Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Pengantar Ilmu Hukum Dr. Muhammad April, S.H., M.Hum

KESADARAN HUKUM DAN MASYARAKAT

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
DIAN SRI RAHAYU (12170521414)
FACHRIZA SYAFIYAH (12170521633)
IRSYAD HAMDAN (12170514719)
M. ROID KHOIRI (12170512168)
NURHALISA (12170522133)
NOVIA RAMADANI (12170521915)
SAPUTRI PUJI LESTARI (12170524793)

PROGRAM STUDI PENGANTAR ILMU HUKUM


PRODI ILMU ADMINISTASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, dengan
judul “Kesadaran Hukum dan Masyarakat”.

Kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan pihak yang telah berkontribusi


dengan memberikan sumbangan pikiran dan materi serta saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Demikian makalah ini kami buat, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, serta keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini agar kami bisa membuat karya makalah
yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Pekanbaru, November 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3

2.1 Kesadaran Hukum dan Masyarakat .....................................................................3


2.2 Ketaatan Hukum...................................................................................................5
2.3 Faktor-Faktor Kesadaran Hukum .........................................................................8
2.4 Contoh Kurangnya Kesadaran Hukum di Masyarakat.........................................11
2.5 Upaya Meningkatkan Kesadaran Hukum dan Ketaatan Hukum Masyarakat ......12

BAB III PENUTUP .................................................................................................13

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................13


3.2 Saran ....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang
terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang
diharapkan ada. Sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi
hukum dan bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian-kejadian yang konkrit
dalam masyarakat yang bersangkutan.
Kesadaran hukum menurut Wignjoesoebroto ialah kesediaan masyarakat dalam
berperilaku sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan. Dalam kesadaran
hukum memiliki dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif. Kognitif merupakan
pengetahuan tentang hukum yang mengatur perilaku tertentu baik dilarang
maupun diperintahkan sesuai dengan hukum yang telah ditentukan. Sedangkan
afektif merupakan suatu bentuk keinsyafan yang mengakui bahwa hukum memang
harus
dipatuhi.
Saat ini banyak sekali media elektronik dan berbagai kalangan membicarakan
tentang peristiwa hukum dan masalah kesadaran hukum dalam masyarakat, seperti
main hakim sendiri, anarkisme, premanisme, tauran, bentrokan, bahkan tindakan
yang mengarah pada pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan lain
sebagainya. Pelaku dari pelanggaran tersebut tidak hanya terjadi dikalangan
pemerintah dan masyarakat saja, namun juga terjadi di berbagai instansi termasuk
di lembaga pendidikan dan yang paling mengejutkan adalah di lembaga peradilan.
Apabila hukum diberlakukan diskriminatif, tidak dapat dipercaya lagi sebagai
sarana memperjuangkan hak dan keadilan, maka jangan disalahkan jika
masyarakat akan memperjuangkan haknya melalui hukum rimba atau kekerasan

1
fisik. Oleh karena itu hukum harus memiliki kewibawaannya dalam menegakkan
supremasi hukum agar masyarakat dapat menghormatinya dalam wujud
ketaatannya terhadap hukum itu sendiri. Dengan demikian perlunya membina dan
meningkatkan kesadaran hukum dan ketaatan hukum merupakan suatu hal yang
hakiki dalam negara hukum, hukum harus dapat merubah masyarakat untuk
menjadi lebih baik, lebih teratur, lebih bisa dipercaya untuk memperjuangkan hak
dan keadilan, lebih bisa menciptakan rasa aman.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam pembahasan materi mengenai “Kesadaran Hukum dan Masyarakat ”
kami mengangkat rumusan masalah yaitu:

1. Jelaskan definisi kesadaran hukum dan masyarakat!


2. Jelaskan tujuan dari kesadaran hukum!
3. Apa itu Ketaatan Hukum?
4. Jelaskan faktor-faktor kesadaran hukum!
5. Jelaskan contoh kurangnya kesadaran hukum di masyarakat!
6. Bagaimana upaya meningkatkan kesadaran hukum dan ketaatan hukum
masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah pengantar ilmu hukum
2. Mengetahui definsi dari kesadaran hukum dan masyarakat
3. Memahami tujuan dari kesadaran hukum
4. Mengetahui tentang ketaatan hukum
5. Memahami faktor-faktor kesadaran hukum
6. Mengetahui contoh kurangnya kesadaran hukum di masyarakat
7. Memahami upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kesadaran
hukum dan ketaatan hukum masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesadaran Hukum dan Masyarakat


a. Definisi Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia merupakan
kesadaran seseorang akan pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur
oleh hukum. Kesadaran hukum diharapkan mampu untuk mendorong
seseorang untuk mematuhi serta melaksanakan atau tidak melaksanakan apa
yang tidak boleh atau apa yg diperintahkan oleh aturan. Oleh karena itu,
peningkatan kesadaran hukum adalah salah satu bagian penting pada upaya
untuk mewujudkan penegakan hukum. Dampak dari rendahnya kesadaran
hukum timbul karena masyarakat tak patuh terhadap aturan-aturan yg berlaku.
Sehingga dampak yang ditimbulkan oleh rendahnya kesadaran hukum tadi
mampu menjadi lebih parah lagi apabila melanda aparat penegak hukum serta
pembentuk peraturan perundang-undangan. Bisa dibayangkan bagaimana
jadinya upaya penegakan hukum serta syarat sistem dan tata hukum jika mereka
tidak memiliki kesadaran hukum pada aturan yang sudah ditetapkan.
Kesadaran hukum merupakan konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
tentang keserasian antara ketertiban dan ketentraman yang dikehendaki atau
sepantasnya. Kesadaran hukum sering dikaitkan dengan pentaatan hukum,
pembentukan hukum, dan efektivitas hukum. Kesadaran hukum merupakan
kesadaran nilai-nilai yang terdapat dalam manusia tentang hukum yang ada.
Kesadaran hukum berkaitan dengan kepatuhan hukum, hal yang
membedakannya yaitu dalam kepatuhan hukum ada rasa takut akan sanksi.
Kesadaran hukum merupakan kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan,
atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan

3
berjalannya kesadaran hukum dimasyarakat maka hukum tidak perlu
menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar
terbukti melanggar hukum. Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum
memberitahukan kepada kita mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum
yang bila dilakukan akan mendapat ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap
perbuatan yang bertentangan dengan hukum tentu saja dianggap melanggar
hukum sehingga mendapat ancaman hukuman.

Definisi kesadaran hukum menurut para ahli:

1. Soerjono Soekanto mengatakan “Kesadaran hukum sebenarnya merupakan


kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum
yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada. Sebenarnya yang
ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan suatu
penilaian hukum terhadap kejadian-kejadian yang konkrit dalam masyarakat
yang bersangkutan”
2. Sudikno Mertokusumo berpendapat “Kesadaran hukum berarti kesadaran
tentang apa yang seharusnya kita lakukan atau perbuat atau yang seharusnya
tidak kita lakukan atau perbuat terutama terhadap orang lain. Ini berarti
kesadaran akan kewajiban hukum kita masing-masing terhadap orang lain”
3. Abdurrahman berpendapat bahwa kesadaran hukum ialah suatu kesadaran
akan nilai-nilai hukum yang terdapat dalam kehidupan manusia untuk patuh
dan taat pada hukum yang berlaku.
4. Ewick dan Silbey, “kesadaran hukum” terbentuk dalam tindakan dan
karenannya merupakan persoalan praktik untuk dikaji secara empiris.
Dengan kata lain, kesadaran hukum adalah persoalan “hukum sebagai
perilaku”, dan bukan “hukum sebagai aturan norma atau asas.

