Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH BEST

PRACTICE KOTA SURABAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan Negara D041

Dosen Pengampu:

Dr. Diana Hertanti, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Annisaa Shalsabilla Miracle (21041010015)


2. Anggeli Susi Rose Ardian (21041010063)
3. Ivan Prasetyo (21041010080)
4. Amanda Nathaniela (21041010216)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala rahmat-Nya, sehingga saya dapat menuntaskan Makalah yang berjudul
“PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH BEST
PRACTICE KOTA SURABAYA” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keuangan Negara
sekaligus menjadi salah satu faktor kelulusan saya dengan tepat waktu.

Sebagai rasa terima kasih atas bimbingan dan dorongan dari semua pihak, saya ucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yaitu:

1. Bapak Dr. Ir. Akhmad Fauzi M.MT selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, CHRA selaku Dekan FISIP UPN “Veteran”
Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Ertien Rining Nawangsari, M.Si selaku Koordinator Jurusan Administrasi Publik.
4. Ibu Dr. Diana Hertanti, M.Si selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Keuangan Negara
5. Serta pihak-pihak terkait yang membantu menyediakan referensi buku serta jurnal untuk
menunjang proses penyelesaian tugas.

Selama penyusunan hingga tertuntaskannya makalah ini saya menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini saya susun, besar harapan
saya agar makalah ini dapat memberikan manfaat dan informasi kepada para pembaca utamanya
dalam konteks pengaruh dana perimbangan terhadap belanja daerah dengan best practice Kota
Surabaya.

Surabaya, 08 Desember 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................3
2.1. PENELITIAN TERDAHULU.......................................................................................................3
2.2. Teori Utama....................................................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................................5
3.1. Bagaimana pengaruh Dana Perimbangan (DAU, DAK, dan DBH) terhadap Belanja
Daerah Pemerintah?..............................................................................................................................5
3.1.1. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah Pemerintah...............5
3.1.2. Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Daerah Pemerintah.............5
3.1.3. Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Belanja Daerah Pemerintah.......................6
3.2. Bagaimana pengaruh dana perimbangan (DAU,DAK, dan DBH) terhadap belanja daerah
di kota Surabaya....................................................................................................................................7
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................11
4.1. Kesimpulan..............................................................................................................................11
4.2. Saran.........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12

BAB I
iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu indikator dalam menentukan kemajuan daerah adalah dengan pembangunan
manusia sehingga perlu adanya langkah-langkah yang direncanakan dan dilaksanakan oleh
pemerintah daerah sebagai upaya peningkatan pembangunan daerah diharapkan menghasilkan
dampak positif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Utami & Indrajaya, 2019).

Daerah berwenang merancang kebijakan untuk menyediakan pelayanan, meningkatkan


peran dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang memiliki landasan hukum dengan adanya
undang-undang telah membawa konsekuensi tersendiri sehingga terwujudnya pelaksanaan
pembangunan di segala bidang. Maka, otonomi daerah dipandang mencerminkan desentralisasi
yang sesungguhnya dan lebih demokratis karena daerah dapat lebih leluasa menggali potensi
yang ada di daerahnya. Adanya desentralisasi mengakibatkan munculnya desentralisasi fiskal,
yang merupakan wujud dari desentralisasi kewenangan pengambilan keputusan dan pengelolaan
keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (Rinanda & Subambang, 2020).

Dengan adanya otonomi maka desentralisasi pun terjadi, baik yang menyangkut
perencanaan keuangan daerah, perencanaan ekonomi dan perencanaan lainnya. Dari segi
pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukanagar pemerintah daerah dapat lebih banyak dan
secara langsung membantu pembangunan daerah tersebut.Salah satu mekanisme transfer dana
dari APBN dalam hubungannya dengan kebijakan keuangan adalah desentralisasi fiskal untuk
mewujudkan ketahanan fiskal yang berkelanjutan dan memberikan dorongan terhadap aktivitas
perekonomian masyarakat. Oleh karena itu desentralisasi fiskal harus menuntun kepada alokasi
sumber-sumber daya yang lebih efisien dan diharapkan secara positif dapat dihubungkan dengan
pertumbuhan ekonomi dalam PDB per kapita yang sebenarnya sebagai suatu keseluruhan
(Sun’an dan Senuk, 2015).

