Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SISTEM HUKUM DI INDONESIA

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


Oleh:
DICKHI WAHYUDI
NIM E1042211003
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “SISTEM HUKUM DI
INDONESIA” dengan tepat waktu. Tujuan dari makalah ini adalah guna memenuhi tugas
dari dosen pada mata kuliah metode penelitian sosial. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menarik bagi para penulis dan pembaca agar dapat memahami isi dari
makalah ini, sehingga yang penulis harapkan adalah makalah ini dapat banyak memberi
manfaat dalam menambah bagi para pembaca dan penulis. Selanjutnya penulis ucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr. Agus Sikwan , SH, M.Hum.\n sebagai dosen mata kuliah
Sistem Hukum Indonesia yang telah banyak memberi bantuan dengan arahan dan
petunjuk yang jelas sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, saya
sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sosiologi.
Pontianak,12 maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang diartikan sebagai
keseluruhan yang terdiri dari macam-macam bagian. Dalam suatu sistem yang baiktidak boleh
terdapat suatu pertentangan antara bagian-bagian. Selain itu juga tidak boleh terjadi tumpang
tindih diantara bagian-bagian itu. Suatu sistem mengandung beberapa asas yang menjadi
pedoman dalam pembentukannya.Bagian-bagian dari hukum merupakan unsur-unsur yang
mendukung hukumsebagai suatu kesatuan (integral) dalam suatu jaringan dengan hubungan
yangfungsional, resiprosaldan interdepedensi. Misalnya HTN (Hukum Tata
Negara),HAN(Hukum Administrasi Negara), hukum pidana, hukum perdata, danseterusnya yang
mengarah pada tujuan yang sama yaitu menciptakan kepastianhukum keadilan dan kegunaan.
Dengan kata lain sistem hukum adalah suatukumpulan unsur-unsur yang ada dalam interaksi satu
sama lain yang merupakansatu kesatuan yang terorganisasi dankerjasama ke arah tujuan
kesatuan. Hukummempunyai sifat mengatur dan memaksa. Hukum bertujuan semata-mata
untukmencapai keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepentingan daya guna
dankemanfaatan.Pada dasarnya banyak sistem hukum yang dianut oleh berbagai negara-
negaradidunia, namun dalam sejarah dan perkembangannya ada 4 (empat) macam sistemhukum
yang sangat mempengaruhi sistem hukum yang diberlakukan di bergagainegara tersebut. Adapun
sistem hukum yang dimaksud adalah Civil Law, CommonLaw, Hukum Islam, Hukum Sosialis,
Hukum AsiaTimur Jauh
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa pengertian sistem hokum?
2.Bagaimana perubahan sistem hukum di Indonesia?
3.Bagaimanakah perkembangan Sistem Hukum di Indonesia berdasarkan pemikiran filsuf
hukum?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sistem hokum
2.Untuk mengetahui perubahan sistem hukum di Indonesia
3. Untuk mengetahui perkembangan sistem hukum Indonesia berdasarkan pemikiran filsuf
hukum
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Ada banyak cara untuk membahas hukum atau system hukum salah satunyaadalah dengan
membahasnya sebagai law, yakni sekumpulan aturan-aturan normatertulis atau tidak tertulis
yangberkenaan dengan perilaku benar dan salah, hak dankewajiban. Ini adalah penggunaan
istilah hukumyang umum misalnya kita bertanyaapakah hukum memperbolehkan kita membayar
makan siang kitadengan caramemotong uang pengembalian pajak penghasilan, apakah akan
dikatakan sebagai halyangmelanggar hukum bila kita menerobos lampu merah atau merampok
bank.Teori Sistem Hukum Menurut Lawrence M. Friedman, seorang profesor di bidang hukum,
sejarawan,yang juga pakar sejarah hukum Amerika, dan penulis produktif, ada tiga elemen
utama dari sistemhukum (legal system), yaitu:
a.Struktur Hukum (Legal Structure).
b.Isi Hukum (Legal Substance).
c.Budaya Hukum (Legal Culture)
Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya penegakan
hukumtergantung tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum (legalstructure), substansi
hukum (legal substance) dan budaya hukum (legal culture).Struktur hukum menyangkut aparat
penegak hukum,substansi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum
merupakan hukum yanghidup(living law ) yang dianut dalam suatu masyaraka.
