Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM ADAT

“UNSUR-UNSUR HUKUM ADAT”


Dosen Pengampu : Hery Zarkasih, M.H.

Kelompok 2
1. Hafizin
2. Anggita Aprilia Mahrani
3. Suryani
4. Mirawati
5. Dayu Fauzia Maemunah
6. Muhajrian Ziah Ulhaq Putra

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani akan selalu
membawa keberkahan baik kehidupan di dunia maupun di akhirat, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh mamfaat

Dengan senantiasa karunia dan pertolongan-Nya.Alhamdulilah kami berhasil


menyelesaikan tugas makalah Hukum Adat dari Bapak Dosen Hery Zarkasih, M.H.
yang berjudul “Unsur-Unsur Hukum Adat”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas akhir semester dan
untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca maupun penulis. Dalam
penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
baik dari isi maupun penulisan.oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini bermamfaat bagi kita semua.Terima kasih.

Mataram, 18 Agustus 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Unsur-Unsur Hukum Adat ...................................................................................... 3


B. Ciri/Corak Masyarakat Hukum Adat Di Indonesia ................................................ 3
C. Sumber-Sumber Hukum Adat................................................................................. 6
D. Pembidangan Hukum Adat ..................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adat lahir bersamaan dengan adanya manusia sebagai


pembuatnya.Dimana ada masyarakat disitu ada hukum (Ibi Ius Ibi Societas).
Hukum hadirkarena kodrat manusia yang selalu hidup bersama atau
berkelompok,Hukum adat menjadi indentitas bangsa Indonesia, hukum adat
lahir bersamaan dengan adanya nenek moyang bangsa Indonesia hingga
masuknya kolonialisme bangsa Eropa. Hukum adat tidak dapat tergoyahkan
dengan munculnya hukum- hukum baru yang lebih rasional akan
pengaturannya dan lebih spesifik menjamah segalah aspek kehidupan.
Hukum adat tetap diakui negara sebagai kontrol sosial masyarakat
yang sangat penting dan nomor satu untuk mengantisipasi dan mencegah
konflik sosial yang ada di masyarakat.Untuk itu, esensi dari pengertian hukum
adat adalah membentuk masyarakat untuk saling berinteraksi secara baik dan
benar dan sebagai alat mengantisipasi benturan-benturan sosial yang dapat
melahirkan konflik.
Ciri dari masyarakat hukum adat adalah bagaimana mereka menaati
dan loyal terhadap hukum yang mereka buat sendiri sebagai sarana untuk
mencegah konflik dan mempertahankan solidaritas sosial.Hukum adat
membentuk adanya hubungan timbal balik antar masyarakat, dan membentuk
tingkat kesadaran masyarakat agar hidup saling berdampingan satu dengan
lainnya berdasarkan nilai-nilai luhur budaya dan tradisi yang
dianutnya.Eksistensi hukum adat memberi pengaruh lebih dalam menyikapi
persoalan bangsa. Oleh sebab itu, hukum adat diartikan sebagai kaidah atau
norma sosial yang mempunyai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam
masyarakat yang kental dengan budaya dan tradisinya. Dapat pula dikatakan
bahwa, hukum adat itu merupakan pencerminan nilai-nilai luhur budaya dan
tradisi masyarakat yang menjadi pedoman atau rujukan untuk bertindak dalam
aktivitas sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur-unsur hukum adat?

1
2. Apa saja ciri atau corak masyarakat hukum?
3. Apa saja sumber-sumber hukum adat?
4. Apa saja pembidangan hukum adat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui unsur-unsur hukum adat
2. Untuk mengetahui ciri atau corak masyarakat hukum
3. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum adat
4. Untuk mengetahui pembidangan hukum adat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur-Unsur Hukum Adat

Van Vollenhoven memisahkan adat,dan hukum adat (yaitu, “adat”


yang tanpa akibat hukum) dan “hukum adat”(yaitu adat yang mempunyai
akibat hukum). Hukum adat (adat rech) kemudian didefenisikannya seabgai:
datsamenstel van voor inlanders en vreemde oosterlingen geldende
gerdragregels, die enerzida sanctie hebben (daarom “recht” ) en anderzids in
ongecodificeerden staat verkeeren ( daarom :adat” ). Adat recth adalah
keseluruhan aturan tingkah laku yang berlaku bagi bumi putra dan orang timur
asing, yang mempunyai upaya pemaksa, lagipula tidak di kondifikasikan.

