Disusun Oleh :
Anasthasia Wira Salsabilah D10122790
Coraima Salwa D10122842
Damar Zildi D10122866
Divaselma Karima D10122874
M. Valid Garda Negara D10122797
Mohammad Nanda Aprilianza D10122819
MUHAMMAD HASBI RENALDI D10122852
Rahmad Kurniawan D10122847
Rini Febrianti D10122749
Sarah Nurul Ramadhanti D10122773
Zufar Suwandi Nasir D10122
KELAS F / KELOMPOK 7
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sistem
Hukum” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dr. Riri Anggriani, SH.,
MH. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
11 November 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3. Tujuan Masalah .................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Definisi Civil Law ................................................................................ 4
2.2 Definisi Common law .......................................................................... 6
2.3 Perbedaan Sistem civil law Dan Common Law ................................... 7
2.4 Penerapan Hukum Adat Di Indonesia .................................................. 8
2.5 Sistem Hukum Islam di Indonesia ..................................................... 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 23
3.1 Kesimpulan .........................................................................................23
3.2 Saran................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum mengetahui pengertian Sistem Hukum Indonesia, perlu
diketahui dulu secara berturut-turut pengertian sistem, kemudian hukum, lalu sistem
hukum, dan yang terakhir Sistem Hukum Indonesia.
Dengan demikian setelah mempelajari modul satu ini, Anda harus
mampu memahami apa itu sistem? Apa itu hukum? Apa saja yang bersangkut paut
dengan hukum itu? Apa pula sistem hukum? Bagaimana keadaan hukum Indonesia
itu. Terakhir Anda akan memahami apa itu sistem hukum Indonesia beserta
dinamikanya sekarang ini
Menurut Sri Soemantri1 , dalam kamus umum Bahasa Indonesia, sistem
mempunyai tiga macam arti. pengertian sistem yang paling sesuai dengan topik
pembicaraan ini adalah arti sistem yang pertama. Adapun arti sistem yang pertama
itu ialah sekelompok bagian-bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama-
sama untuk melakukan sesuatu maksud : misalnya sistem urat syaraf dalam tubuh;
sistem pemerintahan dan lain-lain.
1
Sri Soemantri1, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia (Bandung: Alumni, 1992)
hal. 32.
2
Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar (Bandung: Sinar
Baru, 1988) hal 3.
1
Definisi Hukum Beberapa abad yang lalu seorang ahli filsafat yang
bernama Cicero mengatakan, “Ubi Societas Ibi Ius” artinya, dimana ada
masyarakat maka di situ ada hukum. Pernyataan ini sangat tepat sekali karena
adanya hukum itu adalah berfungsi sebagai kaidah atau norma dalam masyarakat.
Kaidah atau norma itu adalah patokan-patokan mengenai perilaku yang dianggap
3
pantas. Kaidah berguna untuk menyelaraskan tiap kepentingan anggota
masyarakat. Sehingga di masyarakat tidak akan terjadi benturan kepentingan
antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
a. kaidah agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan belum cukup melindungi
kepentingan-kepentingan manusia dalam masyarakat sebab ketiga kaidah ini tidak
mempunyai sanksi yang tegas dan dapat dipaksakan;
b. kaidah agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan belum mengatur secara
keseluruhan kepentingan-kepentingan manusia seperti kepentingan manusia
dalam bidang pertanahan, kehutanan, kelautan, udara dan lainlain.
3
Soerjono Soekanto, Mengenal Sosiologi Hukum ( Bandung: Alumni, 1986) hlm. 9.
4
J.Van Kan dan J.H. Beekhuis, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: PT Pembangunan Ghalia
Indonesia, 1982) hlm. 7-17.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Civil Low?
2. Apa yang dimkasud dengan Common Low?
3. Apa perbedaan Sistem Civil law dan Common Law?
4. Mengapa Hukum Adat digunakan dalam indonesia?
5. Bagaimana Sistem Hukum Islam di Indonesia?
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAAN
Karakteristik kedua pada sistem Civil Law tidak dapat dilepaskan dari
ajaran pemisahan kekusaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis.
