1. ROOFID (E1B018078)
2. FITRIA JUNIARTI (E1B018028)
3. BAIQ TANIA FEBRIANTI (E1B018014)
4. M. RIZKY RAMDONI (E1B018058)
5. SUSI ASTIKA (E1B018082)
6. FEBRIAN EVAYANTI (E1B018026)
7. YULITA APRIANA (E1B018088)
8. NURMAWADAH RAHMAH (E1B018070)
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
SISTEM HUKUM INDONESI
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
penulia dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul .”Hakikat dan Karakteristik
Hukum Indonesia”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Sistem Hukum Indonesia.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFATAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI HUKUM............................................................... 2
1. Pengertian Hukum....................................................................................... 2
2. Fungsi Hukum............................................................................................. 3
B. SEJARAH HUKUM ............................................................................................... 7
1. Sejarah Konstitusionalisme Yunani............................................................. 7
2. Sejarah konstitusionalisme Romawi............................................................ 7
3. Sejarah Konstitusionalisme Abad Pertengahan........................................... 8
C. MAZHAB-MAZHAB DAMLAM HUKUM.......................................................... 8
1. Mazhab Realisme Hukum........................................................................... 8
2. Mazhab Hukum Secara Umum.................................................................... 11
D. KARAKTERISTIK HUKUM DI INDONESIA..................................................... 12
E. PLURALISME HUKUM DI INDONESIA............................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum tentu tidak asing bagi kita, terutama bagi kita negara Indonesia yang
merupakan negara hukum. Kehidupan dalam masyarakat yang sedikit banyak berjalan
dengan tertib dan teratur ini didukung oleh adanya suatu tatanan. Kerena adanya tatanan
inilah kehidupan menjadi tertib. (mengenai masalah ini hanya kita singgung sampai disini,
oleh karena pada uraian-uraian dibelakang nanti ia akan dibicarakan secara lebih luas).
Ketertiban yang didukung oleh adanya tatanan ini pada pengamatan lebih lanjut ternyata
terdiri dari berbagai tatanan yang mempunyai sifat-sifat yang berlainan-lainan. Sifat yang
berbeda-beda ini disebabkan oleh karena norma-norma yang mendukung masing-masing
tatanan itu mempunyai sifat-sifat yang tidak sama (Radbruch, 1991: 12-13)
Pengetahuan tentang berbagai gagasan mengenai hukum tentunya perlu untuk dikaji
secara mendetail, baik dari konsep hukum, sejarah, terutama yang terkait dengan bagaimana
karakteristik hukum di negara kita. Dengan disajikannya makalah ini diharapkan mampu
menambah wawasan penulis dan pembaca terkait materi yang akan disajikan
Makalah ini menyajikan beberapa gagasan yang terkait dengan konsep hukum,
sejarah hukum pada zaman Yunani, Romawi dan Abad pertengahan, Mazhab hukum,
karakteristik dan pluralisme hukum di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dan Fungsi Hukum ?
2. Bagaimana Sejarah Hukum pada Zaman Yunani, Zaman Romawi dan pada Abad
Pertengahan ?
3. Apa Saja Bentuk Mazhab Hukum ?
4. Bagaimana Karakteristik Hukum di Indonesia ?
5. Bagaimana Pluralisme Hukum di Indonesia ?
C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk Mengetahui Pengertian dan Fungsi Hukum
b. Untuk Memahami Sejarah Hukum pada Zaman Yunani, Zaman Romawi dan pada
Abad Pertengahan
c. Untuk Mengetahui dan Memahami Mazhag-Mazhab Hukum
d. Untuk Menganalisis Karakteristik Hukum di Indonesia
e. Untuk Mengetahui Pluralisme Hukum di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
10) John Austin, meliat hukum sebagai rangkaian perintah, baik langsun gmaupun
tidak langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnnya yang
merupakan masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang
berkuasa) merupakan otoritas tertinggi.
