Anda di halaman 1dari 27

Analisis 10 Masalah Kependudukan di Indonesia

1. Jumlah Populasi
Masalah kependudukan Indonesia yang pertama adalah tingginya populasi
penduduk. Tercatat, tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 243,3 juta jiwa,
menduduki peringkat ke-4 negara yang penduduknya terbanyak di dunia, dan ke-3 di
Asia. Jumlah penduduk di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Penduduk
Provinsi
1971
Aceh

1980

1990

1995

2000

2010

2008595

2611271

3416156

3847583

3930905

4494410

Sumatera Utara

6621831

8360894

10256027

11114667

11649655

12982204

Sumatera Barat

2793196

3406816

4000207

4323170

4248931

4846909

Riau

1641545

2168535

3303976

3900534

4957627

5538367

Jambi

1006084

1445994

2020568

2369959

2413846

3092265

Sumatera Selatan

3440573

4629801

6313074

7207545

6899675

7450394

Bengkulu

519316

768064

1179122

1409117

1567432

1715518

Lampung

2777008

4624785

6017573

6657759

6741439

7608405

900197

1223296

Kepulauan Bangka Belitung


Kepulauan Riau

1679163

DKI Jakarta

4579303

6503449

8259266

9112652

8389443

9607787

Jawa Barat

21623529

27453525

35384352

39206787

35729537

43053732

Jawa Tengah

21877136

25372889

28520643

29653266

31228940

32382657

DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten

2489360

2750813

2913054

2916779

3122268

3457491

25516999

29188852

32503991

33844002

34783640

37476757

8098780

10632166

Bali

2120322

2469930

2777811

2895649

3151162

3890757

Nusa Tenggara Barat

2203465

2724664

3369649

3645713

4009261

4500212

Nusa Tenggara Timur

2295287

2737166

3268644

3577472

3952279

4683827

Kalimantan Barat

2019936

2486068

3229153

3635730

4034198

4395983

Kalimantan Tengah

701936

954353

1396486

1627453

1857000

2212089

Kalimantan Selatan

1699105

2064649

2597572

2893477

2985240

3626616

Kalimantan Timur

733797

1218016

1876663

2314183

2455120

3553143

Sulawesi Utara

1718543

2115384

2478119

2649093

2012098

2270596

Sulawesi Tengah

913662

1289635

1711327

1938071

2218435

2635009

Sulawesi Selatan

5180576

6062212

6981646

7558368

8059627

8034776

714120

942302

1349619

1586917

1821284

2232586

Gorontalo

835044

1040164

Sulawesi Barat

1158651

1089565

1411006

1857790

2086516

1205539

1533506

Sulawesi Tenggara

Maluku

Maluku Utara

785059

1038087

Papua Barat

760422

Papua
INDONESIA

923440

1173875

1648708

1942627

2220934

2833381

119208229

147490298

179378946

194754808

206264595

237641326

Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995

Jumlah penduduk yang besar ini sebenarnya bisa menjadi masalah, bisa juga
menjadi aset suatu negara. Masalahnya adalah, penduduk bisa menjadi aset jikalau
kualitas penduduknya pun baik. Dengan menempati posisi ke-4 jumlah penduduk
terbanyak di dunia, Indonesia berada pada posisi 121 di dunia (2013) dalam kualitas
penduduknya. Masih sangat jauh dengan China yang memiliki penduduk terbanyak di
dunia, dan kualitas penduduknya yang sangat tinggi.
Masalah kualitas dalam jumlah penduduk yang besar sebenarnya kembali lagi
kepada dimana keseriusan pemerintah menangani kesejahteraan yang sebesar-besarnya.
Tercatat tahun 2013, 31,02 juta penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Angka
ini berkurang sedikit dari setahun sebelumnya, yakni 32 juta jiwa. Hal ini diperparah
dengan adanya kenaikan harga bbm, sembilan bahan pokok, serta krisis global.
Diprediksi beberapa tahun ke depan, masalah populasi yang terus bertambah akan
tetap terjadi, bahkan justru semakin parah jika tidak adanya keseriusan penanganan dari
pemerintah dan kesadaran dari masyarakat. Diprediksi pada tahun 2015 dan 2025
jumlah penduduk di Indonesia mencapai 255,7 dan 278 juta jiwa. Hal ini
mengakibatkan menumpuknya penduduk, dengan kualitas yang diragukan.
2. Prevalensi Kontrasepsi
Dalam kurun waktu 30 tahun, 1961-1990, jumlah penduduk Indonesia meledak 2
kali lipat, semula 97,1 juta jiwa menjadi 179,4 juta jiwa. Hal ini mengakibatkan pos
pelayanan terpadu (posyandu) sangat mengemuka dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Selain itu, posyandu juga berperan sebagai ujung tombak Keluarga Berencana
(KB), yang mengatur laju pertumbuhan jumlah penduduk melalui berbagai kontrasepsi.
Penggunaan KB di Indonesia menggunakan metode modern dan tradisional. Modern
berbentuk pil, spiral, dan iud, penggunaannya sebesar 57%, dan tradisioanl hanya 34%. Indonesia menempati posisi ke-48 dalam penggunaan KB di dunia.
2

Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi adalah angka yang menunjukkan


berapa banyaknya PUS yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan
dibandingkan dengan seluruh PUS. Angka Prevelensi Kontrasepsi ini sering
disebut dengan CPR (Contraceptive Prevalence Rate).
Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan
kebijakan pengendalian kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB baik dalam
bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD,
persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling untuk menampung
kebutuhan dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.(5)
Hasil Susenas 2002 menunjukkan bahwa Angka Prevalensi Kontrasepsi Indonesia
adalah 54,2%. Artinya satu diantara dua pasangan usia subur di Indonesia pada tahun
2002 sedang memaki sesuatu cara KB. Perbedaan Angka Prevalensi Kontrasepsi di
wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan amat kecil, yang menunjukkan bahwa
strategi pendekatan program KB di daerah perkotaan dan pedesaaan hampir sama
kuatnya.

Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia dalam program


Keluarga Berencana cukup besar, dilihat dari tingginya angka pemakaian
kontrasepsi tidak hanya di kota, melainkan di desa juga. Namun, efek yang timbul

dari program ini belum nampak terlihat karena jumlah penduduk tetap besar dan
keluarga kecil yang terdiri dari dua anak pun masih jarang.
Di samping itu, hak-hak dan kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana
(KB) yang merupakan dasar terwujudnya keluarga kecil berkualitas belum dipahami
oleh sebagian masyarakat dan keluarga. Dari data SDKI 2002-03 hanya 60,3 persen
pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber-KB dapat terpenuhi permintaannya,
sedangkan 8,6 persen PUS yang sebenarnya tidak ingin anak atau menunda
kehamilannya, tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Sebagian masyarakat, orang
tua maupun remaja sendiri belum memahami hak-hak dan kesehatan reproduksi remaja.
Masyarakat dan keluarga masih enggan untuk membicarakan masalah reproduksi
secara terbuka dalam keluarga. Para anak dan remaja lebih merasa nyaman
mendiskusikannya secara terbuka dengan sesama teman. Hal ini disebabkan oleh
pemahaman nilai-nilai adat, budaya, dan agama yang menganggap pembahasan
kesehatan reproduksi sebagai hal yang tabu.
Sementara itu, pusat atau lembaga advokasi dan konseling hak-hak dan kesehatan
reproduksi bagi remaja yang ada saat ini masih terbatas jangkauannya dan belum
memuaskan mutunya. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui jalur sekolah
nampaknya juga belum sepenuhnya berhasil. Semua ini mengakibatkan banyaknya
remaja yang kurang memahami atau mempunyai pandangan yang tidak tepat tentang
masalah kesehatan reproduksi. Pemahaman yang tidak benar tentang hak-hak dan
kesehatan reproduksi ini menyebabkan banyaknya remaja yang berperilaku
menyimpang tanpa menyadari akibatnya terhadap kesehatan reproduksi mereka. (6)
Masalah ini kembali lagi kepada pemerintah selaku perencana dan penetap
kebijakan, yang seharusnya mengevaluasi efektifnya kebijakan ini. Kurangnya
ketegasan dari pemerintah mengenai prevelansi kontrasepsi menunjukan tidak
adanya pengaruh yang signifikan yang muncul dari diadakannya program ini, yang
pada awalnya bertugas mengendalikan kependudukan yang ada di Indonesia. Jika
pemerintah tidak segera mengatasi masalah ini, hal ini akan terus berlanjut di
Indonesia hingga beberapa tahun mendatang. Selain itu, peran masyarakat seperti
keluarga dekat, teman, dan lembaga advokasi atau konseling juga berpengaruh
4

terhadap angka di luar prevalensi kontrasepsi dalam menyadarkan mengenai


pentingnya program Keluarga Berencana di Indonesia.

3. Angka Kematian Kasar


Angka kematian kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kematian untuk setiap 1000 orang penduduk pada pertengahan tahun yang
terjadi pada suatu daerah pada waktu tertentu.(1)
CDR =

D
x 1000
P

Keterangan :
CDR

= angka kematian kasar

= jumlah kematian pada tahun tertentu

= jumlah penduduk pada pertengahan tahun itu


Angka kematian kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan

pengaruh umur penduduk. Sehingga angka ini berguna untuk memberikan gambaran
kepada kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila
dikurangkan dari angka kelahiran kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan
penduduk alamiah.(1)
Angka kematian kasar Indonesia menurut PBB adalah sebesar 6 dari 1000 penduduk
Indonesia. Angka kematian bayi saat ini di Indonesia sudah membaik, namun angka
kematian ibu melahirkan masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian
terhadap ibu hamil dan bayinya pada saat mengandung.
Dengan angka kematian kasar sebesar itu, Indonesia berada pada peringkat 52
diantara negara-negara di dunia. Namun di ASEAN, angka kematian kasar Indonesia
lebih baik dibandingkan Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Timor Leste.
Sedangkan angka kematian kasar terkecil di dunia diduduki oleh Timur Tengah.
Berdasarkan jumlah kematian pada tahun 2007. Angka kematian kasar menurut jenis
kelamin terlihat bahwa pada laki-laki AKK lebih tinggi yaitu 5,3 perseibu, sedangkan
pada perempuan 3,9 perseribu. Secara keseluruhan AKK di Indonesia berada pada
angka 4,6 perseribu.(2)

