Anda di halaman 1dari 15

SISTEM HUKUM DI INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, senantiasa Kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat serta karunia-Nya lah Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar. Tak lupa semoga sholawat dan salam semoga tetap tercurah dan
terlimpahkan kepada tauladan umat, pembawa umat dari zaman kejahiliyahan ke
zaman terang benderang, Nabi Muhammad SAW.

Suatu kebahagiaan bagi Kami bahwasanya pada kesempatan ini Kami dapat
menyelesaikan karya yang berupa makalah dengan judul “Sistem Hukum di
Indonesia”. Karya ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan,


hal ini karena keterbatasan pemahaman dan pengetahuan Kami. Oleh karena itu,
Kami sangat mengharapkan masukan dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini Kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya Kami mengucapkan
terimakasih.

Hormat Kami,

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
1.1 Latar Belakang................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................6
3.1 Pengertian Sistem Hukum...............................................................................6
3.2 Sejarah Perubahan Sistem hukum di Indonesia..............................................6
3.3 Perkembangan Sistem Hukum Indonesia berdasarkan pemikiran Filsuf
Hukum........................................................................................................................7
BAB IV KONDISI DAN HARAPAN........................................................................10
BAB V PENUTUP......................................................................................................13
5.1 Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang diartikan sebagai
keseluruhan yang terdiri dari macam-macam bagian. Dalam suatu sistem yang
baik tidak boleh terdapat suatu pertentangan antara bagian-bagian. Selain itu juga
tidak boleh terjadi tumpang tindih diantara bagian-bagian itu. Suatu sistem
mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya.
Bagian-bagian dari hukum merupakan unsur-unsur yang mendukung hukum
sebagai suatu kesatuan (integral) dalam suatu jaringan dengan hubungan yang
fungsional, resiprosaldan interdepedensi. Misalnya HTN (Hukum Tata Negara),
HAN(Hukum Administrasi Negara), hukum pidana, hukum perdata, dan
seterusnya  yang mengarah pada tujuan yang sama yaitu menciptakan kepastian
hukum keadilan dan kegunaan. Dengan kata lain sistem hukum adalah suatu
kumpulan unsur-unsur yang ada dalam interaksi satu sama lain yang merupakan
satu kesatuan yang terorganisasi dankerjasama ke arah tujuan kesatuan. Hukum
mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepentingan daya guna dan
kemanfaatan.
Pada dasarnya banyak sistem hukum yang dianut oleh berbagai negara-negara
didunia, namun dalam sejarah dan perkembangannya ada 4 (empat) macam sistem
hukum yang sangat mempengaruhi sistem hukum yang diberlakukan di bergagai
negara tersebut. Adapun sistem hukum yang dimaksud adalah Civil Law,
Common Law, Hukum Islam, Hukum Sosialis, Hukum AsiaTimur Jauh

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sistem hukum?
2. Bagaimana perubahan sistem hukum di Indonesia?

3
4

3. Bagaimanakah perkembangan Sistem Hukum di Indonesia berdasarkan


pemikiran filsuf hukum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sistem hukum
2. Untuk mengetahui perubahan sistem hukum di Indonesia
3. Untuk mengetahui perkembangan sistem hukum Indonesia berdasarkan
pemikiran filsuf hukum
BAB II

LANDASAN TEORI

Ada banyak cara untuk membahas hukum atau system hukum salah satunya
adalah dengan membahasnya sebagai law, yakni sekumpulan aturan-aturan norma
tertulis atau tidak tertulis yangberkenaan dengan perilaku benar dan salah, hak dan
kewajiban. Ini adalah penggunaan istilah hukumyang umum misalnya kita bertanya
apakah hukum memperbolehkan kita membayar makan siang kitadengan cara
memotong uang pengembalian pajak penghasilan, apakah akan dikatakan sebagai hal
yangmelanggar hukum bila kita menerobos lampu merah atau merampok bank.

Teori Sistem Hukum Menurut Lawrence M. Friedman, seorang profesor di


bidang hukum, sejarawan,yang juga pakar sejarah hukum Amerika, dan penulis
produktif, ada tiga elemen utama dari sistemhukum (legal system), yaitu:

a. Struktur Hukum (Legal Structure).


b. Isi Hukum (Legal Substance).
c. Budaya Hukum (Legal Culture)

Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya


penegakan hukumtergantung tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum (legal
structure), substansi hukum (legal substance) dan budaya hukum (legal culture).
Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum,substansi hukum meliputi
perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum yanghidup
(living law ) yang dianut dalam suatu masyarakat.