BAB III
TUJUAN PENULISAN
3.1 Pengertian Sistem HukumSistem adalah suatu kesatuan susunan, dimana masing
– masing unsur yangada didalamnya tidak diperhatikan hakikatnya, tetapi dilihat menurut
fungsinyaterhadap keseluruhan kesamaan susunan tersebut. Sedangkan hukum
merupakankumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi, dengan tujuanmewujudkan
ketertiban dalam pergaulan manusia.Sistem hukum merupakan suatu proses atau rangkaian
hukum yangmelibatkan berbagai alat kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapatdi
dalamnya, mulai dari hukum itu dibuat, diterapkan dan dipertahanka.
3.2Sejarah Perubahan Sistem hukum di Indonesia
Setelah mengalami penjajahan oleh negara Belanda, Indonesia saat itu masihikut menggunakan
sistem hukum yang berasal dari negara Belanda tersebut yaknisistem hukum eropa kontinental.
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnyakehidupan masyarakat Indonesia, terjadi
perubahan dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Awal sistem hukum yang diterapkan
di Indonesia hanyasistem hukum eropa kontinental saja, setelah itu sistem hukum yang berlaku
diIndonesia mengalami perpaduan antara sistem eropa kontinental dan sistem hukumanglo
saxon.Sistem Hukum Eropa Kontinental lebih mengedapankan hukum tertulis, peraturan
perundang-undangan menduduki tempat penting. Peraturan perundang-selain menjamin adanya
kepastian hukum, yang merupakan syarat mutlak bagiterwujudnya ketertiban, juga dapat
diharapkan dapat mengakomodasi nilai-nilaikeadilan dan kemanfaatan. Lembaga peradilan harus
mengacu pada undang-undang. Sifat undang-undang tertulis yang statis diharapkan dapat lebih
fleksibeldengan sistem bertingkat dari norma dasar sampai norma yang bersifat teknis,
sertadengan menyediakan adanya mekanisme perubahan undang-undang.
Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukumkebiasaan, hukum yang
berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.Pembentukan hukum melalui lembaga
peradilan dengan sistem jurisprudensidianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan dengan rasa
keadilan dankemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata.Sistem hukum di
Indonesia saat ini adalah sistem hukum yang unik, sistemhukum yang dibangun dari proses
penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkankompromi dari beberapa sistem yang telah ada.
Sistem hukum Indonesia tidakhanya mengedepankan ciri-ciri lokal, tetapi juga mengakomodasi
prinsip-prinsipumum yang dianut oleh masyarakat internasional.Apapun sistem hukum yang
dianut, pada dasarnya tidak ada negara yang hanyadidasarkan pada hukum tertulis atau hukum
kebiasaan saja. Tidak ada negara yangsistem hukumnya menampik pentingnya undang-undang
dan pentingnya pengadilan.
3.3 Perkembangan Sistem Hukum Indonesia
berdasarkan pemikiran Filsuf HukumPerkembangan sistem Hukum Indonesia makin tampak
ketika adanyasumbangan dari pemikiran para filsuf pemikir hukum. Perkembangan itu
salahsatunya adalah dari madzhab positivis. Dalam arti ini, positivisme sama tuanyadengan
filsafat.Positivisme atau yang dikenal dengan aliran positivis mempunyai pengaruhyang besar
dalam proses pembentukan dan penegakan hukum di Indonesia. Padakebanyakan tindakan
lembaga legilatif untuk membuat undang-undang, tindakanPemerintah (Excecutive) dan aparat
dalam menegakkan hukum, bahkan tindakanhakim dalam memutus perkara selalu menjadikan
pemikiran mazhab ini sebagaiacuan. Selain itu, aspek keadilan dalam penegakan hukum dalam
sistem hukumnasional selalu dilihat dari perspektif keadilan hukum.Lahirnya pemikiran mazhab
positivis mempunyai landasan tersendiri sehingga pandangan ini memiliki ciri khas tersendiri,
namun sayangnya pejabat negara yangdiberi tugas untuk membentuk dan melaksanakan hukum
kurang memperhatikan.