Ada beberapa provinsi yang mempunyai AKK berada pada urutan tinggi, seperti
Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat. Sedangkan AKK yang
termasuk rendah pada Provinsi Riau, Nangrue Aceh Darussalam, dan Jawa Tengah.
Angka kematian bayi dan angka kematian anak yang didapat dari cara perhitungan tidak
langsung hasilnya ditampilkan pada tabel 6. AKB di Indonesia didapatkan angka 22
perseribu sedangkan AKA 41 perseribu.(2)

Dari data

yang diperoleh

dapat

disimpulkan

bahwa angka

kematian kasar di

Indonesia

meningkat seiring

dengan

meningkatnya

angka

kelahiran. Hal ini

terjadi karena

banyaknya

penduduk

Indonesia yang

kurang

memperhatikan

dan mampu

mengendalikan

tingkat kelahirannya yang dibarengi dengan kurangnya perhatian terhadap janin maupun
ibu hamil. Sehingga angka kematian ibu pun tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan
angka kematian kasar semakin meningkat.
Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam memberikan kebijakan dan penyuluhan
tentang pentingnya mengendalikan tingkat kelahiran seperti program keluarga
berencana maupun pentingnya dalam memberikan perhatian terhadap janin dan ibu
hamil serta melakukan perbaikan di sektor kesehatan dimana kelahiran dapat ditekan,
kematian bayi dan ibu menurun sehingga penduduk Indonesia lebih mengerti tentang
pentingnya menekan angka kematian kasar yang tinggi tersebut dan kehidupan
penduduk Indonesia pun lebih sejahtera.
4. Angka Ketergantungan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas
(keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah pendduk
usia 15-64 tahun (angkatan kerja).(3)

Keterangan:
RK

= Rasio Ketergantungan

P(0-14)

= Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)


7

P(65+)

= Jumlah Penduduk Usia Tua (Di atas 65 tahun)

P(15-64)

= Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun)

Diantara 116 juta angkatan kerja harus menanggung penduduk usia muda atau
anak-anak dan penduduk usia tidak produktif. Rasio ketergantungan nasional saat ini
masih 47% yang artinya adalah setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 47
penduduk usia muda dan tidak produktif, yaitu penduduk di bawah umur 15 tahun dan
di atas 65 tahun. Angka ketergantungan Indonesia terdapat pada peringkat 95 diantara
seluruh negara di dunia.
Untuk melihat Indonesia sebagai negara yang maju atau belum maju akan dilihat
rasio ketergantungan di Indonesia. Rasio ketergantungan Indonesia akan dihitung
berdasarkan data sensus, yaitu sensus tahun 1971, sensus tahun 1980, sensus tahun
1990, dan sensus tahun 2000. Karena data sensus tahun 2010 belum ada maka
selanjutnya akan digunakan data SUPAS tahun 2005.
Berdasarkan beberapa data ini akan dilihat pula bagaimana kecenderungan rasio
ketergantungan di Indonesia.

Dari Sensus tahun1971 dependency ratio sebesar 81,487, artinya setiap 100 orang
usia produktif menanggung 81 orang usia tidak produktif. Rasio ketergantungan pada
sensus 1971 tinggi, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1970 an
belum baik. Indonesia belum merupakan Negara maju. Sensus 1980 dependency rationya sebesar 79,117, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 79 orang usia
tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1980 masih tinggi, menunjukkan
bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1980 an belum juga baik. Indonesia masih
belum maju.

10

Tetapi dibandingkan dengan dependency ratio tahun 1971 tahun 1980 lebih baik,
walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Sensus 1990 dependency ratio-nya sebesar
67,830, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 68 orang usia tidak
produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1990 tidak tinggi lagi tetapi belum rendah
(menengah). Dibanding tahun 1971 dan 1980 rasio ketergantungan turun.
Kondisi ekonomi Indonesia tahun 1990-an sudah jauh lebih baik. Walaupun belum
merupakan Negara maju, tetapi Indonesia menuju ke Negara maju. Sensus 2000
dependency ratio-nya sebesar 53,783, artinya setiap 100 orang usia produktif
menanggung 54 orang usia tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 2000
masih diposisi menengah, tidak tinggi lagi tetapi belum rendah. Dibanding tahun 1990
sudah turun, yang berarti kondisi ekonomi Indonesia tahun 2000 sudah lebih baik dari
tahun 1990.
Apalagi bila dibanding tahun 1971 dan 1980 kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih
baik. Dependency ratio-nya sebesar, artinya setiap 100 orang usia produktig
menanggung orang usia tidak produktif Supas 2005 dependency rationya sebesar
50,812, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia tidak
produktif.(4)
Sebenarnya hal yang menyebabkan angka ketergantungan menjadi salah satu
masalah penting terkait kependudukan di Indonesia adalah tingginya tingkat kelahiran,
sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia, pendapatan yang relatif
rendah, dan rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki penduduk usia produktif.
Tingginya tingkat kelahiran menimbulkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk
usia produktif semakin tinggi pula. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di
Indonesia menimbulkan masalah pengangguran sehingga banyak penduduk usia
produktif tidak mampu menanggung biaya hidup penduduk usia muda dan usia tidak
produktif. Selain itu, rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh penduduk usia produktif
menimbulkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sanitasi, kesehatan, dan
kesejahteraan penduduk usia muda dan usia tidak produktif yang harus ditanggungnya.
Rendahnya pendapatan seseorang mempengaruhi kemampuan dalam memperoleh
pendidikan berkualitas tinggi sehingga mereka penduduk usia produktif pun sulit dalam
mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu, dapat kita ketahui bahwa pendidikan