11) Achmad Ali, hukum adalah seprangkat asas-asas hukum, norma-norma hukum
dan aturan-aturan hukum, yang mengatur dan menentukan mana tindakan yang
dilarang dan mana yang boleh dilakukan, apabila dilanggar maka ada sanksi yang
bersifat eksternal.
12) Eugen Ehrlich (Jerman) sesuatu yang berkaitan dengan fungsi kemasyarakatan
dan memandang sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan
living law (hukum yang hidup di dalam masyarakat)
13) Menurut Soejono Soekanto, hukum mempunyai berbagai arti :
o Hukum dalam arti ilmu (pengetahuan) hukum
o Hukum dalam arti disiplin atau system ajaran tentang kenyataan
o Hukum dalam arti kaidah atau norma
o Hukum dalam arti tata hukum/hukum positif tertulis
o Hukum dalam arti keputusan pejabat
o Hukum dalam arti petugas
o Hukum dalam arti proses pemerintah
o Hukum dalam arti perilaku yang teratur atau ajeg
o Hukum dalam arti jalinan nilai-nilai
14) Menurut Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalamarti :
a. Hukum dalam arti sebagai tata hukum, mempunyai pokok bahasan :
Hubungan antara manusia dengan individu lainnya
Tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya
b. Hukum dalam arti kummpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan
pengadilan dan tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolongkan
dalam aliran sosiologis dan realis.
2. Fungsi Hukum
Menurut Lawrence M. Friedmann dalam bukunya “Law and society an
introduction” fungsi hukum adalah :
Pengawasan atau pengendalian sosial (sosial control )
Penyelesaian sengketa ( dispute settlement )
Rekayasa sosial (social engineering)
Berkaitan dengan fungsi hukum, Muchtar Kusumaatmadya, mengajukan
konsepsi hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat, yang secara singkat dapat
dikemukakan pokok-pokok pikiran beliau, bahwa fungsi hukum di dalam
pembangunan sebagai sarana pembaruan masyarakat. Hal ini didasarkan pada
anggapan bahwa adanya keteraturan atau keteriban dalam usaha pembangunan atau
pembaruan merupakan suatu yang dianggap penting dan sangat diperlukan. Di
samping itu, hukum sebagai tata kaedah dapat berfungsi untuk menyalurkan arah
kegiatan warga masyarakat ketujuan yang dikehendaki oleh pembangunan atau
3
pembaruan . Kedua fungsi tersebut diharapkan dapat dilakukan oleh hukum di
samping fungsinya yang tradisnonal, yakni untuk menjamin adanya kepastian dan
ketertiban.
Theo Huijbers, menyatakan bahwa fungsi hukum ialah memelihara
kepentingan umum dalam masyarakat, menjaga hak-hak manusia, mewujudkan
keadilan dalam hidup bersama. Sedangkan dalam pandangan Peters, yang menyatakan
bahwa fungsi: hukum itu dapat ditinjau dari tiga perspektif:
a. Perspektif kontrol sosial daripada hukum. Tinjauan ini disebut tinjauan dari sudut
pandang seorang polisi terhadap hukum (the policemen view of the law).
b. Perspektif social engineering, merupakan tinjauan yang dipergunakan oleh para
penguasa (the official perspective of the law), dan karena pusat perhatian adalah
apa yang diperbuat oleh penguasa dengan hukum.
c. Perspektif emansipasi masyarakat daripada hukum. Perspektif
inimerupakantinjauan dari bawah terhadap hukum (the bottom's up view of the
law) dan dapat pula disebut perspektif konsumen (the consumer's perspective
ofthe law).
Ioseph Raz melihat fungsi hukum sebagai fungsi sosial, yang dibedakanya ke
dalam FungsiLangsung dan Fungsi tidak Langsung :
1) Fungsi Langsung
Fungsi langsung yang bersifat primer, mencangkup :
a. Pencegahan perbuatan tertentu dan mendorong dilakukannya pebuatan
tertentu.
b. Penyediaan fasilitas bagi rencana-rencana privat .
c. Penyediaan servis dan pembagian kembali barang-barang .
d. Penyelesaian perselisihan diluar jalur regular.