Dengan demikian, kita dapat membedakan dua ciri dari hukum adat,
yaitu: adat yang bersangsi dan yang tidak di kondifikasikan. Dengan sifatnya
yang tidak tertulis, hukum adat memiliki peraturan hidup yang meskipun tidak
ditetapkan dalam hukum formal tetapi ia tetap menjadi hukum yang ditaati dan
di dukung oleh rakyat dengan segenap keyakinan mereka bahwasannya
peraturan tersebut memiliki kekuatan hukum.
Dari beberapa Batasan yang telah dikemukakan mengenai hukum adat
maka unsusr-unsusr dalam hukum adat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Adanya tingkah laku yang dilakukan secara terus-menerus
2. Adanya pola tingkah laku yang sistematis dan teratur
3. Adanya nilai sacral yang di pakai dalam tingkah laku tersebut
4. Adanya keputusan kepala adat
5. Adanya akibat hukum atau sanksi
6. Tidak tertulis
7. Ditaati karena kepatutan dan kewibawaannya.

B. Ciri atau Corak Masyarkat Hukum Adat Di Indonesia

Van Dijk menyebutkan bahwa hokum adat memiliki tiga corak khas, yaitu :

a) Hukum adat mengandung sifat yang sangat tradisional.


b) Hokum adat dapat berubah

3
c) Kesanggupan hokum adat untuk menyesuaikan diri.
1. Tradisional
Sifat tradisional mengandung arti bahwa hokum adat berakar
dari kehendak nenek moyang yang diagungkan. Sehimgga beberapa
ahli berasumsi bahwa hokum adat merupakan bagian tak terlepas dari
kebudayaan masyarakat Indonesia. Anggapan ini biasanya di
konstruksikan dalam legenda atau cerita turun-menurun, baik tertulis
maupun tidak tertulis.
Pada sisi lain hukum adat pun bisa berubah dan menyesuaikan
diri dengan kondisi tertentu dari perkembangan masyarakat. Perubahan
ini biasanya terjadi bukan karna adsnya penghapusan atau
penghilangan suatu aturan secara resmi melainkan karna adanya
perubahan kondisi, tempat dan waktu.
2. Bercorak Keagamaan (religious megis)

Hukum mengandung kaidah-kaidah kekuatan gaib dan


kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Mayoritas masyarakat
Indonesia percaya bahwa tuhan ada.Namun banyak juga yang percaya
bahwasannya yang ada disemesta ini memiliki jiwa dan setiap kegiatan
dibumi ini diawasi oleh makhluk-makhluk lain.

Menurut kepercayaan tradisionil Indonesia, tiap-tiap


masyarakat diliputi olehkekuatan gaib yang harus dipelihara agar
masyarakat itu tetap aman tentrambahagia dan lain-lain.Tidak ada
pembatasan antara dunia lahir dan dunia gaib serta tidak adapemisahan
antara berbagai macam lapangan kehidupan, seperti
kehidupanmanusia, alam, arwah-arwah nenek moyang dan kehidupan
makluk-makluklainnya.Adanya pemujaan-pemujaan khususnya
terhadap arwah-arwah darp padanenek moyang sebagai pelindung
adat-istiadat yang diperlukan bagikebahagiaan masyarakat.Setiap
kegiatan atau perbuatan-perbuatan bersama seperti membuka
tanah,membangun rumah, menanam dan peristiwa-pristiwa penting
lainnya selaludiadakan upacara-upacara relegieus yang bertujuan agar
maksud dan tujuanmendapat berkah serta tidak ada halangan dan selalu
berhasil dengan baik.

4
Arti Relegieus Magis adalah :
- bersifat kesatuan batin
- ada kesatuan dunia lahir dan dunia gaib
- ada hubungan dengan arwah-arwah nenek moyang dan makluk-
maklukhalus lainnya.
- percaya adanya kekuatan gaib- pemujaan terhadap arwah-arwah nenek
moyang
- setiap kegiatan selalu diadakan upacara-upacara relegieus
- percaya adnya roh-roh halus, hatu-hantu yang menempati alam
semestaseperti terjadi gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang,
batu danlain sebagainya.
- Percaya adanya kekuatan sakti
- - Adanya beberapa pantangan-pantangan.
3. Bercorak Komunal atau kemasyarakatan

Dalam hukum adat,kepentingan individu berada dibawah


kepentingan bersama. Kepentingan Bersama jauh lebih penting
daripada kepentingan individu atau pribadi.Artinya bahwa kehidupan
manusia selalu dilihat dalam wujud kelompok,sebagai satu kesatuan
yang utuh. Individu satu dengan yang lainnya tidakdapat hidup sendiri,
manusia adalah makluk sosial, manusia selalu hidupbermasyarakatan,
kepentingan bersama lebih diutamakan dari padkepentingan
perseorangan..