11

yang tersedia di banyak daerah pedesaan di Indonesia tergolong rendah sehingga


penduduk usia produktif pun sulit untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang layak.
Diharapkan untuk tahun-tahun selanjutnya dependency ratio semakin kecil, karena
komposisi penduduk usia produktif semakin banyak dan komposisi penduduk usia tidak
produktif semakin menurun. Diprediksikan bahwa dependency ratio Indonesia tahun
2020-2030 disekitar 43 (sudah rendah). Hal ini merupakan hasil perbaikan di sektor
kesehatan dimana kelahiran dapat ditekan, kematian bayi menurun. Tetapi hal ini juga
dibarengi dengan banyaknya orang dapat mencapai usia tua (65 tahun +).(4)
Jadi nantinya dependency ratio akan semakin kecil dengan tanggungan terbesar
untuk kelompok usia 65 tahun+. Gambaran ini merupakan hasil dari kelompok usia
produktif besar, yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan
kelompok usia muda (0 15 tahun) menurun dan usia tua (65 tahun+) bertambah,
sehingga bentuk piramida penduduk akan berubah menjadi bentuk ke 3 (sarang tawon).
(4)

Selain itu, hal ini dapat terjadi apabila penduduk Indonesia mampu mengendalikan
tingkat kelahirannya yang didukung dengan kebijakan pemerintah seperti lebih
menegaskan dalam berjalannya program keluarga berencana, pemerintah dapat
menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan layak serta kemampuan
penduduk usia produktif untuk mengetahui bagaimana cara memperoleh pekerjaan yang
layak sehingga mampu menanggung kebutuhan penduduk usia muda dan usia produktif
dan mampu mencegah timbulnya masalah sosial yang terjadi di Indonesia.
5. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) merupakan angka yang
menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada
pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar dihitung untuk mengetahui
tingkat kelahiran yang terjadi di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu. Angka
Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu
(B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P). (Triyuli, Kurnia.
2010)

12

P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P = (Po + P1)/2,


Po = jumlah penduduk pada awal tahun, dan
P1 = jumlah penduduk pada akhir tahun.
Saat ini angka kelahiran kasar di Indonesia berada pada angka 21 di setiap 1000
penduduk di Indonesia. Negara Indonesia berada pada peringkat 104 di dunia bersama
dengan negara Maroko dan El Salvador. Menurut data BPS, Bappenas, UNSPA, angka
kelahiran kasar tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2010 dan terjadi paling banyak
di Maluku Utara, Maluku, Riau, dan Kepulauan Riau, sementara paling rendah berada
di Provinsi Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Utara. Setiap tahun, terjadi empat juta
kelahiran di Indonesia, dan angka ini setara dengan jumlah penduduk Singapura. BPS
telah meprediksikan angka kelahiran kasar di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan
berada pada angka 17 orang dari 1000 penduduk Indonesia.
6. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate)
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang
dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. TFR merupakan gambaran
mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai
49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar daerah dapat menunjukkan
keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka
TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau
tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan
program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini.
Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu hamil dan perawatan anak,
serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat. (7)
Dari angka kelahiran total, dapat diketahui indikator yang menyangkut kesehatan
ibu. Jika angka kelahiran total tinggi maka hal ini mencerminkan rata-rata usia kawin
13

