Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

“PENGENALAN SISTEM HUKUM INDONESIA”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Hukum Indonesia yang
Diampu oleh Taufiq Alamsyah, SH.,MH

Disusun oleh :

Budiman (C1A220075)

Fazriel Pramuditya (C1A22055)

Siva Yunika (C1A220025)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AL – GHIFARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, senantiasa Kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat serta karunia-Nya lah Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar. Tak lupa semoga sholawat dan salam semoga tetap tercurah dan
terlimpahkan kepada tauladan umat, pembawa umat dari zaman kejahiliyahan ke
zaman terang benderang, Nabi Muhammad SAW.

Suatu kebahagiaan bagi Kami bahwasanya pada kesempatan ini Kami dapat
menyelesaikan karya yang berupa makalah dengan judul “Sistem Hukum Indonesia”.
Karya ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, hal
ini karena keterbatasan pemahaman dan pengetahuan Kami. Oleh karena itu, Kami
sangat mengharapkan masukan dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini Kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya Kami mengucapkan
terimakasih.

Hormat Kami,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 4
3.1 Pengertian Sistem Hukum ......................................................... 4
3.2 Sistem Hukum Indonesia ........................................................... 6
3.3 Prinsip – Prinsip Sistem Hukum Indonesia ............................... 8
BAB IV KONDISI DAN HARAPAN ........................................................... 11
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang diartikan sebagai
keseluruhan yang terdiri dari macam-macam bagian. Dalam suatu sistem yang baik
tidak boleh terdapat suatu pertentangan antara bagian-bagian. Selain itu juga tidak
boleh terjadi tumpang tindih diantara bagian-bagian itu. Suatu sistem mengandung
beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya.
Bagian-bagian dari hukum merupakan unsur-unsur yang mendukung hukum
sebagai suatu kesatuan (integral) dalam suatu jaringan dengan hubungan yang
fungsional, resiprosaldan interdepedensi. Misalnya HTN (Hukum Tata Negara),
HAN (Hukum Administrasi Negara), hukum pidana, hukum perdata, dan
seterusnya yang mengarah pada tujuan yang sama yaitu menciptakan kepastian
hukum keadilan dan kegunaan. Dengan kata lain sistem hukum adalah suatu
kumpulan unsur-unsur yang ada dalam interaksi satu sama lain yang merupakan
satu kesatuan yang terorganisasi dankerjasama ke arah tujuan kesatuan. Hukum
mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepentingan daya guna dan
kemanfaatan.
Pada dasarnya banyak sistem hukum yang dianut oleh berbagai negara-negara
didunia, namun dalam sejarah dan perkembangannya ada 4 (empat) macam sistem
hukum yang sangat mempengaruhi sistem hukum yang diberlakukan di bergagai
negara tersebut. Adapun sistem hukum yang dimaksud adalah Civil Law, Common
Law, Hukum Islam, Hukum Sosialis, Hukum AsiaTimur Jauh.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem hukum?
2. Bagaimana perubahan sistem hukum di Indonesia?
3. Bagaimanakah perkembangan Sistem Hukum di Indonesia berdasarkan
pemikiran filsuf hukum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sistem hukum
2. Untuk mengetahui perubahan sistem hukum di Indonesia
3. Untuk mengetahui perkembangan sistem hukum Indonesia berdasarkan
pemikiran filsuf hukum

2
BAB II
LANDASAN TEORI

Ada banyak cara untuk membahas hukum atau system hukum salah satunya
adalah dengan membahasnya sebagai law, yakni sekumpulan aturan-aturan norma
tertulis atau tidak tertulis yangberkenaan dengan perilaku benar dan salah, hak dan
kewajiban. Ini adalah penggunaan istilah hukumyang umum misalnya kita bertanya
apakah hukum memperbolehkan kita membayar makan siang kitadengan cara
memotong uang pengembalian pajak penghasilan, apakah akan dikatakan sebagai hal
yangmelanggar hukum bila kita menerobos lampu merah atau merampok bank.