Menurut Paul Scolten, bahwa maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-
organ negara Belanda adalah adanya pemisahan antara kekuasaan pembuatan
undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem kasasi adalah tidak
dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya.
Penganut sistem Civil Law memberi keleluasaan yangbesar bagi hakim untuk
memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu.
5
Ibid.Jeremias Lemek, 2007,Mencari Keadilan: Pandangan Kritis TerhadapPenegakan Hukum DiIndonesia.Jakarta, Galang
Press. Hlm. 45
4
Yang menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuatoleh parlemen, yaitu
undang-undang.6
Karakteristik ketiga pada sistem hukum Civil Law adalah apa yang oleh
Law rence Friedman disebut sebagai digunakannya sistem Inkuisitorial dalam
peradilan. Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam
mengarahkan dan memutuskan perkara;hakim aktif dalam menemukan fakta dan
cermat dalam menilai alatbukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di dalam
sistem hukum Civil Law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap.
6
Jeremias Lemek, 2007,Mencari Keadilan: Pandangan Kritis TerhadapPenegakan Hukum DiIndonesia.Jakarta, Galang
Press. Hlm. 45
7
Soerojo Wignjodipoero, 1983,Pengantar dan Asas-asas Hukum adat,Jakarta, Gunung Agung, hlm. 27-31
5
B. Defenisi Common Law
8
Sunaryati Hartono, 1991,Politik Hukum Menuju Satu Sistem HukumNasional, Bandung, Alumni, hlm. 73
9
Handoyo, Hestu Cipto, 2009,Hukum Tata Negara Indonesia.Yogyakarta,Universitas Atma Jaya. Hlm. 58
6
yangmenerapkan sebagian besar sistem hukum Anglosaxon, namun
jugamemberlakukan hukum adat dan hukum agama.10
10
Ibid.
7
sistem hukum anglo saxon keputusanhakim terdahulu terhadap jenis perkara
yang sama mutlakharus diikuti.
8. Pada sistem hukum eropa kontinental pandangan hakimtentang hukum
adalah lebih tidak tekhnis, tidak terisolasidengan kasus tertentu sedang pada
sistem hukum anglo saxonpandangan hakim lebih teknis dan tertuju pada
kasus tertentu.
9. Pada sistem hukum eropa kontinental bangunan hukum, sistemhukum, dan
kategorisasi hukum didasarkan pada hukumtentang kewajiban sedang pada
sistem hukum anglo saxonkategorisasi fundamental tidak dikenal.Pada
sistem hukumeropa kontinental strukturnya terbuka untuk perubahan
sedangpada sistem hukum anglo saxon berlandaskan pada kaidahyang
sangat kongrit.11
11
george Winterton, “Comparative Law Teaching” dalam theAmericanJournal of Comparative Law, Vol. 23, No.
1.(Winter, 1975), hal. 69-118.
8
waris, hak ulayat, gadai,sewa, bagi hasil masih relevan dan dapat menjadi
sumber inspirasi pembentukan hukum nasional dan menjadi sumber hukum
dalam proses penemuan hukum.
Eksistensi hukum adat sebagai living law bangsa Indonesia semakin
12
hari semakin termar-ginalkan. Hukum adat yang semula menjadi hukum
yang hidup dan mampu memberikan solusi dalam berbagai permasalahan
pergaulan hidup masyarakat Indonesia, semakin hari semakin pudar
eksistensinya. Saat ini, dalam kenyataan empiriknya kadangkala banyak
bermunculan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat adat Indonesia
ketika hukum adat berhadapan dengan hukum positif. Contohnya ketika hak-
hak tradisional masyarakat berhadapan dengan kepentingan investor melalui
sarana hukum negara.