5
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Sistem Hukum

Sistem adalah suatu kesatuan susunan, dimana masing – masing unsur yang
ada didalamnya tidak diperhatikan hakikatnya, tetapi dilihat menurut fungsinya
terhadap keseluruhan kesamaan susunan tersebut. Sedangkan hukum merupakan
kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi, dengan tujuan
mewujudkan ketertiban dalam pergaulan manusia.

Sistem hukum merupakan suatu proses atau rangkaian hukum yang


melibatkan berbagai alat kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat
di dalamnya, mulai dari hukum itu dibuat, diterapkan dan dipertahankan.

3.2 Sejarah Perubahan Sistem hukum di Indonesia


Setelah mengalami penjajahan oleh negara Belanda, Indonesia saat itu masih
ikut menggunakan sistem hukum yang berasal dari negara Belanda tersebut yakni
sistem hukum eropa kontinental. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya
kehidupan masyarakat Indonesia, terjadi perubahan dalam sistem hukum yang
berlaku di Indonesia. Awal sistem hukum yang diterapkan di Indonesia hanya
sistem hukum eropa kontinental saja, setelah itu sistem hukum yang berlaku di
Indonesia mengalami perpaduan antara sistem eropa kontinental dan sistem
hukum anglo saxon.
Sistem Hukum Eropa Kontinental lebih mengedapankan hukum tertulis,
peraturan perundang-undangan menduduki tempat penting. Peraturan perundang-
selain menjamin adanya kepastian hukum, yang merupakan syarat mutlak bagi
terwujudnya ketertiban, juga dapat diharapkan dapat mengakomodasi nilai-nilai
keadilan dan kemanfaatan. Lembaga peradilan harus mengacu pada undang-
undang. Sifat undang-undang tertulis yang statis diharapkan dapat lebih fleksibel
dengan sistem bertingkat dari norma dasar sampai norma yang bersifat teknis,
serta dengan menyediakan adanya mekanisme perubahan undang-undang.

6
7

Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum


kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.
Pembentukan hukum melalui lembaga peradilan dengan sistem jurisprudensi
dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan
kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata.
Sistem hukum di Indonesia saat ini adalah sistem hukum yang unik, sistem
hukum yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkan
kompromi dari beberapa sistem yang telah ada. Sistem hukum Indonesia tidak
hanya mengedepankan ciri-ciri lokal, tetapi juga mengakomodasi prinsip-prinsip
umum yang dianut oleh masyarakat internasional.
Apapun sistem hukum yang dianut, pada dasarnya tidak ada negara yang
hanya didasarkan pada hukum tertulis atau hukum kebiasaan saja. Tidak ada
negara yang sistem hukumnya menampik pentingnya undang-undang dan
pentingnya pengadilan.

3.3 Perkembangan Sistem Hukum Indonesia berdasarkan pemikiran Filsuf Hukum


Perkembangan sistem Hukum Indonesia makin tampak ketika adanya
sumbangan dari pemikiran para filsuf pemikir hukum. Perkembangan itu salah
satunya adalah dari madzhab positivis. Dalam arti ini, positivisme sama tuanya
dengan filsafat.
Positivisme atau yang dikenal dengan aliran positivis mempunyai pengaruh
yang besar dalam proses pembentukan dan penegakan hukum di Indonesia. Pada
kebanyakan tindakan lembaga legilatif untuk membuat undang-undang, tindakan
Pemerintah (Excecutive) dan aparat dalam menegakkan hukum, bahkan tindakan
hakim dalam memutus perkara selalu menjadikan pemikiran mazhab ini sebagai
acuan. Selain itu, aspek keadilan dalam penegakan hukum dalam sistem hukum
nasional selalu dilihat dari perspektif keadilan hukum.
Lahirnya pemikiran mazhab positivis mempunyai landasan tersendiri sehingga
pandangan ini memiliki ciri khas tersendiri, namun sayangnya pejabat negara
yang diberi tugas untuk membentuk dan melaksanakan hukum kurang
8

