Dosen Pengampu:
Baiq.Ishariaty Wika Utary,SH.,MH
Oleh Kelompok 2:
Bagus Harpian (22HK004)
Muhammad Alwi Parozi (22HK009)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TEKNOLOGI MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami tentang “SIFAT DAN SISTEM HUKUM ADAT”
Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan penuh
kekurangan. Maka dari itu,kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak sangat Saya perlukan demi penyempurnaan makalh ini. Akhir kata
saya berharap makalah ini dapat menjadi bahan informasi yang menambah wawasan
dan dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.......................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang...............................................................................................iii
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................v
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................v
1.4. Manfaat penelitian...........................................................................................v
1.5. Metode Penelitian............................................................................................v
BAB III..........................................................................................................................1
PEMBAHASAN...........................................................................................................1
1.6. SIFAT HUKUM ADAT..................................................................................1
1.7. SISTEM HUKUM ADAT...............................................................................4
BAB III..........................................................................................................................6
PENUTUP.....................................................................................................................6
1.8. Kesimpulan......................................................................................................6
1.9. Saran................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hukum adat merupakan salah satu bentuk hukum yang masih eksis/ada
dalam kehidupan masyarakat hukum adat di Indonesia. Perlu kita ketahui pula bahwa
Hukum Adat merupakan salah satu bentuk hukum yang berlaku dalam kehidupan dan
budaya hukum masyarakat Indonesia yang masih berlaku sampai dengan saat ini.
Eksistensi hukum adat dapat kita lihat hingga saat ini melalui adanya peradilan-
peradilan adat serta perangkat-perangkat hukum adat yang masih dipertahankan oleh
masyarakat hukum adat di Indonesia untuk menyelesaikan berbagai sengketa dan
delik yang tidak dapat ditangani oleh lembaga kepolisian, pengadilan, serta lembaga
pemasyarakatan. Hukum adat tetap dipertahankan hingga saat ini oleh masyarakat
hukum adat sebab mereka percaya bahwa putusan yang dikeluarkan melalui peradilan
adat terhadap suatu delik yang diadili melaluinya dapat memberikan kepuasan akan
rasa keadilan, serta kembalinya keseimbangan dalam kehidupan masyarakat adat atas
kegoncangan spiritual yang terjadi atas berlakunya delik adat tersebut.
Eksistensi hukum adat sebagai salah satu bentuk hukum yang diakui
keberadaannya dalam kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia tercantum
pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 atau untuk singkatnya
UUD ’45 yaitu pada pasal 18B ayat (2) yang menentukan “Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Ksatuam Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.
Penjelasan mengenai pengakuan hukum adat oleh Negara juga terdapat pada pasal 27
ayat (1) UUD ’45 yang menentukan “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya”, yang mana dari rumusan ketentuan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa baik warga sipil maupun aparatur pemerintahan tanpa
terkecuali diwajibkan untuk menjunjung hukum yang berlaku dalam kehidupan dan
budaya hukum masyarakat Indonesia baik itu hukum pidana, hukum perdata, maupun
hukum adat.
iii
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia sebagai sumber hukum juga mengakui eksistensi hukum adat sebagai
salah satu bentuk hukum yang berlaku dalam kehidupan dan budaya hukum
masyarakat Indonesia, yang mana hal ini ditunjukkan dalam pasal 6 ayat (1) Undang-
Undang tersebut yang menentukan “Dalam rangka penegakan hak asasi manusia,
perbedaan dan kebutuhan dalam Masyarakat Hukum Adat harus diperhatikan dan
dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan pemerintah”. Berdasarkan ketentuan tersebut,
maka dapat kita simpulkan bahwa hukum adat dipandang sebagai prasarana yang
digunakan oleh Masyarakat Hukum Adat dalam memenuhi “hak adat” mereka,
sehingga hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi keberadaannya baik oleh
hukum, masyarakat, maupun pemerintah sehingga eksistensi atau keberadaan hukum
adat dalam kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia dapat terus dijaga.
Hukum adat sebagai hukum positif memiliki ciri yang khas yaitu; hukum
adat merupakan hukum yang sebagian besar bersifat tidak tertulis, namun nilai-
nilainya ada dan berlaku dalam kehidupan masyarakat adat yang memberlakukan
hukum adat tersebut. Hukum adat berlaku dalam ruang lingkup yang terbatas yakni
hanya berlaku dalam masyarakat adat dimana hukum adat tersebut hidup atau berada,
dan keadaan ini memungkinkan bahwa setiap masyarakat adat dapat memiliki hukum
adat yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Penjelasan lebih lanjut mengenai hukum
adat dapat kita temukan dalam pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Mr. Dr.
