Oleh :
Yulius Agus Linggau Pratomo
NIM : 112114126
Oleh :
Yulius Agus Linggau Pratomo
NIM : 112114126
Skripsi
Oleh:
Yulius Agus Lioggau Pratomo
NIM: 112114126
Pembimbing
Tanggal: 15 - 01 - 2016
11
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Jagatnya atas
limpahan berkat, rahmat dan kesehatan yang diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Pembuatan skripsi dengan judul Pengaruh Pajak Daerah, Rertribusi Daerah,
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD terhadap Belanja
Dareah di Kabupaten Bantul ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntasi Perpajakan,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan berbagai bantuan dan
motivasi serta semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma.
3. Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, Akt., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Dra. YFM Gien Agustinawansari Ak, M.M. selaku Dosen Pembimbing yang
telah sabar dan banyak meluangkan waktu untuk membrikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Josephine Wuri, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Seluruh Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang
sudah membimbing dan memberikan ilmu selama perkulihan sampai selesai.
7. Kepada orang tua Bapak Bowo dan Ibu Susi, kepada adik-adiku Cinda, Reta,
Wahyu, Krisna. Terima kasih atas semua dukungan, cinta, doa, dan perhatian
yang sangat tak ternilai.
8. Sahabat-sahabatku : Igna, Arie, Ndaru, Sk, Widi, Abed, Trias, Bella, Gina,
Sita, Tere, Apo, Mayang, Dimas, Io, Boni, Pakdhe Bodong, Bagus, Aan,
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL . i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
HALAMAN PENGESAHAN .
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ..
PENDAHULUAN . 1
A. Latar Belakan Masalah . 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Batasan Masalah ..
D. Manfaat penelitian . 4
E. Tujuan Penelitian ...
F. Sistematika Penulisan .
ix
BAB II
LANDASAN TEORI ..
B. Pendapatan Daerah .. 10
C. Pendapatan Asli Daerah .. 14
D. Pajak Daerah ... 18
E. Retribusi Daerah .
30
42
G. Lain-lain PAD . 43
H. Belanja Daerah 46
I. Penelitian Terdahulu ... 51
J. Perumusan Hipotesis ..
BAB III
53
METODE PENELITIAN 58
A. Jenis Penelitian 58
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 58
1. Subjek Penelitian .. 58
2. Objek Penelitian 58
C. Jenis dan Sumber Data . 59
1. Jenis data ... 59
2. Sumber data .. 59
D. Variabel Penelitian .. 59
E. Teknik Analisis Data ... 61
1. Uji Asumsi Klasik . 61
2. Analisis Regresi Linier Berganda . 64
3. Uji Hipotesis . 65
BAB IV
79
A. Deskripsi Data . 79
B. Analisis Data 83
C. Pembahasan . 95
BAB VI
PENUTUP ..................................................................................... 99
A. Kesimpulan .. 99
B. Keterbatasan Penelitian ........... 100
C. Saran 100
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan antara barang public, barang semi public, dan barang pribadi 32
Tabel 2. Perkembangan Indeks Komponen IPM Kabupaten Bantul . 70
Tabel 3. Jumlah Desa, Dukuh, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul .. 70
Tabel 4. Kelas ketinggian dan luas wilayah 72
Tabel 5. Perkembangan PDRB Per Kapita 73
Tabel 6. Total realisasi Pajak Daerah tahun 2004-2014 76
Tabel 7. Total realisasi Retribusi Daerah ..
77
89
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Perumusan Hipotesis 53
Gambar 2 : Penduduk berdasarkan jenis kelamin per kecamatan tahun 2014 69
Gambar 3 : Pergeseran Struktur Ekonomi .. 74
Gambar 4 : Hasil Uji Heteroskedastisitas .. 84
xiii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komponen pendapatan asli
daerah yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasi pengelolahan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten
Bantul. Penelitian ini penting karena pendapatan asli daerah memiliki kontribusi besar dalam
membiayai belanja daerah yaitu sebesar 94,1 %.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari realisasi pendapatan dan
belanja daerah pemerintah Kabupaten Bantul selama sebelas tahun (2004-2014) dan alat
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda .
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh
terhadap belanja daerah, retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh terhadap belanja daerah,
dan lain-lain pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah.
Kata kunci : Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolahan kekayaan daerah yang
dipisahkan, lain-lain pad, belanja daerah.
xiv
ABSTRACK
The purpose of this research is to determine the impact of the component of regional
revenues consisting of regional tax, retribution, income of asset utilization from separated
area and other regional revenues to the regional expenditures of Bantul district. This research
is important because regional revenues have significant contribution in financing regional
expenditure of Bantul district.
This research used secondary data which obtained from realization of revenue and
expenditure of the Bantul district for the years 2004-2014. The data was analyzed by multiple
linier regression method..
The results showed that the regional tax was not influence the regional expenditures of
Bantul district, the retribution influence the regional expenditure of Bantul district. Further
results showed that income of asset utilization from separated area was not influence the
regional expenditure of Bantul district, and the other regional revenue was influence the
regional expenditure of Bantul district.
