Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM POKOK AGRARIA


(HUKUM ADAT)

• Jl. Raya Serang, Jakarta Km 03, Pakupatan


Kabupaten Serang, 42120

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1


1. M. Ahdi Sidki -12012000006
2. Wawan Kurniadi -12012000059
3. Syaiful Aldiansyach (12012000013)
4. Moch kevin (12012000010)

UNIVERSITAS BINA BANGSA


FAKULTAS ILMU HUKUM
JURUSAN HUKUM
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Dalam makalah ini saya menjelaskan
mengenai’’Kedudukan Hukum Adat Dalam Pokok Agraria”.Makalah ini saya buat dalam rangka
memperdalam matakuliah tentang Hukum ADAT.Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
yangsaya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran.Demi perbaikan dan kesempurnaan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Serang,29 November 2021

Kelompok I
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………………………………

BAB I Latar Belakang dan Rumusan Masalah …………………………………………………………...

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………..


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………….

BAB II Pembahasan ……………………………………………………………………………………..

1. Apa itu hukum Adat …………………………………………………………………………….


2. Apa itu hukum Agraria …………………………………………………………………………….
3. .Kedudukan hukum Adat dalam Pokok Agraria …………………………………………………..

BAB III Kesimpula, …………………………………………………………………………………………

Saran ………………………………………………………………………………………………

keritik…...…………………………………………………………………………………………..
BAB I

A. Latar belakang

Hukum adat merupakan salah satu bentuk hukum yang masih eksis/ada dalam kehidupan
masyarakat hukum adat di Indonesia. Perlu kita ketahui pula bahwa Hukum Adat merupakan salah
satu bentuk hukum yang berlaku dalam kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia yang
masih berlaku sampai dengan saat ini.
Eksistensi hukum adat dapat kita lihat hingga saat ini melalui adanya peradilan-peradilan adat serta
perangkat-perangkat hukum adat yang masih dipertahankan oleh masyarakat hukum adat di
Indonesia untuk menyelesaikan berbagai sengketa dan delik yang tidak dapat ditangani oleh
lembaga kepolisian, pengadilan, serta lembaga pemasyarakatan. Hukum adat tetap dipertahankan
hingga saat ini oleh masyarakat hukum adat sebab mereka percaya bahwa putusan yang dikeluarkan
melalui peradilan adat terhadap suatu delik yang diadili melaluinya dapat memberikan kepuasan
akan rasa keadilan, serta kembalinya keseimbangan dalam kehidupan masyarakat adat atas
kegoncangan spiritual yang terjadi atas berlakunya delik adat tersebut.

Eksistensi hukum adat sebagai salah satu bentuk hukum yang diakui keberadaannya dalam
kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia tercantum pada Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 atau untuk singkatnya UUD ’45 yaitu pada pasal 18B ayat (2) yang
menentukan “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum 2 Adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Ksatuam Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.
Penjelasan mengenai pengakuan hukum adat oleh Negara juga terdapat pada pasal 27 ayat (1) UUD
’45 yang menentukan “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”,
yang mana dari rumusan ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa baik warga sipil
maupun aparatur pemerintahan tanpa terkecuali diwajibkan untuk menjunjung hukum yang berlaku
dalam kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia baik itu hukum pidana, hukum perdata,
maupun hukum adat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia sebagai
sumber hukum juga mengakui eksistensi hukum adat sebagai salah satu bentuk hukum yang berlaku
dalam kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia, yang mana hal ini ditunjukkan dalam
pasal 6 ayat (1) Undang-Undang tersebut yang menentukan “Dalam rangka penegakan hak asasi
manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam Masyarakat Hukum Adat harus diperhatikan dan
dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan pemerintah”.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa hukum adat dipandang sebagai
prasarana yang digunakan oleh Masyarakat Hukum Adat dalam memenuhi “hak adat” mereka,
sehingga hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi keberadaannya baik oleh hukum,
masyarakat, maupun pemerintah sehingga eksistensi atau keberadaan 3 hukum adat dalam
kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia dapat terus dijaga.
B. Rumusan masalah:

1.Apa itu hukum Adat?

2.Apa itu hukum Agraria?

3.Kedudukan hukum Adat dalam Pokok Agraria?