Perkembangan Sistem Hukum Indonesia yang cenderung lebih
memilih civil law dan common law system dan politik hukum Indonesia yang
mengarah pada kodifikasi dan unifikasi hukum,mempercepat lenyapnya
pranata hukum adat. Bahkan tidak dapat dipungkiri kenyataan ini bahwa saat
ini, terkait aktivitas ekonomi, hukum positif bertransformasi menuju sistem
hukum Islam (syariah). Dapat dikatakan bahwa dalam aktivitas bisnis seperti
hukum perseroan, hukum pembiayaan baik dalam perbankan, pasar modal dan
asuransi serta hukum kontrak berlaku dualisme sistem hukum, yakni
konvensional dan syariah. Terkait dengan eksistensi prinsip syariah dalam
aktivitas ekonomi, penulis berpendapat bahwa justru pranata hukum adat yang
berkenaan dengan aktivitas ekonomi banyak memiliki kesamaan pandangan
dengan prinsip syariah, antara lain mengutamakan prinsip keseimbangan,
larangan eksploitasi tanpa batas dan pembangunan berkelanjutan. Dengan
demikian, saat ini selain hukum Adat, maka prinsip syariah pun menjadi
sumber pembentukan hukum nasional. Semakin terpinggirkannya keberadaan
hukum adat sebagai salah satu sumber hukum di Indonesia, salah satunya
karena anggapan bahwa hukum adat sangat bersifat tradisional dan tidak dapat
12
Ibid.
9
menjangkau perkembangan jaman (globalisasi dan teknologi). Implikasi dari
politik hukum Indonesia ini dirasakan pula di dalam pemecahan permasalahan
di masyarakat yang menafikan hukum Adat, yang sebenarnya lebih relevan.
Sebagai contoh, maraknya konflik horizontal, antara masyarakat adat di satu
wilayah, seharusnya dapat diselesaikan melalui peran lembaga penyelesaian
masyarakat adat.
Masalah krusial yang timbul dalam keseharian adalah perbedaan
persepsi antara penguasaan tanah oleh masyarakat berdasarkan hak ulayat
dengan kepentingan umum yang menjadi beban an
kewajiban negara. Contoh lain adalah gagasan agar dasar patut dipidananya
suatu perbuatan diperluas ke ranah nilai hukum adat. Perjalanan sejarah
berlakunya hukum diIndonesia mencatat bahwa banyak para ahli hukum justru
mempelajari hukum adat sebagai hukum yang hidup di masyarakat Indonesia.
Van Vollenhoven misalnya, menyatakan bahwa apabila “seseorang
ingin mendapatkan pengetahuan dan keterangan tentang hukum yang hidup
dibumi ini, justru karena keragaman bentuknya pada zaman lampau dan
sekarang, maka keseluruhan aturan Hindia (baca: di Indonesia) merupakan
13
suatu sumber yang tak kunjung kering untuk dipelajari. Pernyataan ini
mengandungpengakuan bahwa pluralisme hukum di lingkungan adat
merupakan hal yang unik, menarik dan merupakan ciri masyarakat Indonesia.
Kusni Sulang (Anggota Lembaga Kebudayaan Dayak Palangka Raya) bahkan
menegaskan bahwa kemajemukan hukum adat sebagai rahmat. Pluralisme
hukum mampu menjadi pemersatu, menjadisolusi bahkan menciptakan
ketentraman dalam pergaulan hidup masyarakat.
Hingga saat ini, pluralisme hukum adat di Indonesia yang tumbuh
kembang secara dinamis mengikuti perkem- bangan masyarakatnya dengan
tetap bertumpu pada karakteristik masyarakat adat dan pola pikir participerend
coschmish menarik minat para pakar dari penjuru dunia untuk dijadikan objek
penelitian. Sekedar mengingatkan, saat ini terkait dengan penyelesaian
13
Ibid.
10
sengketa baik perdata maupun pidana berkembang metode atau pen-dekatan
yang dikenal dengan pendekatan restoratif (restorative approach), yang mirip
dengan pola pikir participerend coschmish yang dianut oleh masyarakat adat.
