Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM ADAT

OLEH

YOSAFAT P. H. SIPAYUNG 1902010292

YOSEFINUS HARIYANTO 1902010151

YULITHA LEDI MATUS 1902010

YOSEFINA MARIA KOA 1902010049

YOSUA BERLIM BETTY 1902010

YORIO BETTY 1902010

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah tentang

Hukum Adat ini bisa selesai pada waktunya.. Saya berharap semoga makalah ini bisa

menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa

makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta

saran yang bersifat membangun demi terciptanya tugas selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1 Pengertian Hukum Adat................................................................................................5
2.2 Ciri-Ciri Hukum Adat..............................................................................................6
2.3 Unsur-Unsur Hukum Adat.......................................................................................7
2.4 Sumber-Sumber Hukum Adat.................................................................................7
2.5 Kedudukan Hukum Adat dalam Sistem Hukum Indonesia.................................8
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural, memiliki berbagai suku,
bahasa, adat, adat istiadat, kebudayaan dan peradaban, juga hukum adat, sistem hukum
adat, susunan hukum adat yang beraneka ragam. Oleh sebab itu perlu dipelajari dengan
lebih baik. Adat dan kebudayaan hadir karena kebiasaan perilaku dalam masyarakat yang
dipandang baik dan layak untuk dilaksanakan demi penyatuan dan keharmonisan hidup
dan kebersamaan[ CITATION Heh19 \l 1057 ].
Di era moderen ini terkadang kita lupa akan latar belakang lahirnya hukum yang kita
kenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara asia-asia
lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Hukum Adat adalah hukum asli bagi bangsa
indonesia. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Karena
peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh-kembang, maka hukum adat memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu dikenal pula masyarakat hukum
adat yaitu sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga
bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar
keturunan[ CITATION Bec06 \l 1057 ].

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami ambil, yaitu:
1. Apa pengertian Hukum Adat?
2. Apa ciri-ciri Hukum Adat?
3. Apa unsur-unsur Hukum Adat?
4. Apa sumber-sumber Hukum Adat?
5. Apa posisi hukum adat dalam sistem Hukum indonesia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian Hukum Adat.
2. Mendeskripsikan ciri-ciri dari Hukum Adat.
3. Mengetahui unsur-unsur dari Hukum Adat.
4. Memahami sumber-sumber Hukum Adat.
5. Mengetahui asas-asas dari Hukum Adat.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Adat
Istilah Hukum adat pertama kali diperkenalkan secara ilmiah oleh Prof. Dr. C
Snouck Hurgronje, pada tahun 1893 dalam bukunya yang berjudul “ De Atjehers”
menyebutkan dalam bahasa belanda istilah Hukum Adat sebagai “ adat recht” yaitu
untuk memberi nama pada suatu sistem pengendalian sosial (sosial c0ntrol) yang hidup
dalam masyarakat Indonesia[ CITATION Heh19 \l 1057 ].

Hukum Adat harus dibedakan dari pengertian adat atau adat istiadat yang merupakan
kebiasaan yang berulang tetap dalam suatu masyarakat, sedangkan Hukum Adat adalah
kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasi dan bersifat
paksaan, mempunyai sanksi, mempunyai akibat hukum.

Selain itu ada pula pengertian hukum adat menurut beberapa ahli antara lain [ CITATION
Ros17 \l 1057 ]:

1. Prof . C. Van Vollenhoven

Dalam buku “ Het adatrecht van Naderland Indie” jilid 1 halaman 7


memberi pengertian hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada
peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Hindia Belands dahulu atau
alat-alat kekuasaan lainnya yang menjadi sendinya yang diadakan sendiri oleh
kekuasaan Belanda dahulu.

2. Prof. M. Djojodigeno, SH

Dalam buku berjudul “Asas-asas Hukum Adat” tahun 1958 memberi


definisi bahwa hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan-
peraturan.

3. Prof. Dr. Soepomo

Dalam karangan beliau “Beberapa Catatan Mengenai Hukum Adat”


memberikan pengertian Hukum Adat sebagai hukum yang tidak tertulis di dalam
peraturan-peraturan legislatif (Unstatutary Law) meliputi peraturan-peraturan
hidup yang meskpun tidak ditetapkan oleh yang berwajib, toh ditaati dan
didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-peraturan
tersebut mempunyai kekuatan hukum.
2.2 Ciri-Ciri Hukum Adat
Ciri -ciri dari Hukum Adat antara lain [ CITATION Sud78 \l 1057 ] :