Ciri-ciri kesadaran hukum yang tinggi pada masyarakat adalah sebagai berikut:

 Kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum atau peraturan yang ada sangat baik

4
 Rendahnya angka pelanggaran atas hukum dan peraturan yang ada
 Memahami dengan baik hak dan kewajiban dari masing-masing utamanya
yang berkaitan dengan ruang public

b. Tujuan Kesadaran Hukum


Kesadaran hukum sangat diperlukan oleh suatu masyarakat. Hal ini
bertujuan agar ketertiban, kedamaian, ketentraman, dan keadilan dapat
diwujudkan dalam pergaulan antar sesama. Tanpa memiliki kesadaran hukum
yang tinggi, tujuan tersebut akan sangat sulit tercapai. Hukum dalam artian
umum merupakan sistem yang dengan sadar dibuat oleh manusia dalam rangka
membatasi gerak-gerik mereka sendiri serta dapat terkontrol. Banyak yang
menafsirkan bahwa hukum merupakan aspek penting dalam suatu negara untuk
melakukan penanggulangan pencideraan idologi, kesatuan dan ketentraman
negara. Masyarakat sebagai kontrol sosial pun harus taat pada hukum yang
berlaku.
Hukum mempunyai kehendak untuk melakukan jaminan terdapat
kepastian hukum dalam masyarakat. Begitulah hukum berdasarkan subtansi
dan hakikat semestinya, karena harusnya hukum tersebut dapat menjadi kontrol
maupun pembatas dalam pelaksanaan kekuasaan. Banyak orang yang tahu
hukum, mengerti hukum, tapi tidak sadar hukum. Oleh karena itu kesadaran
hukum sangat diperlukan, bagaimana setiap orang itu sadar akan hukum,
sehingga ketika mereka ingin melakukan hal negatif, mereka harus mengetahui
hukum normatif yang berlaku. Sadar hukum sudah pasti tahu hukum, tetapi tahu
hukum belum tentu sadar hukum.

2.2 Ketaatan Hukum


Ketaatan hukum tidak lepas dari kesadaran hukum, dan kesadaran hukum
yang baik adalah ketaatan hukum, dan ketidak sadaran hukum yang baik adalah

5
ketidak taatan. Pernyataan ketaatan hukum harus disandingkan sebagai sebab dan
akibat dari kesadaran dan ketaatan hukum. Sebagai hubungan yang tidak dapat
dipisahkan antara kesadaran hukum dan ketaataan hukum maka beberapa literatur
yang di ungkap oleh beberapa pakar mengenai ketaatan hukum bersumber pada
kesadaran hukum, hal tersebut tercermin dua macam kesadaran, yaitu:
1. Kesadaran hukum sebagai ketaatan hukum, berada dalam hukum, sesuai
dengan aturan hukum yang disadari atau dipahami.
2. Kesadaran hukum dalam wujud menentang hukum atau melanggar hukum.

Hukum berbeda dengan ilmu yang lainnya pada kehidupan manusia, hukum
berbeda dengan seni, ilmu dan profesionalis lainya, struktur hukum pada dasarnya
berbasis kepada kewajiban serta tidak diatas komitmen. Kewajiban moral untuk
mentaati serta peranan peraturan membentuk karakteristik warga. Kenyataannya
ketaatan terhadap hukum tidaklah sama dengan ketaatan sosial lainnya, ketaatan
hukum adalah kewajiban yang harus dilaksanakan serta jika tidak dilaksanakan
akan timbul sanksi, sedangkan ketaatan sosial jika tidak dilaksanakan atau
dilakukan maka hukumanatau sanksi sosial yang berlaku pada rakyat inilah yang
menjadi penghakim. Secara tidak langsung ketaatan didalam hukum cenderung
dipaksakan.

H.C Kelman (1966) dan L. Pospisil (1971) dalam buku Prof DR. Achmad
Ali,SH Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Termasuk Interprestasi
Undang-undang mengatakan bahwa ketaatan dibedakan menjadi 3 jenis:

1. Ketaatan bersifat compliance, yaitu jika seseorang menaati suatu aturan, hanya
karena takut terkena sanksi. Kelemahan ketaatan jenis ini, karena membutuhkan
pengawasan yang terus-menerus.
2. Ketaatan bersifat identification, yaitu jika seseorang menaati suatu aturan,
hanya karena takut hubungan baiknya dengan pihak lain menjadi rusak.