Penyelenggaraan pemerintahan daerah mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah (APBD). APBD memiliki tiga komponen yang terdiri dari pendapatan, belanja dan
pembiayaan. Unsur pembentuk dari pendapatan daerah yang memberikan kontribusi besar

iv
terhadap struktur APBD ialah pendapatan asli daerah dan dana perimbangan (Rahmayati &
Pertiwi, 2018).

Aspek yang mempengaruhi pembangunan pada suatu daerah adalah pengeluaran sektor
publik dengan adanya kebijakan dan pengelolaan keuangan pemerintah daerah diharapkan
kebijakan publik yang telah dirancang menjadi lebih baik terutama dalam pelayanan dan
penyediaan dari adanya kebutuhan publik sehingga menjadi selaras dengan hal yang dibutuhkan
masyarakat. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan pemerintah daerah mampu melakukan
perubahan dalam komposisi belanja yang dialokasikan untuk hal-hal yang lebih berguna yaitu
terkait dengan menunjang program kepentingan publik salah satunya dengan alokasi belanja
modal secara tepat (P. P. M. E. Putra & Dewi, 2018)

Adapun Dana Alokasi Umum (DAU) dilandasi oleh prinsip kategori keadilan yang
menyatakan bahwa seluruh warga negara dimanapun berada berhak mendapatkan pelayanan
dasar seperti pendidikan, kesehatan pada standar minimum tertentu. Untuk Dana Alokasi Khusus
(DAK) pada umumnya diperuntukkan untuk membiayai berbagai program dan kegiatan daerah
yang merupakan prioritas nasional untuk mendorong tercapainya standar pelayanan minimum
pada urusan publik yang menjadi prioritas nasional misalkan dalam mendanai kebutuhan sarana
dan prasarana pelayanan dasar masyarakat dalam rangka mendorong percepatan pembangunan
daerah di bidang pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastuktur yang urusannya telah
didesentralisaskan ke daerah (dsfindonesia, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka fokus permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dana perimbangan (DAU,DAK, dan DBH) terhadap
belanja daerah di kota Surabaya.

1.3 Tujuan Pembahasan


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penelitian ini bertujuan untuk:
menganalisis pengaruh dana perimbangan (DAU,DAK, dan DBH) terhadap belanja daerah di
kota Surabaya.

v
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. PENELITIAN TERDAHULU


Adapun beberapa penelitian yang mengkaji tentang Pengaruh Dana Perimbangan
Terhadap Belanja Daerah meliputi:

1. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2017 yang mengusung judul
Dampak dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan disparitas antar
daerah di Provinsi Jambi memaparkan analisis tentang 1) Perturutan dana
perimbangan, pertumbuhan ekonomi dan disparitas antar daerah di Provinsi Jambi; 2)
Akibat dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan disparitas antar wilayah di
Provinsi Jambi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah secara empiris dana
perimbangan telah berpengaruh baik dan mampu mematik perkembangan ekonomi di
Provinsi Jambi. Disamping itu, dana perimbangan juga berpengaruh buruk terhadap
pertumbuhan disparitas antar daerah.
2. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2019 yang mengusung judul
Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi 3 Kota di Provinsi
Sulawesi Selatan memaparkan analisis tentang dampak Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil pada Pertumbuhan Ekonomi di 3 kota di Provinsi
Sulawesi Selatan. Dengan hasil akhir yaitu DAU, DAK, dan Dana Bagi Hasil memiliki
pengaruh atas laju ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. DAU dan DAK memiliki
pengaruh atas laju pertumbuhan ekonomi di 3 kota di Provisnsi Sulawesi Selatan,
sedangkan Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh secara signifikan atas laju ekonomi di 3
kota di Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2019 yang mengusung judul
ANALISIS DANA PERIMBANGAN DAN PAJAK DAERAH TERHADAP
BELANJA LANGSUNG DI PROVINSI JAWA TIMUR 2015-2017 memaparkan
analisis tentang partisipasi dana perimbangan dan pajak daerah atas belanja daerah di
Jawa Timur.
4. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2021 yang mengusung judul
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Indeks

vi
Pembangunan Manusia Melalui Belanja Modal di Kota Surabaya memaparkan
analisis tentang pembangunan daerah dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan yang
berpangkal pada prefensi dari perolehan kebutuhan daerah dengan pangkal dan target
pembangunan nasional yang telah diresmikan lewat pembangunan jangka Panjang dan
pembangunan jangka pendek yang dilakukan.

