Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH”

OLEH:

NAMA : YOSAFAT PARULIAN H. SIPAYUNG

NIM : 1902010292

KELAS : N / SEMESTER V

DOSEN WALI : A. RESOPIJANI, SH., M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa

selesai pada waktunya. Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun

demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................3
2.1 Landasan Teori......................................................................................................................3
2.1.1 Keuangan Daerah...........................................................................................................3
2.1.2 Pengelolaan Keuangan Daerah.......................................................................................3
2.1.3 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)...................................................................4
BAB III.................................................................................................................................................6
METODE PENELITIAN....................................................................................................................6
3.1 Objek/Subyek Penelitian........................................................................................................6
3.2 Populasi, Sampling, dan Sampel Penelitian...........................................................................6
3.3 Pendekatan Penelitian............................................................................................................6
3.4 Observasi...............................................................................................................................6
3.5 Analisis Data..........................................................................................................................7
BAB IV.................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN...................................................................................................................................8
4.1 Kegunaan Pengelolaan Keuangan Daerah.............................................................................8
4.2 Kinerja Pemerintah Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.................................................10
4.3 Hambatan Pemerintah Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.............................................12
BAB V.................................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
5.2 Saran....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengelolaan Keuangan daerah adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh

pemerintah secara bijak dan serius. Tidak dapat dianggap remeh bahwa terjadinya

penyalahgunaan keuangan daerah itu disebabkan karena tidak adanya pengelolaan atau

pengelolaan keuangan daerah yang sistematis, massif dan terstruktur. Dibutuhkan

pemantauan yang intensif dari pemerintah serta hukum yang berlaku sesuai Undang-Undang

Dasar Dasar dan ideologi negara kita. Pemanfaatan keuangan daerah itu harus digunakan

seutuhnnya untuk kemakmuran masyarakat, pelayanan umum, dan pemanfaatan sumber daya

alam. Itu semua harus dikelolah oleh pemerintah daerah agar tepat sasaran.

Keuangan adalah tulang punggung bagi terselenggarana aktivitas pemerintah di

daerah. Keuangan daerah sangat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Seperti

pajak, retribusi daerah, penghasilan perusahaan daerah, dan lain-lain. Oleh karena demikian

dibutuhkan organisasi dan pengelolaan yang memadai demi terciptanya penyelenggaran

pemerintahan dalam mengelola keuangan daerah dengan baik , efisian ,dan tepat sasaran.

Oleh sebab itu dibutuhkan fokus tersendiri oleh pemerintah dalam mengelola dan mengatur

keuangan daerah. Berdasarkan uraian singkat diatas, Penulis akan membahas dalam makalah

ini dengan judul “KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil adalah

1) Apa kegunaan dari pengelolaan keuangan daerah?

2) Bagaiamana kinerja pengelolaan keuangan daerah ?

3) Apa hambatan pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah?

1
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1) Memahami kegunaan dari pengelolaan keuangan daerah.

2) Mengetahui kinerja pengelolaan keuangan daerah.

3) Mengetahui hambatan pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah.

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapa bermanfaat yaitu:

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam mamnajemen

keuangan daerah.

b. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu hukum yaitu membuat inovasi dan

gebrakan baru pengelolaan keuangan daerah.

c. Sebagai sumbangan pemikiran untuk penulisan makalah selanjutnya.

2) Manfaat praktis.

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi Ilmu Pengetahuan, yaitu iharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi

perkembangan Ilmu Pengetahuan Hukum.

b. Bagi masyarakat, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

pentingnya pengelolaan keuangan daerah.

c. Untuk dapat dijadikan bahan masukan, guna membangun keuangan daerah agar

dapat dikelola dengan baik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

2.1.1 Keuangan Daerah

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaran pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah tersebut hal ini dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21

tahun 2011, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Menurut Mamesah keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik

berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah yang lebih

tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

2.1.2 Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan

keuangan daerah ([ CITATION Hal16 \l 1033 ]

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005,

pengelolaan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

3
Menurut Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan

uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hakdan kewajiban daerah tersebut. Terwujudnya pelaksanaan

desentralisasi fiskal secara efektif dan efisien salah satunya tergantung pada

pengelolaan keuangan daerah.

2.1.3 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

DPRD merupakan lembaga yang terkait dengan pengawasan keuangan daerah

yang memiliki posisi dan fungsi strategis. Didalam Peraturan Pemerintah (PP) RI

No. 58 Tahun 2005 (Pasal 132) tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

menyatakan bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan

daerah tentang APBD. Pengawasan terhadap APBD dilakukan oleh fraksi-

fraksi, komisi-komisi dan alat kelengkapan lain yang dibentuk dalam peraturan

tata tertib DPRD.

Pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh DPRD yang

berfokus pada pengawasan terhadap pelaksanaan APBD hal ini

dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah pasal 42 ayat 1C menjelaskan bahwa DPRD

mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan Daerah dan peraturan Perundang-undangan

lainya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam

melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama

internasional didaerah.

4
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun

2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dijelaskan bahwa

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjunya disingkat

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan

ditetapkan dengan peraturan daerah.

5
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Objek/Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara umum tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sedangkan

objek pada penelitian ini adalah menganalisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah.

3.2 Populasi, Sampling, dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah himpunan sebuah individu atau obyek yang menjadi bahan

pembicaraan atau bahan penelitian. Populasi yang akan diambil dalam

penelitian ini adalah Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang

digunakan untuk penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah Kinerja

Pemerintah Dalam Mengelola Keuangan Daerah.

3.3 Pendekatan Penelitian

Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk melihat, menganalisis data. Data dan

informasi melalui pengumpulan dokumen yang relevan yang sesuai dengan masalah yang

di teliti dalam penelitian ini yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang

kinerja pengelolaan keuangan daerah.

3.4 Observasi

6
Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber yang berupa peristiwa,

tempat/lokasi, dan benda serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Penulis menggunakan obeservasi secara tidak langsung dan hanya mengambil dari

sumber dari penulis sebelumnya di beberapa jurnal ataupun makalah peneliti, agar

mempercepat dan mempermudah penulisan penulis.

3.5 Analisis Data

Teknik analisi data yang digunakan pada penelitian ini merupakn teknik analisis data

yang sesuai dengan metode penelitian deskriptif kualitatif penelitian tentang kinerja

pengelolaan keuangan daerah.

Analisis data dilakukan dengan tahapan:

a. Mengambil data yang terkait dengan kinerja pengelolaan keuangan daerah.

b. Menganalisis data hambatan yang dialami di lapangan dalam pengelolaan keuangan

daerah.

7
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kegunaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Berdasarkan pasal 2 Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan

keuangan daerah meliputi:

1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan

pinjaman

2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan

membayar tagihan pihak ketiga

3. Penerimaan daerah.

4. Pengeluaran daerah.

5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa , surat

berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.

6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Pemerintah daerah mengemban tugas yang penting dalam menjalankan tugas

pemeruntah, pembangunan sumber daya manusia dan pelayanan publik pada masyarakat.

Oleh karaena itu pengelolaan keuangan daerah itu memiliki banyak kegunaan. Menurut

Adisamita (2011) pengelolaan keuangan daerah memiliki kegunaan yakni:

8
1. Menjamin pekerjaan mengikuti job description.

2. Mencegah kekeliruan.

3. Memperbaiki efisiensi.

4. Terciptanya ketertiban dalam pekerjaan.

5. Memperbaiki kekeliruan secara lebih mudah dan meyakinkan.

6. Mengenali dan menggambarkan prestasi yang maksimal.

7. Memperbaiki kualitas manajemen seluruh keseluruhan.

Pengelolaan keuangan daerah tentunya tidak terbatas kegunaannya. Menurut para ahli

pung mengatakan demikian. Kuswani (2016) berpendapat bahwa kegunaan dari pengelolaan

keuangan daerah adalah agar keuangan daerah benar-benar digunakan sebagai yang

diharapkan, sedang dipihak lain agar supaya penerimaan-penerimaan daerah dapat disetor ke

Kas Daerah secara tepat waktu, serta agar jumlah-jumlah yang telah ditetapkan dapat

direalisasikan guna menutupi pengeluaran-pengeluaran daerah. Dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengelolaan

keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Dalam penyelengaraan bidang pengelolaan keuangan daerah, Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah mempunyai tugas penting yang harus dilakukan. Yakni:

1. Penyusunan Perencanaan pengelolaan keuangan daerah.

2. Perumusan kebijakan operasional program pengelolaan keuangan daerah,

3. Perumusan rencana, pelaksanaan program, pemberian bimbingan dan pembinaan

akuntansi pengelolaan keuangan,

4. Perumusan rencana dan pelaksanaan program pengelolaan kas daerah,

5. Penyusuna rencana APBD dan pembinaan pelaksanaan pengelola APBD,

9
6. Perumusan rencana dan pelaksanaan pembinaan administrasi pengelolaan

keuangan daerah,

7. Pengkoordinasian penyusunan dan pelaksanaan program dibidang pengelolaan

keuangan daerah,

8. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dibidang pengelolaan

keuangan daerah,

9. Penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan,

10. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati.

Pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh DPRD yang berfokus pada pengawasan

terhadap pelaksanaan APBD hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah pasal 42 ayat 1C menjelaskan bahwa DPRD

mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan

Daerah dan peraturan Perundang-undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBD,

kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama

internasional didaerah.