6
3. Ketaatan yang bersifat internalization, yaitu jika seseorang menaati suatu
aturan, benar-benar karena merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai-nilai
intristik yang dianutnya.

Alasan-alasan mengapa masyarakat tidak menaatai hukum atau mentaati


hukum, ini adalah terjadi karena keragaman kultur dalam masyarakat. Hukum
secara esensial bersifat relegius atau alami dan karena itu, tak disangkal
membangkitkan keadilan. Kewajiban moral masyarakat untuk mentaati hukum,
kewajiban tersebut meskipun memaksa namun dalam penerapan atau prakteknya
kewajiban tersebut merupakan tidak absolut. Ketatan hukum pada hakikatnya
adalah kesetiaan yang dimiliki seseorang sebagai subyek hukum terhadap
peraturan hukum yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang nyata. Sementara
kesadaran hukum masyarakat merupakan sesuatu yang masih bersifat abstrak yang
belum diwujudkan dalam bentuk perilaku yang nyata untuk memenuhi kehendak
hukum itu sendiri. Banyak di antara masyarakat yang telah sadar akan pentingnya
hukum dan menghormati hukum sebagai aturan yang perlu ditaati, baik itu karena
dorongan insting maupun secara rasional. Namun secara faktual, kesadaran
tersebut tidak diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam praktek yang
nyata.

Kesadaran hukum yang dimiliki oleh masyarakat tersebut dapat dengan


mudah luntur oleh perilaku oportunis yang memungkinkan seseorang untuk bisa
mendapatkan keuntungan yang lebih besar baik materil maupun immateril jika
tidak patuh terhadap hukum. Dalam hal ini kepentingan seseorang tersebut akan
lebih banyak terakomodir dengan tidak patuh terhadap hukum meskipun harus
merugikan atau berpotensi merugikan kepentingan orang banyak. Oleh karena itu
kesadaran hukum harus ditingkatkan menjadi ketaatan hukum sehingga konsepsi
ideal mengenai kesadaran hukum masyarakat dapat diaktualkan dalam kehidupan
sehari-hari.

7
2.3 Faktor-Faktor Kesadaran Hukum
Menurut Soerjono Soekano terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran
hukum antara lain:
a. Pengetahuan tentang ketentuan hukum
Hal ini sering kali terjadi dalam suatu golongan masyarakat akan kurangnya
dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan hukum yang dikhususkan bagi
mereka. Sementara, ketentuan-ketentuan yang telah sah akan dengan sendirinya
tersebar secara luas dan diketahui umum.
b. Pengakuan terhadap ketentuan hukum
Pengakuan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan hukum berarti bahwa
masyarakat telah mengetahui isi dan tujuan dari norma-norman hukum tertentu
yang berlaku. Namun belum menjadi jaminan bahwa masyarakat yang
mengakui ketentuan-ketentuan hukum akan dengan sendirinya mematuhinya,
meskipun ada kalanya masyarakat yang mengakui ketentuan hukum cenderung
mematuhinya.
c. Penghargaan terhadap ketentuan hukum
Penghargaan terhadap ketentuan hukum merupakan reaksi yang ditampakkan
oleh masyarakat mengenai sejauh manakah mereka dalam menerima suatu
ketentuan hukum tertentu. Menentang atau mungkin mematuhi hukum, karena
kepentingan mereka terjamin pemenuhannya.
d. Kepatuhan terhadap ketentuan hukum Terkait tentang ketaatan masyarakat
terhadap ketentuan hukum, tergantung apakah kepentingan-kepentingan
masyarakat terkait anggapan tentang apa yang baik dan yang harus dihindari
dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan hukum. Selain itu, ada juga
anggapan bahwa kepatuhan hukum tersebut disebabkan adanya rasa takut pada
sanksi apabila dilanggar, untuk menjaga hubungan baik dengan penguasa,
untuk menjaga hubungan baik dengan rekan-rekannya, karena kepentingannya
sendiri, dan hukum tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.