Implementasi pemulihan keadaan keseimbangan berdasarkan pola pikir
participerend coschmish tersebut, menjelma dalam beberapa upacara,
pantangan atau ritus (rites de passage). Fakta ini menunjukkan bahwa konsepsi
dan pola pikir adat ternyata bukan saja masih relevan, melainkan menjadi
inspirasi bagi negara-negara lain untuk mengembangkan hukum guna
memenuhi rasa keadilan masyarakat. Masyarakat adat memiliki pola yang
sama dalam menyelesaikan konflik di masyarakat, yakni mengontrol
kehidupan dalam masyarakat dan menjatuhkan sanksi jika dilanggar sehingga
pemulihan menjadi sangat efektif. Contoh lain, Universitas Utrecht berupaya
mendorong digunakannya musyawarah mufakat model masyarakat adat
Melayu dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Dalam masyarakat
Adat, penyelesaian sengketa melalui musyawarah merupakan hukum yang
hidup dan dikenal Penulis memahami fakta kehidupan plural sebagai
pemersatu inilah yang juga terkandung dalam semboyan “Bhinneka Tunggal
Ika”. Pola pikir Prticipernd coschmish bertumpu pada pandangan bahwa alam
semesta dengan segala isinya merupakan satu kesatuan yang harus senantiasa
dijaga keutuhan dan keseimbangannya.
Oleh karena itu setiap gangguan terhadap keseimbangan alam
14
semesta perlu dipulihkan seperti sediakala. penyelesaian Sengketa sebagai
pilihan penyelesaian di luar pengadilan, yang secara nyata terinspirasi oleh
perkembangan penyelesaian sengketa di negara dengan common law system.
Selanjutnya, dapat dilihat bahwa dalam rangka kodifikasi dan unifikasi hukum
di Indonesia, berbagai peraturan perundang-undangan mengacup pada sistem
hukum common law, civil law dan syariah. Penerimaan secara utuh sistem
hukum lain dalam pembentukan perundang-undangan di Indonesia dalam
implementasinya kadangkala menimbulkan benturan dengan rasa keadilan
14
Ibid.
11
masyarakat di Indonesia. Contoh konkrit, bidang hukum ekonomi, khususnya
Pasar modal misalnya banyak mengembangkan jenis-jenis perjanjian tidak
bernama seperti kontrak investasi kolektif, perjanjian perwaliamanatan,
perjanjian kepialangan, dan transaksi derivatif. Khusus praktik transaksi
derivatif, pengadilan masih menggolongkan transaksi derivatif di pasar modal
sebagai perjanjian untung-untungan berdasarkan Pasal 1774 KUHPerdata.
Pandangan yang keliru tentang transaksi derivatif ini terlihat dari kasus
derivatif yang terjadi di dunia perbankan antara Bank Niaga dan Dharmala
Agrifood, Bank Niaga dan Suryamas Duta Makmur, Mayora Indah dan
Bankers Trust, Bank Credit Lyonnais Indonesia dan PT Nugrasentana.
Peranan hukum adat dalam pembangunan hukum nasional Indonesia
cukup besar. Hal ini dikarenakan hukum adat merupakan kebudayaan
nasioanal Indonesia yang mencerminkan jiwa dan semangat bangsa Indonesia.
Pancasila yang di gali dari hukum adat kemudian menjadi dasar Negara,
falsafah bangsa serta norma dasar.
Penerapan hukum adat dilakukan oleh lembaga adat (kedamangan),
penerapan hukum sebagai upaya dalam menegakkan hukum serta untuk
memulihkan ketidak seimbangan lingkungan masyarakat adat dari akibat
adanya pelanggaran (masalah yang terjadi hukum adat yang terjadi).
Hukum adat selain dapat digolongkan berdasarkan keragaman
sebagaimana terdapat dalam lingkungan-lingkungan hukum (rechtskring),
juga dapat dilihat dari perspektif lain, yakni dari bidang kajian, yaitu hukum
adat mengenai tata susunan warga (hukum tata negara), hukum adat mengenai
hubungan antar warga (hukum perdata), dan hukum adat tentang delik (hukum
pidana).15 Berdasarkan hal tersebut dan untuk mengkaji hukum adat yang
masih relevan, digunakan sebagai sumber pembentukan hukum nasional,
peneliti terlebih dahulu menetapkan rambu-rambu sebagai berikut. Pertama,
kajian dilakukan dengan terlebih dahulu melihat bidang-bidang hukum yang
15
Pembidangan hukum dalam hukum adat pada dasarnya tidak dikenal, namun demikian pembidangan ini
dilakukan oleh para ahli untuk mengkaji hukum adat guna kepentingan ilmiah. Soepomo, misalnya
menggunakan istilah hukum adat perdata untuk membandingkannya dengan hukum perdata Barat.