landasan pemikiran mazhab hukum positivis, akibatnya keadilan hukum selalumenjadi
perdebatan dalam masyarakat dan tidak jarang selalu melahirkan konflik baik vertikal maupun
horizontal.Positivisme menekankan setiap metodologi yang dipikirkan untuk menemukansuatu
kebenaran, hendaknya menjadikan realitas. Ketika pemikiran positivismediterapkan ke dalam
bidang hukum, positivisme hukum melepaskan pemikiranhukum sebagaimana dianut oleh para
pemikir aliran hukum alam. Jadi setiap normahukum haruslah eksis secara objektif sebagai
norma-norma yang positif.Di Indonesia, penerapan prinsip ini melahirkan masalah karena hukum
selalumenjadi kendala dalam pembangunan bahkan hukum itu bersifat statis dan tidakdapat
menyesuaikan diri dengan setiap keadaan yang berubah. Banyak kalanganmengatakan dengan
jelas bahwa hukum itu bersifat statis dan kaku (Rigid).Pandangan yang demikian adalah keliru
karena mengabaikan aspek lain dalam pembentukan hukum.Model penegkan hukum di
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pemikiran positivisme. Menurut Kelsen , norma hukum
yang sah menjadi standar penilaian bagi setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap
individu/kelompok dalammasyarakat . Standar penilaian dimaksud adalah hubungan antara
perbuatanmanusia dengan norma hukum. Jadi norma hukum menjadi ukuran untukmenghukum
seseorang atau tidak, dan mengklaim seseorang bersalah atau tidakharus diukur berdasarkan
pasal dalam peraturan tertulis, tanpa memperhatikanaspek moral dan keadilan.Hukum dan
keadilan seperti dua sisi mata uang. Kepastian hukum adalah adil,dan keadilan hukum berarti
kepastian hukum. Jadi suatu perturan hukum dikatakanadil jika benar-benar diterapkan pada
semua kasus. Demikian sebaliknya, suatu peraturan hukum dianggap tidak adil jika hanya
diterapkan pada suatu kasustertentu, dan tidak diterapkan pada kasus lain yang sama. Substansi
keadilan hukumdalam pandangan positivism adalah penerapan hukum dengan tanpa
memandangnilai dari suatu aturan hukum (asas kepastian). Doktrin positivisme ini masih
diterapkan dalam proses penegakan hukum diIndonesia, terutama pada bidang pidana
menyangkut penerapan pasal dan prosedurdalam sistem pelaksanaan hukum.
BAB IV
PEMBAHASAN
Hukum sangatlah dijunjung tinggi di negara kita ini. Hukum merupakan diatassegala-galanya ,
karena Indonesia merupakan negara hukum. Tapi pada saat iniIndonesia memiliki kondisi hukum
yang sangat buruk dan memperihatinkan. Hukumdibuat bukan untuk dipatuhi dan ditakuti tetapi
untuk dilanggar. Sebagian besar rakyatIndonesia sudah tidak patuh lagi terhadap hukum yang
berlaku. Banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di negara kita ini.Baik dari
pelanggaran dalamlingkup kecil sampai ke lingkup paling besar.Seperti contoh yang terkecilnya
yaitumasalah lalu lintas yang banyak para pengendara yang menerobos lampu merah ,
tidakmemakai helm , sitbelt , memarkir kendaraan sembarang tempat , tidak membawa SIMdan
STNK , tidak mematuhi jalur yang ada dan masih banyak pelanggaran lalu lintaslainnya. Tidak
terkecuali pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat-pejabat negara yangsudah dikenal oleh
bangsa ini yaitu korupsi. Pelanggaran yang sangatlah merugikannegara dalam hal materi dan
moral.Kita sudah mengetahuinya sendiri disetiap berita banyak menyiarkan kasus-kasus
pelanggaran hukum. Baik yang dilakukan oleh rakyatnya maupun oleh para pejabat nya itu
sendiri.Di Indonesia tidak akan heran jika para pejabatnya banyakmelakukan pelanggaran
hukum.Aparat penegak hukumnya yang tidak menjunjung tinggi nilai keadilan tetapimereka
lebih menjunjung tinggi nilai uang. Aparat penegak hukum di negara kita inimasih sangat
gampang tergiur oleh rupiah. Budaya suap menyuap sudah sangatdilestarikan dengan baik oleh
orang-orang dinegara kita ini , khususnya dari parakalangan kelas atas yang segalanya bisa
dilakukan dengan uang.Apabila didasarkan pada teori legal system, Laurence Meil
Fredmanmenyatakan bahwa memperbaiki penegakan hukum dan memberantas budaya
korupsidapat dilakukan melalui pendekatan sistem hukum. Dalam pendekatan sistem hokum
ada 3 (tiga) komponen utama yang menjadi pilar tercapainya tujuan hukum (keadilan,kepastian,
kemanfaatan) diantaranya: struktur hukum (aparat penegak hukum),substansi hukum (peraturan
perundang-undangan), Kultur hukum (budaya sadarhukum masyarakat).
1) Dengan memperbaiki komponen struktur hukum yakni aparat penegakhukum.