8
Faktor-faktor yangdapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat
yaitu:

a. Kaidah Hukum.
Dalam teori Ilmu hukum dapat dibedakan tiga macam hal mengenai berlakunya
hukum sebagai kaidah. Hal itu diungkapkan sebagai berikut:
 Kaidah hukum berlaku secara yuridis apabila penetuannya didasarkan pada
kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah
ditetapkan.
 Kaidah hukum berlaku secara Sosiologis apabilah kaidah tersebut efektif
artinya kaidah dimaksud dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa
walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat (teori Kekuasaa). Atau
kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari masyarakat.
 Kaidah hukum berlaku secara filosofis yaitu seseai dengan cita hukum
sebagai nilai positif yang tertinggi.
b. Penegak Hukum
Dalam hal ini akan dilihat apakah para penegak hukum sudah betul-betul
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik, sehingga dengan
kewajibannya para penegak hukum tentu saja harus berpedoman pada peraturan
tertulis, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan peraturan
pemerintah dalam aturan–aturan lainnya yang sifatnya mengatur, sehingga
masyarakat mau atau tidak mau, suka atau tidak suka harus patuh pada aturan-
aturan yang dijalankan oleh para penegak hukum karena berdasarkan pada
aturan hukum yang jelas. Namun dalam kasus–kasus tertentu, penegak hukum
dapat melaksanakan kebijakan–kebijakan yang mungkin tidak sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ada dengan pertimbangan–pertimbangan tertentu
sehingga aturan yang berlaku dinilai bersifat fleksibel dan tidak terlalu bersifat
mengikat dengan tidak menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.

9
c. Masyarakat
Kesadaran hukum dalam masyarakat belumlah merupakan proses sekali jadi,
melainkan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi tahap demi tahap
kesaaran hukum masyarakat sangat berpengaruh terhadap ketatan hukum, baik
secara langsung maupun tidak langsung.Dalam masyarakat maju orang yang
taat pada hukum karena memang jiwanya sadar bahwa mereka membutuhkan
hukum dan hukum itu bertujuan baik untuk mengtur masyarakat secara baik
benar dan adil. Sebaliknya dalam masyarakat tradisional kesadaran hukum
masyarakat berpengaruh secara tidak langsung pada ketaatan hukum. Dalam
hal ini mereka taat pada hukum bukan karena keyakinannya secara langsung
bahwa hukum itu baik atau karena mereka memang membutuhkan hukum
melainkan mereka patuh pada hukum lebih karena dimintahkan, bahkan
dipaksakan oleh para pemimpinnya (formal atau informal) atau karena perintah
agama atau kepercayaannya. Jadi dalam hal pengaruh tidak langsung ini
kesaaran hukum dari masyarakat lebih untuk patuh kepada pemimpin, agama,
kepercayaannya dan sebagainnya. Namun dalam perkembangan saat ini bagi
masyarakat modern terjadi pergeseran-demikian hukum akan berlaku secara
efektif dalam melaksanakan tugas dan pergeseran bahwa akibat faktor–faktor
tertentu menyebabkan kurang percayanya masyarakat terhadap hukum yang
ada, sehingga mengalami krisis kesadaran hukum dan ketaatan hukum
masyarakat, salah satunya adalah karena faktor penegak hukum yang
menjadikan hukum atau aturan sebagai alasan untuk melakukan tindakan-
tindakan yang dianggap oleh masyarakat mengganggu bahkan tidak kurang
masyarakat yang merasa telah dirugikan oleh oknum-oknum penegak hukum
seperti itu apalagi masih banyak masyarakat yang awam tentang masalah
hukum sehingga dengan mudah dapat dimanfaatkan sebagai objek penderita.