1. Bercorak Relegiues- Magis :


Menurut kepercayaan tradisionil Indonesia, tiap-tiap masyarakat diliputi oleh
kekuatan gaib yang harus dipelihara agar masyarakat itu tetap aman tentram bahagia
dan lain-lain. Tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia gaib serta tidak ada
pemisahan antara berbagai macam lapangan kehidupan, seperti kehidupan manusia,
alam, arwah-arwah nenek moyang dan kehidupan makluk-makluk lainnya.
Adanya pemujaan-pemujaan khususnya terhadap arwah-arwah darp pada
nenek moyang sebagai pelindung adat-istiadat yang diperlukan bagi kebahagiaan
masyarakat. Setiap kegiatan atau perbuatan-perbuatan bersama seperti membuka
tanah, membangun rumah, menanam dan peristiwa-pristiwa penting lainnya selalu
diadakan upacara-upacara relegieus yang bertujuan agar maksud dan tujuan mendapat
berkah serta tidak ada halangan dan selalu berhasil dengan baik.
2. Bercorak Komunal atau Kemasyarakatan  
Artinya bahwa kehidupan manusia selalu dilihat dalam wujud kelompok,
sebagai satu kesatuan yang utuh. Individu satu dengan yang lainnya tidak dapat hidup
sendiri, manusia adalah makluk sosial, manusia selalu hidup bermasyarakatan,
kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan perseorangan.
3. Bercorak Demokrasi
Bahwa segala sesuatu selalu diselesaikan dengan rasa kebersamaan,
kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan-kepentingan pribadi
sesuai dengan asas permusyawaratan dan perwakilan sebagai system pemerintahan.
Adanya musyawarah di Balai Desa, setiap tindakan pamong desa berdasarkan hasil
musyawarah dan lain sebagainya.
4. Bercorak Kontan
Pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus dilakukan pada saat yang
bersamaan yaitu peristiwa penyerahan dan penerimaan harus dilakukan secara
serentak, ini dimaksudkan agar menjaga keseimbangan didalam pergaulan
bermasyarakat.       
5. Bercorak Konkrit
Artinya adanya tanda yang kelihatan yaitu tiap-tiap perbuatan atau keinginan
dalam setiap hubungan-hubungan hukum tertentu harus dinyatakan dengan benda-
benda yang berwujud. Tidak ada janji yang dibayar dengan janji, semuanya harus
disertai tindakan nyata, tidak ada saling mencurigai satu dengan yang lainnya.
2.3 Unsur-Unsur Hukum Adat
Unsur-unsur Hukum Adat antara lain[ CITATION Heh19 \l 1057 ]:
1. Nilai-nilai Budaya adalah ide atau gagasan mengenai hal-hal tertentu yang dianggap
penting bagi suatu masyarakat..
2. Sistem hukum suatu adat istiadat juga memiliki sistem hukum yang merupakan
ketentuan yang sifatnya tegas dan mengikat bagi seluruh masyarakat dalam
lingkungan tersebut,
3. Aturan khusus adat istiadat memiliki aturan khusus yang bersifat mengikat warga
tentang suatu hal yang biasanya aturan khusus berlaku secara terbatas.

2.4 Sumber-Sumber Hukum Adat


Yang dimaksud dengan sumber hukum adat disini adalah sumber mengenal
hukum adat, atau sumber dari mana hukum adat kita ketahui, atau sumber dimana asas-
asas hukum adat menyatakan dirinya dalam masyarakat, sehingga dengan mudah dapat
kita ketahui. Sumber-sumber itu adalah[ CITATION Elf19 \l 1057 ] :
1. Kebiasaan atau adat kebiasaan
Sumber ini merupakan bagian yang paling besar yang timbul dan tumbuh dalam
masyarakat yang berupa norma-norma aturan tingkah laku yang sudah ada sejak
dahulu. Adat kebiasaan ini meskipun tidak tertulis tetapi selalu dihormati dan ditaati
oleh warga masyarakat, sebagai aturan hidup manusia dalam hubungannya dengan
manusia lain. Oleh karena itu tidak tertulis, maka adat kebiasaan ini hanya dapat
dicari dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan, atau dalam berbagai
peribahasa, Pepatah, kata-kata mutiara atau dalam perbuatan simbolik yang penuh
dengan arti kiasan.
2. Keputusan para petugas hukum
Hukum adat juga dapat diketahui dari berbagai macam keputusan para petugas
hukum adat, seperti Kepala Adat, Kepala Suku, Hakim Adat, rapat Desa (rembug
Desa) dan sebagainya.
3. Hukum Islam
Norma hukum islam atau yang lebih dikenal dengan istilah Hukum FIQH, juga
merupakan sumber hukum adat, terutama mengenai ajaran hukum Islam yang sudah
meresap dalam kesadaran hukum masyarakat yang sebagian besar beragama Islam.
Misalnya mengenai perkawinan, warisan, wakaf dsb.
4. Piagam Raja-raja dan kitab Hukum Adat
Hukum Adat Indonesia sekarang ini ada juga yang bersumber pada hukum tertulis
dalam Piagam dan Pranatan Raja-raja dahulu seperti : Pranatan Bekel dari Kraton
Yogyakarta, Angger-angger Arubiru dari Surakarta, kitab hukum kertagama dari
Majapahit, kitab hukum Kutaramanawa dari Bali dsb.