Secara singkat arti dari Komunal adalah :


- manusia terikat pada kemasyarakatan tidak bebas dari
segalaperbuatannya.
- Setiap warga mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya
- Hak subyektif berfungsi social
- Kepentingan bersama lebih diutamakan
- Bersifat gotong royong- Sopan santun dan sabar-
- Sangka baik- Saling hormat menghormati.
4. Bercorak Demokrasi

5
Bahwa segala sesuatu selalu diselesaikan dengan rasa
kebersamaan,kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada
kepentingan-kepentinganpribadi sesuai dengan asas permusyawaratan
dan perwakilan sebagai systempemerintahan.Adanya musyawarah di
Balai Desa, setiap tindakan pamong desa berdasarkanhasil
musyawarah dan lain sebagainya.

5. Bercorak Konkret dan Visual

Konkret artinya jelas, Visual artinya tertutup atau tidak


kelihatan atau biasa disebut juga jelas dan tidak tersembunyi. Hal
tersebut terlihat dalam kegiatan-kegiatan seperti berikut :

a. Transaksi tunai dilakukan disaat itu juga,disaksikan oleh


banyak orang,penyerahannya saat itu juga.contohnya transaksi
jual beli tanah.
b. Adanya janji atau boroh saat beli. Jadi ,kalua A sudah memberi
boroh atau tanda jadi ke B maka B tidak boleh lagi menjual
kepada orang lain lagi.
6. Bercorak Terbuka dan Sederhana

Terbuka artinya menerima maksudnya unsur-unsur asing


sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan semangat hukum adat
tersebut. Sederhana artinya bersahaja, tidak bertele-tele, mudah dalam
administrasinya ,dan saling percaya.

7. Bercorak Tidak Dikodifikasi

Hukum adat tidak “dibukukan” (tidak dibuat jadi satu


buku),tidak ditulis seperti layaknya kitab undang-undang (KUHP).Hal
ini membuat hukum adat mudah diubah. Namun,ada yang tertulis tapi
tidak mengikat semua kalangan hanya untuk orang-orang tertentu.
Misalnya ,hanya untuk keluarga orang-orang kerajaan atau bangsawan.
Adapun yang tertulis namun tidak secara sistematis.

8. Dapat berubah dan menyusaikan diri


Hukum adat juga dapat disesuaikan dengan
kesesuaian.Misalnya dahulu harta hanya dapat diberikan kepada laki-

6
laki saja dan perempuan hanya diberikan karena rasa kasihan atau
ibah.Namu hal ini berubah karena saat ini sudah ada persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan.Jika dahulu tidak boleh menikah atau
kawin dengan satu marga maka sekarang sudah bisa.
9. Musyawarah dan Mufakat
Dalam hukum adat hal ini bertujuan untuk menyelesaikan
beberapa konflik.sangat jarang ada kasus yang sampai kemeja
pengadilan.
10. Bercorak Kontan
Pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus dilakukan
pada saat yangbersamaan yaitu peristiwa penyerahan dan penerimaan
harus dilakukan secaraserentak, ini dimaksudkan agar menjaga
keseimbangan didalam pergaulanbermasyarakat.

Selain itu hukum adat juga bersifat plastis yang berarti hukum adat
dialaksanakan dengan memerhatikan hal-hal yang bersifat tersendiri (
khusus). Karna hukum adat berpangkal pada asas-asas yang menentukan
hukum dalam garis besarnya saja atau dalam istilah Djojodigoeno dapat
memperlihatkan hal-hal khusus dalam peristiwa yang menjadi dasar dari suatu
masalah hukum.