Teori Sistem Hukum Menurut Lawrence M. Friedman, seorang profesor di


bidang hukum, sejarawan,yang juga pakar sejarah hukum Amerika, dan penulis
produktif, ada tiga elemen utama dari sistemhukum (legal system), yaitu:

a. Struktur Hukum (Legal Structure).


b. Isi Hukum (Legal Substance).
c. Budaya Hukum (Legal Culture)

Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya


penegakan hukumtergantung tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum (legal
structure), substansi hukum (legal substance) dan budaya hukum (legal culture).
Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum,substansi hukum meliputi
perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum yanghidup
(living law ) yang dianut dalam suatu masyarakat.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Sistem Hukum


Sistem adalah suatu kesatuan susunan, dimana masing – masing unsur yang ada
didalamnya tidak diperhatikan hakikatnya, tetapi dilihat menurut fungsinya terhadap
keseluruhan kesamaan susunan tersebut. Sedangkan hukum merupakan kumpulan
peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi, dengan tujuan mewujudkan ketertiban
dalam pergaulan manusia.

Sistem hukum merupakan suatu proses atau rangkaian hukum yang


melibatkan berbagai alat kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat di
dalamnya, mulai dari hukum itu dibuat, diterapkan dan dipertahankan.

Istilah sistem, system (dalam bahasa inggris) atau systema (dalam bahasa Yunani)
dapat diartikan sebagai keseluruhan yang terdiri dari berbagai macam bagian. Beberapa
sarjana mendefinisikan berbeda-beda, namun bersifat saling mengisi dan melengkapi.

Menurut D. Keuning (Ade Maman Suherman, 2004: 4-5) mengkompilasi definisi


sistem dari beberapa pendapat, diantaranya :

1. Menurut Ludwig Von Bertalanffy: system are complex of element standing in


interaction.
2. Menurut A.D. Hall dan R.E. Fagen: a system is a set of the object together
with the relationship between the objects and between the attributes.
3. Menurut Dr. Abdul R. Saliman, sistem adalah suatu kesatuan begian-bagian
yang saling berinteraksi, bagian-bagian tersebut memiliki fungsi masing-
masing dan merupakan satu kesatuan yang utuh serta adanya sesuatu yang
membatasi lingkungan internal dengan lingkungan eksternalnya.

4
Istilah sistem hukum mengandung pengertian yang spesifik dalam ilmu hukum yang
penjelasannya dapat diuraikan sebagai berikut :

Menurut JH. Merryman dalam bukunya “The Civil Law Tradition” : an introduction to
the legal system of Western Europe and Latin America, halaman 1 mengatakan : legal
system is an operating set of legal institutions, procedures, and rules. (sistem hukum
adalah seperangkat lembaga (hukum), prosedur, dan aturan-aturan hukum yang
beroperasi).

Menurut Friedman, sistem hukum merupakan suatu sistem yang meliputi substansi,
struktur, dan budaya hukum, dengan rincian sebagai berikut:

1. Struktur Hukum

Struktur hukum (legal structure) merupakan institusionalisasi dari entitas-entitas


hukum. Sebagai contoh adalah struktur kekuasaan pengadilan (di Indonesia) yang
terdiri dari pengadilan tingkat I, Pengadilan Banding, dan Pengadilan Tingkat Kasasi,
jumlah hakim serta integrated justice system. Selain itu, juga dikenal adanya Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara, dan
Peradilan Pajak. Selanjutnya Friedman menegaskan bahwa hukum memiliki elemen
pertama dari sistem hukum, antara lain struktur hukum, tatanan kelembagaan, dan
kinerja lembaga.

2. Susbstansi Hukum

Adapun, yang dimaksud dengan substansi hukum (legal substance) adalah aturan atau
norma yang merupakan pola prilaku manusia dalam masyarakat yang berada dalam
sistem hukum tersebut. Sebagai contohnya:

1. Pengemudi yang melebihi batas kecepatan akan dikenakan denda.


2. Seseorang yang membeli barang harus menyerahkan sejumlah uang kepada
penjual barang tersebut.

5
Di Indonesia, dikenal adanya hukum materiil (hukum perdata, hukum tata negara,
hukum pidana, hukum administrasi), dan hukum formiil (hukum acara perdata, hukum
acara pidana, dan hukum acara lainnya).

3. Budaya Hukum

Budaya hukum (legal culture) adalah sikap dan nilai-nilai yang terkait dengan tingkah
laku bersama yang berhubungan dengan hukum dan lembaga-lembaganya.

3.2 Sistem Hukum Indonesia


Pengertian lain sistem hukum adalah konteks Indonesia yang dinyatakan oleh Badan
Hukum Nasional (BPHN). Sistem hukum mempunyai unsur sebagai berikut:

1. Materi hukum (tatanan hukum), yang di dalamnya meliputi:


2. Perencanaan hukum;
3. Pembentukan hukum;
4. Penelitian hukum;
5. Pengembangan hukum.

Untuk membentuk materi hukum harus diperhatikan politik hukum yang telah
ditetapkan, yang dapat berbeda dari waktu ke waktu karena adanya kepentingan dan
kebutuhan.