4
1) Fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial , tidaklah sendirian
didalam masyarakat , melaikan menjalankan fungsi itu bersama-sama
dengan pranata-pranata sosial lainnya yang juga melakukan fungsi
pengendalian sosial .
2) Fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial merupakan fungsi “pasif”
disini artinya hukum yang menyesuaikan diri dengan kenyataan
masyarakat.
5
jauh kita dapat mendasarkan atau mengabaikan hukum guna mencapai
hasil yg kita inginkan.
6
Penerpan hukum dalam hal terjadi konflik,contohnya si pembeli sudah
membayar lunas harga barang tetapi penjual tidak mau menyerhakan
barang yg tel;ah dijualnya.
B. SEJARAH HUKUM
1. Sejarah Konsritusionalisme Yunani
Bagi bangsa Yunani, negara merupakan selruh la pergaulannya, sebuah kota
tempat terpenuhinya semua kebutuhan secara materi dan spiritual (C.F Strong; 1996 :
24). Salah satu filusuf Yunani, Aristoteles memahami istilah negara yang
digunakannya sebagai segala sesuatu yang dartikan sekarang sebagai stilah negara,
masyarakat, organisasi, ekonomi bahka agama. Bahkan bagi Aristoteles negara
bukanlah ikatan spiritual, bukan alat kelengkapan pemerintahan belaka.
Keberadaan negara, kata Aristoteles tidak semata-mata untuk memunkinkan
adanya kehidupan,tetapi untuk membuat kehidupan bisa berjalan lebih baik (C.F
Strong, 1996 : 24). Bagi filsuf-filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles, tidak ada
pertentangan antara individu dengan negara. Sebaliknya negara adalah satu-satunya
cara bagi individu untuk mewujudkan tujuan-tujuan terbaiknya dan manusia
bukanlah seorang manusia yang baik kecuali jika dia juga seorang warga negara yang
baik.
Konstitusi ideal baik menurut Plato maupun Aristoteles menekankan
pentingnya pendidikan politik, sebab melalui warga negara yang terdidik negara
dapat dilindungi dari timbulnya anarki, menurut pemikiran Plato dan Aristoteles,
anarki merupakan akibat dari ketidak kontrolnya perkembangan demokrasi (C.F
Strong; 1996 : 24). Solusi Plato seperti dijelasan dalam karyanya Republik, terletak
pada suatu aristokrasi cendekiawan politik, suatu badan pelindung yang memenuhi
syarat untuk memerintah dengan sistem pendidikan kaku yang seharusnya memimpin
terciptanya negara ideal.
Walaupun konstitusionalisme politik Yunani telah berakhir, idealisme politik
mereka masih tertinggal dan sulit untuk memperkirakan apa jadinya pemerintahan
politik masa kini tanpa adanya inspirasi yang diperoleh dari contoh kasik ini.
7
sebuah instrumen pemerintahan yang sangat mantap, meskipun tidak ditemukan
dalam bentuk tertulis, konstitusi Romawi terdiri dari sekumpulan preseden yang
dibawa dalam ingatan seseorang, kumpulan keputusan pengacara, negarawan,
kumpulan adat istiadat, kebiasaan, pengertian, dan keyakinan yang berhubungan
dengan metode pemerintahan(C.F Strong: 1996 : 24).
Kontitusi Romawi dimulai sebagai suatu perpaduan harmonis antara elemen-
elemen monarki, aristokratis, dan demokratis dan berakhir sebagai aristokratis yang
tidak bertanggung jawab. Walaupun demikian, tidak dapat dilupakan bahwa hal ini
pasti terjadi seiring dengan perkembangan kekaisaran Romawi yang wilayahnya
sangat luas dengan beraneka ragam suku bangsa dan kepentingan. Kekaisaran seperti
ini menuntut adanya suatu instrumen kekuata yang cepat dan efisien yang hanya dpat
dipenuhi oleh suatu kedaulatan absolut di satu tangan(C.F Strong; 1996 : 24).