12
bersifat netral dan non netral (sensitif).16 Dimaksudkan dengan bidang hukum
netral adalah bidang hukum yang tidak berkaitan langsung dengan aspek
spiritual manusia, seperti hukum benda, hukum perjanjian dan bidang
hukumekonomi, sedangkan bidang hukum non netral adalah bidang hukum
yang berkaitan erat dengan spiritual manusia seperti hukum perkawinan,
hukum waris dan hukum tanah. Kedua, berlandaskan hukum adat yang tidak
menghambat perkembangan masyarakat yang berkeadilan.
Hukum adat atau hukum tidak tertulis didasarkan pada proses
interaksi dalam masyarakat, berfungsi sebagai pola untuk mengorganisasikan
serta memperlancar proses interaksi tersebut. Sebagai a system of stabilized
interactional expectancies, hukum adat tetap berfungsi secara efektif dalam
mengatur kehidupan masyarakat walaupun hukum tertulis dalam
perkembangannya telah mengatur bagian terbesar dalam aspek kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain, hukum adat mempunyai fungsi manfaat dalam
pembangunan (hukum) karena:
1. Hukum adat merumuskan keteraturan perilaku mengenai peranan;
2. Perilaku-perilaku dengan segala akibat-akibatnya dirumuskan secara
menyeluruh;
3. Pola penyelesaian sengketa yang kadang bersifat simbolis. Sebagai suatu hasil
penelitian hukum adat, masalah-masalah hukum adat Indonesia ini dianalis
dengan mempergunakan pendekatan interdisipliner: yuridis sosiologis dan
antropologis.
16
Bidang hukum yang non netral ini adalah bidang hukum kekeluargaan, waris dan tanah.
17
Angus Holland, Jakarta: Andi, 2009.Hukum adat Indonesia/soerjono soekanto
13
E. Sistem Hukum Islam di Indonesia
18
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid 2 UI press, Jakarta, 1984 hlm. 32 A.
Hanafi, pengantar teknologi Islam, Cet. IV, pustaka Al Husna, Jakarta. 1987, hlm. 18-21 A. Hanafi,
teknologi Islam ilmu kalam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 8-10 Harun Nasution, teknologi
Islam, aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Jakarta, 1986 hlm. 1-10.
14
sistem hukum barat, sistem hukum Islam, dan sistem hukum adat. Ketiga
tradisi inilah yang menjadi sumber norma bagi terbentuknya sistem hukum
nasional Indonesia merdeka. Pemikiran hukum islam di Indonesia dapat
terlihat mulai Abad ke 17 M., Pemikiran ini berada berada dalam
keseimbangan baru tasawuf-fiqh, dan wacana Syafii’yyah, hal ini terjadi
karena pemikiran hukum merupakan perwujudan dari gerakan pemikiran
tasawuf yang telah dahulu ada dan akibat langsung dari keberadaan mazhab
Syafi’i yang dianut oleh penyebar Islam pertama di Nusantara abad ke 12
dan 13 M. Dua karakteristik espimologi inilah yang menjadi langgam yang
menonjol bagi gerakan pemikiran hukum Islam di Indonesia ketika itu.
Tidak adanya karya yang dibilang original dan otentik yang terlahir dari
para pemikir disebabkan oleh situasi yang kurang menguntungkan dari
proses, waktu, dan karakter Islam pertama tersebut.19 Pengertian Hukum
Islam Menurut Ulama dan Ahli
Hukum islam menurut Abdul Ghani Abdullah, tidak hanya mengatur antara
manusia dengan Tuhannya saja. tetapi juga mengatur hubungan antara
manusia dengan manusia. Juga mengatur antara hubungan manusia dengan
alam semesta.
19
Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia, (Jokjakarta:
LKIS, 2005.), h.36.
15
2. Amir Syarifuddin
3. Eva Iryani
Hukum islam menurut Eva Iryani adalah syariat islam yang berisi sistem
kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rosul
mengenai tingkah laku orang yang sudah dapat dibebani kewajiban, yang
diakui dan diyakini, yang mengikat semua pemeluknya.
