Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKSTITENSI HUKUM ADAT DALAM HUKUM NASIONAL

Disusun untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Hukum Adat

Dosen pengantar: Husni Dinata SH.MH

Disusun Oleh :

NAMA : MARSELINA BALI OLA NAMA TUKAN

NIM : 2102010055

KELAS :B

SEMESTER :1

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG, 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan tuhan yang maha esa karena berkat dan
rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul
makalah dari penulis adalah : “ Ekstitensi Hukum Adat Dalam Hukum Nasional “

Selama proses pengerjakan dan penyusunan Makalah ini tentunya tidak terlepas dari
hambatan dan tantangan. Akan tetapi bantuan petunjuk, dan bimbingan serta masukan dari
berbagai pihak akhirnya dapat membantu penulis untuk menyelesaikan tugas laporan ini. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapakan terima kaih kepada : Bapak Husni Dinata SH.MH

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidaklah sempurna, hal itu dikarenakan terbatasnya
pengetahuan dan kuragnya sumber yang didapatkan. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan Makalah ini selanjutnya.

Kupang, 6 November 2021

Marselina Bali Ola Nama Tukan


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................I
B. Rumusan Masalah......................................................................................................II
C. Tujuan........................................................................................................................III
D. Manfaat......................................................................................................................IV
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................5

A. Pengertian Hukum Adat.............................................................................................I


B. Keberadaan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum Indonesia......................................II
C. Hukum Adat Menuju Pembinaan Hukum Nasional..................................................III
BAB III PENUTUP...............................................................................................................6

A. Kesimpulan ...............................................................................................................I
B. Saran .........................................................................................................................II
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang menganut pluralitas dalam bidang hukumnya, dimana ada
tiga hukum yang keberadaannya diakui dan berlaku yaitu hukum barat, hukum agama
dan hukum adat. Pada prakteknya masih banyak masyarakat yang mengggunakan hukum
adat dalam mengatur kegiatan sehari-harinya serta dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang ada. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai tata hukum adatnya
masing-masing untuk mengatur kehidupan bermasyarakat yang sebagian besar adat
tersebut tidak dalam bentuk aturan yang tertulis.
Hukum adat tersebut berkembang mengikuti perkembagan masyarakat dan tradisi rakyat
yang ada. Hukum adat merupakan endapan kesusilaan dalam masyarakat yang
kebenarannya mendapatkan pengakuan dalam masyarakat tersebut. Dalam
perkembangannya, praktek yang terjadi dalam masyarakat hukum adat keberadaan
hukum adat sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apakah aturan hukum adat ini
tetap dapat digunakan untuk mengatur kegiatan sehari-hari masyarakat dan
menyelesaikan suatu permasalahan permasalahan yang timbul di masyarakat hukum adat.
Sementara itu negara kita juga mempunyai aturan hukum yang dibuat oleh badan atau
lembagah pembuat undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya. Antara
hukum adat dengan hukum negara mempunyai daya pengikat yang berada secara
konstitusionl bersifat sama tetapi terdapat perbedaan pada bentuk dan aspeknya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis ingin mengetahui apa itu hukum adat,
apakah perbedaan hukum adat dan hukum nasional, bagaimana kedudukan hukum adat
dalam konstitusi NRI 1945 dan yang paling penting adalah bagaimanakah ekstitensi
Hukum Adat dalam Hukum Nasional,
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian hukum adat
2. Keberadaan hukum adat dalam system hukum Indonesia
3. Untuk mengetahui bagaimanakah ekstitensi hukum adat dalam hukum nasional

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca tentang Hukum Adat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Adat