2.2. Teori Utama


Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

1. Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith


“An Inquiry into the nature and causes of the welth of the nation”teorinya yang dibuat
dengan teori the invisible hand. Teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh
dua faktor yang saling berkaitan, yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output
total, sedangkan pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen
berikut 1)sumber-sumber alam, 2)tenaga kerja/pertumbuhan penduduk, 3)jumlah
persediaan.
2. Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus

Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga
menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah.
Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert
Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret
ukur sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.

3. Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik


Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari
segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Analisis
Solow selanjutnya membetuk formula mamatik untuk persamaan itu dan seterusnya
membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimulan berikut.
Faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambhan modal dan
pertambhan tenaga kerja. Faktor terpenting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan
kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.

vii
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Bagaimana pengaruh Dana Perimbangan (DAU, DAK, dan DBH) terhadap
Belanja Daerah Pemerintah?
3.1.1. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah Pemerintah
Menurut Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Perimbangan Dana Alokasi Umum
merupakan sejumlah dana yang berasal dari pendapatan APBN yang harus dialokasikan sebagai
pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah sebagai
bentuk pelaksanaan Desentralisasi. Sedangkan menurut UU no 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yang dimaksud dengan dana alokasi
umum yaitu dana yang asalnya dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni H. maka dapat disimpulkan bahwa
Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran belanja daerah. Jadi
semakin tinggi dana alokasi umum maka akan memperngaruhi belanja daerah. Tujuan dari
transfer dana alokasi umum yaitu untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang
digunakan sebagai dana mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Selain itu dana alokasi umum ini juga berpengaruh terhadap belanja daerah. Berdasarkan hasil
tersebut mengindikasikan bahwa DAU yang besar akan cenderung memiliki pengaruh terhadap
belanja modal. Hal ini terjadi karena DAU digunakan untuk membiayai belanja yang lain seperti
belanja pegawai, belanja barang, dan belanja lainnya.

Hal ini didukung oleh penelitian lain yaitu Nabiyatun Nur Fatimah, Anita Nopiyanti, Danang
Mintoyuwono 2019 yang menyatakan bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif dan
signifikan terhadap anggaran belanja daerah.

3.1.2. Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Daerah Pemerintah
Menurut Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Perimbangan Dana Alokasi Khusus yaitu
sejumlah dana yang berasal dari pendapatan APBN yang harus dialokasikan kepada Daerah
tertentu yang digunakan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Sedangkan menurut UU No. 33 Tahun 2004 Dana

viii
Alokasi Khusus yaitu sejumlah dana yang asalnya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang disalurkan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus,
yang termasuk yang berasal dari dana reboisasi.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni H. maka dapat disimpulkan bahwa
Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran belanja daerah. Jadi
semakin tinggi dana alokasi khusus tentu akan meningkatkan alokasi belanja. Maka ini akan
meningkatkan anggaran belanja daerah karena tujuan dana alokasi khusus untuk membiayai
belanja modal daerah seperti pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas lainnya dan tentunya
hal akan meningkatkan intensitas belanja daerah.

Hal ini didukung oleh penelitian lain yaitu Damar Daru Sukmaji dan Abdul Rohman 2019
yang menyatakan bahwa variabel Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan
terhadap belanja modal sedangkan tingkat efektivitas keuangan daerah tidak berpengaruh
signifikan.

