Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
1. Gusti Ayu Diah Jumliani
2. Komang Sandy Pramana
3. Sitti Khirania
4. Dhini Amalya Rama
5. Nurul Ramadani
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dalam bidang studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, yang berjudul “Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia.”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Guru
Bidang Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini ditulis untuk
membantu para pembaca untuk lebih mengetahui mengenai sistem hukum dan peradilan di
Indonesia.
Kami menyadari bahwa Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi bahasa, isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca. Guna menjadi acuan kami agar
penulisan berikutnya bisa menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Sistem Hukum..................................................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi Sistem Hukum...............................................................................4
C. Karakteristik Sistem Hukum di Indonesia....................................................................5
D. Sistem Hukum yang Berlaku di Indonesia...................................................................6
E. Makna Lembaga Peradilan...........................................................................................6
F. Perangkat Lembaga Peradilan di Indonesia.................................................................7
G. Peranan Lembaga Peradilan.........................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengadilan Negeri pada masa kolonial Hindia belanda disebut landraad. Pegadilan
Negeri merupakan salah satu wujud dari kekuasaan kehakiman yang berlaku di Indonesia.
Kekuasaan kehakiman merupakan elemen penting dalam konsep negara hukum yang
diberlakukan di Indonesia.
Negeri Indonesia telah menetapkan dirinya sebagai negara hukum. Negeri hukum adalah
konsep negara yang bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan
atas dasar hukum yang adil dan baik. Konsekuensi dari ditetapkannya negara kita sebagai
negara hukum adalah bahwa segala kehidupan kenegaraan selalu berdasarkan kepada
hukum. Negara hukum mensyaratkan bahwa setiap Tindakan dari negara haruslah bertujuan
untuk menegakkan kepastian hukum, dilakukan secara setara, menjadi unsur yang
mengsahkan demokrasi dan memenuhi tuntutan akal budi.
Perwujudan Indonesia sebagai negara hukum tentu sangat baik untuk didukung dan
dijunjung tinggi. Karena di dalam usaha menjadi negara hukum terdapat unsur-unsur baik di
antaranya menghargai hak asasi dan martabat manusia, adanya pembagian dan pemisahan
kekuasaan, pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi negara, serta adanya peradilan
dalam perselisihan anatara rakyat dalam negara. Hal ini menunjukkan tidak ada kebebasan
mutlak bagi rakyat, penyelenggara negara maupun lembaga-lembaga negara dalam
menjalankan kehidupannya.
Negara dengan hukum yang baik dan benar tentu akan mengatur bagaimana rakyatnya
harus bertindak sebagai warga negara yang baik dan patuh terhadap hukum serta mengatur
bagaimana pemerintah harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk menjaga dan
mengawasi bahwa hukum itu berlaku dengan efektif tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran
serta menegakkan keadilan, maka di negara kita dibentuk lembaga peradilan. Lembaga
peradilan merupakan sarana bagi semua pencari keadilan untuk mendapatkan perlakuan yang
sama semestinya di depan hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna sistem hukum?
2. Apa tujuan dan fungsi sistem hukum?
3. Bagaimana karakteristik sistem hukum di Indonesia?
1
4. Bagaimana sistem hukum yang berlaku di Indonesia?
5. Apa makna lembaga peradilan?
6. Apa saja perangkat lembaga peradilan?
7. Apa peranan lembaga peradilan?
C. Tujuan
1. Mengetahui makna sistem hukum.
2. Mengetahui tujuan dan fungsi sistem hukum,
3. Mengetahui karakteristik dari sistem hukum.
4. Mengetahui sistem hukum yang berlaku di Indonesia.
5. Mengetahui makna lembaga peradilan.
6. Mengetahui perangkat lembaga peradilan.
7. Mengetahui peranan lembaga peradilan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastro Pranoto dalam buku ‘Pelajaran Hukum
Indonesia’ menyatakan bahwa hukum sebagai suatu peraturan yang sifatnya memaksa,
serta menentukan tingkah laku manusia dalam suatu lingkungan masyarakat dan dibuat
oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran peraturan-peraturan tadi ini
kemudian akan berakibat diambilnya tindakan, pada suatu hukum tertentu.