4.2 Kinerja Pemerintah Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Kinerja keuangan merupakan suatu bentuk analisis yang dilaksanakan supaya dapat

melihat sejauh mana telah melakukan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan

keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang

kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat- alat analisis keuangan,

sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber

daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Dalam menganalisa kinerja pemerintah itu ddapat membantu mengawasi, mengelola

serta membandingkan apakah tujuan awal, perencanaan, hingga tujuan akhir tepat sasaran

10
atau tidak. Sistem pengukuran kinerja pemerintah juga memiliki fungsi agar pegawai public

atau jasa public sudah berfungsi atau diselenggarakan dengan baik atau beluk, sehingga dapat

mengetahui apakah public sudah mempercayainya atau belum.

Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan kepala

satuan kerja dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan

hanya sekadar kemampuan menujukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi

meliputi kemampuan menujukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara

ekonomis,

efisien, dan efektif. Penilaian atas kinerja keuangan pemerintah daerah diharapkan akan

memberi manfaat untuk memonitor perkembangan keadaan keuangan yang ada di pemerintah

daerah.

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan pengelolaan anggaran daerah yang dapat

mendorong penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, telah disusun

seperangkat peraturan perundang-undangan mulai dari setingkat undangundang sampai

dengan yang paling rendah setingkat peraturan daerah. Hal tersebut merupakan bentuk

pembaharuan atas sistem pengelolaan keuangan daerah yang sebelumnya dikelola secara

tradisional yang sulit dinilai kinerjanya, menjadi pengelolaan anggaran daerah berbasis

kinerja yang dapat dinilai kinerjanya. Dalam pelaksanaannya, peraturan perundang-undangan

pengelolaan keuangan daerah belum mampu mengubah perilaku aparatur pemerintah daerah

dalam mengelola APBD. Sistem penganggaran pola lama yang sudah mengakar kuat pada

aparat birokrasi tidak bisa dirubah dengan serta merta dan masih terjadi kebocoran dan

pemborosan anggaran. Metode penelitian yang dipergunakan merupakan kombinasi antara

penelitian hukum empiris dengan penelitian hukum normatif. Tipe penelitian hukum empiris

dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Data yang terkumpul dianalisis

secara kualitatif. Dalam tipe penelitian hukum normatif bahan hukum yang terkumpul

11
dianalisis secara normatif dengan pendekatan historis, pendekatan peraturan perundang-

undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan komparatif. Masing-masing pendekatan

dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai

berikut: Pengaturan atas pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada prinsip anggaran

kinerja merupakan sebuah komitmen untuk menyelenggarakan pemerintahan yang efekftif

dan efisien.

4.3 Hambatan Pemerintah Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Hambatan yang dialami pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah disebabkan oleh

beberapa hal. Adapun hambatan tersebut adalah:

1. Minimnya pengetahuan pemerintah daerah tenteng pengelolaan Keuangan Daerah

Membangun pemerintah yang baik membutuhkan Sumber Daya Manusia yang

professional, berkualitas, berinovasi dalam melakukan pengelolaan anggaran. Banyak

pemerintah daerah yang tidak memiliki SDM yang memadai sehingga banyak anggaran

tidak dapat direalisasikan dengan baik dan tepat sasaran. Pemerintah daerah dalam

mengambil SDM masih mengedepankan kolusi nepotisme. Sehingga yang terjadi adalah

sering kita temui pejabat-pejabat publik yang tidak mampu dalam melakukan pengelolaan

anggaran dengan massif, terstruktur dan sistematis.

2. Minimnya Komunikasi Pemerintah dengan Masyarakat.

Kurangnya komunikasi aktif dari masyarakat menyebabkan tidak adanya aspirasi

yang didapat sehingga pemerintah kebingungan dalam pengelolaan keuangan daerah

secara efektif dan efisien.

3. Manajemen cara kerja yang tidak efektif dan efisien.

12
Pemerintah tidak memiliki manajemen yang baik sehingga sering kita jumpai

banyak pekerjaan yang terbengkalai atau mangkrak karena tidak disertai manajemen oleh

pejabat. Ketidakmemilikinya pemikiran dalam manajemen itu merupakan hambatan besar

dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah tidak

semudah yang kita pikirkan. Banyak hal yang harus dibenahi, dengan anggaran yang

didapat begitu banyak, dengan itu pula anggaran itu harus direalisasikan sehingga

pengelolaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

4. Pengaruh politik dalam pengelolaan anggaran.

Mengingat kebijakan anggaran bagian dari politik, maka implementasi (realisasi)

anggaran sarat dengan kepentingan politik. Kepentingan politik menentukan realisasi

anggaran. Banyak program-program besar pemerintah daerah tidak dapat direalisasikan

karena dihambat kepentingan politik stakeholder. Kepala daerah dan DPRD adalah dua

stakeholder yang berkepentingan lansung dengan kebijakan anggaran. Acapkali kepala

daerah dan DPRD tidak harmonis dalam pengelolaan anggaran. Mereka mengedepankan

kepentingan masing-masing. Kepala daerah menbawa visi yang berbeda dengan DPRD.