10
2.4 Contoh Kurangnya Kesadaran Hukum di Masyarakat
1. Pelanggaran lalu lintas
Banyaknya alat transportasi saat ini menimbulkan banyaknya problem dalam
masyarakat di antaranya adalah banyaknnya pelanggaran pelanggaran yang
dapat kita temui di kehidupan sehari hari, yaitu pelanggaran terhadap ketentuan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
Sebagai negara hukum masyarakat Indonesia tentunya harus patuh terhadap
hukum yang di buat. Banyaknya kebutuhan masyarakat di indonesia dan
kurangnya infrastruktur penunjang membuat sebagaian masyarakat untuk
melanggar ketentuan- ketentuan yang telah di atur, hal ini dapat kita lihat di
berbagai daerah banyak melakukan pelanggaran yang sering kita temukan
seperti seorang anak yang belum cukup umur sudah memakai kendaran pribadi
untuk melakukan aktifitas sehari-harinya, hal ini tentu saja membuat anak
tersebut kurang patuh terhadap Undang-Undang No 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan. Menurut pasal 81 ayat (2) huruf (a) Undang-Undang
No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menyebutkan bahwa
“Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan paling rendah
sebagai berikut: Usia 17 (tujuh belas) tahun untuk surat izin mengemudia A,
surat izin mengemudi C, dan surat izin mengemudi D.”
Peraturan bahwa seseorang yang belum cukup umur tidak boleh membawa
kendaraan bermotor, tetapi dengan realitas yang ada masih banyaknya
penggunaan kendaraan bermotor motor di bawah umur, hal ini cukup memberi
gambaran bahwasannya masyarakat kurang patuh terhadap hukum yang di
buatKesadaran seseorang tentang hukum ternyata tidak serta merta membuat
seseorang tersebut patuh pada hukum karena banyak indikator-indikator sosial
lainnya yang mempengaruhinya. Banyak diantara anggota masyarakat dan
remaja pada khususnya, sadar akan perlunya penghormatan terhadap hukum
baik secara “instinktif” maupun secara rasional, namun mereka cenderung tidak
patuh

11
Terhadap hukum. Sebagai contoh, ketika lampu merah dan kebetulan tidak
ada polisi yang jaga maka banyak diantara “mereka” nekat tetap jalan terus
dengan tidak mengindahkan atau memperdulikan lampu merah yang sedang
menyala. Mereka sebenarnya sadar tentang perlunya peraturan berlalu lintas di
jalan raya dan lebih dari itu mereka juga sadar telah melanggar lampu merah,
tetapi masalahnya mereka tidak patuh terhadap peraturan itu.

2.5 Upaya Meningkatkan Kesadaran Hukum Dan Ketaatan Hukum Masyarakat


Dalam usaha meningkatkan dan membina kesadaran hukum dan ketaatan hukum
ada tiga tindakan pokok yang dapat dilakukan.
a) Tindakan represif, ini harus bersifat drastic, tegas. Petugas penegak hukum
dalam melaksanakan law enforcement harus lebih tegas dan konsekwen.
Pengawasan terhadap petugas penegak hukum harus lebih ditingkatkan atau
diperketat. Makin kendornya pelaksanaan law enforcement akan menyebabkan
merosotnya kesadaran hukum. Para petugas penegak hukum tidak boleh
membeda-bedakan golongan.
b) Tindakan preventif merupakan usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran-
pelanggaran hukum atau merosotnya kesadaran hukum. Dengan memperberat
ancaman hukum terhadap pelanggaranpelanggaran hukum tertentu diharapkan
dapat dicegah pelanggaranpelanggaran hukum tertentu. Demikian pula ketaatan
atau kepatuhan hukum para warga negara perlu diawasi dengan ketat.
c) Tindakan persuasif, yaitu mendorong, memacu. Kesadaran hukum erat
kaitannya dengan hukum, sedang hukum adalah produk kebudayaan.
Kebudayaan mencakup suatu sistem tujuan dan nilai-nilai hukum merupakan
pencerminan daripada nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.
Menanamkan kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan.
Pendidikan tetang kesadaran hukum hendaknya diberikan secara formal di
sekolah-sekolah dan secara non formal di luar sekolah kepada masyarakat luas.
Yang harus ditanamkan dalam pendidikan formal maupun non formal ialah