BAB II

PEMBAHASAN

1.Apa itu hukum Adat

Hukum Adat adalah hukum tidak tertulis karena aturan ini tidak ada dalam hukum tercatat. Ada
kebiasaan sebagai penggunaan tertentu, di antaranya masyarakat beranggapan bahwa itu harus legal
dari sudut pandang hukum, yang berlangsung selama waktu tertentu. Contoh hukum adat adalah
misalnya peraturan menteri Ia tidak lagi memiliki kepercayaan mayoritas di DPR harus
mengundurkan diri. Aturan seperti itu tidak terdapat dalam hukum mana pun tapi sudah biasa. Tidak
ada kewajiban hukum untuk menteri ini untuk menawarkan pengunduran dirinya, tetapi tugas ini
karena itu ada berdasarkan kebiasaan dalam politik nasional.

Hukum umum atau Hukum Adat adalah hukum berdasarkan adat. Karakteristik penting dari common
law adalah bahwa ia diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.

Hukum umum dapat mencakup berbagai bidang seperti hak dan kewajiban perkawinan, warisan,
suksesi, hubungan antara orang pada umumnya, kepemilikan dan penggunaan real estat, bobot dan
ukuran, hak perkawinan, hak dan hak istimewa dalam masalah perdata dan pidana, pengangkatan dan
hukum prosiding. Contoh hukum adat yang diterapkan di Negara-negara Rendah adalah hak
bertetangga dan devolusi.

Secara hukum, hukum adat (coutume atau règle coutumière) adalah aturan yang merupakan hasil dari
praktek dan adat istiadat tradisional dari waktu ke waktu dan dengan demikian menjadi sumber
hukum. Ini diakui oleh pengadilan dan dapat melengkapi atau melengkapi hukum, asalkan tidak
bertentangan dengan teks hukum lainnya.

Standar khusus yang (sebagai tambahan) mengatur atau dapat mengatur hubungan hukum timbal
balik antara pihak-pihak yang mengadakan kontrak. Hukum umum adalah seperangkat aturan hukum
tidak tertulis.

A. Hukum Adat Menurut Par Ahli

1. Menurut Van Vollenhoven


Hukum adat adalah Keseluruhan aturan tingkah laku positif yang di satu pihak
mempunyai sanksi.
2. Menurut Bushar Muhammad
menjelaskan bahwa untuk memberikan definisi hukum ada sulit sekali
dilakukan karena, hukum adat masih dalam pertumbuhan; sifat dan
pembawaan hukum adat.
3. Menurut Terhar
berpendapat bahwa hukum adat hukum adat lahir dari & dipelihara oleh
keputusan-keputusan, Keputusan berwibawa dan berkuasa dari kepala rakyat
(para warga masyarakat hukum)
4. Soerjono Soekanto
berpendapat bahwa hukum adat adalah kompleks adat-adat yang tidak
dikitabkan (tidak dikodifikasikan) bersifat paksaan (mempunyai akibat
hukum.
5. Supomo & hazairin
mengambil kesimpulan bahwa hukum adat adalah hukum yang mengatur
tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungan satu sama lain, baik yang
merupakan keseluruhan kelaziman, kebiasaan dan kesusilaan yang benar-
benar hidup di masyarakat adat karena dianut dan dipertahankan oleh anggota-
anggota masyarakat itu, maupun yang merupakan keseluruhan peraturan yang
mengenal sanksi atas pelanggaran dan yang ditetapkan dalam keputusan-
keputusan para penguasa adat.

Dari pengertian di atas, dapat dirumuskan ciri-ciri hukum adat meliputi:

1) Lisan, artinya tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan tidak dikodifikasi.
2) Tidak sistematis
3) Tidak berbentuk kitab perundangan
4) Tidak tertatur
5) Keputusannya tidak memakai konsideran (pertimbangan)
6) Pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan

Hukum umum dapat diterapkan sebagai negara hukum jika dua syarat terpenuhi

1. Aturan tersebut telah digunakan untuk jangka waktu yang lebih lama karena kebiasaan khusus
dalam industri (misalnya, pasar konstruksi atau industri tertentu dalam perdagangan).
2. Penggunaan jangka panjang dari aturan (hukum) secara umum diterima. Penggunaan berulang
atas aturan tersebut telah mengangkat aturan tersebut menjadi standar hukum dan dapat
diterapkan pada penerapannya pada hubungan hukum antara para pihak. Dalam kasus
tersebut, standar hukum dapat diberlakukan di pengadilan. Common Law pada prinsipnya
adalah hukum tidak tertulis, tetapi dengan demikian dapat memiliki efek mengikat pada
kontrak.