4
Sementara itu, Hans Kelsen pelopor ajaran hukum murni menegaskan pengertian
hukum harus dibedakan dari pengertian keadilan. Magnis Suseno mengutip kata Gustav
Radbruch yang menyatakan hukum bisa saja tidak adil, tetapi hukum hanyalah hukum
karena maunya adil. Tapi sekalipun ada pembedaan, adanya upaya untuk meletakkan
keduanya dalam hubungan fungsional merupakan keadilan yang dicapai melalui hukum
itu adalah esensial bagi negara manapun.
5
sedangkan hukum perdata tidak berhasil diunifikasikan, sehingga sampai dengan
dewasa ini hukum perdata di Indonesia masih bersifat pluralistis.
b. Penghapusan penggolongan penduduk dan pemberlakuan hukum yang berbeda untuk
tiap golongan berdasar Pasal 163 IS, karena tidak sesuai dengan cita-cita dan asas-
asas yang menjadi dasar negara Republik Indonesia. Tindakan penghapusan
golongan penduduk ini berhasil dilakukan, sehingga di Indonesia hanya dikenal dua
kewarganegaraan, yaitu: warga negara Indonesia dan warga negara Asing.
c. Mengubah secara radikal sistem peradilan kolonial yang membedakan antara sistem
peradilan yang berlaku bagi golongan Eropa (Raad van Justitie) dan peradilan bagi
golongan pribumi. Sehingga di negara Republik Indonesia hanya dikenal satu sistem
peradilan umum yakni Pengadilan Umum.
2. Pluralisme hukum perdata di Indonesia: dengan berlakunya hukum perdata Eropa
yang bersumber pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hukum Adat dan hukum
Islam.
3. Merupakan sistem hukum yang mengakui keberadaan hukum tidak tertulis di
samping hukum tertulis.
Guna menjamin kepastian hukum, maka telah diusahakan agar semua hukum
sebanyak mungkin diberi bentuk tertulis (atau dituangkan dalam bentuk peraturan
perundangan). Tetapi selain hukum tertulis, Indonesia juga tetap akan mengakui dan
memberi tempat pada hukum tidak tertulis (yaitu hukum adat) sepanjang hukum adat
tersebut masih relevan dan masih dibutuhkan oleh masyarakat serta tidak bertentangan
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
6
Peradilan dan pengadilan adalah dua hal yang sangat berbeda. Menurut buku
Perbandingan Sistem Hukum karya Misbahul Huda (2020), pada dasarnya Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah landasan hukum sistem
peradilan negara dan mengatur tentang peradilan dan pengadilan pada umumnya. Akan
tetapi, pada pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman dijelaskan
bahwa peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa dan
peradilan negara menerapkan serta menegakkan hukum dan keadilan berdasrkan Pancasila.
Berbeda halnya dengan istilah pengadilan yang disebutkan dalam pasal 4 Undang-Undang
Kekuasaan Kehakiman, yaitu pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-
bedakan orang dan pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
hambatan dan rintangan demi tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Jadi, kesimpulannya adalah peradilan merupakan proses menerapkan dan menegakkan
hukum demi keadilan, sedangkan pengadilan adalah tempat mengadili dan membantu para
pencari keadilan agar tercapai suatu peradilan. Selain itu, peradilan adalah sebuah proses
dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan atau proses mencari keadilan itu sendiri.
Beda dengan pengadilan yang merupakan lembaga tempat subjek hukum mencari keadilan.
7
a. Pegadilan Negeri: pengadilan negeri mempunyai daerah hukum yang meliputi
wilayah kabupaten atau kota dan berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
b. Pengadilan Tinggi: pengadilan tinggi merupakan pengadilan tingkat banding.
2. Peradilan Agama
Peradilan agama diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama dan Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama serta Undang-Undang
RI Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan
agama dilakukan oleh:
a. Pengadilan Agama: pengadilan agama berkedudukan di ibu kota kabupaten atau
kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten atau kota.
b. Pengadilan Tinggi Agama: pengadilan tinggi agama berkedudukan di ibu kota
provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi.
3. Peradilan Militer
Peradilan militer diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1997. Dalam
undang-undang tersebut, yang dimaksud dengan pengadilan adalah badan yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan militer yang meliputi
Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan
Pengadilan Militer Pertempuran.
Dalam peradilan militer dikenal adanya oditurat yaitu badan di lingkungan TNI yang
melakukan kekuasaan pemerintahan negara di bidang penuntutan dan penyidikan
berdasarkan pelimpahan dari Panglima TNI. Oditurat terdiri atas oditurat militer, oditurat
militer tinggi, oditurat jenderal, dan oditurat militer pertempuran.
