DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
DIAN SRI RAHAYU (12170521414)
FACHRIZA SYAFIYAH (12170521633)
IRSYAD HAMDAN (12170514719)
M. ROID KHOIRI (12170512168)
NURHALISA (12170522133)
NOVIA RAMADANI (12170521915)
SAPUTRI PUJI LESTARI (12170524793)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, dengan
judul “Kesadaran Hukum dan Masyarakat”.
Demikian makalah ini kami buat, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, serta keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini agar kami bisa membuat karya makalah
yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
fisik. Oleh karena itu hukum harus memiliki kewibawaannya dalam menegakkan
supremasi hukum agar masyarakat dapat menghormatinya dalam wujud
ketaatannya terhadap hukum itu sendiri. Dengan demikian perlunya membina dan
meningkatkan kesadaran hukum dan ketaatan hukum merupakan suatu hal yang
hakiki dalam negara hukum, hukum harus dapat merubah masyarakat untuk
menjadi lebih baik, lebih teratur, lebih bisa dipercaya untuk memperjuangkan hak
dan keadilan, lebih bisa menciptakan rasa aman.
1.3 Tujuan
1. Untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah pengantar ilmu hukum
2. Mengetahui definsi dari kesadaran hukum dan masyarakat
3. Memahami tujuan dari kesadaran hukum
4. Mengetahui tentang ketaatan hukum
5. Memahami faktor-faktor kesadaran hukum
6. Mengetahui contoh kurangnya kesadaran hukum di masyarakat
7. Memahami upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kesadaran
hukum dan ketaatan hukum masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berjalannya kesadaran hukum dimasyarakat maka hukum tidak perlu
menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar
terbukti melanggar hukum. Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum
memberitahukan kepada kita mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum
yang bila dilakukan akan mendapat ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap
perbuatan yang bertentangan dengan hukum tentu saja dianggap melanggar
hukum sehingga mendapat ancaman hukuman.
Ciri-ciri kesadaran hukum yang tinggi pada masyarakat adalah sebagai berikut:
Kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum atau peraturan yang ada sangat baik
4
Rendahnya angka pelanggaran atas hukum dan peraturan yang ada
Memahami dengan baik hak dan kewajiban dari masing-masing utamanya
yang berkaitan dengan ruang public
5
ketidak taatan. Pernyataan ketaatan hukum harus disandingkan sebagai sebab dan
akibat dari kesadaran dan ketaatan hukum. Sebagai hubungan yang tidak dapat
dipisahkan antara kesadaran hukum dan ketaataan hukum maka beberapa literatur
yang di ungkap oleh beberapa pakar mengenai ketaatan hukum bersumber pada
kesadaran hukum, hal tersebut tercermin dua macam kesadaran, yaitu:
1. Kesadaran hukum sebagai ketaatan hukum, berada dalam hukum, sesuai
dengan aturan hukum yang disadari atau dipahami.
2. Kesadaran hukum dalam wujud menentang hukum atau melanggar hukum.
Hukum berbeda dengan ilmu yang lainnya pada kehidupan manusia, hukum
berbeda dengan seni, ilmu dan profesionalis lainya, struktur hukum pada dasarnya
berbasis kepada kewajiban serta tidak diatas komitmen. Kewajiban moral untuk
mentaati serta peranan peraturan membentuk karakteristik warga. Kenyataannya
ketaatan terhadap hukum tidaklah sama dengan ketaatan sosial lainnya, ketaatan
hukum adalah kewajiban yang harus dilaksanakan serta jika tidak dilaksanakan
akan timbul sanksi, sedangkan ketaatan sosial jika tidak dilaksanakan atau
dilakukan maka hukumanatau sanksi sosial yang berlaku pada rakyat inilah yang
menjadi penghakim. Secara tidak langsung ketaatan didalam hukum cenderung
dipaksakan.