Contoh hukum umum dapat ditemukan dalam seni. 6: 2 BW, yang mengatur bahwa kreditur
dan debitur wajib bersikap terhadap satu sama lain sesuai dengan persyaratan kewajaran dan
kewajaran. Sebuah aturan yang berlaku di antara mereka berdasarkan (antara lain) kebiasaan
tidak berlaku sejauh ini tidak dapat diterima dalam keadaan tertentu dari standar kewajaran
dan keadilan.
2.Apa itu hukum Agraria

HukumAgrari adalah seperangkat aturan tingkah laku manusia yang berlaku dalam
masyarakat, sedangkan Agraria artinya tanah,ladang,tanah pertanian,segala, yang
berkaitan dengan tanah. Jadi Hukum Agraria adalah keseluruhan peraturan hidup
manusia/kaidah hukum yang mengatur masalah agrarian

A. Pengertian Agraria Menurut Hukum Positif


Menurut hukum positif berdasarkan pasal 1 ayat 4-6 dan pasal 56 undang undang no
5/1960 pengertian agraria mencakup:
• Bumi adalah permukaan bumi(tanah),tubuh bumi,tubuh bumi yang ada
dibawah air.
• Air: Air laut,Air pedalaman
• Ruang Angkasa: Semua ruang angkasa yang ada diatas bumi.

B. Hukum Agraria menurut par ahli

1.Menurut Soebekti dan R. Tjitrosoedibio

Hukum Agraria (Agrarisch dan Recht) adalah keseluruhan dari ketentuan-


ketentuan hukum, baik hukum perdata maupun hukum tata negara (Staatsrecht)
maupun hukum tata usaha negara (Administratifrecht) yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang termasuk badan hukum dengan bumi,air dan ruang angkasa
dalam seluruh wilayah negara dan mengatur pula wewenang-wewenang yang
bersumber pada hubungan-hubungan tersebut.

2. Menurut Boedi Harsono

Hukum Agraria merupakan satu kelompok berbagai bidang hukum yang masing-
masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu.

3. Menurut Bachsan Mustafa

Hukum Agraria sebagai sebuah himpunan peraturan yang mengatur tentang bagaimana
para pejabat pemerintah menjalankan tugas mereka di bidang keagrarian.

4. Menurut E. Uterecht,

pengertian hukum agraria adalah sebuah hukum yang istimewa dimana memberikan
kewajiban kepada pejabat administrasi untuk bertugas dalam mengurus berbagai
macam permasalahan mengenai agraria dalam memenuhi tugas mereka.
5. Menurut Gouw Giok Siong

Pengertian Hukum Agraria adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur


mengenai agraria secara lebih luas, tidak hanya mengenai tanah saja. Misalnya
persoalan jaminan tanah untuk hutang, seperti ikatan kredit atau ikatan panen, sewa
menyewa antar golongan, pemberian izin untuk peralihan hak-hak atas tanah dan barang
tetap dan sebagainya.

6. S. J. Fockema Andrea

mengemukakan bahwa pengertian hukum agraria adalah keseluruhan peraturan hukum


mengenai usaha dan tanah pertanian, tersebar dalam berbagai bidang hukum (hukum
perdata dan hukum pemerintahan) dimana disajikan sebagai suatu kesatuan untuk
keperluan studi tertentu yang bertalian dengan pertanian dan pemilikan hak atas tanah.

Hukum agrarian secara Umum adalah serangkaian kaidah dan hubungan yang
mengatur hak penguasaan atas bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.

Dalam prakteknya, hukum agraria kerap disamakan dengan hukum pertanahan oleh
karena sama-sama mengatur tentang tanah dan distribusinya. Namun di
Indonesia,seiring dengan berlakunya undang ungsng pokok agraris 1960 yang
mengambil hukum adat sebagai dasar hukumnya, hukum agraria dinyatakan meliputi
tiga aspek, yaitu: "bumi", "air", dan "kekayaan alam yang meliputinya". Hubungan
hukum yang berlaku adalah hak penguasaan.
3.Kedudukan hukum Adat dalam Pokok Agraria

