EKT 1
SEJARAH HUKUM BERDASARKAN SISTEM HUKUM
Dosen :
Ibu. Hj. Annie Myranika, SH.,MH.
Oleh :
Achmad Imbron
2107020050
Puji dan syukur marilah kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat karunia dan
rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini berisi
penjelasan tentang Sejarah Hukum yang berdasarkan system hukum. Saya telah merangkum dari
informasi yang saya dapatkan baik dari media cetak maupun media elektronik.
Makalah ini disusun supaya pembaca dapat lebih mengembangkan pengetahuan tentang
sejarah hukum dan mampu mempelajari teori-teori, peranan atau fungsinya pada hukum saat ini,
serta mengenal nilai dan norma yang berlaku.
Bertitik tolak dari itu, maka makalah ini disusun secara berurut dan mudah untuk
dipahami, supaya tidak terjadi kekeliruan pada para pembaca.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang ada relevasinya dengan penyempurnaan makalah ini, sangat saya
harapkan. Kritik dan saran sekecil apapun akan saya perhatikan dan pertimbangkan guna
penyempurnaan makalah-makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah :
1. Sejarah Hukum
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk dapat mempelajari menegani sejarah
hukum. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman
kita mengenai sejarah hukum pada umumnya, dan sistem hukum pada khususnya. Pada
sejarah hukum ini nanti akan kita bahas mengenai sejarah dan aspek-aspek yang
mempengaruhi hukum. Selain itu juga akan bahas keterkaitan perkembangan mazhab-
mazhab hukum ini. Sehingga diharapkan setelah membaca makalah yang susun ini,
semua bisa mengetahui tentang positivisme itu sendiri dan dapat jugadapat mengambil
PEMBAHASAN
1. Sejarah Hukum
Untuk mendefinisikan “Sejarah”, kiranya agak sulit, karena banyak pendekatan etimologi
yang dapat digunakan. Pendekatan tersebut menghasilkan pengertian yang hampir sama.
Dilihat dari etimologi asal kata, sejarah dalam bahasa Latin adalah “Historis”. Dalam bahasa
Jerman disebut “Geschichte” yang berasal dari kata geschehen, berarti “sesuatu yang
kata sejarah diartikan sebagai suatu cerita dari kejadian masa lalu yang dikenal dengan
sebutan legenda, babad, kisah, hikayat, dan sebagainya yang kebenarannya belum tentu
tanpa bukti-bukti sebagai hasil suatu penelitian. Umumnya cerita itu dijadikan dogeng yang
turun temurun. Di samping itu, sejarah dapat diartikan sebagai suatu pengungkapan dari
kejadian-kejadian masa lalu. Ada yang mengartikan sejarah merupakan penulisan sistematik
dari gejala gejala tertentu yang mempunyai pengaruh pada suatu bangsa atau kelompok
sosial tertentu dengan penjelasan mengenai sebab-sebab timbulnya gejala itu. Sebagai ilmu
tentang manusia dan masyarakat. Memang banyak arti yang diberikan untuk mendefinisikan
sejarah, tetapi kiranya tidak boleh lupa bahwa apa yang diungkapkan dalam penelitian
mengandung unsur- unsur : (a) pencatatan (penulisan) dari hasil penelitian, (b) kejadian-
Pada usia zaman yang semakin maju ini, di mana manusia telah
meyakini kemampuannya sendiri untuk selalu berupaya mengembangkan dan
memajukan diri sesuai dengan bidang peradabannya, kemampuan ini
diwujudkan dengan keberaniannya untuk menembusi dunianya dengan
pikiran-pikiran baru yang kritis berupa ilmu-ilmu di berbagai bidang. Ilmu
yang diusahakan oleh manusia telah mencapai suatumomentum yang
memungkinkan yang dibawakan oleh penemuan di bidang teknologi yang
seolah menjungkirbalikan pandangan-pandangan, konsep-konsep serta irama
kehidupan yang lampau. Keadaan semacam ini pada mulai abad ke 18
(delapan belas) terlihat dengan banyak timbulnya ideal-ideal serta gerakan-
gerakan hukum baru. Benih-benih bagi timbulnya pendekatan sejarah
tersimpan pada abad-abad sebelumnya, terutama dalam hubungannya dengan
dasar-dasar yang dipakai untuk menyusun teori-teori pada abad-abad tersebut.