Keywords : Regional tax, retribution, income of asset utilization from separated area, other
regional revenue, regional expenditure.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
perimbangan daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, maka daerah yang luas
untuk memberdayakan dirinya, untuk itu diperlukan kewenangan dan
kemampuan mendapatkan penerimaan sumber keuangan sendiri, yang
didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam
menyelenggarakan otonomi daerah maka diperlukan usaha-usaha untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan sendiri, yaitu dengan
cara meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dengan
meningkatkan penerimaan PAD maupun dengan penggalian sumber PAD
yang baru dengan ketentuan yang ada serta memperhatikan kondisi dan
potensi ekonomi masyarakat.
Berlakunya Undang-Undang tersebut mengenai pemerintah daerah
memberikan dampak bagi pemerintah daerah untuk diberi kewenangan yang
lebih dalam menetapkan Anggaran Pendapatan dan Biaya Daerah (APBD)
pada model desentralisasi. Konsekuensi pemerintah daerah harus dapat
mengatur dan mengurus otonominya sendiri dan mengelola kekayaannya
1
anggaran belanja untuk pengeluaran tersebut jika tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia dalam APBD. PAD, Dana Perimbangan dan Lain-Lain
Pendapatan Daerah yang dan merupakan sumber dari pendapatan daerah maka
seharusnya pemerintah daerah menyesuaikan pengeluaran yang akan
dianggarkan berdasarkan jumlah Pendapatan Daerah yang didapat.
Belanja
daerah
sangat
penting
perannya
dalam
membiayai
Pajak
Daerah,
Retribusi
Daerah,
Pengelolaan
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah penerimaan pajak daerah berpengaruh terhadap Belanja
Daerah di Kabupaten Bantul ?
2. Apakah penerimaan retribusi daerah berpengaruh terhadap Belanja
Daerah di Kabupaten Bantul?
3. Apakah penerimaan pengelolaan hasil kekayaan daerah yang
dipisahkan berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Kabupaten
Bantul?
4. Apakah penerimaan lain-lain PAD berpengaruh terhadap Belanja
Daerah di Kabupaten Bantul?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini, peneliti menggunakan data realisasi APBD yang mana data
yang digunakan hanya data realisasi Anggaran Pendapatan dan Biaya Daerah
di Kabupaten Bantul selama 11 tahun 2004 sampai tahun 2014.
4
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis atas penelitian yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap
Belanja Daerah di Kabupaten Bantul.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan retribusi daerah terhadap
Belanja Daerah di Kabupaten Bantul.
3. Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan hasil daerah yang dipisahkan
terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bantul.
4. Untuk mengetahui pengaruh lain-lain PAD yang disahkan Belanja
Daerah di Kabupaten Bantul.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin penulis harapakan atas penelitian yang sudah dilakukan
akan bermanfaat bagi :
1. Pemerintah
Hasil dari penelitian ini diharapkan membantu pemerintah daerah
dalam upaya-upaya dan kebijakan yang seharusnya dilakukan dalam
hal pemungutan pajak untuk menambah jumlah pajak daerah dan
retribusi daerah sehingga untuk tahun berikutnya pemerintah dapat
memperbaiki hal-hal yang akan menambah dan meningkatkan
penerimaan PAD yang akan berpengaruh terhadap Belanja Daerah
yang akan dianggarkan.
5
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan penulis sebagai dasar
penelitian, hasil penelitian terdahulu, dan perumusan hipotesis
penelitian.
Bab IV : Analisi dan Pembahasan
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian, analisis data dan
pembahasannya.
Bab V : Penutup
Bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan
saran yang diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan penelitian
berikutnya
BAB II
LANDASAN TEORI
perkiraan
pengeluaran
setinggi-tingginya
guna
sumber-sumber
penerimaan
daerah
guna
menutupi
pengeluaran-
daerah
merupakan
dokumen
pembiayaan
dalam
penyelenggaraan
rencana
tugas-tugas
bagi
kegiatan
dan
pemerintah
dari
10
telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan dan sisa
lebih anggaran tahun sekarang.
B. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui
rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang
merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 tahun aggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh daerah (UU Nomor 33 Tahun 2004).
Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang dianggarkan
dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan daerah
merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode yang bersangkutan. Semua barang dan
jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di
wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya
berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut, merupakan
Produk Domestik Regional Bruto daerah bersangkutan. Pendapatan
yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan
Pendapatan Regional.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang
digunakan dalam kegiataan produksi di suatu daerah berasal dari daerah
lain atau dari luar negri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang
11
dimiliki prenduduk daerah tersebut dapat ikut serta dalam proses produksi
di daerah lain atau diluar negri. Hal ini menyebabkan nilai produk
domestik yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang
diterima daerah tersebut. Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, sumber
Pendapatan Daerah terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Daerah,