Hukum adat dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 merupakan pengaturan yang sangat
bersentuhan langsung dengan masyarakat adat. Dalam Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1960
ditegaskan: Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa, ialah hukum
adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara yang
berdasarkan peraturan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan yang
tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan undang-undang lainnya, segala
sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersumber pada hukum agama. Dalam
penjelasan undang-undang di sebutkan: hukum adat yang di sempurnakan dan di sesuaikan
dengan kepentingan masyarakat dalam negara modern dan dalam hubungannya dunia
international serta sesuai dengan sosialisme Indonesia. Ketentuan tersebut merupakan
realisasi dari tap MPRS II/ MPRS/ 1960 lampiran A Paraghraf 402

Hukum Adat Yang di maksud adalah bukan hukum adat asli yang senyatanya berlaku dalam
masyarakat adat, melainkan hukum adat yang sudah direkonstruksi, hukum adat yang sudah:
di sempurnakan, disaneer, modern, yang menurut Moch. Koesnoe hukum adat yang ada di
dalam UUPA Telah hilang secara materiil, karena di pengaruhi Lembaga-Lembaga dan ciri
ciri hukum barat atau telah di modifikasian oleh sosialisme Indonesia sehingga yang tersisa
hanyalah Formulasinya (bajunya) saja.

Hukum agrarian hanya memberlakukan hal hal tertentu saja dari padanya preduksian dapat
dilihat dalam kaitannya dalam kekuasaan negara. Adanya Hak Menguasai Negara (HMN)
Merupakan bentuk penarikan ke negara Hak Ulayat yang di miliki oleh masyarakat adat atas
tanah yang berada di wilayah Indonesia, yang kemudian di kontruksi Kembali sebagai
bentuk pelimpahan kewenangan negara dalam pelaksanaan dapat di limpahkan kepada
pemerintah di bawahnya.Maka Hak Ulayat dalam masyarakat adat yang semula bersifat
mutlak dan abadi , telah di reduksi dengan tergantung kepentingan dan di tentukan oleh
negara.

Akibat lebih jauh adalah, timbulnya ha katas tanah menurut kukum adat, yaitu dengan Hak
Membuka Tanah (ontginningrecht) yang di berikan oleh ulayat.
BAB III

Kesimpulan, Saran dan kritik

• Kesimpulan
I. Hukum Adat adalah hukum tidak tertulis karena aturan ini tidak ada dalam
hukum tercatat. Ada kebiasaan sebagai penggunaan tertentu, di antaranya
masyarakat beranggapan bahwa itu harus legal dari sudut pandang hukum, yang
berlangsung selama waktu tertentu.
II. Hukum agrarian secara Umum adalah serangkaian kaidah dan hubungan yang
mengatur hak penguasaan atas bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya.
III. Dalam Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1960 ditegaskan: Hukum Agraria yang berlaku
atas bumi, air dan ruang angkasa, ialah hukum adat, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan
peraturan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan yang
tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan undang-undang
lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersumber
pada hukum agama.
IV. Hukum Adat Yang di maksud adalah bukan hukum adat asli yang senyatanya
berlaku dalam masyarakat adat, melainkan hukum adat yang sudah
direkonstruksi, hukum adat yang sudah: di sempurnakan, disaneer, modern
V. menurut Moch. Koesnoe hukum adat yang ada di dalam UUPA Telah hilang
secara materiil, karena di pengaruhi Lembaga-Lembaga dan ciri ciri hukum
barat atau telah di modifikasian oleh sosialisme Indonesia sehingga yang tersisa
hanyalah Formulasinya (bajunya) saja
VI. Hukum agrarian hanya memberlakukan hal hal tertentu saja dari padanya
preduksian dapat dilihat dalam kaitannya dalam kekuasaan negara. Adanya Hak
Menguasai Negara (HMN) Merupakan bentuk penarikan ke negara Hak Ulayat
yang di miliki oleh masyarakat adat atas tanah yang berada di wilayah
Indonesia, yang kemudian di kontruksi Kembali sebagai bentuk pelimpahan
kewenangan negara dalam pelaksanaan dapat di limpahkan kepada pemerintah
di bawahnya.Maka Hak Ulayat dalam masyarakat adat yang semula bersifat
mutlak dan abadi , telah di reduksi dengan tergantung kepentingan dan di
tentukan oleh negara.
VII.
• Saran
Tetap semangat dalam menuntut ilmu
Jangna pelit dalam berbagi pengetahuan
Jaga protokol kesehatan dan jangan lupa 3M
Menjaga jarak
Memakai masker
Mencuci tangan
• keritik

Anda mungkin juga menyukai