H.C Kelman (1966) dan L. Pospisil (1971) dalam buku Prof DR. Achmad
Ali,SH Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Termasuk Interprestasi
Undang-undang mengatakan bahwa ketaatan dibedakan menjadi 3 jenis:
1. Ketaatan bersifat compliance, yaitu jika seseorang menaati suatu aturan, hanya
karena takut terkena sanksi. Kelemahan ketaatan jenis ini, karena membutuhkan
pengawasan yang terus-menerus.
2. Ketaatan bersifat identification, yaitu jika seseorang menaati suatu aturan,
hanya karena takut hubungan baiknya dengan pihak lain menjadi rusak.
6
3. Ketaatan yang bersifat internalization, yaitu jika seseorang menaati suatu
aturan, benar-benar karena merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai-nilai
intristik yang dianutnya.
7
2.3 Faktor-Faktor Kesadaran Hukum
Menurut Soerjono Soekano terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran
hukum antara lain:
a. Pengetahuan tentang ketentuan hukum
Hal ini sering kali terjadi dalam suatu golongan masyarakat akan kurangnya
dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan hukum yang dikhususkan bagi
mereka. Sementara, ketentuan-ketentuan yang telah sah akan dengan sendirinya
tersebar secara luas dan diketahui umum.
b. Pengakuan terhadap ketentuan hukum
Pengakuan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan hukum berarti bahwa
masyarakat telah mengetahui isi dan tujuan dari norma-norman hukum tertentu
yang berlaku. Namun belum menjadi jaminan bahwa masyarakat yang
mengakui ketentuan-ketentuan hukum akan dengan sendirinya mematuhinya,
meskipun ada kalanya masyarakat yang mengakui ketentuan hukum cenderung
mematuhinya.
c. Penghargaan terhadap ketentuan hukum
Penghargaan terhadap ketentuan hukum merupakan reaksi yang ditampakkan
oleh masyarakat mengenai sejauh manakah mereka dalam menerima suatu
ketentuan hukum tertentu. Menentang atau mungkin mematuhi hukum, karena
kepentingan mereka terjamin pemenuhannya.
d. Kepatuhan terhadap ketentuan hukum Terkait tentang ketaatan masyarakat
terhadap ketentuan hukum, tergantung apakah kepentingan-kepentingan
masyarakat terkait anggapan tentang apa yang baik dan yang harus dihindari
dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan hukum. Selain itu, ada juga
anggapan bahwa kepatuhan hukum tersebut disebabkan adanya rasa takut pada
sanksi apabila dilanggar, untuk menjaga hubungan baik dengan penguasa,
untuk menjaga hubungan baik dengan rekan-rekannya, karena kepentingannya
sendiri, dan hukum tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.
8
Faktor-faktor yangdapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat
yaitu:
a. Kaidah Hukum.
Dalam teori Ilmu hukum dapat dibedakan tiga macam hal mengenai berlakunya
hukum sebagai kaidah. Hal itu diungkapkan sebagai berikut:
Kaidah hukum berlaku secara yuridis apabila penetuannya didasarkan pada
kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah
ditetapkan.
Kaidah hukum berlaku secara Sosiologis apabilah kaidah tersebut efektif
artinya kaidah dimaksud dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa
walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat (teori Kekuasaa). Atau
kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari masyarakat.
Kaidah hukum berlaku secara filosofis yaitu seseai dengan cita hukum
sebagai nilai positif yang tertinggi.
b. Penegak Hukum
Dalam hal ini akan dilihat apakah para penegak hukum sudah betul-betul
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik, sehingga dengan
kewajibannya para penegak hukum tentu saja harus berpedoman pada peraturan
tertulis, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan peraturan
pemerintah dalam aturan–aturan lainnya yang sifatnya mengatur, sehingga
masyarakat mau atau tidak mau, suka atau tidak suka harus patuh pada aturan-
aturan yang dijalankan oleh para penegak hukum karena berdasarkan pada
aturan hukum yang jelas. Namun dalam kasus–kasus tertentu, penegak hukum
dapat melaksanakan kebijakan–kebijakan yang mungkin tidak sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ada dengan pertimbangan–pertimbangan tertentu
sehingga aturan yang berlaku dinilai bersifat fleksibel dan tidak terlalu bersifat
mengikat dengan tidak menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.