2. Dana Perimbangan,
3. Lain-lain penerimaan yang sah.
Pembangunan
Daerah
merupakan
bagian
integral
dari
pembangunan nasional, maka dalam hal ini sudah tentu memerlukan dana
untuk membiayai pembangunan. Untuk mewujudkan kemandirian daerah
dalam pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri, maka
Pemerintah Daerah diberikan kesempatan untuk mengelola sumbersumber keuangan yang menjadi potensi di daerahnya. Oleh karena itu,
pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah,
yang pada akibatnya daerah dituntut untuk dapat membiayai sendiri biaya
pembangunannya. Menurut Mardismo (2002), di Indonesia pelaksanaan
desentralisasi fisikal sebagai salah satu instrument kebijakan pemerintah
mempunyai prinsip dan tujuan antara lain :
1. Mengurangi kesenjangan fisikal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah,
12
2. Menigkatkan
kualitas
pelayanan
publik
didaerah
dan
hubungan
pendapatan
dengan
faktor-faktor
yang
politik
dapat
menjadi
penghambat
yang
efesien
pembagunan regional.
14
akan
mewujudkan
keberhasilan
5. Faktor Sosial
Banyak faktor sosial yang dapat menjadi penghalang dalam
pembangunan. Penduduk di wilayah yang belum berkembang
tidak memiliki lembanga dan keinginan yang kondusif untuk
pembangunan ekonomi. Di lain pihak penduduk dari wilayah
yang lebih maju memiliki kelembagaan dan keinginan yang
kondusif untuk pembangunan ekonomi. Di lain pihak
penduduk
dari
kelembagaan
wilayah
dan
yang
keinginan
lebih
yang
maju
memiliki
kondusif
untuk
pembangunan.
6. Faktor Ekonomi
Penyebab secara eknomis seperti perbedaaan dalam faktor
produksi, proses kumulatif dari berbagai faktor, siklus
kemiskinan yang buruk, kekuatan pasar yang bebas dan pasar
tidak sempurna, berlangsung dan menambah perbedaan dalam
pembangunan ekonomi.
C. Pendapatan Asli Daerah
Otonomi daerah yang telah digulirkan denga landasan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, diikuti dengan
hadirnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah memberikan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah
15
daerah
tersebut
tidak
bertentangan
dengan
lanjut,
Mardiasmo
mengatakan
strategi
untuk
2.
3.
4.
17
hal
mengusahakan, mengatur, menggerakkan, dan memanfaatkan sumbersumber baik yang berupa manusia maupun bukan manusia yang
diperlukan untuk pencapaian tujuan, serta menjamin agar tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan.
Teori tersebut diperkuat dengan pernyataan Devas yaitu terdapat
dua peran yang dapat dimainkan oleh pemerintah dalam kaitannya dengan
manajemen PAD, yaitu :
1. Menekankan peran pemerintah daerah sebagai ungkapan dari
kemauan
dan
identitas
masyarakat
setempat.
Tujuan
mengemukakan
keinginan
merka
dan
untuk
18
D. Pajak Daerah
Salah satu sumber PAD adalah pendapatan yang berasal dari pajak
daerah. Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara
penerimaan bukan pajak. Seperti penerimaan pemerintah yang berasal
dari pinjaman luar negri, penerimaan dari badan usaha milik Negara dan
sebaginya.
Mangkoesoebroto (2001) mengatakan bahwa pajak adalah suatu
pungutan yang merupakan hak prerogrative pemerintah, pemugutannya
dapat dipaksakan kepada subyek pajak untuk mana tidak ada balas jasa
secara langsung dapat ditujukkan penggunannya.
Pengertian pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 pada pasal 1 ayat 6 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
dapat
seimbang,
yang
dapat
dipaksakan
berdasarkan
peraturan
pemerintahan
daaerah
dan
pembagunan
daerah
berdasarkan fungsinya
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
19
20
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual dari pemerintah (tidak ada hubungan langsung
antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra-prestasi secara
individual).
3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah,
yang bila dari pemasukan masih surplus dipergunakan untuk
membiayai public investment sehingga tujuan yang diutamakan
dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber keuangan Negara
(budgetair).
4. Pajak dipungut disebabkan oleh suatau keadaan, kejadian dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang.
Disamping itu, juga dapat disimpulkan bahwa pajak hanya dapat
dipungut oleh pemerintah, dan pemerintah dapat memungut pajak jika
telah memiliki UU serta peraturan pelaksanaannya. Pajak merupakan
kewajiban bagi masyarakat yang bila diabaikan akan terkena sanksi
sesuai dengan undang-undang pajak tersebut. Berdasarkan pasal 2
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, maka jenis pajak yang termasuk pajak daerah dapat
dikelompokkan menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
Salah satu wujud pelaksanaan dari kebijakan desentralisasi fisikal
adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat
digali dan digunakan sendiri dengan potensinya masing-masing (Sidik,
21
Pendapatan
Daerah.
22
Keadaan
ini
kurang
mendukung
2.
24
tinggal
jangka
pendek
yang
bersifat
memberikan
i. Pameran.
j. Diskotik.
k. Karaoke.
l. Klab malam.
m. Panti pijat.
n. Sirkus
o. Acrobat
p. Sulap
q. Permainan bilyar
r. Golf .
s. Bowling.
t. Pacuan kuda.
u. Kendaraan bermotor.
v. Permainan ketangkasan.
w. Refleksi, mandi uap, spa dan pusat kebugaran.
x. Pertandingan olahraga yang ditonton dengan dipungut bayaran.