1. Aparatur hukum, yaitu mereka yang mempunyai tugas dan fungsi penyuluhan
hukum, penerapan hukum, penegakan hukum, dan pelayanan hukum.
2. Sarana dan prasarana hukum, yang meliputi hal-hal yang bersifat fisik.
3. Budaya hukum yang dianut oleh masyarakat, termasuk para pejabatnya.
4. Pendidikan hukum.

Sistem hukum di Indonesia saat ini adalah sistem hukum yang unik, sistem
hukum yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkan

6
kompromi dari beberapa sistem yang telah ada. Sistem hukum Indonesia tidak
hanya mengedepankan ciri-ciri lokal, tetapi juga mengakomodasi prinsip-prinsip
umum yang dianut oleh masyarakat internasional.

Apapun sistem hukum yang dianut, pada dasarnya tidak ada negara yang hanya
didasarkan pada hukum tertulis atau hukum kebiasaan saja. Tidak ada negara yang
sistem hukumnya menampik pentingnya undang-undang dan pentingnya
pengadilan.

Perkembangan sistem Hukum Indonesia makin tampak ketika adanya


sumbangan dari pemikiran para filsuf pemikir hukum. Perkembangan itu salah
satunya adalah dari madzhab positivis. Dalam arti ini, positivisme sama tuanya
dengan filsafat.
Positivisme atau yang dikenal dengan aliran positivis mempunyai pengaruh yang
besar dalam proses pembentukan dan penegakan hukum di Indonesia. Pada
kebanyakan tindakan lembaga legilatif untuk membuat undang-undang, tindakan
Pemerintah (Excecutive) dan aparat dalam menegakkan hukum, bahkan tindakan
hakim dalam memutus perkara selalu menjadikan pemikiran mazhab ini sebagai
acuan. Selain itu, aspek keadilan dalam penegakan hukum dalam sistem hukum
nasional selalu dilihat dari perspektif keadilan hukum.
Lahirnya pemikiran mazhab positivis mempunyai landasan tersendiri sehingga
pandangan ini memiliki ciri khas tersendiri, namun sayangnya pejabat negara yang
diberi tugas untuk membentuk dan melaksanakan hukum kurang memperhatikan
landasan pemikiran mazhab hukum positivis, akibatnya keadilan hukum selalu
menjadi perdebatan dalam masyarakat dan tidak jarang selalu melahirkan konflik
baik vertikal maupun horizontal.
Positivisme menekankan setiap metodologi yang dipikirkan untuk menemukan
suatu kebenaran, hendaknya menjadikan realitas. Ketika pemikiran positivisme
diterapkan ke dalam bidang hukum, positivisme hukum melepaskan pemikiran
hukum sebagaimana dianut oleh para pemikir aliran hukum alam. Jadi setiap norma
hukum haruslah eksis secara objektif sebagai norma-norma yang positif.

7
Di Indonesia, penerapan prinsip ini melahirkan masalah karena hukum selalu
menjadi kendala dalam pembangunan bahkan hukum itu bersifat statis dan tidak
dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan yang berubah. Banyak kalangan
mengatakan dengan jelas bahwa hukum itu bersifat statis dan kaku (Rigid).
Pandangan yang demikian adalah keliru karena mengabaikan aspek lain dalam
pembentukan hukum.
Model penegkan hukum di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pemikiran
positivisme. Menurut Kelsen , norma hukum yang sah menjadi standar penilaian
bagi setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu/kelompok dalam
masyarakat . Standar penilaian dimaksud adalah hubungan antara perbuatan
manusia dengan norma hukum. Jadi norma hukum menjadi ukuran untuk
menghukum seseorang atau tidak, dan mengklaim seseorang bersalah atau tidak
harus diukur berdasarkan pasal dalam peraturan tertulis, tanpa memperhatikan
aspek moral dan keadilan.
Hukum dan keadilan seperti dua sisi mata uang. Kepastian hukum adalah adil,
dan keadilan hukum berarti kepastian hukum. Jadi suatu perturan hukum dikatakan
adil jika benar-benar diterapkan pada semua kasus. Demikian sebaliknya, suatu
peraturan hukum dianggap tidak adil jika hanya diterapkan pada suatu kasus
tertentu, dan tidak diterapkan pada kasus lain yang sama. Substansi keadilan hukum
dalam pandangan positivism adalah penerapan hukum dengan tanpa memandang
nilai dari suatu aturan hukum (asas kepastian).
Doktrin positivisme ini masih diterapkan dalam proses penegakan hukum di
Indonesia, terutama pada bidang pidana menyangkut penerapan pasal dan prosedur
dalam sistem pelaksanaan hukum.