yang rendah, tingkat pendidikan perempuan yang rendah, tingkat sosial ekonomi
rendah, dan tingkat kemiskinan tinggi. Total Fertility Rate pada tahun 2007 mencapai
2,6% per wanita, angka ini lebih baik daripada tahun 1970 yang mencapai 5,6% per
wanita.
Di Indonesia, angka fertilitas totalnya mencapai 2,5%, seorang wanita memiliki 2-3
anak dalam usia suburnya. Indonesia memiliki potensi untuk angka kelahiran yang
tinggi, dan berada pada peringkat 106 di dunia, setara dengan El Salvador dan
Bangladesh.
7. Harapan Hidup
Harapan hidup adalah jumlah diharapkan (dalam arti statistik) tahun kehidupan
yang tersisa pada usia yang diberikan. Ini dilambangkan oleh e'' x'', yang berarti ratarata jumlah tahun-tahun berikutnya kehidupan seseorang yang sekarang berusia ''
x'', menurut pengalaman kematian tertentu. Dalam literatur teknis, simbol ini
berarti jumlah rata-rata '' lengkap '' tahun hidup tersisa, termasuk pecahan setahun.
Statistik terkait termasuk pecahan tahun, arti normal harapan hidup, memiliki
simbol dengan lingkaran kecil '' e''.
Harapan hidup dari sekelompok individu bergantung pada perawatan. Istilah
yang dikenal sebagai harapan hidup ini paling sering digunakan dalam konteks
populasi manusia, tetapi juga digunakan dalam tanaman atau hewan ekologi;
dihitung dengan analisis kehidupan tabel (juga dikenal sebagai aktuaria tabel).
Istilah harapan hidup juga dapat digunakan dalam konteks benda-benda yang
diproduksi dan 49.0 tahun Jepang (2008 EST), meskipun Jepang tercatat harapan
hidup mungkin telah sangat sedikit meningkat oleh menghitung banyak kematian
bayi sebagai anaknya. Usia tertua rekaman dikonfirmasi untuk setiap manusia
adalah 122 tahun (Jeanne Calment). Ini disebut sebagai "maksimum harapan
hidup", yang merupakan batas atas kehidupan, jumlah maksimum tahun setiap
manusia dikenal memiliki tinggal.

14

Dari film yang telah disaksikan, untuk Indonesia sendiri sekarang memiliki
harapan hidup rata-rata berumur 71 tahun yang sekrang berada di peringkat 109
dunia. Ini menandakan kesehatan di Indonesia sendiri mulai meningka, mulai dari
akses kesehatan dan perbaikan gizi membuat angka harapan hidup menjadi
bertambah.
Meningkatnya kesehatan bisa dilihat dari tabel jumlah akses kesehatan berikut:
Jumlah Sarana Kesehatan
Rumah
Sakit*

Satuan

unit
1
969
1
970
1
971
1
972
1
973
1
974
1
975
1
976
1
977
1
978
1
979
1
980
1
981
1
982
1
983
1
984
1
985
1
986
1
987
1
988
1
989
1
990

n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
9
98
1
083
1
168
1
181
1
208
1
220
1
232
1
244
1
321
1
367
1
408
1
456
1
500
9
24
9
50

Puskesmas

Pustu**

Posyandu

Apotik

Tempat Tidur

Dokter

Bidan/ perawat

unit

unit

unit

unit

Unit

orang

orang

1
058
1
637
2
020
2
175
2
343
2
843
2
843
3
679
3
893
4
053
4
353
4
553
4
753
4
953
5
021
5
353
5
453
5
553
5
639
5
540
5
563
5
656

5
620
5
689
6
330
6
610
6
801
6
909
6
909
2
744
2
412
2
412
6
632
7
342
8
342
1
0342
1
2342
1
3635
1
5136
1
6636
1
7302
1
2894
1
3415
1
5437

n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.

n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
1
105
1
267
1
149
1
175
1
214
1
284
1
413
1
532
1
537
1
661
1
665
1
810
1
955
2
134
2
163
2
510
2
620
2
741

n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
7
1350
8
3091
9
4831
9
6540
9
8543
1
00166
1
01789
1
03412
1
08511
1
10426
1
11300
n.
a.
n.
a.
n.
a.
1
09387

n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
n
.a.
6
221
7
644
8
279
8
977
9
805
1
0456
1
1681
1
2931
1
5400
1
6000
1
7647
1
8947
2
0176
2
1493
2
3084
2
3367
2
5752

15

n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
1605
9
1722
6
2057
6
2392
6
2771
1
3106
1
3285
4
3667
3
3851
7
4000
0
4411
3
4827
0
5213
1
5680
6
6408
7
7663
6
9884
2

9
82
9
94
1
026
1
039
1
062
1
074
1
090
1
112
1
111
1
145
1
179
1
215
1
234
1
246
1
268
1
292
1
319
1
371
1
523
1
632
1
721
2
083

991
1
992
1
993
1
994
1
995
1
996
1
997
1
998
1
999
2
000
2
001
2
002
2
003
2
004
2
005
2
006
2
007
2
008
2
009
2
010
2
011
2
012

5
976
6
224
6
954
6
984
7
105
7
177
7
175
7
181
7
195
7
237
7
277
7
309
7
413
7
550
7
669
8
015
8
234
8
548
8
737
9
005
9
321
9
510

1
5944
1
8264
1
9977
2
0466
2
0672
2
1071
2
1115
2
1503
2
1417
2
1267
2
1587
2
1706
2
1762
2
2002
2
2171
2
2502
2
2832
2
3163
2
2650
2
3049
n
.a.
n
.a.

n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
n.
a.
24
4187
24
0054
23
4006
23
5133
23
4526
23
1349
22
0190
24
2221
23
8699
31
5921
26
9202
24
4325
24
9951
26
6827
26
7633
26
8439
27
6392

3
223
3
520
3
868
3
988
4
572
5
084
5
440
5
491
5
695
6
043
6
391
7
767
8
368
8
557
9
143
1
0322
6
816
1
0931
1
3671
1
6603
1
6735
1
7613