9
c. Masyarakat
Kesadaran hukum dalam masyarakat belumlah merupakan proses sekali jadi,
melainkan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi tahap demi tahap
kesaaran hukum masyarakat sangat berpengaruh terhadap ketatan hukum, baik
secara langsung maupun tidak langsung.Dalam masyarakat maju orang yang
taat pada hukum karena memang jiwanya sadar bahwa mereka membutuhkan
hukum dan hukum itu bertujuan baik untuk mengtur masyarakat secara baik
benar dan adil. Sebaliknya dalam masyarakat tradisional kesadaran hukum
masyarakat berpengaruh secara tidak langsung pada ketaatan hukum. Dalam
hal ini mereka taat pada hukum bukan karena keyakinannya secara langsung
bahwa hukum itu baik atau karena mereka memang membutuhkan hukum
melainkan mereka patuh pada hukum lebih karena dimintahkan, bahkan
dipaksakan oleh para pemimpinnya (formal atau informal) atau karena perintah
agama atau kepercayaannya. Jadi dalam hal pengaruh tidak langsung ini
kesaaran hukum dari masyarakat lebih untuk patuh kepada pemimpin, agama,
kepercayaannya dan sebagainnya. Namun dalam perkembangan saat ini bagi
masyarakat modern terjadi pergeseran-demikian hukum akan berlaku secara
efektif dalam melaksanakan tugas dan pergeseran bahwa akibat faktor–faktor
tertentu menyebabkan kurang percayanya masyarakat terhadap hukum yang
ada, sehingga mengalami krisis kesadaran hukum dan ketaatan hukum
masyarakat, salah satunya adalah karena faktor penegak hukum yang
menjadikan hukum atau aturan sebagai alasan untuk melakukan tindakan-
tindakan yang dianggap oleh masyarakat mengganggu bahkan tidak kurang
masyarakat yang merasa telah dirugikan oleh oknum-oknum penegak hukum
seperti itu apalagi masih banyak masyarakat yang awam tentang masalah
hukum sehingga dengan mudah dapat dimanfaatkan sebagai objek penderita.
10
2.4 Contoh Kurangnya Kesadaran Hukum di Masyarakat
1. Pelanggaran lalu lintas
Banyaknya alat transportasi saat ini menimbulkan banyaknya problem dalam
masyarakat di antaranya adalah banyaknnya pelanggaran pelanggaran yang
dapat kita temui di kehidupan sehari hari, yaitu pelanggaran terhadap ketentuan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
Sebagai negara hukum masyarakat Indonesia tentunya harus patuh terhadap
hukum yang di buat. Banyaknya kebutuhan masyarakat di indonesia dan
kurangnya infrastruktur penunjang membuat sebagaian masyarakat untuk
melanggar ketentuan- ketentuan yang telah di atur, hal ini dapat kita lihat di
berbagai daerah banyak melakukan pelanggaran yang sering kita temukan
seperti seorang anak yang belum cukup umur sudah memakai kendaran pribadi
untuk melakukan aktifitas sehari-harinya, hal ini tentu saja membuat anak
tersebut kurang patuh terhadap Undang-Undang No 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan. Menurut pasal 81 ayat (2) huruf (a) Undang-Undang
No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menyebutkan bahwa
“Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan paling rendah
sebagai berikut: Usia 17 (tujuh belas) tahun untuk surat izin mengemudia A,
surat izin mengemudi C, dan surat izin mengemudi D.”