3.3 Prinsip – Prinsip Sistem Hukum Indonesia


Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material
tersebut harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau
negara kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi bagi para
penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara

8
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum
nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya
mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum
seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat.
Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak
pernah usang. Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan.
Makna hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil
dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat
menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal
1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian


Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut :

1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara


Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(Machtsstaat).

2) Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum


dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)

Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang


kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah
Eropa Kontinental.

Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang
dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan
landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang

9
Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang
menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian
negara dan kesejahteraan rakyat.

Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip


sebagai berikut :

1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.

2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.

3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.

4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1)


UUD 1945).

5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).

6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.

7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);

8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh


tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J
UUD 1945).

(Perdana & Perdana, 2016)

10
BAB IV
KONDISI DAN HARAPAN

Hukum sangatlah dijunjung tinggi di negara kita ini. Hukum merupakan diatas
segala-galanya , karena Indonesia merupakan negara hukum. Tapi pada saat ini
Indonesia memiliki kondisi hukum yang sangat buruk dan memperihatinkan. Hukum
dibuat bukan untuk dipatuhi dan ditakuti tetapi untuk dilanggar. Sebagian besar rakyat
Indonesia sudah tidak patuh lagi terhadap hukum yang berlaku. Banyak sekali
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di negara kita ini.Baik dari pelanggaran dalam
lingkup kecil sampai ke lingkup paling besar.Seperti contoh yang terkecilnya yaitu
masalah lalu lintas yang banyak para pengendara yang menerobos lampu merah , tidak
memakai helm , sitbelt , memarkir kendaraan sembarang tempat , tidak membawa SIM
dan STNK , tidak mematuhi jalur yang ada dan masih banyak pelanggaran lalu lintas
lainnya. Tidak terkecuali pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat-pejabat negara yang
sudah dikenal oleh bangsa ini yaitu korupsi. Pelanggaran yang sangatlah merugikan
negara dalam hal materi dan moral.

Kita sudah mengetahuinya sendiri disetiap berita banyak menyiarkan kasus-


kasus pelanggaran hukum. Baik yang dilakukan oleh rakyatnya maupun oleh para
pejabat nya itu sendiri.Di Indonesia tidak akan heran jika para pejabatnya banyak
melakukan pelanggaran hukum.

Aparat penegak hukumnya yang tidak menjunjung tinggi nilai keadilan tetapi
mereka lebih menjunjung tinggi nilai uang. Aparat penegak hukum di negara kita ini
masih sangat gampang tergiur oleh rupiah. Budaya suap menyuap sudah sangat
dilestarikan dengan baik oleh orang-orang dinegara kita ini , khususnya dari para
kalangan kelas atas yang segalanya bisa dilakukan dengan uang.

Apabila didasarkan pada teori legal system, Laurence Meil Fredman


menyatakan bahwa memperbaiki penegakan hukum dan memberantas budaya korupsi
dapat dilakukan melalui pendekatan sistem hukum. Dalam pendekatan sistem hukum

11
ada 3 (tiga) komponen utama yang menjadi pilar tercapainya tujuan hukum (keadilan,
kepastian, kemanfaatan) diantaranya: struktur hukum (aparat penegak hukum),
substansi hukum (peraturan perundang-undangan), Kultur hukum (budaya sadar
hukum masyarakat).