4. Objek pajak reklame adalah penyelanggaran benda, alat, pembuatan
atau media yang menurut bentuk dan corak ragamanyauntuk tujuan
komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau
memuji suatu barang, jasa, atau orang, ataupun untuk menarik
perhatian suatu barang, jasa atau oranh yang ditempatkan atau dilihat,
26
dibaca, dan didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang
dilakukan oleh pemerintah.
5. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik
yang dihasilkan oleh pembangkit listrik sendiri maupun yang
diperoleh dari sumber lain. Penggunan tenaga listrik dengan
ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan
yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
6. Objek pajak pengambilan bahan galian golongan C mineral bukan
logam dan batuan (MBLB) adalah pengambilan mineral bukan logam
dan batuan sesuai dengan peraturan perundang-undagan yang
berlaku. Mineral Bukan Logam dan Batuan terdiri dari: Asbes; Batu
tulis; Batu setengah permata; Batu kapur; Batu apung; Batu permata;
Bentonit; Dolomit; Feldspar; Garam batu ( halite); Grafit;
Granit/andesit; Gips; Kalsit; Kaolin; Leusit; Magnseit; Mika;
Marmer; Nitrat; Opseidien; Oker; Pasir dan krikil; Pasir kuarsa;
Terlit; Phospat; Talk; Tanah serap(fullers earth); Tanah diatome;
Tanah liat; Tawa(alum); Tras; Yarosif; Yeolit; Basal; Trakkit; dan
Mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Objek pajak parker adalah penyelenggaraan tempat parker diluar
badan jalan disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang
disediakan berkaitan oleh orang pribadi atau abdan, baik yang
27
reklame
diperhitungkan
dengan
memperhatikan
lokasi
29
9. Dasar pengenaan pajak air tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah,
yaitu : jenis sumber air, lokasi sumber air, tujuan pengambilan atau
pemanfaatan, volume air, dan kualitas air.
Tarif jenis pajak daerah Kabupaten/Kota berdasarkan undang-undang
tahun 2001 ditetapkan sebagai berikut :
1. Pajak hotel sebesar 10%, sedangkan untuk pajak Rumah Kos 5%.
2. Pajak Restoran dan atau Katering sebesar 10%.
3. Pajak Hiburan tontonan film sebesar 10%; pagelaran kesenian, music
dan tari modern sebesar 15%; kesenian rakyat tradisional sebesar
10%; pagelaran busana, kontes kecantikan binaraga dan sejenisnya
sebesar 10%; diskotek, karoke dank lab malam sebesar 45%; sirkus,
acrobat dan sulap sebesar 10%; permainan biliar, golf dan bowling
sebesar 10%.
4. Pajak Reklame dasarn pengenaannya adalah nilai sewa reklame, yaitu
koefesien jenis reklame x harga bahan yang digunakan x lokasi
penempatan x waktu x jangka waktu penyelanggaran x jumlah
reklame x jumlah media reklame.
5. Pajak Penerangan Jalan, pengunaan tenaga listrik dari sumber lain
oleh selain industry, pertambangan minyak bumi dan gas alami tariff
pajak
penerangan
penggunaan
tenaga
jalan
listrik
30
ditetapkan
dari
sebesar
sumber
lain
8%,
oleh
sedangkan
industry,
excludable dan non excludable. Sifat non rival berarti bahwa penyediaan
barang-barang tersebut tidak dapat dibatasi hanya kepada orang-orang
tertentu yang bersedia membayarnya saja.
Seseorang akan tetap dapat menikmati manfaat barang barang
publik meskipun ia tidak bersedia membayar sama sekali, dengan
kenikmatan yang sama dengan orang yang bersedia membayar. Sifat non
rival adalah bahwa manfaat barang publik tersebut dapat dinikmati oleh
satu orang atau lebih pada saat yang bersamaan. Kosumsi barang tersebut
oleh satu orang tidak akan mengurangi ketersediaannya bagi orang lain.
Contohnya barang publik adalah pertahanan dan keamanan, jalan
umum, taman, dan lain-lain. Barang-barang ini disediakan untuk semua
orang tanpa terkecuali. Setiap orang dapat dengan bebas memanfaatkan
dan
merasakan
ketersediaan
barang
tersebut,
walaupun
tanpa
Barang pribadinya
Hal yang lain dari ciri-ciri barang pribadi ialah tidak boleh adanya
eksternalitas dalam memproduksinya, artinya pada saat diproduksi dan
dikosumsi
tidak
boleh
mengakibatkan
orang lain
mempereoleh
sedangkan
kosumsi
bagi
yang
tidak
membayar
dikesampingkan.
Menurut Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009 Retribusi
daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Santoso (2000) lebih lanjut mengatakan bahwa secara konseptual
bahwa penyediaan barang dan jasa dapat dikenai retribusi apabaila :
1. Penyediaan barang atau jasa memberikan manfaat pribadi.
Misalnya telpon dan listrik. Maka retribusi dapat dianggap
merupakan suatu sumber pendapatan untuk dapat memenuhi
keperluan biaya yang di kelurakan. Namun jika manfaat yang
diberikan mengandung unsur-unsur publik (public good),
misalnya pertanahan atau penyemprotan nyamuk demam
33
efisiensi
ekonomi.