Peraturan bahwa seseorang yang belum cukup umur tidak boleh membawa
kendaraan bermotor, tetapi dengan realitas yang ada masih banyaknya
penggunaan kendaraan bermotor motor di bawah umur, hal ini cukup memberi
gambaran bahwasannya masyarakat kurang patuh terhadap hukum yang di
buatKesadaran seseorang tentang hukum ternyata tidak serta merta membuat
seseorang tersebut patuh pada hukum karena banyak indikator-indikator sosial
lainnya yang mempengaruhinya. Banyak diantara anggota masyarakat dan
remaja pada khususnya, sadar akan perlunya penghormatan terhadap hukum
baik secara “instinktif” maupun secara rasional, namun mereka cenderung tidak
patuh
11
Terhadap hukum. Sebagai contoh, ketika lampu merah dan kebetulan tidak
ada polisi yang jaga maka banyak diantara “mereka” nekat tetap jalan terus
dengan tidak mengindahkan atau memperdulikan lampu merah yang sedang
menyala. Mereka sebenarnya sadar tentang perlunya peraturan berlalu lintas di
jalan raya dan lebih dari itu mereka juga sadar telah melanggar lampu merah,
tetapi masalahnya mereka tidak patuh terhadap peraturan itu.
12
bagaimana menjadi warga negara yang baik, tentang apa hak dan kewajiban
seorang Warga Negara Indonesia. Setiap warga Negara harus tahu Undang-
undang yang berlaku di negara kita. Pengetahuan tentang adanya dan isinya
harus diketahui untuk menimbulkan kesadaran hukum. Ini merupakan presumsi
hukum, merupakan azas yang berlaku. Dengan mengenal Undang-undang maka
kita akan menyadari isi dan manfaatnya dan selanjutnya mentaatinya. Lebih
lanjut ini semuanya berarti menanamkan pengertian bahwa di dalam pergaulan
hidup kita tidak boleh melanggar hukum serta kewajiban hukum, tidak boleh
berbuat merugikan orang lain dan harus bertindak berhati-hati di dalam
masyarakat terhadap orang lain. Pendidikan non formal ditujukan kepada
masyarakat luas meliputi segala lapisan. Menanamkan kesadaran hukum
dengan cara ini dapat dilakukan dengan penyuluhan, baik dengan cara
penerbitan buku saku, ceramah, penulisan artikel maupun pembinaan
kadarkum. Tetapi yang lebih penting lagi kiranya kalaulah semua Warga
Negara Indonesia mengamalkan ilmu hukum yang diperolehnya baik dari
pendidikan formal maupun non formal. Ilmu hukum yang diperoleh itu harus
diamalkan (ilmu yang amaliah)
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat merasa hukum di Indonesia masih belum bisa memberikan jaminan
terhadap mereka. Dan kebanyakan dari mereka masih belum mengerti dan
memahami bahasa dari hukum, sehingga kesadaran masyarakat terhadap hukum
itu kurang. Aparat penegak hukum sebagai pembuat dan pelaksana hukum itu
sendiri masih belum bisa untuk benar-benar menerapkan peraturan yang sudah
ditetapkan. Bahkan aparat penegak hukum yang seharusnya sebagai pelaksana
juga melakukan tindakan melanggar hukum. Hal itu membuat masyarakat menjadi
memandang remeh aparat penegak hukum. Apalagi masyarakat menjadi berani
tidak taat pada hukum demi kepentingan pribadi karena hukum tidak mempunyai
kewibawaan lagi. Upaya untuk mengubah culture yang ada di masyarakat itu harus
diawali dengan cara memberikan sosialisasi yang lebih mendalam dan terarah
terhadap masyarakat mengenai pentingnya hukum bagi kehidupan, dengan
semakin banyaknya masyarakat yang mengerti akan pentingnya hukum, budaya
masyarakat kita sedikit demi sedikit akan berubah menjadi lebih baik dan
kesadaran hukum masyarakat indonesia akan lebih meningkat. Dan tujuan dari
hukum akan tercapai yaitu masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera.
3.2 Saran
Indonesia dapat disebut dengan negara hukum. Oleh karena itu, kita sebagai
rakyat Indonesia hendaknya mengembangkan sikap sadar terhadap hukum, karena
hukum sangat diperlukan oleh suatu masyarakat dalam mengatur kehidupan agar
terciptanya kedamaian, ketertiban, ketentraman, dan keadilan antar sesama.
14
DAFTAR PUSTAKA
Suharso, & Retnonigsih Anna. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya.
15