1) Dengan memperbaiki komponen struktur hukum yakni aparat penegak


hukum. Meningkatkan kualitas SDM yaitu para penegak hukum, baik
dari segi moralitas dan intelektualitas. Hal itu dikarenakan tidak sedikit
penegak hukum yang ada saat ini tidak sadar dan paham betul persoalan
idealisme hukum yang sedang ditegakkannya. Selain itu perlu
optimalisasi lembaga-lembaga independen yang memiliki wewenang
untuk melakukan pengawasan terhadap penegak hukum, di antaranya
Komisi Yudisial, Komisi Kepolisian Nasional, Komisi Kejaksaan.
Lembaga-lembaga tersebut disarankan memiliki anggota yang bukan
terdiri dari hakim aktif, jaksa aktif, atau polisi aktif tetapi diambil dari
unsur-unsur masyarakat yang berkualitas atau kompeten.
2) Melakukan pembaharuan hukum. Perlunya menyempurnakan,
memperbaiki dan melengkapi peraturan perundang-undangan yang ada.
Misalnya menyempurnakan Undang-Undang No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat, dan Peraturan tentang Kode Etik Advokat. Mengingat
advokat sebagai penasehat hukum sangat rentan terlibat kasus korupsi
dalam bentuk suap-menyuap dan akhirnya menjadi makelar kasus,
maka diperlukan pengawasan dan sanksi yang tegas. Misalnya dengan
mencabut hak untuk beracara bagi advokat yang pernah terlibat kasus
korupsi.
3) Meningkatkan budaya kritis masyarakat. Sesungguhnya kondisi yang
mendukung upaya untuk mencari solusi yang tuntas terhadap masalah
besar ini, yakni penegakan hukum yang lemah akibat budaya korupsi,
telah tersedia. Salah satunya adalah tingkat kritis masyarakat yang tidak
lagi tabu untuk mengungkap penyelewengan atau Korupsi, Kolusi,

12
Nepotisme (KKN). Masyarakat harus semakin tergugah untuk menuntut
keadilan, kebenaran, dan pemerintahan yang bersih.

Langkah-langkah di atas tidak dapat dilaksanakan tanpa sebuah komitmen atau


tekad untuk membangun sistem penegakan hukum yang bertanggung jawab dari semua
pihak. Tekad ini harus dimiliki dan ditumbuhkan terlebih oleh 4 (empat) unsur penegak
hukum yaitu hakim, jaksa, polisi dan advokat.

Harapan saya sebagai penulis para pejabat, politisi, penegak hukum dan juga
masyarakat memiliki ruang hati dan waktu untuk merenungi sindiran dan segala bentuk
strategi untuk memperbaiki penagakan hukum kita. Sebab apabila tidak ada komitmen
dan tekad bersama dari semua pihak, tentu penegakan hukum yang baik hanya akan
ada di negara ini.

Untuk mencapai ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat dibutuhkan


sikap masyarakat yang sadar hukum. Selain masyarakat pemerintahpun juga harus
sadar hukum. Maka tercapailah ketentraman dan ketertiban itu. Untuk mengantisipasi
berbagai pelanggaran hukum yang terjadi maka di Indonesia telah ada berbagai macam
Pengadilan. Dari yang mengadili masyarakat sampai dengan pemerintah dan para
pejabat.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sistem hukum merupakan suatu proses atau rangkaian hukum yang
melibatkan berbagai alat kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat di
dalamnya, mulai dari hukum itu dibuat, diterapkan dan dipertahankan.Adapun
penggolongan hukum berdasarkan wujud, berdasarkan wilayah, berdasarkan
waktu, berdasarkan pribadi yang diaturnya,isi masalah,serta tugas dan fungsi yang
diaturnya.

Hukum dibuat untuk dipatuhi oleh semua masyarakat sedangkan kondisi sistem
hukum di Indonesia saat ini sedang memperihatinkan.Sebagian besar masyarakat
kita sudah tidak mematuhi aturan yang berlaku. Banyak sekali kasus-kasus
pelanggaran yang terjadi contoh kecilnya seperti menerobos lampu merah,tidak
memakai sitbelt, dan pelanggaran korupsi yang dilakukan oleh para pejabat
pemerintah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, A. (n.d.). Academia.edu. Retrieved from


https://www.academia.edu/6332644/SISTEM_HUKUM_INDONESIA

Perdana, I., & Perdana, I. (2016, Januari). Prinsip Negara Hukum dalam Kehidupan
sebgai Warga Negara. Retrieved from neliti.com:
https://media.neliti.com/media/publications/290677-prinsip-negara-hukum-
dalam-kehidupan-seb-2992c1db.pdf

Problematika Hukum dan Peradilan di Indonesia. (2014). Pusat Data dan Layanan
Informasi .

Saradiwa, R. (2013, Januari 5). Uncategorized. Retrieved from Perubahan dan


Perkembangan Sistem Hukum Indonesia (Perspektif Filsuf Roscoe Pound):
https://rayyansaradiwa.wordpress.com/2013/01/15/perubahan-dan-
perkembangan-sistem-hukum-indonesia-perspektif-filsuf-roscoe-pound/

Syahayani, Z. (2015, Agustus 3). Retrieved from Apa Kabar Penegakan Hukum di
Negara Kita?: https://www.theindonesianinstitute.com/apa-kabar-penegakan-
hukum-di-negara-kita/

15

Anda mungkin juga menyukai