Soekanto selaku seorang ahli hukum, dimana beliau mendefinisikan hukum adat
sebagai “kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan
dan bersifat paksaan mempunyai sangsi, jadi mempunyai akibat hukum.
Salah satu sub-bagian yang terdapat dalam hukum adat ialah hukum adat
delik (adat delicten recht) atau dikenal juga sebagai hukum pidana adat. Pengertian
akan istilah hukum pidana adat dapat kita temukan lewat pendapat Hilman
Hadikusuma, S.H. yang mengemukakan bahwa Istilah hukum pidana adat adalah
terjemahan dari istilah Belanda “adat delicten recht” atau “hukum pelanggaran adat”,
dan beliau juga menyatakan bahwa istilah-istilah ini tidak dikenal dikalangan
masyarakat adat. Hukum pidana adat secara umum berisi mengenai aturan-aturan
hukum yang kebanyakan bersifat tidak tertulis namun memiliki akibat hukum bagi
siapapun yang melanggar hukum tersebut, didalam wilayah hukum adat tersebut
berlaku.
iv
1.2. Rumusan Masalah
1. Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa/mahasiswi fakultas hukum Universitas Teknologi Mataram.
2. Membantu mengedukasi masyarakat atau mahasiswa Fakultas Hukum dalam p
enanggulangan pencemaran lingkungan serta membantu mahasiswa Fakultas
Hukum memahami sifat maupun hukum adat.
v
BAB III
PEMBAHASAN
Hukum adat pada umumyabelum atu tidak tertulis.Namun pernyataan tersebut tidak
seluruhnya benar,karna pada masyarakat hukum adat tertentu terdapat aturan-aturan
yang sifatnya tertulis.hal ini mengigat sumber hukum berasal dari kebiasaan dan adat
istiadat yang berhubungan tradisi rakyat. Di dalam masyarakat hukum adat tempat
dalam tiga wujud (wujud hukum adat),yaitu sebagi berikut;
a) Hukum yang tidak tertulis (ius non scriptum);merupakan bagian yang terbesar
b) Hukum yang tertulis (ius scriptum);hanya sebagian kecil saja,minsalnya
peraturan-peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh raja
–raja/sultan-sultan dahulu seperti pranatan-pranatan di
jawa,paswara-paswara/ti ta di aceh.
c) Uraiyan-uraiyan hukum secara tertulis;lazimnya uraian-uraian ini merupakan
suatu hasil penelitian (research).
1
biasa,binatang yang luar biasa,tumbuh-tumbuhan yang luar biasa,tubuh
manusia yang luar biasa,benda-benda yang luar biasa.
d) Angapan bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai magische
kracht dalam berbagai peraturan pembuatan ilmu gaib untuk kemauan manusia
atau menolak nahaya gaib.
e) Angapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam hati menyebabkan kekjatan
timbulnya berbagai macam bahaya yang hanya dapat dihindari dengan
berbagai macam pantangan.
a) Sifat communal
e. Adanya sifat gotong royong f. Mempunyai Sopan santun dan sabar g. Selalu
berprasangka baik h. Saling menghormati.
b) Sifat concret
2
Sifat kongkrit diartikan sebagai corak yang seba jelas atau nyata
menunjukkan bahwa setiap hubungan hukum yang terjadi dalam masyarakat tidak
dilakukan secara diam-diam atau samar. Hukum adat di Indonesia meyakini bahwa
ada tanda yang terlihat dalam setiap perbuatan dan keinginan di dalam setiap
hubungan hukum yang harus dinyatakan dengan benda yang berwujud. Tidak ada
janji yang dibayar dengan janji karena setiap janji harus disertai dengan perbuatan
nyata dan tidak ada kecurigaan diantra yang lain.