Para pemikir nampaknya semakin menyadari, bahwa teori-teorin dari John
Locke dengan Trias Politika dan Kontrak Sosial dari J.J. Rousseau, tidak
didasarkan kepada kenyataan-kenyataan, melainkan atas dasar asunsi-asumsi
yang ajaib (prodigious). Pendekatan sejarah ini boleh disebut sebagai suatu
revolusi dari fakta terhadap khayalan. “Atas dasar fakta dan bahan sejarah
yangmanakah teori kontrak sosial dan lain-lain teori itu disusun”. Satjipto
Rahardjo.
Ahli sejarah Jerman, Rohlies, mengemukakan bahwa untuk menyajikan
dengan ringkat, lengkap, dan dalam garis ciri-ciri khas sejarah sebagai ilmu
pengetahuan tidak akan dijumpai. Ia mencoba menanggulangi hal itu dengan
selengkap mungkin menguraikan selengkap mungkin berbagai ciri khas
sejarah secara pluri-dimensional, interdependensi data sejarah satu dengan
yang lain, aspek genetis, keterikatan waktu dan lain-lain. Adapun makna
konkret penulisan sejarah sebagai ilmu pengetahuan baginya dapat kita
temukan padanya, ialah sama halnya dengan contoh kami pada saat
membicarakan kaum marxis, yakni lebih ke arah penentuan metode-metode
maupun bentuk-bentuk penelitian sejarah. Nampaknya yang penting di sini, ia
bertolak dari anggapan bahwa sejarah membedakan diri dari ilmu-
ilmu pengetahuan alam, ialah ketidakmungkinan prinsipil dilakukannya
suatu verifikasi yang lengkap. Memperhatikan dan memperhitungkan adanya
keterbatasan ini, maka menurut Rohlies, karya ahli sejarah diarahkan pada
skema sebagai berikut
a. Menemukan dan menyaring sumber-sumber;
b. Menyusun dalam kelompok-kelompok sumber-sumber ini menurut
tolok ukur tertentu (yang termasuk hipotesis);
c. Menguraikan sumber-sumber, yakni menelusuri dan menguji hal
dapat dipercaya berikut kekuatan pembuktian sumber-sumber ini;
d. Menafsirkan sumber-sumber tersebut dengan maksud melakukan
rekonstruksi jalan perkembangan fakta-fakta termasuk kemungkinan terlebih
dahulu menyusun hipotesis kerja;
e. Mendalami serta memahami dan melakukan verifikasi terhadap
keterkaitan satu dengan yang lain atas keistimewaan-keistimewaan,
karakteristik- karakteristik yang dikemukakan;
f. Penilaian fakta-fakta dan keterkaitan-keterkaitan yang ditetapkan.
dengan melaju secara cepat dan linier, seperti ketika Napoloen membuat
kodifikasi di Perancis.
iii. perkembangan hukum yang terjadi secara “evolutif”, tetapi dengan arah melingkar,
sehingga menghasilkan hukum yang berorientasi kembali ke masa lalu, sesuai
dengan semboyan “sejarah itu berulang”.
Sejak awal abad Pertengahan sampai abad ke XII, hukum Inggris dan
Hukum Eropa Kontinental masuk ke dalam bilangan sistem hukum yang sama,
yaitu hukum Jerman. Hukum tersebut bersifat feudal baik substansinya maupun
prosedurnya. Satu abad kemudian setelah ada perubahan situasi. Hukum Romawi
yang merupakan hukum materil dan hukum Kanonik yang merupakan hukum
acara telah mengubah kehidupan di Eropa Kontinental. Adapun di Inggris terlepas
dari pengaruh tersebut. Di negeri itu masih berlaku rakyat Inggris. Saat dikotomi
itu terjadi dapat ditentukan secara tepat, yaitu pada masa pemerintahan Raja Henry
II.
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Darji Darmodihardjo dan Sidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006).
R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Revisi. (Jakarta : Rajawali Press,
1993).