5 Peraturan-peraturan Perkumpulan Adat


Beberapa perhimpunan yang dibentuk oleh masyarakat juga sering membuat
ketentuan-ketentuan yang mengikat para anggotanya, awig-awig untuk para anggota
perkumpulan pengairan/subak di Bali, Perkumpulan kematian, Perkumpulan arisan
dsb.
6. Buku-buku standart mengenai hukum adat
Buku-buku mengenai hukum adat, terutama yang merupakan hasil penelitian dan
pengamatan para sarjana hukum adat yang terkenal, merupakan sumber adat yang
penting, terutama bagi para pelajar dan mahasiswa yang sedang mempelajari hukum
adat, seperti misalnya: Beginselen en Stelsel van Het Adatrecht susunan Ter Haar, Het
Adatrecht van Nederlansch Indie susunan van Vollen Hoven, Het Adatsprivaat recht
van Middel java susunan Joyodiguno dan Tirawinata. Het Adatsprivaat recht van
West Java susunan Soepomo dan sebagainya.
2.5 Kedudukan Hukum Adat dalam Sistem Hukum Indonesia
Landasan atau dasar pokok kebijakan hukum nasional tercantum dalam Tap MPR RI
NO IV/MPR/1999, yang secara tegas dalam point 2 disebutkan bahwa: “menata sistem
hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati
hukum agama dan hukum adat serta memperbaharui perundang-undangan warisan dan
hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan Gender dan
ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi”.
Dalam Pasal 18B ayat (2) Amandemen UUD 1945 menyebutkan ”Negara mengakui
dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.
Menurut pasal ini hukum adat yang diakui adalah hukum adat yang masih nyata-nyata
hidup, jelas materi dan lingkup masyarakat adatnya.
Ketentuan Pasal 18b ayat (2) di atas dapat dipahami bahwa UUD 1945 lebih
mengutamakan hukum yang tertulis dari pada tidak tertulis. Ini maknanya bahwa
pengakuan terhadap hukum adat yang masih hidup dalam masyarakat di suatu daerah
harus dilakukan dengan pengaturan dalam peraturan perundang-undangan (tertulis).
Untuk menganalisa kedudukan hukum adat dalam sistem hukum perlu kiranya
diperhatikan salah satu aliran
Dalam ilmu hukum yaitu, Sociological Jurisprudence yang disampaikan oleh Eugen
Ehrlich. Yang menjadi konsepsi dasar dari pemikiran Ehrlich tentang hukum adalah apa
yang dinamakan dengan living law. Hukum positif yang baik dan efektif adalah hukum
yag sesuai dengan living law dari masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup
di dalamnya.
Pesan Ehrlich pada pembuat undang-undang adalah dalam membuat undang-undang
hendaklah diperhatikan apa yang hidup dalam masyarakat. Adalah suatu kenyataan dan
tidak dapat dipungkiri bahwa hukum adat yang berlaKu di Indonesia pada umumnya dan
Provinsi Aceh pada khusunya adalah hukum yangi sudah sesuai dengan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu agar hukum adat dapat efektif berlaku dalam
masyarakat maka dalam pembentukan undang-undang dan Qanun di Aceh, wakil rakyat
yang duduk di lembaga legislatif harus mampu menggali dan wajib menampung
kesadaran hukum yang hidup dalam masyarakat. Kesadaran hukum masyarakat yang
telah diformalkan baik dalam undang-undang maupun qanun akan dapat digunakan
sebagai dasar dalam menjaga ketertiban dan kerukunan hidup masyarakat[ CITATION Sya10
\l 1057 ].
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum Adat adalah kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan,
tidak dikodifikasi dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi, mempunyai akibat hukum.
Ciri-ciri Hukum adat yakni bercorak relegiues- magis bercorak komunal atau
kemasyarakatan,bercorak demokrasi,bercorak kontan,bercorak konkrit. Unsur-unsur
dari hukum adat yaitu nilai-nilai budaya dianggap penting, sistem hukum adat bersifat
tegas, dan aturan khusus hukum adat bersifat mengikat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Beckmann, K. (2006). Pluralisme Hukum, Sebuah Sketsa Genealogis dan Perdebatan
Teoritis. Jakarta: Ford Foundation.

Hehanusa, M., & Usman, S. R. (2019). Pengantar Hukum Indonesia. Kupang.

Rosdalina. (2017). Hukum Adat. Jakarta: Deepublish.

Samidjo. (1985). Pengantar Hukum Indonesia. Bandung: CV Amico.

Sudiyat, I. (1978). Asas-asas Hukum Adat sebagai Bekal Pengantar. Yogyakarta: Liberty.

Syahbandir, M. (2010). Kedudukan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum. KANUN.

Undang-Undang:

Tap MPR RI NO IV/MPR/1999


Dalam Pasal 18B ayat (2) Amandemen UUD 1945

Internet:
Prahandini, E. (2019, November 21). MAKALAH HUKUM ADAT . Diambil kembali dari
ACADEMI.EDU:
https://www.academia.edu/11335057/MAKALAH_HUKUM_ADAT

Anda mungkin juga menyukai