8
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Kekuasaan kehakiman di lingkungan
peradilan tata usaha negara dilaksanakan oleh:
a. Pengadilan Tata Usaha Negara: pengadilan tata usaha negara berkedudukan di ibu
kota kabupaten atau kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten atau
kota.
b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara: pengadilan tinggi tata usaha negara
berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi.
5. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan perwujudan dari pasal 24 C Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lebih lanjut Mahkamah Konstitusi diatur dalam
Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan Undang-
Undang RI Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 24
Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Konstitusi terdiri dari 9 (sembilan) orang hakim konstitusi yang diajukan
masing-masing 3 (tiga) orang oleh DPR, presiden, dan Mahkamah Agung dan ditetapkan
dengan Keputusan Presiden. Susunan organisasinya terdiri atas seorang Ketua
merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) anggota
hakim konstitusi.
Untuk kelancaran tugas Mahkamah Konstitusi dibantu oleh sebuah Sekretariat Jenderal
dan Kepaniteraan, yang susunan organisasi, fungsi, tugas, dan wewenangnya diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Presiden atas usul Mahkamah Konstitusi.
Masa jabatan hakim konstitusi adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali hanya
untuk satu kali masa jabatan. Ketua dan Wakil ketua dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun. Hakim konstitusi adalah pejabat negara.
9
yang ada. Jadi, melaksanakan kekuasaan kehakiman di Indonesia untuk menegakkan hukum
dan keadilan adalah peranan lembaga peradilan.
Agar hukum dan keadilan dapat diterapkan dan ditegakkan, pengadilan haruslah
dilaksanakan berdasarkan asas-asas berikut.
1. Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa,
kecuali undang-undang menentukan lain.
2. Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
3. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda bedakan orang.
4. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
intangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.
5. Putusan pengadilan dilaksanakan dengan memerhatikan nilai kemanusiaan dan keadilan.
6. Peradilan dilkukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
7. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
8. Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil,
profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.
9. Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada
pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang undang
menentukan lain.
10. Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hokum apabila
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
11. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di depan
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya.
12. Semua pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus dengan sekurang kurangnya tiga
orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.
13. Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan, selain atas perintah tertulis oleh kekuasaan yang sah dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang.
14. Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim
wajib memerhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa.
10
15. Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan
undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi, dan telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Hal ini disebut dengan asas praduga tak bersalah.
16. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang
menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.
17. Tidak seorang pun dapat dihadapkan ke pengadilan selain daripada yang ditentukan oleh
undang-undang.
18. Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum.
19. Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat kasasi kepada Mahkamah
Agung oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain.
20. Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak
yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung
apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuatu disebut hukum jika mengandung unsur-unsur: peraturan mengenai tingkah laku
manusia dalam pergaulan masyarakat; peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan
resmi yang berwajib; peraturan itu bersifat memaksa; dan sanksi terhadap pelanggaran
peraturan tersebut adalah tegas. Adapun yang menjadi karakteristik dari hukum adalah
adanya perintah dan larangan, serta perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh
semua orang. Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan konsep
nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan sistem
hukum yang berlaku. Oleh karena itu dibentuklah lembaga peradilan untuk menjaga dan
mengawasi hum yang berlaku.
B. Saran
Sistem hukum dan peradilan yang ada di Indonesia harus dijalankan dengan adil dan
sesuai peraturan perundang-undangan, agar warga negara Indonesia bisa mematuhi hukum
yang berlaku.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/d-5998916/sistem-hukum-adalah-apa-pengertian-
komponen-hingga-yang-berlaku-di-indonesia
http://repository.ut.ac.id/3859/1/PKNI4207-M1.pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/a/pemahaman-singkat-tentang-fungsi-hukum-dan-
tujuan-hukum-lt623030c1270b7
https://www.gramedia.com/literasi/sistem-hukum/
https://halojambi.id/index.php/opini/7207-mengenal-lebih-dekat-sistem-hukum-civil-
law-dan-sistem-hukum-common-law
https://kumparan.com/berita-update/makna-lembaga-peradilan-dan-pengadilan-di-
indonesia-1x0rVrrxzux
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/23/03000001/perangkat-lembaga-peradilan-
di-indonesia
https://mas-alahrom.my.id/pkn/berbagai-macam-perangkat-lembaga-peradilan-di-
indonesia/
https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-peranan-lembaga-lembaga-peradilan
13