8
yang dikelompokan dalam satu nama, yaitu hukum alam. ini berarti dalam hukum
alam sendiri terdapat beberapa teori hukum yang memiliki persamaan dan perbedaan.
dalam teori hukum alam terdapat ke khasan yaitu tidak dipisahkannya secara tegas
antara hukum dan moral. penganut mazhab ini memandang hukum dan moral sebagai
pencerminan dan pengaturan secara internal dan eksternal kehidupan manusia dan
hubungan sesama manusia. Sumber hukum Alam :
Hukum Alam Bersumber dari Tuhan (Teori hukum alam yang irasional)
Sumber hukum alam adalah kitab suci, manusia dikuasai oleh hukum
alam dan adat kebiasaan. hukum alam adalah hukum yang lahir bersamaan
dengan terciptanya manusia dan tidak berubah sepanjang zaman (kodrat)
hukum alam adalah hukum yang tertinggi (Tokoh dari pencetus teori ini
adalah Thomas Acquinas)
b) Positivisme Hukum
Mazhab positivisme hukum lahir atas reaksi berkembangnya mazhab
(Mazhab) hukum alam. ciri positivisme menurut H.L.A. Hart :
“hukum tidak perlu dikaitkan moral, hukum itu sebagaimana adanya (law as is
it) bukan hukum sebagaimana yang seharusnya (Law as ought to be)”
“studi tentang hukum harus dilepaskan dari studi sejarah, sosiologis, moral,
dan tujuan sosial, dan fungsi sosial.
9
Ciri-ciri Positivisme Hukum
o Sistem hukum adalah sistem tertutup yang logis (masuk akal)
o Pertimbangan secara moral tidak dipertahankan, kecuali dengan argumen
rasional, fakta-fakta, atau bukti.
o Sanski pidana harus spesifik untuk setiap kejahatan selain itu kerasnya
sanksi tidak boleh melebihi daya preventifnya (pencegahannya).
o Tujuan utamanya adalah ketertiban semata.
d) Mazhab Sejarah
Dalam mazhab ini terdapat suatu pendapat yaitu, hukum itu ditemukan bukan
dibuat oleh manusia. ditemukan darimana ?, yaitu ditemukan dari sejarah manusia
(Masyarakat) itu sendiri. mazhab ini juga berpendapat bahwa hukum harus terus
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat. dan undang-undang tidak
berlaku secara universal, setiap masyarakat memiliki hukum kebiasaan sendiri. (tokoh
mazhab ini adalah Frederich karl von savigny)
10
hukum menurut ketentuan hukum di atas kertas. hukum bekerja mengikuti peristiwa
kongkret yang muncul.
1) Mazhab Legisme
Cara pandang mazhab legisme adalah bahwa semua hukum terdapat dalam
undang-undang. Maksudnya diluar undang-undang tidak ada hukum. Dengan
demikian, hakim dalam melaksanakan tugasnya hanya melakukan pelaksanaan
undang-undang belaka (wetstiopasing), dengan cara yuridische sylogisme, yakni suatu
deduksi logis dari perumusan yang umum (preposisi mayor) kepada suatu keadaan
yang khusus (preposisi minor), sehingga sampai kepada suatu kesimpulan (konklusi).
Sebagai contoh:
11
Mengharapkan agar hakim memutuskan perkara didasarkan kepada rechts ide
(cita keadilan).
Kebebasan yang terikat dan keterikatan yang bebas terbukti dari adanya
beberapa kewenangan hakim, seperti penafsiran undang-undang, menentukan
komposisi yang terdiri dari analogi dan membuat pengkhususan dari suatu asas
undang-undang yang mempunyai arti luas. Menurut mazhab rechtsvinding bahwa
yurisprudensi sangat penting untuk dipelajari di samping undang-undang, karena di
dalam yurisprudensi terdapat makna hukum yang konkret diperlukan dalam hidup
bermasyarakat yang tidak ditemui dalam kaedah yang terdapat dalam undang-undang.
Dengan demikian memahami hukum dalam perundang-undangan saja, tanpa
mempelajari yurisprudensi tidaklah lengkap, Namun demikian, hakim tidaklah mutlak
terikat dengan yurisprudensi seperti di negara Anglo Saxon, yakni bahwa hakim
secara mutlak mengikuti yurisprudensi.