3.1.3. Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Belanja Daerah Pemerintah
Menurut Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Perimbangan Dana Bagi Hasil yaitu
sejumlah dana yang berasal dari pendapatan APBN yang disalurkan kepada Daerah berdasarkan
angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi..
Sedangkan menurut UU no 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah, yang dimaksud dengan dana alokasi umum yaitu dana yang asalnya dari
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni H. maka dapat disimpulkan bahwa
Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Anggaran belanja daerah. Jadi semakin tinggi Dana Bagi
Hasil akan berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah. Hal ini sesuai dengan teori Dana Bagi
Hasil yang mengatakan bahwa Dana bagi hasil bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan
vertikal antara pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasilan. Pembagian
Dana Bagi Hasil ini dilakukan sesuai dengan prinsip by origin. Selain itu penyaluran Dana Bagi
Hasil dilakukan berdasarkan prinsip based on actual revenue, maksudnya adalah penyaluran
Dana Bagi Hasil berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan (Pasal 23 UU
33/2004). Jenis-jenis Dana Bagi Hasil meliputi DBH pajak dan DBH Sumber daya alam. DBH

ix
pajak meliputi Pajak Bumi dan bangunan, pajak penghasilan dan cukai hasil tembakau.
Sedangkan Dana Bagi Hasil SDA meliputi kehutanan, mineral dan batu bara, minyak bumi dan
gas bumi, pengusahaan gas bumi dan perikanan. Sehingga rendah atau tingginya dana bagi hasil
tidak akan mempengaruhi belanja daerah.

3.2. Bagaimana pengaruh dana perimbangan (DAU,DAK, dan DBH) terhadap


belanja daerah di kota Surabaya.
Dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi keuangan, pemerintah daerah akan
memperoleh keleluasaan untuk mengelola dan menggunakan sumber pendapatan asli daerah
yang dimilikinya sesuai dengan keinginan penduduk. Praktek otonomi daerah membawa
konsekuensi bahwa setiap daerah harus mampu memberdayakan dirinya sendiri baik untuk
kepentingan ekonomi, pembangunan sosial, pemenuhan kebutuhan pembangunan daerah,
maupun pelayanan untuk memajukan masyarakat (Samad & Iyan, 2013).

Pembangunan daerah meliputi pembangunan yang semuanya telah disusun dan


dilaksanakan oleh daerah dengan menggunakan sumber daya yang ada di daerah. Pesatnya
pembangunan daerah juga meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah,karena perlu
mengalokasikan dana dalam jumlah besar untuk pembangunan. Tingkat pengeluaran daerah
tergantung pada tingkat pendapatan daerah. Tentunya instansi pemerintah daerah penerima
anggaran harus mampu mendukung pertumbuhan belanja daerah sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di seluruh kota/kabupaten di Indonesia (Kainde, 2013).

Pengeluaran pemerintah atau belanja pemerintah merupakan salah satu instrument


strategis dalam perekonomian (Christopher, 2009). Pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan
untuk hal-hal produktif, misalnya untuk melakukan aktivitas pembangunan (Saragih, 2003).
Dalam membiayai belanja daerah diperlukan pendapatan daerah yang memadai.Pendapatan
daerah adalah semua hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
(Mangowal, 2013). Pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan,
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah (Halim & Kusufi, 2012). Kemandirian suatu daerah
dalam bidang keuangan dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi pendapatan asli daerah
terhadap pendapatan daerah tersebut. Menurut Mardiasmo (2000) menyatakan bahwa “dari segi
pendapatan, kemampuan pemerintah daerah untuk meningkatkan kemampuan daerahnya masih
belum signifikan. Bahkan masalah yang sering muncul adalah rendahnya kemampuan

x
pemerintah daerah untuk menghasilkan prediksi pendapatan daerah yang akurat, sehingga belum
dapat dipungut secara optimal”.

Belanja daerah merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang digunakan untuk


membiayai kegiatan pembangunan daerah. Menurut Ferreiro (2009), “Government expenditure
at first should be analyzed based on functional expenditure”. Temuan bahwa belanja pemerintah
harus dianalisis terlebih dahulu pada berdasarkan belanja fungsional. Pemerintah daerah harus
memutuskan kegiatan mana yang sebenarnya termasuk dalam prioritas mereka, tergantung pada
besarnya kebutuhan dan permintaan masyarakat.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Simanjuntak et al. (2013), “Regional expenditure is
all the expending of regional's cash in a one budget period”.Belanja daerah adalah belanja tunai
untuk seluruh daerah dalam tahun anggaran. Pengeluaran kas daerah harus diselaraskan dengan
kebutuhan pemerintah negara bagian itu sendiri.