Nilai
retribusi
ini
juga
yang tidak
34
Jenis Barang
Siapa yang
memanfaatkan
Barang Pribadi
Individula
konsumen
Pengecualian
dari yang tidak
membayar
Sangat tidak
mungkin
Sangat mungkin
Kadang-kadang
Kemungkinan
Tidak
Mungkin
diberlakukannya dimungkinkan
tariff
Pilihan
Tidak Ada
Kadang-kadang
Konsumen
Siapa yang
membiayai
S
Dibayar oleh
Pajak
Hubungan
u
Tidak Ada
antara
m
pembayaran
dan
konsumen
b yang
Siapa
Hanya
memutuskan
Pemerintah
e
memproduksi
Mungkin
Penuh
Amat dekat
Hanya pasar
35
36
4. Hasil pungutannya digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum Negara atau kepentingan-kepentingan
publik.
Penentuan tarif adalah fungsi administratif yang penting dalam hal
pumungutan retribusi. Kesadaran peemrintah daerah dalam menentukan
alokasi biaya diantara obyek retribusi sangat diperlukan. Namun
demikian, terdapat hal-hal yang membuat dibedakannya pembiayaan yang
dilakukan dengan berdasarkan pajak dan retribusi. Antara lain :
1. Sulitnya mebedakan defenisi antara barang publik dan barang
pribadi.
2. Aplikasi logis dan peraturan sering melibatkan pembayaran
pajak, didalam pembayaran sesuatu melebihi kas pemerintah
maupun batasan dari pemikiran sehat.
3. Adannya
pembatasan
bagi
orang-orang
yang
mampu
membayar.
4. Sebagai pengendalian bagi masyarakat untuk berhati-hati
mengkonsumsi barang-barang umum yang langka.
5. Untuk memudahkan pemungutan.
Bagus Santoso, 1995, suatu penyediaan barang atau jasa yang
dibiayai dari pajak atau retribusi tergantung pada derajat kemanfaatan
suatu barang dan jasa itu sendiri. Semakin dekat kemanfaatan suatu
37
38
membayar
retribusi,
misalnua
pelayanan
39
terdapat
harta
yang
dimiliki
atau
dikuasai
41
42
43
44
Abdul
Halim,2004,
ada
dua
faktor
yang
mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah suatu daerah, yaitu Faktor Eksternal dan Faktor
Internal. Faktor eksternal terdiri dari investasi, inflasi, PDRB dan jumlah
penduduk, sedangkan faktor internal terdiri dari sarana dan prasarana,
insentif, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya
manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan.Dalam rangka
45
melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah
harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Daerah. Untuk peningkatan
Pendapatan Daerah dapat dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
kemungkinan
untuk
dialihkan
menjadi
retribusi.
46
lebih
diarahkan
kepada
upaya
untuk
47
urusan
wajib
diprioritaskan
untuk
49
4. Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian
hibah dalam bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah
atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat
atau perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya.
5. Bantuan sosial
Bantuan sosial digunakan untuk menggangarkan pemberian
bantuan dalam bentuk uang dan atau barang kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
6. Belanja Bagi Hasil
Belanja Bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana
bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota atau pendapatan pemerintah daerah tertentu
kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
7. Belanja Keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi
kepada kabupaten/kota, pemerintah desan dan kepada
pemerintah
daerah
50
lainnya
atau
dari
pemerintah
lainnya
dalam
rangka
pemerataan
dan
atau
sebelumnya,
termasuk
pengembalian
atas
51
9. Penelitian Terdahulu
Mamonto dkk (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten
Bolaang Mongondow. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial
variabel pajak daerah dan retribusi daerah tidak memiliki pengaruh
terhadap belanja daerah.
Dini dkk (2013)
di
Sumatra
Utara
(2009).
Hasil
penelitian
53
Retribusi Daerah
(X2)
Belanja Daerah (Y)
Hasil Pengelolaan Daerah
yang Dipisahkan (X3)
\\
54
55
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan
dari
pengelolahan
kekayaan
daerah
yang
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas. Penelitian
kausalitas adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain PAD terhadap belanja daerah.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan dengan
objek penelitian dan dapat memberikan informasi tentang objek
penelitian tersebut. Subjek penelitian ini adalah Badan Pengelolaan
keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul.
2. Objek Penelitian adalah laporan realisasi pendapatan asli daerah
Kabupaten Bantul periode 2004 sampai dengan 2014 tentang pajak
daerah, retribusi daerah, pengelolaan daerah yang dipisahkan dan lainlain PAD yang di sahkan dan Belanja Daerah,
58
59
dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-
60
Asli
Daerah
yang
sah,
disediakan
untuk
61
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas berguna untuk menguji apakah model regresi
ditemukan
adanya
korelasi
antar
variabel
bebas.
Uji
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
62
Jika d > dU
63
pengamatan
yang
lain.