Sistem hukum ini berkembang di negara-negara Eropa daratan dan sering disebut
sebagai”Civil Law” yang semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di
kekaisaran romawi pada masa pemerintahan kaisar justinianus abad VI sebelum masehi.
Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim
tidak terikat kepada presiden sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang
terutama, dan sistem peradian bersifat inkuisitoral. Karakteristik utama yang menjadi
dasar sistem hukum Civil Law adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena
diiwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun
12
secara sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik dasar ini dianut mengingat bahwa
nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum.(Doktrins Res
Ajudicata).
Karakteristik kedua pada system Civil Law tidak dapat dilepaskan dari ajaran
pemisahan kekuasaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Prancis. Menurut Paul
Scolten, bahwa maksud sesungguhnya perorganisasian organ-organ Negara Belanda
adalah adanya pemisahan antara kekuasaan pembbuatan undang-undang, kekuasan
peradilan, dan system kasasi adalah tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu
mencampuri urusan kekuasaan lainnya. Penganut system Civil Law memberi keleluasaan
yang besar bagi hakim untuk memutuskan perkara tanpa perlu meneladani putusan-
putusan hakim terdahulu. Yang menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh
parlemen, yaitu undang-undang.
Karakteristik ketiga pada system hukum Civil Law adalah apa yang oleh
Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya sistem inkuisitorial dalam peradilan.
Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan
memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai
alat bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di dalam sistem hukum Civil Law
berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapi sejak awal.
Sistem ini mengandalkan profeisonalisme dan kejujuran hakim.
Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law
berupa peraturan perundang-undangan, kebiasaasaan-kebiasaan dan yurisprudensi.
Dalam rangka menemukan keadilan, para yuris dan lembaga-lembaga yurisprudensi
maupun quasi-judisial merujuk kepada sumber-sumber tersebut. Dari sumber-sumber itu,
yang menjadi rujukan pertama dalam tradisi sistem hukum Civil Law adalah peraturan
perundang-undangan. Negara-negara penganut civil law menempatkan konstitusi pada
urutan tertinggi dalam hirarki peraturan perundangan-undangan. Semua negara penganut
civil law mempunyai konstitusi tertulis.
Sitem hukum ini memiliki segi positif dan negatif. Segi positifnya adalah hampir
semua aspek kehidupan masyarakat serta sengketa-sengketa yang terjadi telah tersedia
undang-undang/hukum tertulis sehinngga kasus-kasus yang timbul dapat diselesikan
dengan mudah, disamping itu dengan telah tersedianya berbagai jenis hukum tertulis
akan lebih menjamin adanya kepastian hukum dalam proses penyelesaiannya. Sedang
segi negatifnya, banyak kasus yang timbul sebagai akibat dari kemajuan zaman dan
peradaban manusia, tidak tersedia undang-undangnya. Sehingga kasus ini tidak dapat
13
diselesaikan di pengadilan. Hukum tertulis pada suatu ssaat akan ketinggalan zaman
karena sifat statisnya. Oleh karena itu, sistem hukum ini tidak menjadi dinamis dan
penerapannya cenderung kaku karena tugas hakim hanya sekedar sebagai alat undang-
undang. Hakim tak ubahnya sebagai abdi undang-undang yang tidak memiliki
kewenangan melakukan penafsiran guna mendapatkan nilai keadilan yang
sesungguhnya.
Adanya sistem perjanjian “ the receipt tule” yakni perjanjian terbentuk ketika
penerimaan terhadap suatu penawaran sampai ke pemberi tawaran . Jadi , ketika
seseorang membatalkan sesuatu kontrak perjanjian dengan cara mengirimkan email atau
surat fax ke perusahaan tertentu , maka perjanjian pembatalan terlaksana ketika surat
tersebut dibaca oleh manajer atau pemilik perusahaan yang bersangkutan . Jika karena
masalah ( belum sampai membaca surat ) maka perjanjian masih belum terlaksana . Jadi
dapat diambil kesimpulan bahwa sistem hukum indonesia menganut system hukum
Eropa Koninental atau Civil Law System .