20
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid 2 UI press, Jakarta, 1984 hlm. 32 A.
Hanafi, pengantar teknologi Islam, Cet. IV, pustaka Al Husna, Jakarta. 1987, hlm. 18-21 A. Hanafi,
teknologi Islam ilmu kalam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 8-10 Harun Nasution, teknologi
Islam, aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, Jakarta, 1986 hlm. 1-10.
16
Maka dari itu, hukum islam hadir sebagai penengah. Kenapa
penengah? Karena hukum islam disusun berdasarkan pada sumber hukum
islam, dikutip dari lama NU Online. Adapun sumber hukum islam yang
digunakan, mengacu sebagai berikut.
1. Al-Qur’an
2. Hadits
21
Ibid
17
3. Ijma’
4. Qiyas
22
Ibid
18
Keempat sumber hukum islam di atas menunjukkan bahwa
hukum islam tidak sekedar hukum biasa. Karena dasarnya mengacu pada 4
hal yang sangat fundamental.
Istihsan,
Istishab,
Saddudz-dzari’ah atau tindakan preventif, urf atau
adat
dan Qaul sahabat Nabi SAW.
1. Wajib
23
Saya yakin, banyak yang menyadari betul kata
wajib satu ini. Dikatakan wajib apabila mengerjakan
perbuatan akan mendapatkan pahala. Apabila
meninggalkan kewajiban, akan mendapatkan siksa atau
dosa. Kecuali bagi orang yang tidak mengetahui
ilmu/aturan.
2. Sunnah
23
Ibid
19
mengerjakannya pun tidak dosa atau tidak disiksa. Hanya
saja, banyak orang yang menyarankan untuk mengerjakan
sunnah, karena sayang jika ada kesempatan
mengumpulkan amal, tidak dimanfaatkan.
3. Haram
4. Makruh
5. Mubah
24
Ibid
20
Tujuan Hukum Islam
Secara umum, tujuan hukum islam, yaitu sebagai ketetapan hukum islam,
kemaslahatan umat manusia, kemaslahatan dunia dan akhirat serta petunjuk ke jalan
yang benar bagi manusia.
1. Maqashid AlSyari’ah
25
Ibid
21
Contoh Hukum Islam
Sebenarnya ada banyak hal yang sering kita temukan tentang contoh hukum islam.
Bahkan, kita juga mengalaminya. Contoh hukum islam yang nyaris kita tidak
pernah memikirkan sampai kesana adalah masalah pencatatan pernikahan.
Menariknya, dari semua itu, tidak ada yang melarang melakukan pencatatan.
Kemudian di era saat ini, pencatatan nikah dilakukan. 26Hal ini karena pencatatan
nikah dianggap memberi banyak manfaat besar bagi masyarakat. Misalnya,
meminimalisir terjadinya kemudharatan, perselingkuhan dsb. Karena melihat
manfaat inilah, maka pencatatan nikah kini menjadi hukum islam modern yang
didasarkan pada maslahah mursalah.
26
Ibid
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang
mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
kesatuan tersebut. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur
yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum, dan pengertian hukum.
negara hukum, Indonesia menganut tiga sistem hukum sekaligus yang hidup dan
berkembang di masyarakat yakni sistem hukum civil,sistem hukum adat, dan sistem
hukum Islam
Pengabaian keberadaan hukum adat sebagai salah satu sumber hukum di Indonesia,
salah satunya karena anggapan bahwa hukum adat sangat bersifat tradisional dan
tidak dapat menjangkau perkembangan jaman (globalisasi dan teknologi).
B. Saran
Semoga dengan materi atau penjelasan diatas kita semua dapat menyadari
tentang dunia hukum dalam ruang lingkup yang cukup luas agar kita bisa turut
mengambil peran dalan pemerintah terkhusus disulawesi tengah.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://deepublishstore.com/materi/pengertian-hukum-islam/
Buku Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia. Oleh
Abd. Shomad
Winardi, Pengantar Tentang Teori Sistem dan Analisa Sistem ( Bandung : Mandar
Maju, 1989).
24