Kainde (2013) mengemukakan bahwa, “Belanja daerah adalah semua kewajiban


pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih (ekuitas dana) dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan”. Belanja pemerintah daerah sebaiknya lebih
mengutamakan untuk kepentingan masyarakat daerah agar tujuan pemerintah daerah dalam
mensejahterakan masyarakat daerah dapat tercapai.

Dana transfer atau hibah pemerintah daerah merupakan sumber pendapatan dari APBD
untuk mendukung penyelenggaraan pemerintah daerah untuk mencapai tujuan pemberian
otonomi daerah, terutama dengan meningkatkan pelayanan dan meningkatkan barang milik
bersama. Peningkatan dana perimbangan disebabkan oleh meningkatnya jenis penerimaan dana
perimbangan yang diterima oleh Pemerintah Kota Surabaya.

1. Hipotesis 1 (Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Belanja Daerah


Pemerintah Kota Surabaya)

Pada hasil pengujian ini diketahui nilai t-hitung sebesar 0,115 lebih rendah dari t-tabel
sebesar 2,776 dan pada uji t memiliki nilai signifikan lebih tinggi (0,91 > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa dana bantuan umum (DAU) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
belanja daerah kota Surabaya. Nilai koefisien belanja daerah Dana Provisi sebesar 0,081 artinya
jika porsi dana umum meningkat sebesar 1 rupiah, maka belanja daerah meningkat sebesar

xi
0,081, variabel lainnya konstan. Sejalan dengan pertumbuhan dana umum (DAU), belanja
daerah juga meningkat. Namun besaran kenaikan Dana Distribusi Umum tidak sebanding dengan
kenaikan biaya daerah. Hal ini menunjukkan bahwa dana umum berpengaruh terhadap belanja
daerah, namun pengaruhnya tidak signifikan.

Menurut PP No 55 Tahun 2005 Pasal 1 no 22 dan 23, tujuan pembentukan dana alokasi
umum adalah dana yang berasal dari pendapatan APBN, yang dialokasikan untuk pemerataan
kemampuan antar daerah dalam membiayai kebutuhan daerah yang berkaitan dengan
desentralisasi. Contoh utama dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang digunakan untuk membiayai
belanja umum adalah penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU) tidak hanya di daerah transfer
tetapi juga untuk biaya pegawai dan pembangunan infrastruktur. Sementara itu, bertujuan untuk
menciptakan dana khusus untuk membantu membiayai tindakan tertentu yang sejalan dengan
prioritas regional dan nasional. Contoh spesifik dana yang dialokasikan adalah pengeluaran
untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang, seperti penanggulangan
bencana alam dan bencana sosial.

2. Hipotesis 2 (Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja Daerah


Pemerintah Kota Surabaya)

Pada hasil pengujian diketahui bahwa nilai t-number sebesar 10,740 lebih besar dari t-tabel
sebesar 2,776 pada taraf nilai yang jauh lebih rendah (0,000 dan lt;0,05) pada uji-t. Hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan awal daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
belanja daerah. Nilai koefisien regresi PAD sebesar 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi pendapatan awal daerah maka semakin tinggi pula belanja daerah. Setiap kenaikan 1
rupiah pada variabel pendapatan asli daerah meningkatkan belanja daerah sebesar 0,01.

Pendapatan asli daerah mempunyai peranan penting dalam menentukan kemampuan


daerah untuk melaksanakan pemerintahan daerah dan program pembangunan. Pendapatan
primer daerah idealnya merupakan sumber utama pendapatan daerah. Selama penganggaran
pemerintah daerah, belanja daerah disesuaikan dengan pendapatan dari daerah yang diterima.
Semakin tinggi pendapatan pendapatan awal daerah, maka semakin besar pula dana yang harus
disalurkan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui belanja daerah. Alternatif untuk
mend apatkan dana tambahan adalah pendapatan asli daerah itu sendiri, yang dapat digunakan

xii
untuk berbagai kebutuhan belanja yang ditentukan oleh pemerintah daerah. terutama untuk
kebutuhan rutin.