14
yang ada pranata inilah yang membingkai sekaligus perekat ikatan primodial yang ada
diantara mereka. Hukum dalam bentuk pranata sosial yang kukuh dan kokoh dalam
masyarakat inilah sering kali memiliki daya pembentuk perilaku yang kuat, diyakini,
diikuti dan tumbuh bersama masyarakat yang ada. Sanksi sosial sering kali dinilai lebih
pedih dari ujung mata tombak penegakan hukum formal oleh negara. Ikatan primadonal
sering dinilai lebih kuat membentuk komunal mereka. Hal ini disebabkan, “tiada pranata
tanpa masyarakat memiliki bingkai yang disebut dengan the law society framework yang
memiliki hubungan tertentu”
State positivsm dan law society tidak boleh bebas nilai. Kehadiran hukum negara
dan hukum yang hidup dimasyarakat harus sarat nilai. Nilai-nilai moral, ethic dan
keadilan tidak dapat dilepaskan dari hukum. Hukum tidak boleh tajam kebawah dan
tumpul keatas. Hukum tidak boleh tebang pilih. Hukum juga tidak boleh di perjual
belikan untuk kepentingan tertentu. Hakim bukanlah corong undang-undang (la bouche
de la loi) yang hanya menyatakan apa yang dinyatakan pada pasal-pasalnya. Hakim
berperan lebih dari itu. Hakim harus mampu menggunakan kecerdasan spiritual untuk
berani mencari jalan baru yang dapat mewujudkan keadilan. Hakim harus mampu
melakukan apencarian makna mendalam dengan hati nuraninya dan membuat ukuran
baru dalam menjalankan hukum. Hukum dijalankan dengan prinsip, kepedulian, perasaan
dan keterlibatan kepada kelompok yang lemah.
Di dalam rumah pancasila, semua umat beragama, suku dan seluruh masyarakat
saling menjaga harmonisasi dan menahan diri untuk tidak menonjolkan agama dan atau
etnisnya masing-masing, namun lebih mengedepankan persayuan dan kesatuan bangsa
dalam NKRI, sebagaimana disampaikan oleh Soepomo:
15
Maka semangat kebathinan struktur kerohanian dari bangsa indonesia bersifatan
bercita-cita persatuan hidup, persatuan kawulo dan gusti, yaitu persatuan antara dunia
luar dan dua batin antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-
pemimpinnya. Segala manusia sebagai seseorang, golongan manusia dalam
suatumasyarakat dan golongan-golongan lain dari masyarakat itu dan tiap-tiap
masyarakat dalam pergaulan hidup didunia seluruhnya dianggapnya mempunyai tempat
dan kewajiban hidup (dharma)sendiri-sendiri menurut kodrat dan alam segala-galanya
ditunjukan kepada keseimbangan lahir dan batin. Manusia sebagai seseorang yang tidak
terpisah dengan seseorang lain atau dari dunia luar, golongan-golongan manusia,
bercampur baur dan bersangkutan paut ,berpengaruh-pengaruhi. Inilah ide totaliter, ide
integralistik dari bangsa indonesia yang berwujud dalam susunan tata negaranya yang
asli.
Pendekatan natural law dapat di tempuh melalui para pemuka agama yang duduk
bersama berekonsiliasi mengupayakan pembenahan ke dala, dalam arti menasehati dan
meyampaikan isi kitab suci kepada umat beragamanya tentang kebaikan hidup, toleransi,
hidup bermasyarakat dan menghadirkan diri upaya pecah belah yang akan melemahkan
perasaan kebangsaan. Lintas pembuka agama juga dapat menyampaikan kepada
masyatakat luas akan empati dan keprihatinannya akan tercederainya rasa persatuan dan
kesatuan, serta bergandeng tangan mengupayakan kembali integrasi bangsa.
16
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Hukum secara etimologi dalam bahasa inggris “law”, Belanda “recht”, Jerman
“recht”, Italia “dirito” , prancis “droit” bermakna aturan.
