DELIK ADAT
OLEH:
FATIN 1011420051
NURAIN HAKMINUR PUTRI 1011420150
SRI EKA PUTRI ISA 1011420150
LINI LISA NURKHAIRANI PODUNGGE 1011420156
IFATRIANSYAH SOGA 1011420068
PUTRI AGGRAINI MAGA 1011420065
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan hidayah sehingga kami
sekelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Delik Adat” Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Konstitusi. Selain itu pembuatan makalah ini juga juga bertujuan guna menambah
wawasan mengenai konstitusi negara bagi pembaca maupun penulis.
Ucapkan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah bekerja sama
dengan membagikan ilmunya kepada kami di penulisan makalah ini hingga kami dapat
dengan rampung menyelesaikan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami menantikan kritik dan saran yang nantinya akan
membangun kesempurnaan di makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Sampul .......................................................................................................... 1
Bab I Pendahuluan
3.2 Saran........................................................................................................ 11
Hukum adat adalah hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia, yang mengandung unsur agama. Dari
kesimpulan tersebut dapat pula dikatakan bahwa Hukum Pidana Adat adalah
hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk perundangundangan yang
mengandung unsur agama, diikuti dan ditaati oleh masyarakat secara terus-
menerus, dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Pelanggaran terhadap aturan
tata tertibnya dipandang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat. Oleh
sebab itu, bagi si pelanggar diberikan sanksi adat, koreksi adat atau
sanksi/kewajiban adat oleh masyarakat melalui pengurus adatnya.
Pengertian Hukum Pidana Adat seperti di atas mengandung empat hal pokok, yaitu
pertama, hukum Indonesia asli yang merupakan rangkaian peraturanperaturan tata
tertib yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan yang mengandung
unsur –unsur agama. Kedua, peraturan tersebut dibuat, dikuti, dan ditaati oleh
masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Ketiga, pelanggaran terhadap
peraturan tersebut dipandang sebagai perbuatan yang menimbulkan kegoncangan
dan mengganggu keseimbangan kosmis, perbuatan melanggar peraturan ini dapat
disebut sebagai tindak pidana adat. Keempat, pelaku yang menimbulkan
pelanggaran tersebut dikenai sanksi/kewajiban adat oleh masyarakat yang
bersangkutan.
Perilaku kita sehari-hari dipengaruhi oleh banyak etika dan normanorma yang tidak
tercantum dalam undang-undang, yang kadang-kadang tidak diakui oleh hukum
dan bahkan tidak diungkapkan. Norma yang mengatur perilaku manusia adalah
norma hukum.
Norma tersebut hidup dalam pergaulan dan lama kelamaan menjadi aturan dan
hukum yang mengikat tingkah laku masyarakat pemeluknya dan dibanyak tempat
disebut sebagai hukum adat. Dalam hukum adat tersebut ada hukum yang mengatur
masalah harta benda dan kekeluargaan dan terdapat juga hukum dellik adat yang
dapat juga disebut sebgai Hukum pidana adat, atau hukum pelanggaran
adat.Hukum delik adat adalah aturanaturan hukum adat yang mengatur peristiwa
atau perbuatan kesalahan yang berakibat terganggunya keseimbangan masyarakat,
sehingga perlu diselesaikan agar keseimbangan masayarakat tidak terganggu.
Adat bangsa Indonesia yang “Bhinneka Tunggal Ika” ini tidak mati, melainkan
selalu berkembang, senantiasa bergerak serta berdasarkan keharusan selalu dalam
keadaan evolusi mengikuti proses dan perkembangan peradaban bangsanya. 1
Ketika dilihat dari kearifan masyarakat adat Indonesia yang bercorak religios-
magis, secara konkrit terkristalisasi dalam produk hukum masyarakat lokal, yang
dalam ancangan antropologi hukum disebut hukum kebiasaan (customary), hukum
rakyat (folk law), hukum penduduk asli (indigenous law), hukum tidak tertulis
1Surojo Wignjodipuro, Pengantar AsasAsas Hukum Adat, (Jakarta: Gunung Agung Anggota IKAPI,
1982), hlm. 13.
(unwritten law), atau hukum tidak resmi (unofficial law), atau dalam konteks
Indonesia disebut hukum adat (adat law/adatrecht).2
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah menganalisis dan mengevaluasi secara
komprehensif terkait delik adat, serta implikasi yang ditimbulkannya. Sedangkan
tujuan yang akan dicapai adalah adanya review yang mendalam dan rekomendasi
tentang terkait delik adat dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia untuk
masa yang akan datang sebagai koreksi dari yang sekarang ada dan berlaku.
