PROPOSAL PENELITIAN
Disusun untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
oleh,
SYFA ROHADATUL ‘AISY
NPM 203403194
0
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat
yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH
PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA
ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN”. Proposal
yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Siliwangi.
1. Ayah Anwar, Mama Julaeha, Adik Adiba, beserta keluarga besar atas
do’a, motivasi, bimbingan, nasehat dan segala yang telah diberikan
kepada penulis.
2. Ibu Ulfa Luthfiah Nanda.,S.E.,M.S.A.k. selaku dosen metodologi
penelitian yang senantiasa memberikan pengajaran, arahan, dan
motivasi pada penulis.
3. Teman-teman tercinta atas segala canda dan tawanya sepanjang kuliah
serta semangat dan kasih sayang yang diberikan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis..........................................5
2.1.1 Anggaran Daerah Sektor Publik........................................................5
2.1.2 Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia........................................9
2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi.......................................................................9
2.1.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD)........................................................10
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis...................................................................11
2.2.1 Hipotesis Penelitian..........................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................15
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................15
3.2 Populasi dan Sampel...............................................................................15
3.3 Jenis dan Sumber Data............................................................................15
3.4 Metode Pengumpulan Data.....................................................................16
3.5 Definisi Operasional Variabel.................................................................16
3.6 Teknis Analisis........................................................................................16
3.6.1 Uji Asumsi Klasik............................................................................16
3.6.2 Uji Hipotesis....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
ii
BAB I PENDAHULUAN
2
untuk peningkatan investasi modal. Semakin tinggi tingkat investasi
modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik
dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Alat Pengendalian
b. Jenis Anggaran
1. Anggaran Operasional
6
merupakan bagian dari anggaran operasional. Belanja operasi adalah
belanja yang manfaatnya hanya untuk satu periode anggaran dan tidak
dimaksudkan untuk menambahkan aset pemerintah. Klasifikasi belanja
operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang non-
investasi, pembayaran bunga, hutang, subsidi, dan belanja operasional.
2. Anggaran Modal /Investasi
Anggaran yang berisi rencana jangka panjang dan pembelanjaan aktiva
tetap, seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot kantor. Belanja
modal merupakan bagian dari anggaran modal/investasi.
8
1.5.2 Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia
Dalam pembahasan anggaran, eksekutif dan legislatif
membuat kesepakatan-kesepakatan yang dicapai melalui
bargaining (dengan acuan Kebijakan Umum APBD dan Prioritas &
Plafon Anggaran) sebelum anggaran ditetapkan sebagai suatu
peraturan daerah. Anggaran yang telah ditetapkan menjadi dasar
bagi eksekutif untuk melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian
pelayanan publik dan acuan bagi legislatif untuk melaksanakan
fungsi pengawasan dan penilaian kinerja eksekutif dalam hal
pertanggungjawaban kepala daerah.
Proses penyusunan anggaran dalam anggaran kinerja dimulai
dari satuan kerja-stuan kerja yang ada di Pemda, melalui dokumen
usulan anggaran yang disebut Rencana Anggaran Satuan Kerja
(RASK). RASK kemudian diteleiti oleh tim angggaran eksekutif
untuk dinilai kelayakanya (berdasar urgunsi dan ketersediaan dana)
diakomodasi dalam RAPBD yang akan disampaikan kepada
legislatif. RAPBD kemudian dipelajari oleh panitia anggaran
legislatif dan respon oleh semua komisi dan fraksi dalam
pembahasan anggaran.
1.5.3 Pertumbuhan Ekonomi
Menurut pandangan ekonom klasik (Adam Smith, David
Ricardo, Thomas Robert Malthis, dan John Stuart Mill), maupun
ekonom neoklasik (Robert Solow dan Trevor Swan), pada dasarnya
ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu
(1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah
dan kekayaan alam, (4) tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno,
1985). Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau
berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi
dibanding apa yang dicapai pada masa sebelumnya.
Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Disini,
proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis.
Para teoretikus ilmu ekonomi pembangunan masa kini, masih terus
menyempurnakan makna, hakikat, dan konsep petumbuhan
ekonomi. Para teoretikus tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PBD dan PDRB
saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti
kenikmatan, kepuasan, kebahagiaan, nrasa aman, dan tentram yang
dirasakan masyarakat luas. (Arsyad, 1999).
PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara perhitungan dalam praktik adalah dengan
membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi
(industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan
jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan
bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal
dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor
ekonomi juga lain lagi.
1.5.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Perangkat Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah yang bertujuan memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
10
bersih dari perusahaan daerah (BUMD) dan penerimaan lain-lain.
1.6 Kerangka Pemikiran Teoritis
Sejak diterapkannya desentralisasi sentral, pemerintah pusat
mengaharapkan daerah dapat mengelola sumber daya yang dimiliki
sehingga tidak hanya mengandalkan DAU. Dibeberapa daerah
peran DAU sangat signifikan karena kebijakan belanja daerah lebih
didominasi oleh jumlah DAU dari pada PAD (sidiketal, 2002).