memperhatikan landasan pemikiran mazhab hukum positivis, akibatnya keadilan


hukum selalu menjadi perdebatan dalam masyarakat dan tidak jarang selalu
melahirkan konflik baik vertikal maupun horizontal.
Positivisme menekankan setiap metodologi yang dipikirkan untuk
menemukan suatu kebenaran, hendaknya menjadikan realitas. Ketika pemikiran
positivisme diterapkan ke dalam bidang hukum, positivisme hukum melepaskan
pemikiran hukum sebagaimana dianut oleh para pemikir aliran hukum alam. Jadi
setiap norma hukum haruslah eksis secara objektif sebagai norma-norma yang
positif.
Di Indonesia, penerapan prinsip ini melahirkan masalah karena hukum selalu
menjadi kendala dalam pembangunan bahkan hukum itu bersifat statis dan tidak
dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan yang berubah. Banyak kalangan
mengatakan dengan jelas bahwa hukum itu bersifat statis dan kaku (Rigid).
Pandangan yang demikian adalah keliru karena mengabaikan aspek lain dalam
pembentukan hukum.
Model penegkan hukum di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pemikiran
positivisme. Menurut Kelsen , norma hukum yang sah menjadi standar penilaian
bagi setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu/kelompok dalam
masyarakat . Standar penilaian dimaksud adalah hubungan antara perbuatan
manusia dengan norma hukum. Jadi norma hukum menjadi ukuran untuk
menghukum seseorang atau tidak, dan mengklaim seseorang bersalah atau tidak
harus diukur berdasarkan pasal dalam peraturan tertulis, tanpa memperhatikan
aspek moral dan keadilan.
Hukum dan keadilan seperti dua sisi mata uang. Kepastian hukum adalah adil,
dan keadilan hukum berarti kepastian hukum. Jadi suatu perturan hukum
dikatakan adil jika benar-benar diterapkan pada semua kasus. Demikian
sebaliknya, suatu peraturan hukum dianggap tidak adil jika hanya diterapkan pada
suatu kasus tertentu, dan tidak diterapkan pada kasus lain yang sama. Substansi
keadilan hukum dalam pandangan positivism adalah penerapan hukum dengan
tanpa memandang nilai dari suatu aturan hukum (asas kepastian).
9

Doktrin positivisme ini masih diterapkan dalam proses penegakan hukum di


Indonesia, terutama pada bidang pidana menyangkut penerapan pasal dan
prosedur dalam sistem pelaksanaan hukum.
BAB IV

KONDISI DAN HARAPAN

Hukum sangatlah dijunjung tinggi di negara kita ini. Hukum merupakan


diatas segala-galanya , karena Indonesia merupakan negara hukum. Tapi pada saat ini
Indonesia memiliki kondisi hukum yang sangat buruk dan memperihatinkan. Hukum
dibuat bukan untuk dipatuhi dan ditakuti tetapi untuk dilanggar. Sebagian besar
rakyat Indonesia sudah tidak patuh lagi terhadap hukum yang berlaku. Banyak sekali
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di negara kita ini.Baik dari pelanggaran dalam
lingkup kecil sampai ke lingkup paling besar.Seperti contoh yang terkecilnya yaitu
masalah lalu lintas yang banyak para pengendara yang menerobos lampu merah ,
tidak memakai helm , sitbelt , memarkir kendaraan sembarang tempat , tidak
membawa SIM dan STNK , tidak mematuhi jalur yang ada dan masih banyak
pelanggaran lalu lintas lainnya. Tidak terkecuali pelanggaran yang dilakukan oleh
pejabat-pejabat negara yang sudah dikenal oleh bangsa ini yaitu korupsi. Pelanggaran
yang sangatlah merugikan negara dalam hal materi dan moral.

Kita sudah mengetahuinya sendiri disetiap berita banyak menyiarkan kasus-


kasus pelanggaran hukum. Baik yang dilakukan oleh rakyatnya maupun oleh para
pejabat nya itu sendiri.Di Indonesia tidak akan heran jika para pejabatnya banyak
melakukan pelanggaran hukum.

Aparat penegak hukumnya yang tidak menjunjung tinggi nilai keadilan tetapi
mereka lebih menjunjung tinggi nilai uang. Aparat penegak hukum di negara kita ini
masih sangat gampang tergiur oleh rupiah. Budaya suap menyuap sudah sangat
dilestarikan dengan baik oleh orang-orang dinegara kita ini , khususnya dari para
kalangan kelas atas yang segalanya bisa dilakukan dengan uang.

Apabila didasarkan pada teori legal system, Laurence Meil Fredman


menyatakan bahwa memperbaiki penegakan hukum dan memberantas budaya korupsi
dapat dilakukan melalui pendekatan sistem hukum. Dalam pendekatan sistem hukum

10
11

ada 3 (tiga) komponen utama yang menjadi pilar tercapainya tujuan hukum (keadilan,
kepastian, kemanfaatan) diantaranya: struktur hukum (aparat penegak hukum),
substansi hukum (peraturan perundang-undangan), Kultur hukum (budaya sadar
hukum masyarakat).