Cara
mengetahui
ada
tidaknya
berikut
Y= + 1X1 + 2X2 + 3X3+ 4x4+ e
Dimana :
Y
= Belanja Daerah
X1
X2
X3
64
X4
= Lain-lain PAD
= Konstanta
= Koefisien Regresi
= eror
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefesien Determinasi (R2)
Uji Koefesien Determinasi untuk mengetahui seberapa besar presentase
sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Cara yang dilakukan dengan melihat nilai R2 pada
output tabel Model Summary.
b. Uji F
Uji F untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara
yang dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel
dengan ketentuan sebagai berikut :
Ho : = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari pendapatan asli
daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah
terhadap belanja daerah secara simultan (bersama-sama);
Ho: > 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari pendapatan asli
daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah
terhadap belanja daerah secara simultan (bersama-sama).
65
66
67
BAB IV
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL
68
Kecamatan
Banguntapan
merupakan
atau
kecamatan
sebesar
yang
13,98%,
melakukan
kebijakan
yang
penduduk
berdasarkan
jenis
kelamin. Kebijakan
pada
69
kualitas sumberdaya
manusia
digunakan
Indeks
hingga
76,01 pada tahun 2013. Dalam kurun lima tahun terakhir, nilai IPM
Kabupaten Bantul naik sebesar 2,26 poin sedangkan dalam setahun
terakhir meningkat sebesar 0,5 poin.
Tabel 2 : Perkembangan Indeks Komponen IPM Kabupaten Bantul
C. Kondisi Geografis
Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang meliputi empat kabupaten dan satu kota. Kabupaten
Bantul memiliki wilayah seluas 506,85 km2 yang secara administratif
pemerintahan terbagi dalam 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 pedukuhan.
70
71
72
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelas ketinggian tempat yang
memiliki penyebaran paling luas adalah elevasi antara 25-100 meter (27.709 ha
atau 54,67%) yang terletak pada bagian Utara, bagian tengah, dan bagian
Tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah (elevasi
<7 meter) seluas 3.228 ha (6,37%) terdapat di Kecamatan Kretek, Sanden, dan
Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya
berbatasan dengan
kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia
yang terletak di Tenggara.
perekonomian
baik aktifitas
produksi,
konsumsi,
investasi
74
PDRB per kapita ADHK Kabupaten Bantul pada tahun 2014 mencapai
14,74 juta rupiah meningkat 48,46% dari capaian tahun 2010 sebesar 9,93
juta rupiah. Kondisi tersebut menunjukkan produktivitas perekonomian
masyarakat semakin membaik Kondisi perekonomian Kabupaten Bantul
sampai
dengan
tahun
2014
dengan
75
76
77
langsung
dibagi
menjadi
anggatan
yang
digunakan
untuk
78
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bantul adalah untuk mengetahui
pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolahaan Daerah yang
Dipisahkan, dan Lain-lain PAD pada tahun 2004 sampai 2014. Data yang
diperlukan adalah data realisasi APBD dari tahun 2004 sampai 2014. Data
diperoleh dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Bantul. Data yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunkan uji asumsi
klasik, linier berganda dan uji hipotesis aplikasi SPSS 16.0.
1. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Data realisasi penerimaan pendapatan asli daerah dalam jangka waktu 11
(sebelas) tahun yaitu tahun 2004 sapai 2014
79
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Realisasi (Rp)
7,837,546,787
7,085,891,785
9,836,299,528.00
10,191,535,467.00
12,070,898,846.00
14,108,451,478.00
16,541,249,955.00
35,068,591,776.00
51,768,352,231.00
83,232,017,500.00
99,558,470,705.00
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Realisasi (Rp)
23,800,473,870
19,186,122,251
22,451,031,417
30,808,408,803
37,169,638,611
58,205,951,445
15,978,422,097
17,798,603,458
20,595,098,751
27,116,286,436
26,004,713,221
80
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Realisasi (Rp)
2,912,785,812
3,075,748,742
2,579,134,676
3,014,646,125
3,449,914,968
7,512,838,194
7,424,932,057
7,290,930,553
8,184,263,102
9,508,075,666
12,643,382,252
81
Realisasi (Rp)
3,279,981,193
1,430,057,396
9,181,932,397
13,215,136,097
17,697,075,383
8,864,121,571
41,702,235,183
68,738,330,385
86,050,063,944
104,341,477,840
219,065,263,545
82
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Realisasi (Rp)
417,798,100
396,426,760
629,980,742,020
676,835,481,623
1,045,423,303,527
903,767,000,429
1,012,356,847,235
1,151,885,952,327
1,282,878,383,396
1,387,719,170,740
1,700,351,278,809
B. Analisis Data
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan tarans formasi
data logaritma natural, pada uji yang dilakukan semua data yang digunakan
dilog sebelum dilakukan pengujian dikarenakan data yang tidak normal jika
tidak di log.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal.
Uji normalitas dilakukan dengan metode kolmogorov smirnov.
83
11
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
.03980542
Absolute
.147
Positive
.147
Negative
-.105
Kolmogorov-Smirnov Z
.488
.971
a.