Selain itu, Tujuan pembuatan makalah ini yaitu pertama, mengetahui dan
menganalisis delik adat di Indonesia; kedua, mengetahui dan menganalisis
pemberlakuan delik adat di Indonesia. Memperdalam wawasan menganai Hukum
Adat di Indonesia dan perubahan regulasi terkait hal tersebut adalah tujuan lain dari
pembuatan makalah ini, juga untuk mengetahui rahasia serta alasan mendasar
2I Nyoman Nurjaya, Menuju Pengakuan Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam:
Perspektif Antropologi Hukum, dalam Rachmad Syafa’at, dkk, Negara, Masyarakat Adat dan Kearifan
Lokal, (Malang: In-Trans Publishing, 2008), hlm. 8.
mengapa delik hukum harus dipelajari dan untuk apa perubahan tersebut serta
harapan setelah dilakukannya perubahan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendapat Para Ahli
1. Ter Haar berpendapat bahwa yang dimaksud delik atau pelanggaran adalah
adanya perbuatan sepihak yang oleh pihak lain dengan tegas atau secara diam-
diam dinyatakan sebagai perbuatan yang mengganggu keseimbangan. 3 Dari
pernyataan Ter Haar tersebut, Hilman Hadikusuma berpendapat bahwa hukum
pidana adat adalah hukum yang menunjukkan peristiwa dan perbuatan yang
harus diselesaikan (dihukum) karena peristiwa dan perbuatan itu telah
mengganggu keseimbangan masyarakat. 4
2. Soepomo menjabarkan lebih rinci bahwa antara perbuatan yang dapat dipidana
dan perbuatan yang hanya mempunyai akibat di wilayah perdata tidak ada
perbedaan struktur.8 Artinya, antara “hukum pidana” dan “hukum perdata”
yang perbedaan strukturnya dibedakan wilayahnya dalam hukum positif, dalam
hukum pidana adat tidak membedakan struktur itu. Apakah itu masuk dalam
wilayah pidana atau perdata, selama “mengganggu keseimbangan” masyarakat,
maka ia dikategorikan sebagai delik atau tindak pidana.
3. Sementera Van Vollenhoven berpendapat bahwa hukum pidana adat adalah
perbuatan yang tidak boleh dilakukan, meskipun dalam kenyataannya peristiwa
atau perbuatan itu hanya merupakan perbuatan sumbang yang kecil saja.
3 Ter Har Bzn, Mr.B., Beginselen en stelsel van het adatrecht, JB. WoltersGroningen, Djakarta, 4e
druk, 1950, hal. 219.
4 Hilman Hadikusuma, Hukum Pidana Adat, Penerbit Alumni, Bandung, 1989, hal. 8.
“Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat
beserta hakhak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undangundang”.
5ChairulAnwar, Hukum Adat Indonesia Menuju Hukum Adat Minangkabau, Jakarta: Rineka Cipta,
1997, hlm. 11.
pikiran demikian maka dalam mencari penyelesaian dalam suatu peristiwa
menjadi berbeda-beda.
6 Prof. H. Hilman Hadikusuma, SH, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, CV Manda Maju, Bandung,
1992 hlm.242
7 Hilman Hadikusuma, Hukum Pidana Adat, (Bandung: Alumni, 1984), hlm. 20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hukum pidana adat adalah perbuatan yang melanggar perasaan keadilan dan
kepatutan yang hidup dalam masyarakat sehingga menimbulkan adanya gangguan
ketentraman dan keseimbangan masyarakat bersangkutan.
Hukum adat secara structural dan fungsional masih berlaku dalam hukum nasional
dibuktikan dengan adanya praktek hukum ditengah masyarakat yang didukung oleh
undang undang yang disebutkan diatas.
Mengenai pidana adat sendiri terdapat praktek prakteknya di masyarakat adat
Indonesia dan dalam RUU KUHP pidana adat diakui sebagai pijakan hukum bagi
hakim dalam memutuskan perkara, dan saat ini RUU KUHP tersebut masih dibahas
di DPR.
3.2 Saran
Sebagi sumber hukum kesadaran masyarakat tentang apa yang dirasakan adil dalam
mengatur hidup kemasyarakatan yang tertib dan damai tersebut akan mengalirkan
aturan-aturan (norma-norma) hidup yang adil dan sesuai dengan perasaan dan
kesadaran hukum (nilai-nilai) masyarakat, yang dapat menciptakan suasana damai
dan teratur karena selalu memperhatikan kepentingan masyarakat.
Selanjutnya kami sadar makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam
carapenulisan, meterinya dan lain sebaginya, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun, guna pembenahan kedepannya
agar lebih baik bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Chairul Anwar, Hukum Adat Indonesia Menuju Hukum Adat Minangkabau, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997)
H. Hilman Hadikusuma, SH, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, CV Manda Maju,
Bandung, 1992
Jurnal:
Yulia Murwati, Konsep Dasar Pemikiran-pemikiran Hak Ulayat. Unand Padang. 1998.
Zefrizal Nurdin, Dilema Pemanfaatan Tanah Ulayat Untuk Investasi Di
Sumatera Barat Pada Norma Dan Implementasi, Jurnal Media Hukum, Vol. 22
No. 1, 2015.
Sayuti Thalib. Hubungan Tanah Adat dengan Hukum Agraria di Minangkabau. Bina
Aksara. Jakarta. 1985.