Meningkatkan kualitas SDM yaitu para penegak hukum, baikdari segi moralitas dan
intelektualitas. Hal itu dikarenakan tidak sedikit penegak hukum yang ada saat ini tidak
sadar dan paham betul persoalanidealisme hukum yang sedang ditegakkannya. Selain itu
perluoptimalisasi lembaga-lembaga independen yang memiliki wewenanguntuk
melakukan pengawasan terhadap penegak hukum, di antaranyaKomisi Yudisial, Komisi
Kepolisian Nasional, Komisi Kejaksaan.Lembaga-lembaga tersebut disarankan memiliki
anggota yang bukanterdiri dari hakim aktif, jaksa aktif, atau polisi aktif tetapi diambil
dariunsur-unsur masyarakat yang berkualitas atau kompeten.
2) Melakukan pembaharuan hukum. Perlunya menyempurnakan,memperbaiki dan
melengkapi peraturan perundang-undangan yang ada.Misalnya menyempurnakan
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003tentang Advokat, dan Peraturan tentang Kode Etik
Advokat. Mengingatadvokat sebagai penasehat hukum sangat rentan terlibat kasus
korupsidalam bentuk suap-menyuap dan akhirnya menjadi makelar kasus,maka
diperlukan pengawasan dan sanksi yang tegas. Misalnya denganmencabut hak untuk
beracara bagi advokat yang pernah terlibat kasuskorupsi.
3) Meningkatkan budaya kritis masyarakat. Sesungguhnya kondisi yangmendukung upaya
untuk mencari solusi yang tuntas terhadap masalah besar ini, yakni penegakan hukum
yang lemah akibat budaya korupsi,telah tersedia. Salah satunya adalah tingkat kritis
masyarakat yang tidaklagi tabu untuk mengungkap penyelewengan atau Korupsi, Kolusi,

epotisme (KKN). Masyarakat harus semakin tergugah untuk menuntutkeadilan,


kebenaran, dan pemerintahan yang bersih.Langkah-langkah di atas tidak dapat
dilaksanakan tanpa sebuah komitmen atautekad untuk membangun sistem penegakan
hukum yang bertanggung jawab dari semua pihak. Tekad ini harus dimiliki dan
ditumbuhkan terlebih oleh 4 (empat) unsur penegakhukum yaitu hakim, jaksa, polisi dan
advokat.Harapan saya sebagai penulis para pejabat, politisi, penegak hukum dan
jugamasyarakat memiliki ruang hati dan waktu untuk merenungi sindiran dan segala
bentukstrategi untuk memperbaiki penagakan hukum kita. Sebab apabila tidak ada
komitmendan tekad bersama dari semua pihak, tentu penegakan hukum yang baik hanya
akanada di negara ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sistem hukum merupakan suatu proses atau rangkaian hukum yangmelibatkan berbagai alat
kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat didalamnya, mulai dari hukum itu dibuat,
diterapkan dan dipertahankan.Adapun penggolongan hukum berdasarkan wujud, berdasarkan
wilayah, berdasarkanwaktu, berdasarkan pribadi yang diaturnya,isi masalah,serta tugas dan
fungsi yangdiaturnya.Hukum dibuat untuk dipatuhi oleh semua masyarakat sedangkan kondisi
sistemhukum di Indonesia saat ini sedang memperihatinkan.Sebagian besar masyarakatkita
sudah tidak mematuhi aturan yang berlaku. Banyak sekali kasus-kasus pelanggaran yang terjadi
contoh kecilnya seperti menerobos lampu merah,tidakmemakai sitbelt, dan pelanggaran korupsi
yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah.Untuk mencapai ketentraman dan ketertiban dalam
masyarakat dibutuhkansikap masyarakat yang sadar hukum. Selain masyarakat pemerintahpun
juga harussadar hukum. Maka tercapailah ketentraman dan ketertiban itu. Untukmengantisipasi
berbagai pelanggaran hukum yang terjadi maka di Indonesia telahada berbagai macam
Pengadilan. Dari yang mengadili masyarakat sampai dengan pemerintah dan para pejabat.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, A. (n.d.). Academia.edu. Retrieved from


https://www.academia.edu/6332644/SISTEM_HUKUM_INDONESIA
Problematika Hukum dan Peradilan di Indonesia. (2014). Pusat Data dan Layanan Informasi .
Saradiwa, R. (2013, Januari 5).Uncategorized. Retrieved from Perubahan danPerkembangan
Sistem Hukum Indonesia (Perspektif Filsuf Roscoe
Pound):https://rayyansaradiwa.wordpress.com/2013/01/15/perubahan-dan- perkembangan-
sistem-hukum-indonesia-perspektif-filsuf-roscoe-pound/
Syahayani, Z.(2015, Agustus 3). Retrieved from Apa Kabar Penegakan Hukum
di Negara Kita?: https://www.theindonesianinstitute.com/apa-kabar-penegakan-hukum-di-
negara-kita/

Anda mungkin juga menyukai