Secara etimologi, adat berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Jadi
secara etimologi adat dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang lalu menjadi kebiasaan yang tetap dan dihormati orang, maka
kebiasaan itu menjadi adat.
Ada dua pendapat mengenai asal kata adat. Disatu pihak ada yang mengatakan
bahwa adat diambil dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Sedangakan menurut
Amura dalam Hilman menjelaskan istilah adatini berasal dari bahasa Sansekerta
karena menurutnya istilah ini telah dipergunakan oleh orang Minangkabau kurang
lebih 2000 tahun yang lalu. Menurutnya adat berasal dari dua kata, a dan dato. a
berarti tidak dan dato berarti sesuatu yang bersifatkebendaan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adat adalah aturan (perbuatan) yang lazim
diturut atau dilakukan sejak dahulu kala, cara (kelakuan) yang sudah menjadi
kebiasaan, wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilainilai budaya, norma,
hukum dan aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi suatu sistem”.
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma,
kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah.
Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang
dianggap menyimpang.
Tahun 1893 Snouck Hurgronje dalam A. Soehardisudah memperkenalkan istilah
hukum adat sebagai nama untuk menyatakan hukum rakyat Indonesia yang tidak
dikodifikasi. Menurut Snouck Hurgronjehukum adat merupakan suatu kebiasaan
yang berlaku pada masyarakat yang berbentuk peraturan yang tidak tertulis.
Menurut Hazairin dalam Danito Darwis menjelaskan bahwa hukum adat dalam
kebulatannya mengenai semua hal ikhwal yang bersangkut paut dengan masalah
hukum yang dimaksud dengan masyarakat hukum adalah setiap kelompok manusia
dari kalangan bangsa kita yang tunduk kepada kesatuan hukum yang berlaku. Selain
tidak dikodifikasi ada pula beberapa corak lain pada hukum adat yang diuraikan,
yaitu:

1. Hukum adat mengandung sifat yang sangat tradisional.


Hukum adat berpangkal pada kebiasaan nenek moyang yang mendewa-
dewakan adat dianggap sebagai kehendak dewa-dewa.Oleh karena itu hukum
adat masih berpegang teguh pada tradisi lama, maka peraturan hukum adat itu
kekaladanya.
2. Hukum adat dapat berubah
Perubahan yang dilakukan bukan dengan menghapuskan peraturan- peraturan
dengan yang lain secaratiba-tiba, karena tindakan demikian

bertentangan dengan adat-istiadat yang suci akan tetapi perubahan itu terjadi
karena pengaruh kejadian-kejadian atau keadaan hidup yang silih berganti.
Peraturan hukum adat harus dipakai dan dikenakan pemangku adat pada situasi
tertentu dari kehidupan sehari-hari dan peristiwa yang berakibat pada
berubahnya peraturan adat.
3. Kesanggupan hukum adat untuk menyesuaikan diri.
Hukum adat yang terlebih dahulu timbul dari keputusan-keputusan di kalangan
masyarakat yang sewaktu-waktu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
baru. Keadaan demikian dapat menguntungkan bagi masyarakat Indonesia.
Beberapa tokoh mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian hukum adat,
antara lain:
1) Van Vollenhoven menjelaskan bahwa “Hukum adat adalah hukum yang tidak
tertulis yang tidak bersumber pada peraturan peraturan yang dibuat oleh
pemerintah Hindia Belanda dahulu atau alat-alat kekuasaan lainnya yang
diadakan sendiri oleh kekuasaan Belanda dahulu”.
2) Soepomo menjelaskan bahwa “Hukum adat adalah sebagai hukum yang tidak
tertulis didalam peraturan legislatif (unstatiry law) meliputi peraturan-
peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkanoleh orang yang berkewajiban
ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya
peraturan-peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum”
3) Ter Haar menjelaskan bahwa hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang
menjelma dalam keputusan-keputusan para fungsionaris hukum (dalamarti
luas) yang mempunyai wibawa (macth, authority) serta pengaruh dan yang
dalam pelaksanaannya berlaku serta merta dan dipatuhi dengan sepenuh hati.
4) Ter Haar menjelaskan bahwa hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang
menjelma dalam keputusan-keputusan para fungsionaris hukum (dalamarti
luas) yang mempunyai wibawa (macth, authority) serta pengaruh dan yang
dalam pelaksanaannya berlaku serta merta dan dipatuhi dengan sepenuh hati.
5) Hazairin berpendapat dalam Sukamto bahwa hukum adat adalah resapan
(endapan) kesusilaan dalam masyarakat, yaitu bahwa kaidah-kaidah adat itu
berupa kaidah-kaidah kesusilaan yang sebenarnya telah mendapat pengakuan
umum dalam masyarakat itu. Sukanto mendefenisikan hukum adat sebagai
kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak di kitabkan/dibukukan, tidak
dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi dan mempunyai
akibat hukum.
Dari pendapat para ahli tersebut diatas bahwa hukum adat adalah hukum yang

mengatur tingkah laku manusia dan hubungan satu sama lain, kebiasaan atau

kesusilaan yang benar-benar hidup dalam kehidupan masyarakat yang

dipertahankan yang mempunyai sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang

ditetapkan dalam keputusan-keputusan penguasa adat.

B. Keberadaan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum Indonesia

 Keberadaan hukum adat ini secara resmi telah diakui oleh negara keberadaannya
tetapi penggunaannyapun terbatas. Merujuk pada pasal 18B ayat (2) UUD 1945
dimana menyebutkan”Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang” yang berarti bahwa negara mengakui
keberadaan hukum adat serta konstitusional haknya dalam system hukum Indonesia.
Disamping itu juga diatur dalam Pasal 3 UUPA “Pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak
yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut
kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi”.

Polemik yang sering timbul adalah dalam hal pengakuan hak ulayat atau kepemilikan
hak atas tanah. Hak ulayat yaitu hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat
yang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan diakui oleh negara dimana
dalam teorinya hak ulayat dapat mengembang (menguat) dan mengempis (melemah)
sama juga halnya dengan hak-hak perorangan dan ini pula yang merupakan sifat
istimewa hak-hak atas tanah yang tunduk pada hukum adat, “semakin kuat kedudukan
hak ulayat maka hak milik atas tanah itu semakin mengempis tetapi apabila semakin
kuat hak milik itu maka keberadaan hak ulayat itu akan berakhir”. Dengan telah
diakuinya hak-hak kesatuan masyarakat hukum adat tetapi mengapa masih banyak
permasalahan itu terjadi di daerah-daerah Indonesia. Banyak penggunaan tanah ulayat
yang berakhir sengketa karena tidak sesuai dengan seharusnya. Hal itu timbul karena
para investor seharusnya berurusan langsung dengan masyarakat adat sebagai pemilik
hak ulayat untuk melaksanakan suatu perjanjian. Tetapi kenyataannya malah investor
tersebut mendapatkan tanahnya melalui pemerintah yang mengakibatkan masyarakat
adat selaku pemilik protes karena mengapa melakukan kegiatan investor ditanah
mereka. Timbul juga sebuah kerugian sebagai efek samping dari terjadinya sengketa
karena tanah tersebut dalam status quo sehingga tidak dapat digunakan secara optimal
dan terjadilah penurunan kualitas sda yang bisa merugikan banyak pihak.
Negara dimana sebagai pemberi sebuah jaminan kepastian hukum adat terhadap
masyarakat hukum adat dengan di berlakukannya UU No.5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA) diharapkan dapat mengurangi terjadinya
sengketa dan memberikan keadilan untuk masyarakat adat. Karena dalam pasal 3
UUPA menyebutkan bahwa hukum tanah nasional bersumber pada hukum adat
seharusnya secara otomatis hak-hak ulayat tersebut diakui tetapi dalam prakteknya
tidak. Jangan sampai terjadinya tumpang tindih aturan yang berakibat kaburnya
kepemilikan serta penguasaan dan pengelolaan oleh masyarakat adat dalam tatanan
hukum Indonesia karena tidak adanya kepastian kedudukan tersebut.

Untuk konsep kedepannya diharapkan untuk adanya jaminan kepastian hukum


tentang pengelolaan hak ulayat masyarakat hukum adat. Dimana haruslah dibuat
secara lebih mendalam atau rinci peraturan perundang-undangannya baik itu bisa
dalam Peraturan Presiden atau Peraturan Pemerintah dimana yang jelas dibawah
undang-undang, apakah bisa dibuat dalam bentuk tertulis dalam hal hak atas tanah
atau untuk pelaksanaannya. Supaya ada kejelasan hak milik dari pada masyarakat
hukum adat itu kedepannya karena selama ini hukum adat memang dikenal dalam
UUPA dan juga diatur dalam UUD 1945 tapi sejauh mana keberadaan hukum adat itu
bisa menganulir hukum positif tidak ada kejelasannya.

C. Hukum Adat Menuju Pembinaan Hukum Nasional

Hukum adat sebagai hukum asli Indonesia merupakan hukum yang senantiasa
mengikuti jiwa dari bangsa masyarakat Indonesia, karena senantiasa tumbuh dan
hidup dari kebudayaan masyarakat tempat hukum adat itu berlaku. Dan hukum adat
merupakan salah satu penjelmaan dari kepribadian, jiwa struktur masyarakat/bangsa.
Hal ini sejalan dengan pendapat Von Savigny, yang menyatakan bahwa isi hukum
ditentukan oleh perkembangan adat istiadat da nisi hukum ditentukan oleh sejarah
masyarakat dimana hukum itu berlaku.

Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia


merupakan bangsa yang bebas dan mandiri baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Dengan disediakannya undang-undang 1945, negara Indonesia
mempunyai dasar dasar tertib hukum baru, yang mencerminkan kepribadian bangsa
Indonesia. Hal ini Nampak dari ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, yang
menyatakan secara tegas bahwa pembinaan hukum nasional haruslah memperhatikan
homogenitas hukum dengan memperhatikan kenyataan-kenyataan yang hidup
dimasyarakat dan harus sesuai dengan haluan negara serta berlandaskan kepada
hukum adat yang tidak menghambat perkembangan masyarakat.

Dalam seminar Hukum Adat Nasional pada tanggal 15-17 januari 1975 yang
diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada dan Badan Pembinaan Hukum
Nasional hukum adat diartikan sebagai hukum Indonesia asli yang tidak tertulis
dalam bentuk perundang-undangan Republik Indonesia, yang disana sini
mengandung unsur-unsur agama. Didalam seminar tersebut dirumuskan tentang
konsep hukum adat dalam rangka pembangunan hukum di Indonesia, antara lain:

1. Pengambilan bahan bahan dari hukum adat pada dasarnya menggunakan


konsepsi-konsepsi dan asas-asas hukum dari hukum adat untuk dirumuskan
dalam norma-norma hukum yang memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Penggunaan lembaga-lembaga hukum adat dimodernisir dan disesuaikan


dengan kebutuhan zaman.

3. Memasukan konsep-konsep dan asas-asas hukumadat kedalam lembaga-


lembaga hukum baru.

Dengan demikian hukum adat masih relevan hingga saat ini karena keadilan dan
kebenaran yang merupakan tujuan hukum wajib yang merupakan kebenaran dan
keadilan yang hidup didalam hati nurani rakyat.

Apabila dimasyarakat ada sebagian yang berpendapat bahwa hukum adat sudah
mengalami perlunakan berlakunya pada era moderen seperti ini, memang pendapat
tersebut ada benarnya. Fakta ini didukung oleh kenyataan bahwa system hukum yang
dipakai di negara kita adalah system Eropa continental. Pada system eropa continental,
hukum tertulis (peraturan perundang-undangan) mempunyai fungsi yang lebih besar
didalam penyelenggaraan negara maupun pengaturan masyarakat, jika dibandingkan
dengan hukum yang tidak tertulis. Dengan system Eropa Kontinental tersebut, hukum
yang lebih dominan adalah yang tertulis, dan hukum yang tidak tertulis (termasuk
didalamnya hukum adat) disebut sebagai pelengkap saja. Akibatnya selama suatu
masalah telah diatur didalam perundang-undangan dan ternyata isinya
bertentangan/berbeda dengan hukum adat, maka secara yuridis formal, yang berlaku
adalah hukum tertulis.

Namun yang perlu diingat bahwa dalam praktik dimasyarakat terkadang hukum
tertulis tidak selamanya sejalan dengan perkembangan di masyarakat, sehingga aturan
yang tertulis tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dan terkadang
tidak mencerminkan rasa keadilan di dalam masyarakat. Jika hal ini terjadi, maka
berarti terjadi kesenjangan antara hukum tertulis dengan hukum yang hidup di
masyarakat. Pada kasus demikian, maka hukum tidak tertulislah (hukum adat)
nantinya yang akan menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini Nampak dari amanat
undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 di atas, yang memberikan keleluasaan kepada
hakim untuk memahami, menggali dan mengikuti nilai-nilai hukum yang ada di
masyarakat.

Dengan demikian eksistensi hukum adat hingga saat ini tetap mempunyai peranan
yang penting, terutama daalam pembentukan hukum nasional yang akan datang,
terutama dalam lapangan hukum kekeluargaan. Hukum adat akan menjadi salah satu
sumber utama dalam pembentukan hukum tertulis, sehingga aturan tertulis tersebut
otomatis merupakan pencerminan dari hukum masyarakat. Dan tentu saja dengan
harapan ketika hukum tertulis tersebut sudah diberlakukan, dalam praktik di
masyarakat tidak terjadi lagi kesenjangan dengan law in action-nya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah Pengakuan dan penghormatan
eksistensi hukum adat dalam konstitusi telah memberikan gambaran yang jelas
bahwasanya bangsa Indonesia memiliki kultur yang khas dalam hukum. Hukum adat
adalah hukum yang lahir dari kebutuhan hukum dan perasaan rakyat Indonesia. Maka
dengan sendirinya hukum adat dapat mampu menjawab segalah masalah-masalah
hukum yang dihadapi oleh rakyat dalam kehiudupan sehari-hari. Hukum adat harus
dikaji dalam rangka pembangunan hukum nasional karena secara alamih situasi dan
kondisi masyarakat di masing-masing daerah berbeda. Perbedaan itu selanjutnya juga
menimbulkan variasi dalam nilai-nilai sosial budaya mereka, termasuk nilai-nilai
hukum sebagai produk budaya. Gambaran ini menunjukan bahwa walaupun di satu
sisi hukum adat tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang dimilikinya, di sisi
lain hukum adat pun dapat menerima perubahan yang mempengaruhinya. Di sinilah
letak fleksibel dari hukum adat. Konsistrusi sebagai hukum yang bersifat organik
memberikan sebuah jaminan kepastian kepada hukum adat dan masyarakat
hukumnya dengan mencantumkan pengakuan dan penghormatan terhadap hukum
yang hidup dalam masyarakat. Jaminan kepastian hukum oleh konstitusi juga
dewujudkan dengan mewajibkan kepada para hakim (hakim dan hakim konstitusi)
sebagai pemberi dan pencipta keadilan di masyarakat untuk wajib menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadila yang hidup dalam
masyarakat. Masing-masing masyarakat memiliki otonomi terhadap nilai-nilai
hukumnya, karena sesungguhnya masyarakat itulah yang membutuhkan adanya nilai-
nilai hukum itu. Adanya konstitusi sebagai aturan normatif tertinggi dalam hierarki
perundang-undangan yang telah memberikan tempat tersendiri terhadap pengakuan
dan peghormatan pada hukum adat harus dimaknai sebagai semangat dan cita-cita
bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan negara hukum Indonesia yang mampu
membahagiakan rakyatnya.

B. SARAN
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu
penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Unja, Tim Fh. 2020. “Keberadaan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum Indonesia”,
https://law.unja.ac.id/keberadaan-hukum-adat-dalam-sistem-hukum-indonesia/, di akses
pada 5 November 2021 pukul 14.26 Wita.

Wati, Eka Susila. 2009. “Eksistensi Hukum Adat Dalam Sistem Hukum di Indonesia”,
https://ejournal.iainmadura.ac.id/, di akses pada 5 November 2021 pukul 14.29 Wita.

Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2002,hal.
14

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Pelajar: Jakarta, 2002, hal. 56

A.Soehardi, Pngantar Hukum Adat Indonesia, Bandung: S-Gravenhage, 1954, hal 45

Danito Darwis, Landasan Hukum Adat Makinangkabau, Jakarta: Majelis Pembina Adat Alam
Minangkabau, 1990, hal. 53

Anda mungkin juga menyukai