Contoh: dalam jual beli, berarti pada waktu yang bersamaan pembeli
menyerahkan uang, penjual menyerahkan barang. Bila barang diterima pembeli tetapi
harga belum dibayar namanya bukan jual beli tetapi hutang piutang. Kecuali sudah
ada panjer sebagai tanda jadi. Begitu juga dalam peristiwa perkawinan yang didahului
dengan peningset. Kemudian dalam masalah tanah hutan yang akan dibuka menjadi
ladang, bila sudah ada tanda mebali (tanda silang di atas pohon), maka berarti tanah
itu sudah ada yang akan membukanya.
c) Sifat constant
d) Sifat magish-religius
Sifat magis religius diartikan sebagai suatu pola pikir yang didasarkan
pada keyakinan masyarakat tentang adanya sesuatu yang bersiafat sakral. Sebelum
masyarakat bersentuhan dengan sistem hukum agama religiusitas ini diwujudkan
dalam cara berfikir yang frologka, animism, dan kepercayaan pada alam gahib.
Masyarakat harus menjaga kehamonisan antara alam nyata dan alam batin (dunia
gaib). Setelah masyarakat mengenal sistem hukum agama perasaan religius
diwujudkan dalam bentuk kepercayaan kepada Tuhan (Allah). Masyarakat percaya
bahwa setiap perbuatan apapun bentuknya akan selalu mendapat imbalan dan
3
hukuman tuhan sesuai dengan derajat perubahannya. Contoh: sesajen, percaya pada
roh dan kekuatan dunia lain, selametan untuk anak.
Sistem dari bahasa yunani “systema” yang berarti keseluruhan yang terdiri
dari macam-macam bagian. Menurut Subekti,sistem merupakan suatu susunan atau
tatanan yang teratur,suatu keseluruh yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan
satu sama lain,tersusun menurut suatu rencana atau pola,hasil dari suatu penulisasn
untuk mencapai suatu tujuan. Sistem merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh yang
terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang salingberkaitan erat satu sama lain.
4
atau tidaknya penegakan hukum bergantung pada: substansi hukum,struktur
hukum/pranata hukum dan budaya hukum.
1. Corak serta sifat yang berlainan antara hukum adat dan hukum barat;
2. Pandangan hidup yang mendukung (volkgeist menurut von savigny),dimana
sistem hukum barat,bersifat liberalis dan rasionalistis intelektual,sedangkan
sistem hukum ditimur bersifat pikiran yang tradisional indonesiabersifat
kosmis (tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia ghaib).
5
a. Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat,artinya manusia
menurut hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang
erat,rasa kebersamaan ini meliputi seluruh lapangan hukum adat;
b. Mempunyai corak religio-magis yang berhubugan dengan pandangan hidup
alam indonesia;
c. Hukum adat diliputi oleh pikiran penataan serba konkret artinya hukum adat
sangat memperhatikan banyaknya dan berrulang-ulangnya,perhubungan-
perhubunganhidup yang konkret;
d. Hukum adat mempunyai sifat yang visual,artinya perhubungan hukum
dianggap hanya terjadi,oleh karna itu ditetapkan dengan suatu ikatan yang
dapat dilihat (tanda yang kelihatan);
BAB III
PENUTUP
1.8. Kesimpulan
6
sistem, yaitu peraturan-peraturannya merupakan suatu kesatuan begitu pun dengan
Hukum Adat.
1.9. Saran
1. Sebelum nilai-nilai adat istiadat ini pudar dan tidak mendapat dukungan lagi
dari warga masyarakatnya,maka perlu sedini mungkin nilai-nilai adat istiadat
ini diinventarisasikan dan didokumentasikan. Karna adat istiadat seanantiasa
akan berubah dan berganti setiap waktu.
2. Sebagaimana isi dari makalah ini diharapkan generasi penerus dapat lebih
meningkatkan tradisi yang dinilai baik. Sebaliknya meninggalkan kelemahan
yang bersifat manusiawi “non body perfect” apalagi memadukan adat istiadat
yang tidak islami.
3. Perubahan adat akan terus mengikuti perkembangan masyarakat,oleh karna
itu bukan kepastian hukum yang lebih utama dipentingkan,melakukan
kerukunan hidup dan rasa keadilan yang dapat diwujudkan tidak karna
paksaan tetapi karna kesadaran dan keserasian,keselarasan dan kedamaian
didalam masyarakat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, 1985, Meninjau Hukum Adat Indonesia, Edisi Ketiga, CV. Rajawali,
Jakarta, hlm. 2. Hilman Hadikusuma, 1979, Hukum Pidana Adat, Cetakan
Pertama, Alumni, Bandung, hlm. 17.