Kebijakan anggaran dikelola berdasarkan kepentingan, bukan kinerja dan kebutuhan

penting untuk pembangunan daerah. Perbedaan kepentingan dan visi memperburuk

pengelolaan keuangan daerah sehingga kebijakan anggaran diimplementasikan tanpa arah

yang jelas.

5. Sarana

Dalam pengelolaan keuangan daerah terdapat hambatan yakni dalam hal sarana.

Sarana tersebut terdiri dari fasilitas, sarana penelitian serta kekurangan staf khusus dan

staf ahli serta tenaga secretariat yang dapat menyokong pemerintah dalam membantu

mengelola keuangan daerah.

13
6. Sistem penganggaran yang rigid (rumit)

Sistem penganggaran pemerintahan daerah dinilai sangat rigid sehingga

implementasi (realisasi) anggaran tidak dapat dilaksanakan sebagaimana yang sudah

diatur dalam kebijakan APBD. Pengguna anggaran harus melalui proses dan waktu

panjang untuk mendapatkan anggaran karena harus menyiapkan syarat-syarat legalitas

yang harus dipenuhi untuk realisasi anggaran. Apabila pengguna anggaran tidak melalui

sistem termasuk memenuhi syarat legalitas, maka akan berdampak pada sanksi yang

harus diterima. Karena itu, pengguna anggaran (apalagi SDM yang tidak berkualitas)

seringkali tidak ingin pusing dengan aturan sehingga anggaran tidak dapat direalisasikan.

Masyarakat (apalagi yang tidak paham tentang mekanisme anggaran) semakin kesulitan

untuk mendapatkan anggaran. Masyarakat mendapatkan anggaran harus melalui proses

sesuai aturan hukum yang barlaku. Kebutuhan masyarakat yang insidental tidak dapat

dibiayai melalui APBD karena tidak melalui sistem. Rigidsitas anggaran menyebabkan

pemerintah dan masyarakat kesulitan untuk akses anggaran.

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:

1. Kegunaan dari pengelolaan keuangan daerah adalah Menjamin pekerjaan

mengikuti job description, Mencegah kekeliruan.,Memperbaiki efisiensi,

Terciptanya ketertiban dalam pekerjaan, Memperbaiki kekeliruan secara lebih

mudah dan meyakinkan, Mengenali dan menggambarkan prestasi yang maksimal,

Memperbaiki kualitas manajemen seluruh keseluruhan.

2. Kinerja keuangan merupakan suatu bentuk analisis yang dilaksanakan supaya

dapat melihat sejauh mana telah melakukan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Pengukuran kinerja sangat penting

untuk menilai akuntabilitas organisasi dan kepala satuan kerja dala menghasilkan

pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan hanya sekadar kemampuan

menujukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi

kemampuan menujukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara

ekonomis, efisien, dan efektif.

15
3. Hambatan pemerintah dalam mengelola keuangan daerah yaitu, Minimnya

pengetahuan pemerintah daerah tenteng pengelolaan Keuangan Daerah, Minimnya

Komunikasi Pemerintah dengan Masyarakat, Manajemen cara kerja yang tidak

efektif dan efisien, Pengaruh politik dalam pengelolaan anggaran, Sarana, Sistem

penganggaran yang rigid (rumit)

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan tentang pengelolaan keuangan

daerah, penulis menyarankan agar Pemerintah daerah harus melakukan pengelolan

keuangan daerah dengan baik, transparan, efektif, efisien dan tepat saran. Seluruh

pengelolaan keuangan daerah hanya untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.

Yogyakarta : Graha Ilm

Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta

Mamesah, D. J. 1995. Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Ali Maulidi. Teknik Belajar Statistik 2. (Jakarta: Alim’s Publishing). 2016. Hal.2

UNDANG-UNDANG

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.59 Tahun 2007 Perubahan Atas 13 Tahun

2006 Tentang Pedoman Pengelolan Keuangan Daerah

Peraturan pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun 2005 Tentang Standarisasi Akuntansi


17
Pemerintahan.

Pereturan Menteri Dalam Negeri No 37 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran

2011

Permendagri No. 26 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun

Anggaran 2007

18

Anda mungkin juga menyukai