penduduk (BPS, 2012).
Hasil Sensus Penduduk 2010 (BPS, 2012) mencatat 5.396.419 penduduk atau 2,5%
penduduk merupakan migrant masuk risen antar propinsi. Pada tahun 2010 migrant
masuk tertinggi di Indonesia berada di Propinsi Jawa Barat yaitu sekitar 1.048.964 jiwa,
sedangkan migrant keluar risen tertinggi dari Banten yaitu sebanyak 979.860 jiwa.
Penduduk yang merupakan migran seumur hidup juga mengalami peningkatan,
berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat 27.975.612 penduduk atau 11,8%
penduduk merupakan migrant masuk seumur hidup antar propinsi. Pada tahun 2010
21
migrant seumur hidup keluar tertinggi berada di Propinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak
6.829.637 penduduk, sedangkan migrant masuk tertinggi berada di Propinsi Jawa Barat
yaitu sebanyak 5.225.271 penduduk (BPS, 2012).
22
Migrasi secara umum bukan merupakan masalah bagi Indonesia, tetapi migrasi
yang tidak merata lah yang menjadi masalah di Indonesia. Dilihat dari persentase
jumlah penduduk yang terpusat di Pulau Jawa yang menyebabkan pembangunan yang
tidak merata.
Saran kepada pemerintah untuk memperhatikan fasilitas tiap daerah, baik itu
fasilitas kesehatan, pendidikan, pembangunan, dan penyediaan lapangan pekerjaan
yang memadai di setiap daerah agar penduduk yang bermigrasi tidak terpusat di satu
daerah saja.
23
24
FOOTNOTES
(1) Data Statistik Indonesia. 2014. Angka Kematian Kasar. Dalam:
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=410&Itemid=410&limit=1&limitstart=0.
(2) Irianto, Joko, dkk. 2007. Angka Kematian Di Berbagai Propinsi Di Indonesia.
Dalam:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/viewFile/1681/pdf.
(3) Badan Pusat Statistik. 2014. Rasio Ketergantungan. Dalam:
http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=95.
(4) Dewi, Sita. 2014. Rasio Ketergantungan Analisa untuk Indonesia. Dalam:
http://stdewi.files.wordpress.com/2014/04/rasio-ketergantungan.pdf.
(5) Data Statistik Indonesia. 2014. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi. Dalam:
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=331&Itemid=331
(6) Draft Bappenas. 2014. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk, Pembangunan
Kependudukan, dan Keluarga Kecil Berkualitas. Dalam:
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8111/1653/
(7) Badan Pusat Statistik. 2014. Angka Kelahiran Total. Dalam: www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=314&Itemid=314
25
DAFTAR PUSTAKA
Annisa,
2005-2010. Dalam:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8502/JURNAL.pdf?
sequence=1. Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 12.44.
Anonim. 2011. Harapan hidup - Apakah harapan hidup?. Dalam:
http://www.news-medical.net/health/Life-Expectancy-What-is-LifeExpectancy-%28Indonesian%29.aspx . Diakses pada tanggal 17
Mei 2014 pukul 20.16.
Anonim. 2012. Data Statistik Indonesia. Dalam: http://www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=312&Itemid=312&limit=1&limitstart=1.
Diakses pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 19.18.
BPS. 2012. Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997,
2000, 2002, 2007, 2010 dan Kematian Dibawah Usia Lima Tahun menurut
Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 1999 dan 2007. Dalam:
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=5,
Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 16.33.
BPS. 2012. Migrasi Risen (Recent Migration) Tahun 1980, 1985, 1990 , 1995, 2000,
2005, dan 2010. Dalam: http://bps.go.id/tab_sub/view.php?
kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=9, Bandung. Diakses tanggal 17
Mei 2014 pukul 10.29.
BPS. 2012. Migrasi Seumur Hidup (Life Time Migration) Tahun 1971, 1980, 1985,
1990,1995, 2000, 2005, dan 2010 . http://bps.go.id/tab_sub/view.php?
kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=8 , Bandung. Diakses tanggal
17 Mei 2014
26
Yan
Chrisly.
2013.
Pertumbuhan
Penduduk.
Dalam:
27