12
bagaimana menjadi warga negara yang baik, tentang apa hak dan kewajiban
seorang Warga Negara Indonesia. Setiap warga Negara harus tahu Undang-
undang yang berlaku di negara kita. Pengetahuan tentang adanya dan isinya
harus diketahui untuk menimbulkan kesadaran hukum. Ini merupakan presumsi
hukum, merupakan azas yang berlaku. Dengan mengenal Undang-undang maka
kita akan menyadari isi dan manfaatnya dan selanjutnya mentaatinya. Lebih
lanjut ini semuanya berarti menanamkan pengertian bahwa di dalam pergaulan
hidup kita tidak boleh melanggar hukum serta kewajiban hukum, tidak boleh
berbuat merugikan orang lain dan harus bertindak berhati-hati di dalam
masyarakat terhadap orang lain. Pendidikan non formal ditujukan kepada
masyarakat luas meliputi segala lapisan. Menanamkan kesadaran hukum
dengan cara ini dapat dilakukan dengan penyuluhan, baik dengan cara
penerbitan buku saku, ceramah, penulisan artikel maupun pembinaan
kadarkum. Tetapi yang lebih penting lagi kiranya kalaulah semua Warga
Negara Indonesia mengamalkan ilmu hukum yang diperolehnya baik dari
pendidikan formal maupun non formal. Ilmu hukum yang diperoleh itu harus
diamalkan (ilmu yang amaliah)

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masyarakat merasa hukum di Indonesia masih belum bisa memberikan jaminan
terhadap mereka. Dan kebanyakan dari mereka masih belum mengerti dan
memahami bahasa dari hukum, sehingga kesadaran masyarakat terhadap hukum
itu kurang. Aparat penegak hukum sebagai pembuat dan pelaksana hukum itu
sendiri masih belum bisa untuk benar-benar menerapkan peraturan yang sudah
ditetapkan. Bahkan aparat penegak hukum yang seharusnya sebagai pelaksana
juga melakukan tindakan melanggar hukum. Hal itu membuat masyarakat menjadi
memandang remeh aparat penegak hukum. Apalagi masyarakat menjadi berani
tidak taat pada hukum demi kepentingan pribadi karena hukum tidak mempunyai
kewibawaan lagi. Upaya untuk mengubah culture yang ada di masyarakat itu harus
diawali dengan cara memberikan sosialisasi yang lebih mendalam dan terarah
terhadap masyarakat mengenai pentingnya hukum bagi kehidupan, dengan
semakin banyaknya masyarakat yang mengerti akan pentingnya hukum, budaya
masyarakat kita sedikit demi sedikit akan berubah menjadi lebih baik dan
kesadaran hukum masyarakat indonesia akan lebih meningkat. Dan tujuan dari
hukum akan tercapai yaitu masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera.

3.2 Saran
Indonesia dapat disebut dengan negara hukum. Oleh karena itu, kita sebagai
rakyat Indonesia hendaknya mengembangkan sikap sadar terhadap hukum, karena
hukum sangat diperlukan oleh suatu masyarakat dalam mengatur kehidupan agar
terciptanya kedamaian, ketertiban, ketentraman, dan keadilan antar sesama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sanusi, D. (1977). Kesadaran Hukum Masyarakat Hukum. Semarang: Widia


Karya.

Soekamto, S. (2002). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegak Hukum. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Soekanto, S. (1982). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: Rajawali.

Soemitro, R. (1984). Permasalahan Hukum di Dalam Masyarakat. Bandung: Alumni.

Suharso, & Retnonigsih Anna. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya.

15

Anda mungkin juga menyukai