1
11160
1
12779
1
14474
1
16847
1
18306
1
20083
1
21996
1
23186
1
23398
1
25507
1
27217
1
30214
1
31129
1
32231
1
37120
1
38451
1
42707
1
49538
1
63680
1
59144
1
70656
2
31432

2
4354
2
5135
2
6140
2
8989
3
0402
3
1887
3
5173
3
4564
3
1603
n
.a.
n
.a.
n
.a.
4
1212
3
5375
4
3014
4
3430
4
3846
5
2408
5
1968
4
2467
5
9492
7
6523

1062
48
1185
55
1222
57
1388
16
1389
74
1559
11
1647
32
1620
60
1080
68
n.a.
n.a.
n.a.
2089
39
1968
94
1848
49
2035
97
2223
45
2502
83
2782
21
2663
48
3583
40
3617
72

Sumber: Statistik Indonesia dan Profil Kesehatan berbagai Edisi


** Sebelum tahun 1978 masih bernama BKIA Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak

Dari data diatas dapat dilihat bahwa akses kesehatan di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Maka dari itu kesehatan di Indonesia pun lambat laut
semakin meningkat dan sekaligus harapan hidupnya pun meningkat.

Nutrisi
1995
Indikator Terpilih
% dari anak berumur lima ke Bawah yang Ternutrisi
dengan Baik

1992

55.53

Perempuan

Laki-laki

L+P

66.7

61

63.86

16

1995
Indikator Terpilih
Perkotaan

Pedesaan

Perkotaan +
Pedesaan

% dari Perempuan Usia Hamil yang Ternutrisi dengan


Baik

78.98

74.21

76.04

Indikator Terpilih

1996

1997

1998

58.01

62.1

65.18

Indikator Terpilih

Unit

1990

1993

Rata-rata Harian Konsumsi Protein Per Kapita (tidak


termasuk konsumsi protein makanan jadi)

Gram

45.33

45.3

49.9

Rata-rata Harian Konsumsi Protein Per Kapita


(termasuk estimasi kasar konsumsi protein
makanan jadi)

Gram

47.39

48.89

54.4

Rata-rata Harian Konsumsi Kalori Per Kapita (tidak


termasuk konsumsi kalori makanan jadi)

KKal

1896.0
5

1869.5
2

1849

Rata-rata Harian Konsumsi Kalori Per Kapita


(termasuk estimasi kasar konsumsi kalori
makanan jadi)

KKal

1983.2
3

2018.9
7

2019

% dari Rumahtangga yang Mengkonsumsi Garam


Beryodium

1996

Dapat dilihat dari nutrisi di tahun 90an pun nutrisi di Indonesia sudah baik dan
dari beberapa indikator adanya peningkatan di 3 tahun terakhir. Kecuali pada
indikator Rata-rata Harian konsumsi kalori Per Kapita.
Sebenarnya hal ini akan terus menjadi masalah di Indonesia. Karena saat ini
pemerintah Indonesia akan terus berusaha meningkatkan kesehatan dan harapan
hidup masyarakat. Walaupun akses kesehatan dan nutrisi di Indonesia sudah baik,
Indonesia harus bisa terus meningkatkan angka harapan hidupnya seperti negara
China yang sudah mencapai angka 83 tahun.
8. Angka Pertumbuhan

17

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat


dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
menggunakan per waktu unit untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan
penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan
sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan
penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Menurut film yang kami tonton, angka pertumbuhan di Indonesia terus
meningkat dikarenakan
(i)

angka kelahiran yang terus meningkat dan mulai

menurunnya tingkat kematian di Indonesia.


Kelahiran (Fertilitas)
Faktor kelahiran (fertilitas) merupakan tingkat pertambahan penduduk melalui
kelahiran bayi disuatu wilayah pada suatu priode tertentu. Meningkatnya angka

(ii)

kelahiran(fertilitas) bisa dilihat pada tabel berikut:


(Tabel 1 Lampiran)
Kematian (Mortalitas)
Faktor Kematian (mortalitas) merupakan pengurangan penduduk melalui
kematian disuatu wilayah pada suatu priode tertentu. Menurunnya angka kematian
(mortalitas) bisa dilihat pada tabel berikut:
(Tabel 2 Lampiran)

Dari tabel diatas bisa dilihat fakta dari terus naiknya angka kelahiran di
Indonesia yang dikarenakan masih banyaknya yang tidak mengikuti program KB
dan menurunnya tingkat kematian dikarenakan akses kesehatan Indonesia yang
semakin membaik. Hal-hal tersebutlah yang membuat angka pertumbuhan di
Indonesia terus menanjak.
Masalah ini pun akan terus menjadi masalah jangka panjang di Indonesia. Hal
ini menurut kami mungkin dikarenakan semakin baiknya Indonesia untuk
mengurangi jumlah kematian dari perbaikan kesehatan. Sebenarnya itu hal yang
baik, tetapi bisa juga menjadi peledakan jumlah penduduk. Lalu dari jumlah
kelahiranpun kemungkinan masih sulit karena rakyat-rakyat di daerah masih

18

banyak yang berpikir banyak anak banyak rejeki sehingga merekapun masih
banyak yang tidak mau mengikuti program KB.