Berdasarkan
tabel
One-Sample
Kologorov-Smirnov.
Data
84
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas
(independen). Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat
dilihat melalui variance inflation factor (VIF). Cara yang digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan
melihat nilai tolerance dan VIFnya. Jika nilai variance inflation
factor (VIF) > 10 dan tolerance
terjadi
Coefficients
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.102
9.844
.941
1.062
.206
4.851
.148
6.776
85
dibawah
10,0
maka
dapat
disimpulkan
tidak
terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka
digunakan uji Durbin-Watson (D-W). Uji DW dilakukan dengan cara
membandingkan nilai DW dengan nilai tabel dengan menggunakan
derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 11 (sebelas) dan jumlah
variabel independen 4 (empat). Hasil pengujian terhadap autokorelasi
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
86
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value
-.00266
Total Cases
11
Number of Runs
.029
.977
a. Median
Hasil tabel Run Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2tailed) 0,977 > 0,05. Dari hasil Run Test dikatakan bahwa model
regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian residual atau pengamatan ke
pengamatan lain berbeda, hal itu disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
87
grafik
Scatterplot.
Hasil
pengujian
terjadi
tidaknya
88
Coefficients
Standardize
D
Model
1
a
r
i
(Constan
t)
Unstandardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Sig.
4.869
1.261
3.863 .008
Tolerance VIF
LOG_X1 -.096
.123
-.188
9.844
LOG_X2 .267
.105
.201
1.062
LOG_X3 .237
.143
.278
4.851
LOG_X4 .288
.063
.918
6.776
89
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan empat variabel independen yaitu pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolahaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain PAD.
a. Uji Koefesien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersamasama terhadap variabel dependen. Uji koefisien determinasi dengan
melihat nilai R2 (Adjusted R Square), semakin besar nilai R2 maka
akan semakin baik model regresi dengan data yang ada. Hasil
pengujian koefesien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 16 Hasil Uji Koefesien Determinasi
Model Summaryb
Std.
Model
.982
Error
R Square
Adjusted R Square
Estimate
.965
.941
.05139
90
of
the
ANOVA
Sum
Model
1
Squares
of
Mean
df
Square
Sig.
Regression .435
.109
41.208
.000
Residual
.016
.003
Total
.451
10
tabel
yaitu
41.208 > 4.53 dengan nilai signfikan sebesar 0.000 < 0.05 yang
berarti pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
91
Coefficients
a
b
Model
1e
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
Beta
Sig.
3.863
.008
(Constant) 4.869
1.261
LOG_X1
-.096
.123
-.188
-.781
.464
LOG_X2
.267
.105
.201
2.550
.043
LOG_X3
.237
.143
.278
1.649
.150
LOG_X4
.288
.063
.918
4.607
.004
92
Uji Hipotesis
1) Hipotesis pertama adalah pajak daerah berpengaruh terhadap
belanja daerah. Nilai t hitung adalah -0,781dan nilai t tabel
adalah 1.81246 dengan = 0,05 (dua sisi). Hal ini menunjukan
bahwa thitung < ttabel yaitu - 0,781 < - 1.81246, nilai t bertanda
negatif menunjukkan bahwa pajak daerah (X1) tidak memiliki
pengaruh dengan belanja daerah (Y). pajak daerah tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah.
Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis pertama yaitu pajak
daerah berpengaruh terhadap belanja daerah Kabupaten Bantul
ditolak. Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah
2) Hipotesis kedua adalah retribusi daerah berpengaruh terhadap
belanja daerah. Nilai t hitung adalah 2.550 dan nilai t tabel
adalah 1.81246 dengan = 0,05 (dua sisi). Hali ini menunjukan
bahwa t hitung > t tabel yaitu 2.550 > 1.81246, nilai t bertanda positif
menunjukkan bahwa retribusi daerah (X2) mempunyai pengaruh
yang searah dengan belanja daerah (Y).
Retribusi daerah
94
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis keempat yaitu lainlain PAD berpengaruh terhadap belanja daerah di Kabupaten
Bantul diterima. Lain-lain PAD berpengaruh terhadap belanja
daerah.
C. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan pengujian asumsi klasik, analisi regresi linier
berganda, dan pengujian hipotesis untuk menguji pengaruh pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadpa
belanja daerah. Ada lima variabel yang diuju, yaitu belanja daerah sebagai
variabel dependen. Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD sebagai variabel independen. Dari
pengujian asumsi klasik, diketahui bahwa syarat-syarat pengujian asumsi
klasik telah terpenuhi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut
terdistribusi
secara
normal,
tidak
mengandung
multikolinearitas,
95
palayanan parkir pinggir jalan. Dari retribusi yang didapat akan menambah
pendapatan asli daerah Kabupaten Bantul dan ketika Pendapat Asli Daerah
meningkat maka akan meningkatkan belanja daerah yang akan berdampak
pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat Penelitian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa retribusi daerah memilik
pengaruh positif terhadap belanja daerah oleh Panggabean (2009) yang
menyimpulkan bahwa retribusi daerah secara simultan berpengaruh positif
terhadap belanja daerah di Kabupaten Toba Samosir, Sarwono (2012)
menyimpulkan bahwa retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah
Se Kabupaten Indonesia dan Pakpahan (2009) yang menyimpulkan bahwa
retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah.