C. Sumber-Sumber Hukum Adat


Sumber-sumber hukum adat adalah:
a) Adat istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat;
b) Kebudayaan tradisional rakyat;
c) Kaidah dari kebudayaan Indonesia asli
d) Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat
e) Pepatah adat
f) Yurisprudensi adat
g) Dokumen-dokumen yang hidup pada waktu itu, yang memuat ketentuan-
ketentuan yang hidup.
h) Kitab-kitab hukum yang pernah dikeluarkan oleh raja-raja
i) Doktrin mengenai hukum adat
j) Hasil-hasil penelitian tentang hukum adat
k) Nilai-nilai yang tumbuh dan berlaku di masyarakat

7
D. Pembidangan Hukum Adat
Mengenai pembidangan hukum adat tersebut, terdapat pelbagai variasi,
yangberusaha untuk mengidentifikasikan kekhususan hukum adat apabila
dibandingkan dengan hukum barat. Pembidangan tersebut biasanya dapat
ditemukan dalam buku-buku standar, di mana sistematika buku tersebut
merupakan suatu petunjuk untuk mengetahui pembidangan mana yang dianut
oleh penulisnya, misalnya:
Van Vollenhoven berpendapat bahwa pembidangan hukum adat adalah
sebagai berikut:
a. Bentuk-bentuk masyarakat hukum adat
b. Tentang pribadi
c. Pemerintahan dan peradilan
d. Hukum keluarga
e. Hukum perkawinan
f. Hukum waris
g. Hukum tanah
h. Hukum hutang piutang
i. Hukum delik
j. Sistem sanksi
Soepomo membagi pembidangan hukum adat sebagai berikut:
a. Hukum keluarga
b. Hukum perkawinan
c. Hukum waris
d. Hukum tanah
e. Hukum hutang piutang
f. Hukum pelanggaran

Ter Haar mengemukakan pembidangan hukum adat sebagai berikut:

a. Tata masyarakat
b. Hak-hak atas tanah
c. Transaksi-transaksi tanah
d. Transaksi-transaksi di mana tanah tersangkut
e. Hukum hutang piutang

8
f. Lembaga/yayasan
g. Hukum pribadi
h. Hukum keluarga
i. Hukum perkawinan
j. Hukum delik
k. Pengaruh lampau waktu

Wignjodripuro membagi pembidangan hukum adat menjadi:

a. Tata susunan rakyat Indonesia


b. Hukum perseorangan
c. Hukum kekeluargaan
d. Hukum perkawinan
e. Hukum harta perkawinan
f. Hukum (adat) waris
g. Hukum tanah
h. Hukum hutang piutang
i. Hukum (adat) delik
Iman Sudiyat juga mengemukakan mengenai pembidangan hukum adat,
yaitu: a. Hukum tanah
b. Transaksi tanah
c. Transaksi yang bersangkutan dengan tanah
d. Hukum perutangan
e. Status badan pribadi
f. Hukum kekerabatan
g. Hukum perkawinan
h. Hukum waris
i. Hukum delik adat

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
▪ Unsusr-unsusr dalam hukum adat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Adanya tingkah laku yang dilakukan secara terus-menerus.
2. Adanya pola tingkah laku yang sistematis dan teratur.
3. Adanya nilai sacral yang di pakai dalam tingkah laku tersebut.
4. Adanya keputusan kepala adat.
5. Adanya akibat hukum atau sanksi.
6. Tidak tertulis.
7. Ditaati karena kepatutan dan kewibawaannya.
▪ Ciri atau Corak Masyarkat Hukum
1. Tradisional.
2. Bercorak Keagamaan (religious megis).
3. Bercorak Komunal atau kemasyarakatan
4. Bercorak Demokrasi
5. Bercorak Konkret dan Visual.
6. Bercorak Terbuka dan Sederhana.
7. Bercorak Tidak Dikodifikasi.
8. Dapat berubah dan menyusaikan diri.
9. Musyawarah dan Mufakat
10. Bercorak Kontan
▪ Sumber-sumber hukum adat adalah:
1. Adat istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat.
2. Kebudayaan tradisional rakyat.
3. Kaidah dari kebudayaan Indonesia asli.
4. Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
5. Pepatah adat.
6. Yurisprudensi adat.
B. Saran dan Kritik
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan maka dari itu
kami membutuhkan kritik dan saran membangun untuk menjadi bahan

10
perbaikan kedepannya . kami juga berharap makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hadikusuma, Hilman, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju,


Bandung, 2003.
Soepomo, Bab-Bab tentang Hukum Adat, Cet. 12, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1989.
Baz, Haar, Ter, B. Mr (Disunting oleh Bambang Danu Nugroho), Asas-asas dan
Tatanan Hukum Adat, Mandar Maju, bandung, 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai