Anda di halaman 1dari 12

HUKUM ADAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengantar Tata Hukum Indonesia

Dosen pengampu :

Bambang Hadi Cahyono, M.H.

Disusun oleh :

1. Cindy Nurwahidah Putri Utami ( 101220036 )


2. Erika Maharani ( 101220054 )

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt,


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Tata Hukum
Indonesia, dengan materi Hukum Adat. Kami menyadari dalam penulisan makalah
ini tidak terlepas dari beberapa pihak dan sebelumnya memohon maaf karena kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Semoga makalah kami yang berjudul
“Hukum Adat” ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Dengan ini kami
mempersembahkan dengan penuh rasa terimakasih.

Ponorogo, 20 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......... ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ......................... ............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .... ............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ... ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
C. Tujuan ................. ............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ...... ............................................................................................. 5
A. Pengertian Hukum Adat .................................................................................... 5
B. Sejarah Hukum Adat ......................................................................................... 8
C. Sifat – sifat Hukum Adat ................................................................................... 9
D. Sumber – Sumber Hukum Adat ..................................................................... 10
BAB III PENUTUP .............. ........................................................................................... 11
A. Kesimpulan ......... ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............ ........................................................................................... 12

3
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang
salah, dibuat atau diakui eksistensinya oleh pemerintah, dan dituangkan baik sebagai
aturan tertulis (peraturan) ataupun yang tidak tertulis. Bertujuan untuk mengikat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan dengan sanksi bagi pelanggar
aturan tersebut.
Hukum adalah peraturan-peraturan yang sifatnya memaksa yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-
badan resmi berwajib. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat
diambilnya tindakan.
Adat menurut Bahasa adalah “kebiasaan” yaitu perilaku masyarakat yang
selalu terjadi dan dilakukan karena kebiasaan yang sudah dijalankan. Jadi hukum adat
itu adalah hukum kebiasaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum adat?
2. Bagaimana sejarah hukum adat?
3. Apa saja sumber hukum dari hukum adat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum adat.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah adanya hukum adat.
3. Untuk mengetahui apa saja sumber hukum dari hukum adat.

4
BAB ll
PEMBAHASAN
A. Pengertian hukum adat
Dalam kehidupan sehari-hari dikalangan masyarakat secara umum istilah
hukum adat sangat jarang kita jumpai, dimasyarakat umum biasanya kita jumpai hanya
dengan menyebut istilah adat yang berarti sebuah kebiasaan dalam masyarakat
tertentu.
Secara etimologi (bahasa) kata adat berasal dari bahasa arab yakni “Adah”
Yang berarti sebuah kebiasaan yaitu sebuah tingkah laku masyarakat yang sering
terjadi.1 Dengan demikian unsure-unsur terciptanya adat adalah :
1. Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat
2. Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis
3. Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sakral
4. Adanya keputusan kepala adat
5. Adanya sanksi/ akibat hukum
6. Tidak tertulis
7. Ditaati dalam masyarakat
Pengertian adat-istiadat menyangkut sikap dan kelakuan seseorang yang diikuti
oleh orang lain dalam suatu proses waktu yang cukup lama, ini menunjukkan begitu
luasnya pengertian adat-istiadat tersebut. Tiap-tiap masyarakat atau Bangsa dan
Negara memiliki adat-istiadat sendiri-sendiri, yang satu dengan yang lainnya pasti
tidak sama. Sedangkan kata hukum secara etimologi berasal dari bahasa arab kata
‘’Hukm” yang artinya ketentuan atau suruhan, jadi bila digabung antara hukum dan
adat yang berarti suatu perilaku masyarakat yang selalu terjadi secara terus menerus
dan lebih tepatnya lagi bisa dinamakan sebuah hukum kebiasaan. Namun sejauh ini
perundang – undangan di Indonesia membedakan antara istilah “adat” dan
“kebiasaan”, sehingga “hukum adat” tidak sama dengan “hukum kebiasaan”.
“Kebiasaan” yang diakui di dalam perundangan merupakan “Hukum Kebiasaan”,
sedangkan “Hukum Adat” adalah hukum kebiasaan di luar perundangan.2
Hukum adat pada dasarnya merupakan sebagian dari adat istiadat masyarakat.
Adat istiadat mencakup konsep yang sangat luas. Hukum Adat adalah Hukum Non

1
Damanik Djahutar, Jalannya Hukum Adat Simalungun, (2019, Medan: Simetri Institute), 18
2
Bushar Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat, (2007, Jakarta: PT. Pradnya Paramita), 197

5
Statuir yang berarti Hukum Adat pada umumnya memang belum/ tidak tertulis. Oleh
karena itu dilihat dari mata seorang ahli hukum memperdalam pengetahuan hukum
adatnya dengan pikiran juga dengan perasaan pula. Jika dibuka dan dikaji lebih lanjut
maka akan ditemukan peraturanperaturan dalam hukum adat yang mempunyai sanksi
dimana ada kaidah yang tidak boleh dilanggar dan apabila dilanggar maka akan dapat
dituntut dan kemudian dihukum.
Definisi dari hukum adat sendiri adalah suatu hukum yang hidup karena dia
menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya sendiri,
hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu
sendiri.
Berikut beberapa Definisi hukum adat yang dikemukakan para ahli hukum,
antara lain sebagai berikut3:
1. Prof. Soepomo, merumuskan Hukum Adat: Hukum adat adalah synomim
dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislative (statuary law),
hukum yang hidup sebagai konvensi di badan-badan hukum Negara
(Parlemen, Dewan Propinsi dan sebagainya), hukum yang hidup sebagai
peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik di
kota maupun di desa-desa.
2. Prof. M.M. Djojodigoeno, S.H. Hukum adat adalah hukum yang tidak
bersumber kepada peraturan – peraturan.
3. Prof. Mr. B. Terhaar Bzn, Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang
menjelma dalam keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku
secara spontan dalam masyarakat. Terhaar terkenal dengan teori
“Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu
sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa
masyarakat hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila
penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggar maka adat-
istiadat itu sudah merupakan hukum adat.

3
Bewa Ragawino, Pengantar dan asas – asas Hukum Adat di Indonesia, ( 2009, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Padjajaran ) https://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/pengantar_dan_asas_asas_hukum_adat_istiadat.pdf diakses pada 22 Mei 2023
pukul 16.25 WIB.

6
4. Prof. Mr. Cornelis van Vollen Hoven, Hukum adat adalah keseluruhan
aturan tingkah laku masyarakat yang berlaku dan mempunyai sanksi dan
belum dikodifikasikan.
5. Dr. Sukanto, S.H. Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang pada
umumnya tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan,
mempunyai sanksi jadi mempunyai akibat hukum.
Hukum Adat memiliki kedudukan penting dalam sistem hukum di Indonesia.
Kedudukan itu adalah sebagai salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-
bahan hukum untuk pemantapan hukum nasional. Hukum Adat (adatrecht dalam
bahasa Belanda atau Adat Law dalam bahasa Inggris) adalah hukum yang hidup
(living law) dalam masyarakat. Dalam hal ini, adat atau kebiasaan memiliki atau
menunjukkan keterkaitan atau keberdampakan terhadap perbuatan pelanggaran.
Karena itu, adat memiliki konsekuensi hukum dan berbeda dengan pernyataan bahwa
adat tidak mempunyai arti hukum. Jadi, kehadirannya didasarkan pada “kebiasaan‟
yang terbentuk dan lahir dalam masyarakat yang berimplikasi pada perbuatan
melanggar hukum. Sangksi terhadap pelanggaran hukum adalah reaksi atau
konsekuensi dari pihak lain atas suatu perbuatan melanggar norma.4
Kelahirannya dimaksudkan sebagai pengaturan sosial (social order) dalam
masyarakat. Karena itu, tujuan hukum adat adalah kebiasaan-kebiasaan yang ada
dalam masyarakat atau komunitas tertentu yang dimaksudkan untuk menciptakan
keteraturan sosial dalam masyarakat. Keputusan-keputusan adat merupakan keputusan
kepala-kepala adat yakni struktur tertinggi pada masyarakat. Meskipun, merupakan
hukum yang disebut tidak dikodifikasi, tetapi urgensinya sangat penting bagi kesatuan
masyarakat hukum adat. Karena itu, ketentuan-ketentuan hukum adat adalah mengikat
komunalistik (ulayat) pada masyarakat (adat) yang diaturnya.
Keputusan adat adalah wibawa kepala adat yang berfungsi untuk membantu
pelaksanaan perbuatan hukum dalam masyarakat adat. Perbuatan melanggar hukum
(adat) mencakup sengketa (adat) dalam hal pewarisan, tanah, kekerabatan, interaksi
sosial, stratifikasi, upacara-upacara tradisi, dan lain-lain. Keputusan adat mengikat
seluruh lembaga-lembaga yang memiliki peranan (role) dan melibatkan seluruh

4
Laurensius Arliman, Hukum Aadat Di Indonesia dalam Pandangan Para Ahli dan Konsep Pemberlakuannya Di
Indonesia, Jurnal Selat Volume 5 Nomor 2 Mei 2018
https://ojs.umrah.ac.id/index.php/selat/article/view/320/367 diakses pada 21 Mei 2023 pukul 21.57 WIB.

7
masyarakat yang diaturnya. Keputusan ini sejalan dengan keyakinan hukum pada
masyarakat, mengilhami keteraturan dalam masyarakat dan bertujuan untuk
menciptakan kesadaran ataupun toleransi dalam masyarakat. Keputusan hukum (adat)
tidak lahir semata-mata karena keinginan mengatur setiap sengketa yang bakal terjadi
dalam masyarakat, tetapi juga didasarkan pada musyarawah.
Keputusan ini diambil berdasarkan nilai-nilai yang hidup pada masyarakat
yang bersangkutan. Sebagai hukum yang berasal dari adat (kebiasaan) masyarakat,
maka hukum adat diartikan sebagai kompleks norma yang bersumber dari keadilan
rakyat yang berkembang dan meliputi peraturan tingkahlaku manusia dan kehidupan
sehari-hari yang sebagian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati karena memiliki
konsekuensi hukum.
B. Sejarah Hukum Adat
Hukum adat yang hidup, tumbuh dan berkembang di Indonesia sesuai dengan
perkembangan zaman yang bersifat jaman luews, fleksibel sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila seperti yang tertuangdalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945
(UUD 1945). UUD1945 hanya menciptakan pokok-pokok pikiran yang meliputi
suasana kebatinan dari UUD 1945. Pokok - pokok pikiran tersebut menjiwai cita-cita
hukum meliputi hukum negara baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam
Pembukaan UUD 1945 pokok – pokok pikiran yang menjiwai perwujudan cita-cita
hukum dasar negara adalah Pancasila. Penegasan Pancasila sebagai sumber tertib
hukum sangat berarti bagi hukum adat karena hukum adat berakar pada kebudayaan
rakyat sehingga dapat menjelmakan perasaan hukum yang nyata dan hidup di
kalangan rakyat dan mencerminkan kepribadian masyarakat dan bangsa Indonesia.5
Dengan demikian hukum adat secara filosofis merupakan hukum yang berlaku sesuai
Pancasila sebagai pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia.
Bukti-bukti bahwa dulu sebelum bangsa Asing masuk ke Indonesia sudah ada
hukum adat, adalah sebagai berikut:
1) Tahun 1000, pada zaman Hindu, Raja Dharmawangsa dari Jawa Timur
dengan kitabnya yang disebut Civacasana;
2) Tahun 1331-1364, Gajah Mada Patih Majapahit, membuat kitab yang
disebut Kitab Gajah Mada;

5
I Gede A.B. Wiranata, Hukum adat Indonesia Perkembanga dari Masa Ke Masa, (2005, Bandung: Citra Aditya
Bakti), 207

8
3) Tahun 1413-1430, Kanaka Patih Majapahit, membuat kitab Adigama;
4) Tahun 1350, di Bali ditemukan kitab hukum Kutaramanava.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan hukum adat, disamping
kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, kondisi alam, juga faktor-faktor
yang bersifat tradisional adalah sebagai berikut:
1) Magis dan Animisme;
2) Faktor Agama;
3) Faktor Kekuasaan yang lebih tinggi
4) Adanya Kekuasaan Asing
Setelah masa kemerdekaan hukum adat menjadi lebih netral, akan tetapi juga
dapat bersifat menjadi tidak netral, karena erat kaitannya dengan nilai - nilai religius.
Hukum adat oleh ahli barat, dipahami berdasarkan dua asumsi yang salah pertama,
hukum adat dapat dipahami melalui bahan-bahan tertulis, dipelajari dari catatan -
catatan asli atau didasarkan pada hukum-hukum agama. Kedua, bahwa hukum adat
disistimatisasi secara paralel dengan hukum-hukum barat. Akibat pemahaman dengan
paradigma barat tersebut, maka hukum adat dipahami secara salah dengan segala
akibat-akibat yang menyertai, yang akan secara nyata dalam perkembangan
selanjutnya di masa kemerdekaan. Konstitusi negara Indonesia sebelum amandemen
tidak secara tegas menunjukkan kepada kita pengakuan dan pemakaian istilah hukum
adat. Namun bila ditelaah, maka dapat disimpulkan ada sesungguhnya rumusan-
rumusan yang ada di dalamnya mengandung nilai luhur dan jiwa hukum adat.
Pembukaan UUD 1945, yang memuat pandangan hidup Pancasila, hal ini
mencerminkan kepribadian bangsa, yang hidup dalam nilai-nilai, pola pikir dan hukum
adat.6
C. Sifat Hukum Adat
Hukum adat berbeda dengan hukum bersumberkan Romawi atau Eropa
Kontinental lainnya. Hukum adat bersifat pragmatisme – realisme artinya mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat fungsional religius, sehingga hukum
adat mempunyai fungsi social atau keadilan social. Sifat yang menjadi ciri daripada
hukum adat sebagai 3 C adalah:
1. Commun atau komunal atau kekeluargaan (masyarakat lebih penting daripada
individu);
6
Wulansari Dewi, Hukum Adat Indonesia, (2016, Bandung: PT Rafika Aditama), 197

9
2. Contant atau Tunai perbuatan hukum dalam hukum adat sah bila dilakukan
secara tunai, sebagai dasar mengikatnya perbuatan hukum.
3. Congkrete atau Nyata, Riil perbuatan hukum dinyatakan sah bila dilakukan
secara kongkrit bentuk perbuatan hukumnya.
Djojodigoeno menyebut hukum adat mempunyai sifat: statis, dinamis dan plastis.
1. Statis, hukum adat selalu ada dalam masyarakat,
2. Dinamis, karena hukum adat dapat mengikuti perkembangan masyarakat,
3. Plastis/Fleksibel, kelenturan hukum adat sesuai kebutuhan dan kemauan
masyarakat.
D. Sumber – sumber Hukum Adat
Sumber-Sumber Hukum Adat Sumber-sumber hukum adat adalah :
1. Adat-istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat
2. Kebudayaan tradisional rakyat
3. Ugeran/ Kaidah dari kebudayaan Indonesia asli
4. Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat
5. Yurisprudensi adat
6. Dokumen - dokumen yang hidup pada waktu itu, yang memuat ketentuan -
ketentuan hukum yang hidup.
7. Kitab-kitab hukum yang pernah dikeluarkan oleh Raja-Raja.
8. Doktrin tentang hukum adat
9. Hasil-hasil penelitian tentang hukum adat dan nilai-nilai yang tumbuh dan
berlaku dalam masyarakat.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum adat yang dikondisikan sebagai solusi kekosongan hukum disyaratkan
sebagai hukum yang tak bertentangan dengan perundang-undangan. Hukum adat
memiliki fungsi dan tujuan yang sama dengan hukum posisif Indonesia, yaitu
untuk keadilan, pengendalian sosial, mengusahakan kemaslahatan sebagai tujuan
bersama. Dengan demikian bahwa saat ini hukum adat keberadaanya telah diakui
secara resmi oleh pemerintah Indonesia yang disepakati oleh seluruh masyarakat
Indonesia sebagai salah satu hukum yang resmi. Serta dapat digunakan secara
resmi di masyarakat, di samping penggunaan hukum dan peraturan yang di buat
oleh pemerintah.

11
DAFTAR PUSTAKA
Bewa Ragawino, Pengantar dan asas – asas Hukum Adat di Indonesia, ( 2009, Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Padjajaran ) https://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/pengantar_dan_asas_asas_hukum_adat_istiadat.pdf diakses
22 Mei 2023
Bushar Muhammad, 2007. Asas-Asas Hukum Adat, Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Damanik Djahutar, 2019. Jalannya Hukum Adat Simalungun, Medan: Simetri Institute
I Gede A.B. Wiranata, 2005. Hukum adat Indonesia Perkembanga dari Masa Ke Masa,
Bandung: Citra Aditya Bakti
Laurensius Arliman, Hukum Aadat Di Indonesia dalam Pandangan Para Ahli dan Konsep
Pemberlakuannya Di Indonesia, Jurnal Selat Volume 5 Nomor 2 Mei 2018
https://ojs.umrah.ac.id/index.php/selat/article/view/320/367 diakses 21 Mei 2023
Wulansari Dewi, 2016. Hukum Adat Indonesia, Bandung: PT Rafika Aditama

12

Anda mungkin juga menyukai