Setiap transfer DAU yang diterima daerah daerah akan ditunjukkan
untuk belanja Pemda, maka tidak jarang Pemda menetapkan
rencana daerah secara pesimis dan rencan cenderung optimis supaya
transfer DAU yang diterima daerah lebih besar.
Dalam tahun bersamaan, PAD lebih dominan dari pada DAU
tetapi untuk satu tahun kedepan, DAU lebih dominan. Hal ini
memerlukan pengkajian lebih mendalam, baik secara empiris
maupun praktik. Misalnya dengan melihat kebijakan Pemda
trehadap upaya meningkatkan PAD segera setelah otonomi daerah
diberlakukan. Peningkatan Pemda dalam investasi modal/belanja
modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik
dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi
(kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercemin dari
adanya peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002).
Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari pertumbuhan
ekonomi (Saragih, 2003). Daerah yang pertumbuhan ekonominya
positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Dari
perspektif ini seharusnya pemda lebih berkosentrasi pada
pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi dari pada sekedar mengeluarkan produk
perundangan terkait dengan pajak ataupun retribusi daaerah.
12
mendukung sintesa yang menyatakan bahwa, pemberian otonomi
yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih besar bagi
pertumbuhan ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah untuk
mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk
kepentingan pelayanan publik (Lin dan Liu, 2000; Mardiasmo,
2002; Wong, 2004).
Landasan teoritis dan temuan-temuan empiris di atas
menghasilkan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal.
Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan
kemandirian daerah, pemerintah daerah otonom mempunyai
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat
(UU 32/2004). Kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan
yang berasal dari daerah sangat tegantung pada kemampuan
merealisasikan potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk-bentuk
kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan perguliran dana untuk
pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Studi Abdullah (2004) menemukan adanya perbedaan
preferensi antara eksekutif dan legislatif dalam pengalokasian
spread PAD ke dalam belanja sektoral. Alokasi untuk infrastruktur
dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk pendidikan dan
kesehatan justru mengalami penurunan. Abdullah (2004) menduga
power legislatif yang sangat besar menyebabkan diskresi atas
penggunaan spread PAD tidak sesuai dengan preferensi publik.
Temuan ini mengkonfirmasi pendapar Colombatto (2001).
Berdasarkan landasan teoritis dan temuan-temuan di atas,
hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut:
14
hipotesis sebagai berikut:
H3 : Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap
pengalokasian anggaran Belanja Modal.
BAB III METODE PENELITIAN
16
dan Dana Alokasi Umum (DAU). Data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Per Kapita diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS).
1.10 Metode Pengumpulan Data
Metode dokumentasi merupakan data yang digunakan melalui
studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan mempelajari buku
atau bahan bacaan yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti.
1.11 Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel dan definisi operasional sebagai
berikut:
Belanja modal
Adalah belanja langsung yang digunakan untuk
membiayai kegiatan investasi (menambah aset).
Pertumbuhan ekonomi
Adalah proses kenaikan output per kapita diproksi dengan
Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita.
PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Adalah Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Hasil
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan dari Laba
Perusahaan Daerah dan lain-lain Pendapatan Yang Sah.
DAU (Dana Alokasi Umum)
Adalah transfer yang bersifat umum dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah untuk mengatasi ketimpangan horisontal dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.
1.12 Teknis Analisis
1.12.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi linear berganda dapat dilakukan setelah
model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari
asumsi klasik, data harus terdistribusi secara normal, tidak
mengandung multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas.
Untuk itu, sebelum melakukan pengujian regresi linear berganda
perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik, yang
terdiri dari :
1. Uji Normalitas
18
autokorelasi. Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel
error term pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel
erroe term pada periode lain bermakna variabel error term
tidak random. Pelanggaran terhadap asumsi ini berakibat
interval keyakinan terhadap hasil estimasi menjadi melebar
sehingga uji signifikansi tidak kuat.
4. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan penyerbaran data. Uji ini dapat
dilakukan dengan gambar plot antara nilai produksi variabel
independen (ZPRED) dengan residulnya (SRESID). Model
regresi yang baik adalah yang tidak terdapat
heterokedastisitas.
1.1.1 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model
analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan
pengaruh seberapa variabel independen terhadap variabel dependen
(Sekaran, 1992). Persamaan regresi adalah:
Y =a+b 1 PRDB+b 2 PAD+ b3 DAU +e
Dimana :
Y = Belanja Modal (BM)
A = Konstanta
B = Slope atau koefisien regresi atau intersep
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PAD = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
DAU = Dana Alokasi Umum (DAU)
E = Error
20
DAFTAR PUSTAKA
Adytama, E., & Oktaviani, RE (2015). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Solikin, I (2010). Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum
dengan Belanja Modal di Jawa Barat
Tuasikal, A. (2008). Pengaruh DAU, DAK, PAD dan PDRB Terhadap Belanja
Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota DI Ind Sinulingga, S. (2011).