Menurut Lawrence M. Friedmann dalam bukunya “Law and society an
introduction” fungsi hukum adalah :
1. Pengawasan atau pengendalian sosial (sosial control )
2. Penyelesaian sengketa ( dispute settlement )
3. Rekayasa sosial (social engineering)
Bagi bangsa Yunani, negara merupakan seluruh pola pergaulannya, sebuah
kota tempat terpenuhinya semua kebutuhan secara materi dan spiritual (C.F Strong;
1996 : 24). Konstitusi ideal baik menurut Plato maupun Aristoteles menekankan
pentingnya pendidikan politik, sebab melalui warga negara yang terdidik negara dapat
dilindungi dari timbulnya anarki, menurut pemikiran Plato dan Aristoteles, anarki
merupakan akibat dari ketidak kontrolnya perkembangan demokrasi (C.F Strong;
1996 : 24). Solusi Plato seperti dijelasan dalam karyanya Republik, terletak pada
suatu aristokrasi cendekiawan politik, suatu badan pelindung yang memenuhi syarat
untuk memerintah dengan sistem pendidikan kaku yang seharusnya memimpin
terciptanya negara ideal.
17
Mazhab – Mazhab Dalam Hukum
1. Mazhab Realisisme Hukum
- Mazhab hukum alam
- Positivism hukum
- Mazhab Utilitarianisme (Utilitarianism)
- Mazhab sejarah
- Mazhab Sociological Jurisprudence
- Mazhab realisme (Amerika)
2. Mazhab-Mazhab Hukum Secara Umum
- Mazhab legisme
- Mazhab Freie Rechtslehre atau Freie Rechtsbewegung atau Freie
Rechtschule
- Mazhab Rechtsvinding (penemuan hukum)
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut Sistem Civil
Law. Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim
tidak terikat kepada presiden sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang
terutama, dan sistem peradian bersifat inkuisitoral. Karakteristik utama yang
menjadi dasar sistem hukum Civil Law adalah hukum memperoleh kekuatan
mengikat, karena diiwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-
undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik dasar ini
dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah
kepastian hukum.(Doktrins Res Ajudicata).
Karakteristik kedua pada system Civil Law tidak dapat dilepaskan dari ajaran
pemisahan kekuasaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Prancis. Menurut Paul
Scolten, bahwa maksud sesungguhnya perorganisasian organ-organ Negara Belanda
adalah adanya pemisahan antara kekuasaan pembbuatan undang-undang, kekuasan
peradilan, dan system kasasi adalah tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu
mencampuri urusan kekuasaan lainnya. Penganut system Civil Law memberi
keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutuskan perkara tanpa perlu
meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang menjadi pegangan hakim adalah
aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-undang.
Karakteristik ketiga pada system hukum Civil Law adalah apa yang oleh
Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya sistem inkuisitorial dalam
peradilan. Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam
mengarahkan dan memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan
cermat dalam menilai alat bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di dalam
sistem hukum Civil Law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap dari
peristiwa yang dihadapi sejak awal. Sistem ini mengandalkan profeisonalisme dan
kejujuran hakim.
Meskipun demikian, dalam praktiknya Indonesia juga menerapkan Common
law system(anglo -saxon).
Menurut suteki, legal pluralisme merupakan strategi pendekatan baru untuk
melakukan terobosan hukum melalui the non enforcment of law agar hukum dapat
18
melakukan lompatan (rule breaking) kearah pertimbangan living law dan natural
law. Indonesia memiliki 4 sistem hukum dalam praktiknya yaitu hukum adat, hukum
agama (islam), Civil law system dan common law system .
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, tentu jauh dari kata sempurna, tim penulis
mengharapkan kritik dan saran agar sekiranya mampu untuk melengkapi berbagai
kekurangan dalam makalah ini
19
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadianto, F, (2015). System Hukum dan Posisi Hukum Indonesia. Jurnal TAPIs
vol. 11 No. 1 Januari-Juni 2015
20