9. Angka Kematian Bayi


Angka kematian bayi adalah salah satu indicator penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum.
Angka kematian tersebut dapat di definisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS).
Selama ini telah dilakukan berbagai upaya untuk dapat menekan angka kematian
bayi dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia dan hasilnya angka
kematian bayi mengalami penurunan. Indonesia dari tahun 1997-2010 terus mengalami
penurunan, pada tahun 1997 terdapat 52 kematian per 1000 kelahiran hingga pada
tahun 2010 yang hanya terdapat 26 kematian per 1000 kelahiran. Walaupun telah
mencapai penurunan yang lumayan besar, Indonesia masih kalah dibandingkan negara
tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang tercatat hanya memiliki angka dibawah
10 kematian per 1000 kelahiran.
Terjadinya kematian bayi umumnya disebabkan oleh faktor-faktor bawaan yang
dibawa dari orang tuanya, serta kematian bayi yang terjadi ketika usia satu bulan
hingga usia satu tahun terjadi akibat faktor-faktor lingkungan. Sehingga perlu adanya
gerakan-gerakan yang mendorong masyarakat untuk datang ke tempat pelayanan
kesehatan sehingga angka kematian bayi bisa mengalami penurunan.

19

Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi sehingga kematian bayi
masih merupakan masalah di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya pembangunnan di
bidang kesehatan, hal ini bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Dengan adanya upaya tersebut
diharapkan tercapainya kesehatan masyarakat yang baik. Bila pembangunan kesehatan
20

berhasil, maka secara langsung akan berefek langsung pada peningkatan kesejahteraan
di Indonesia. Karena pembangunan di bidang kesehatan mempunyai keterkaitan dengan
peningkatan mutu SDM, oleh sebab itu program kesehatan harusnya lebih di pusatkan
pada bayi dan balita.
10. Migrasi
Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap
pembangunan suatu wilayah. Menurut, Population Reference Bureau (PRB) (2011),
jumlah penduduk di dunia pada tahun 2011 sekitar 6,987 milyar dan diperkirakan
Jumlah penduduk dunia telah menembus 7 miliar jiwa pada tahun 2013 ini. Tahun 2011
jumlah penduduk Indonesia sekitar 238,2 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika daerah tersebut merupakan
daerah yang produktif, akan tetapi butuh modal yang sangat besar. Sehingga jika tidak
terpenuhi akan menjadi suatu masalah. Migrasi penduduk merupakan salah satu dari
tiga komponen demografi yang menyebabkan perubahan struktur penduduk, yaitu
perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain dengan melewati batas
administrasi atau politik suatu negara (Salmah, 2010).
Perbandingan antara luas wilayah Indonesia dengan jumlah penduduk tidak
mengalami masalah, tetapi yang bermasalah dengan kependudukan di Indonesia yaitu
penyebaran penduduk yang tidak merata. Penyebaran penduduk yang tidak merata
dapat dilihat berdasarkan luas pulau di Indonesia, seperti Pulau Sumatera yang luasnya
25,2% dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3% penduduk, Jawa yang
luasnya 6,8% dihuni oleh 57,5% penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5% dihuni
oleh 5,8% penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9% dihuni oleh 7,3% penduduk, Maluku
yang luasnya 4,1% dihuni oleh 1,1% penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8% dihuni
oleh 1,5% penduduk (BPS, 2012).
Hasil Sensus Penduduk 2010 (BPS, 2012) mencatat 5.396.419 penduduk atau 2,5%
penduduk merupakan migrant masuk risen antar propinsi. Pada tahun 2010 migrant
masuk tertinggi di Indonesia berada di Propinsi Jawa Barat yaitu sekitar 1.048.964 jiwa,
sedangkan migrant keluar risen tertinggi dari Banten yaitu sebanyak 979.860 jiwa.
Penduduk yang merupakan migran seumur hidup juga mengalami peningkatan,
berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat 27.975.612 penduduk atau 11,8%
penduduk merupakan migrant masuk seumur hidup antar propinsi. Pada tahun 2010
21

migrant seumur hidup keluar tertinggi berada di Propinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak
6.829.637 penduduk, sedangkan migrant masuk tertinggi berada di Propinsi Jawa Barat
yaitu sebanyak 5.225.271 penduduk (BPS, 2012).

22

Migrasi secara umum bukan merupakan masalah bagi Indonesia, tetapi migrasi
yang tidak merata lah yang menjadi masalah di Indonesia. Dilihat dari persentase
jumlah penduduk yang terpusat di Pulau Jawa yang menyebabkan pembangunan yang
tidak merata.
Saran kepada pemerintah untuk memperhatikan fasilitas tiap daerah, baik itu
fasilitas kesehatan, pendidikan, pembangunan, dan penyediaan lapangan pekerjaan
yang memadai di setiap daerah agar penduduk yang bermigrasi tidak terpusat di satu
daerah saja.