3. Hipotesis 3 (Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berpengaruh terhadap Belanja Daerah Pemerintah Kota Surabaya)

Dari hasil pengujian ini diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 141.522 lebih besar dari F
Tabel 6,94 dengan nilai uji F hitung yang jauh lebih rendah (0,000 dan lt; 0,05), yang
menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu. Dana Distribusi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah Kota
Surabaya.
Nilai diatas memiliki arti bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) mempunyai hubungan positif terhadap Belanja Daerah. Alasan perubahan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dapat terjadi karena faktor ekonomi, publik dan sosial,
namun pada umumnya karena faktor financial dan kebutuhan fiskal. Secara konseptual,
perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atas pengeluaran.

xiii
BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pengaruh belanja perimbangan terhadap daerah dengan
mengusung case studi Kota Surabaya adalah

1. Dana bantuan umum (DAU) yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja
daerah kota Surabaya. Sejalan dengan pertumbuhan dana umum (DAU), belanja daerah
akan meningkat. Namun besaran kenaikan Dana Distribusi Umum tidak sebanding
dengan kenaikan biaya daerah. Yang artinya adalah dana umum berpengaruh terhadap
belanja daerah, namun pengaruhnya tidak signifikan.
2. Pendapatan awal daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah.
3. Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki korelasi
positif terhadap Belanja Daerah. Faktor perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) terjadi akibat faktor ekonomi, publik dan sosial, akan tetapi pada umumnya
didasari oleh faktor finansial dan kebutuhan fiskal. Secara konseptual, perubahan
pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atas pengeluaran.

4.2. Saran
Adapun saran yang mampu diberikan adalah Pemerintah Kota Surabaya harus berupaya
dalam meningkatkan pendapatan seperti dengan melakukan pendapatan ulang wajib pajak untuk
mengembangkan pendapatan pajak daerah, dan pemerintah juga dapat melakukan korelasi
kepada pihak swasta atau LSM dalam menangani pemungutan pajak daerah, selain itu
pemerintah juga dapat melakukan reformasi terhadap manajemen pajak daerah.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

(Chairunnisa & Abdullah, 2019; Chandra et al., 2017; Nurfadilah et al., 2021; Nurhalimah et al.,
2021)Chairunnisa, S. N., & Abdullah, M. F. (2019). Analisis Dana Perimbangan Dan Pajak
Daerah Terhadap Belanja Langsung Di Provinsi Jawa Timur 2015-2017. Jurnal Ilmu
Ekonomi (JIE), 3(3), 421–431.

Chandra, D., Hidayat, S., & Rosmeli, R. (2017). Dampak dana perimbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar daerah di Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma
Ekonomika, 12(2), 67–76. https://doi.org/10.22437/paradigma.v12i2.3942

Nurfadilah, A., Astuty, S., & Samsir, A. (2021). Pengaruh Dana Perimbangan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi 3 Kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.

Nurhalimah, F. A., Hendrati, I. M., & Asmara, K. (2021). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Perimbangan terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Kota
Surabaya. Jurnal Ekobistek, 10(4), 213–220. https://doi.org/10.35134/ekobistek.v10i2.112

Wahyuni, H. (2021). PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP ANGGARAN


BELANJA DAERAH.

Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah mencabut UU Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 2004,No.
33. Sekretariat Negara. Jakarta.

Rahmawati, M., & Fajar, C. M. (2017). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Perimbangan Terhadap Belanja Daerah Kota Bandung. Jurnal Kajian Akuntansi, 1(1).

Firdayanti, F., & Hidayat, M. T. (2019). Pengaruh Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum
(Dau) Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Belanja Daerah Pemerintah Kota
Surabaya (Studi Kasus Periode 2011-2017). JEA17: Jurnal Ekonomi Akuntansi, 4(01).

xv
xvi

Anda mungkin juga menyukai