1) Dengan memperbaiki komponen struktur hukum yakni aparat penegak


hukum. Meningkatkan kualitas SDM yaitu para penegak hukum, baik
dari segi moralitas dan intelektualitas. Hal itu dikarenakan tidak
sedikit penegak hukum yang ada saat ini tidak sadar dan paham betul
persoalan idealisme hukum yang sedang ditegakkannya. Selain itu
perlu optimalisasi lembaga-lembaga independen yang memiliki
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap penegak hukum, di
antaranya Komisi Yudisial, Komisi Kepolisian Nasional, Komisi
Kejaksaan. Lembaga-lembaga tersebut disarankan memiliki anggota
yang bukan terdiri dari hakim aktif, jaksa aktif, atau polisi aktif tetapi
diambil dari unsur-unsur masyarakat yang berkualitas atau kompeten.
2) Melakukan pembaharuan hukum. Perlunya menyempurnakan,
memperbaiki dan melengkapi peraturan perundang-undangan yang
ada. Misalnya menyempurnakan Undang-Undang No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat, dan Peraturan tentang Kode Etik Advokat.
Mengingat advokat sebagai penasehat hukum sangat rentan terlibat
kasus korupsi dalam bentuk suap-menyuap dan akhirnya menjadi
makelar kasus, maka diperlukan pengawasan dan sanksi yang tegas.
Misalnya dengan mencabut hak untuk beracara bagi advokat yang
pernah terlibat kasus korupsi.
3) Meningkatkan budaya kritis masyarakat. Sesungguhnya kondisi yang
mendukung upaya untuk mencari solusi yang tuntas terhadap masalah
besar ini, yakni penegakan hukum yang lemah akibat budaya korupsi,
telah tersedia. Salah satunya adalah tingkat kritis masyarakat yang
tidak lagi tabu untuk mengungkap penyelewengan atau Korupsi,
12

Kolusi, Nepotisme (KKN). Masyarakat harus semakin tergugah untuk


menuntut keadilan, kebenaran, dan pemerintahan yang bersih.

Langkah-langkah di atas tidak dapat dilaksanakan tanpa sebuah komitmen


atau tekad untuk membangun sistem penegakan hukum yang bertanggung jawab dari
semua pihak. Tekad ini harus dimiliki dan ditumbuhkan terlebih oleh 4 (empat) unsur
penegak hukum yaitu hakim, jaksa, polisi dan advokat.

Harapan saya sebagai penulis para pejabat, politisi, penegak hukum dan juga
masyarakat memiliki ruang hati dan waktu untuk merenungi sindiran dan segala
bentuk strategi untuk memperbaiki penagakan hukum kita. Sebab apabila tidak ada
komitmen dan tekad bersama dari semua pihak, tentu penegakan hukum yang baik
hanya akan ada di negara ini.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sistem hukum merupakan suatu proses atau rangkaian hukum yang
melibatkan berbagai alat kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat
di dalamnya, mulai dari hukum itu dibuat, diterapkan dan dipertahankan.Adapun
penggolongan hukum berdasarkan wujud, berdasarkan wilayah, berdasarkan
waktu, berdasarkan pribadi yang diaturnya,isi masalah,serta tugas dan fungsi
yang diaturnya.

Hukum dibuat untuk dipatuhi oleh semua masyarakat sedangkan kondisi


sistem hukum di Indonesia saat ini sedang memperihatinkan.Sebagian besar
masyarakat kita sudah tidak mematuhi aturan yang berlaku. Banyak sekali
kasus-kasus pelanggaran yang terjadi contoh kecilnya seperti menerobos lampu
merah,tidak memakai sitbelt, dan pelanggaran korupsi yang dilakukan oleh para
pejabat pemerintah.

Untuk mencapai ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat dibutuhkan


sikap masyarakat yang sadar hukum. Selain masyarakat pemerintahpun juga
harus sadar hukum. Maka tercapailah ketentraman dan ketertiban itu. Untuk
mengantisipasi berbagai pelanggaran hukum yang terjadi maka di Indonesia telah
ada berbagai macam Pengadilan. Dari yang mengadili masyarakat sampai dengan
pemerintah dan para pejabat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, A. (n.d.). Academia.edu. Retrieved from


https://www.academia.edu/6332644/SISTEM_HUKUM_INDONESIA
Problematika Hukum dan Peradilan di Indonesia. (2014). Pusat Data dan Layanan
Informasi .
Saradiwa, R. (2013, Januari 5). Uncategorized. Retrieved from Perubahan dan
Perkembangan Sistem Hukum Indonesia (Perspektif Filsuf Roscoe Pound):
https://rayyansaradiwa.wordpress.com/2013/01/15/perubahan-dan-
perkembangan-sistem-hukum-indonesia-perspektif-filsuf-roscoe-pound/
Syahayani, Z. (2015, Agustus 3). Retrieved from Apa Kabar Penegakan Hukum di
Negara Kita?: https://www.theindonesianinstitute.com/apa-kabar-penegakan-
hukum-di-negara-kita/

14

Anda mungkin juga menyukai