3. Pengaruh Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap
Belanja Daerah.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dispisahkan adalah bagian laba
dari BUMD, hasil kerjasama dengan pihak ketiga.(UU No 32 Pasal 157 huruf
a angka (3) Tahun 2001). Hasil penelitian mendapatkan bahwa hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh terhadap
belanja daerah, dan peningkatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah.
4. Pengaruh Lain-lain PAD terhadap Belanja Daerah
Undang-undang nomor 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerim
97
aan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan. Beberapa macam pendapatan asli daerah
yang berasal dari Lain-lain PAD yaitu Pendapatan dari bantuan langsung
untuk daerah kesehatan, Pendapatan dari ASKES, Pendapatan premi asuransi,
Pendapatan sewa lain-lain, Pendapatan dinas, Pendapatan denda reribusi,
meningkatkanya pendapatan dari lain-lain pad akan meningkatkan pendapatan
asli daerah. Hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa lain-lain PAD memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah, peningkatan lain-lain PAD
akan meningkatkan Belanja Daerah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang pernah dilakukan oleh Panggabean Hendri Edison H. (2009), dimana
lain-lain PAD berpengaruh positif terhadap belanja daerah.
98
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD terhadap
belanja daerah maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Hasil tidak
mendukung hipotesis pertama yang peneliti dibuat yaitu pajak daerah
berpengaruh terhadap belanja daerah di kabupaten bantul, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kurang efesiennya sistem
pemungutan pajak didaerah bantul, kurangnya pemungutan dari sektorsektor pajak lain di Kabupaten Bantul maupun kurang sadarnya peran
masyarakat dalam membayar pungutan pajak.
2. Retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Hasil
yang diperoleh sesuai dengan hipotesis yang dibuat oleh peneliti yaitu
bahwa retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah di Kabupaten
Bantul, hal ini menunjukan dalam hal pemungutan retribusi di daerah
sudah mencukupi dalam menyokong Belanja Daerah Bantul.
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh
terhadap belanja daerah. Hasil tidak sesuai dengan hipotesis yang dibuat
oleh penulis yaitu hasil pengelolaan kekayaan daerah dipisahkan
99
B. Keterbatasan Penelitian
1. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini yaitu pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
PAD. Peneliti belum menguji variabel bebas lain yang mungkin
berpengaruh terhadap belanja daerah.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut :
1. Pemerintah Kabupaten Bantul diharapkan dapat mengelola lagi
pendapatan dari sektor pajak daerah dimana sektor ini seharusnya dapat
berkontribusi lebih besar. Dengan penyuluhan sadar pajak ke masyarakat
100
101
DAFTAR PUSTAKA
Arwati, Dini dan Hadiati, Novita, 2013, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pegalokasian Anggaran Belanja
Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat ,
Universitas Widiyatama, Bandung.
Badan Litbang Depdagri Republik Indonesia. 1991. Pengukuran Kemampuan Daerah
Tingkat 2 dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Nyata dan Bertanggung Jawab,
Jakarta.
Devas, Nick, dkk, 1989, Keuangan Pemrintah Daerah di Indonesia, UI-Press, Jakarta
Davey,K.J, 1998 Pembiayaan Pemerintah Daerah, UI Press, Jakarta.
Depertemen Dalam Negeri. 1999. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta
Depertemen Dalam Negeri. 2000. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang
Perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, Jakarta.
D.J. Mamesah, 1995 Sistem Administrasi Keuangan Daerah , Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Halim,
Abdul.2001
Pendapatan
Asli
Daerah.
http://abstraksiekonomi.blogspot.com/2013/12/pengertian-pendapatan-aslidaerah-pad.html , diakses tanggal 12 November 2014
Mamonto, Sandry Yossi, J.B. Kalangi dan Krest D. Tolosang, 2014, Pengaruh Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal , Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
M. Supramoko, 1997. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, BPFE, Jakarta.
102
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
104
LAMPIRAN
A. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
11
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.03980542
Absolute
.147
Positive
.147
Negative
-.105
Kolmogorov-Smirnov Z
.488
.971
B. Uji Multikolinearitas
Coefficients
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.102
9.844
.941
1.062
.206
4.851
.148
6.776
105
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value
-.00266
Total Cases
Number of Runs
11
7
.029
.977
a. Median
Hasil tabel Run Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,977 > 0,05
D. Uji Heteroskedastisitas
106
E. Uji F
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.435
.109
Residual
.016
.003
Total
.451
10
Sig.
41.208
.000
F. Uji T
Coefficients
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
(Constant)
4.869
1.261
LOG_X1
-.096
.123
LOG_X2
.267
LOG_X3
LOG_X4
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
3.863
.008
-.188
-.781
.464
.102
9.844
.105
.201
2.550
.043
.941
1.062
.237
.143
.278
1.649
.150
.206
4.851
.288
.063
.918
4.607
.004
.148
6.776
107