23

Kesimpulan & Saran


1. Kesimpulan
Masalah kependudukan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari
jumlah populasi, prevalensi kontrasepsi, angka kematian kasar, angka ketergantungan,
dan lainnya. Masalah-masalah ini akan terus terjadi di Indonesia jika tidak adanya
penanganan yang serius dari pemerintah, mulai dari kebijakan-kebijakan yang ada,
dibantu dengan pasrtisipati aktif dari masyarakat mengatasi masalah yang ada.
Sebenarnya jumlah penduduk Indonesia cukup besar dapat menjadi potensi dan
asset untuk negara, namun faktanya jauh dari harapan. Angka kematian, kelahiran,
migrasi, dan lainnya yang tidak bisa diatur dengan sedimikian rupa menyebabkan
masalah-masalah kependudukan ini tiada habisnya. Sekali lagi, dibutuhkan keseriusan
pemerintah serta bantuan dari masyarakat agar masalah-masalah kependudukan terus
berkurang atau bahkan turun seminim mungkin.
2. Saran
Seharusnya mahasiswa dapat memahami juga mengenai masalah kependudukan
yang ada di Indonesia, sebagai agen penerus bangsa, turut aktif mensosialisasikan
kebijakan yang dibuat pemerintah. Pemerintah seharusnya membentuk kebijakan yang
efektif yang memberikan dampak signifikan kepada masalah-masalah kependudukan
yang ada, dan masyarakat ikut membantu peran pemerintah sebagai pengatur kebijakan.

24

FOOTNOTES
(1) Data Statistik Indonesia. 2014. Angka Kematian Kasar. Dalam:
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=410&Itemid=410&limit=1&limitstart=0.
(2) Irianto, Joko, dkk. 2007. Angka Kematian Di Berbagai Propinsi Di Indonesia.
Dalam:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/viewFile/1681/pdf.
(3) Badan Pusat Statistik. 2014. Rasio Ketergantungan. Dalam:
http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=95.
(4) Dewi, Sita. 2014. Rasio Ketergantungan Analisa untuk Indonesia. Dalam:
http://stdewi.files.wordpress.com/2014/04/rasio-ketergantungan.pdf.
(5) Data Statistik Indonesia. 2014. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi. Dalam:
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=331&Itemid=331
(6) Draft Bappenas. 2014. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk, Pembangunan
Kependudukan, dan Keluarga Kecil Berkualitas. Dalam:
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8111/1653/
(7) Badan Pusat Statistik. 2014. Angka Kelahiran Total. Dalam: www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=314&Itemid=314

25

DAFTAR PUSTAKA
Annisa,

Arifin, dkk. 2012. Proyeksi Angka Migrasi Penduduk Indonesia Tahun

2005-2010. Dalam:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8502/JURNAL.pdf?
sequence=1. Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 12.44.
Anonim. 2011. Harapan hidup - Apakah harapan hidup?. Dalam:
http://www.news-medical.net/health/Life-Expectancy-What-is-LifeExpectancy-%28Indonesian%29.aspx . Diakses pada tanggal 17
Mei 2014 pukul 20.16.
Anonim. 2012. Data Statistik Indonesia. Dalam: http://www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=312&Itemid=312&limit=1&limitstart=1.
Diakses pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 19.18.
BPS. 2012. Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997,
2000, 2002, 2007, 2010 dan Kematian Dibawah Usia Lima Tahun menurut
Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 1999 dan 2007. Dalam:
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=5,
Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 16.33.
BPS. 2012. Migrasi Risen (Recent Migration) Tahun 1980, 1985, 1990 , 1995, 2000,
2005, dan 2010. Dalam: http://bps.go.id/tab_sub/view.php?
kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=9, Bandung. Diakses tanggal 17
Mei 2014 pukul 10.29.
BPS. 2012. Migrasi Seumur Hidup (Life Time Migration) Tahun 1971, 1980, 1985,
1990,1995, 2000, 2005, dan 2010 . http://bps.go.id/tab_sub/view.php?
kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=8 , Bandung. Diakses tanggal
17 Mei 2014

26

Data Statistik Indonesia. 2014. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi. Dalam:


http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=331&Itemid=331 Diakses pada tanggal 17
Mei 2014 pukul 21.32.

Draft Bappenas. 2014. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk, Pembangunan


Kependudukan, dan Keluarga Kecil Berkualitas. Dalam:
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8111/1653/ Diakses
pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 22.05.
Saragih,

Yan

Chrisly.

2013.

Pertumbuhan

Penduduk.

Dalam:

http://yancsdotme.wordpress.com/2013/03/30/pertumbuhanpenduduk/. Diakses pada 17 Mei 2014 pukul 19.45.


Salmah, A Ummu. 2010. Kompilasi Bahan Ajar Kependudukan. Jurusan
Biostatistik/KKB Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Triyuli, Kurnia. 2010. Angka Kelahiran Kasar. Dalam: http://kurniageografi.blogspot.com/2010/07/angka-kelahiran-kasar.html. Diakses pada tanggal
17 Mei 2014 pukul 19.19.

27

Anda mungkin juga menyukai