Disusun oleh ;
NIM. 210201006
i
DAFTAR ISI
JUDUL
…………………………………………………………………………………………..i
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN 3
G. Sejarah Hukum
Indonesia……………………………………………………………..15
ii
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………
21
B. Saran…………………………………………………………………………………...
23
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................................iii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam
makalah ini saya membahas tentang Sejarah Hukum yang merupakan aspek penilaian Ujian
Semester terhadap mata kuliah Sejarah Hukum.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Makalah ini.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa,
hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata
maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda
karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar
masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari’at Islam
lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di
Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam perundang-undangan
atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari
masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
Dalam setiap sudut dalam kehidupan ini pasti terkait dengan yang namanya
hukum, dimana merupakan sebuah sistem yang dibuat oleh manusia untuk membatasi
tingkah laku manusia agar dapat bisa terkontrol. Hukum juga merupakan alat yang
dapat digunakan untuk menegakan dan mencari keadilan. Oleh sebab itu setiap
masyarakat berhak untuk memperoleh pembelaan di depan hukum sehingga bisa
diartikan hukum merupakan ketentuan atau peraturan tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi yang
melanggarnya. Dengan demikian perlu adanya kita mempelajari awal sejarah
berdirinya Hukum terutama yang berlaku di Indonesia.
2
Hal inilah yang menjadi alasan utama Penulis dalam membuat makalah ini.
Dengan motivasi tesebut tersebut diatas Penulis ingin mengetahui secara rinci awal
terbentuknya hukum di negara Indonesia sejak periode penjajahan bangsa Eropa
hingga masa sekarang. Sehingga dengan tersusunnya makalah ini,akan menjadi materi
yang penting untuk memperjelas secara runtun dan sistematis bagaimana awal
terbentuknya suatu hukum di Indonesia yang terjadi secara evolutif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan sejarah hukum?
2. Bagaimana sejarah perkembangan hukum di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang sejarah hukum Untuk mengetahui
sejarah perkembangan hukum pidana pada masa Kolonial Belanda.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan hukum di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Sebagai suatu disiplin ilmu, sejarah hukum tergolong pegetahuan yang masih
muda dan belum banyak dikenal bahkan dikalangan fakar hukum sendiri sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya belum menggembirakan. Hal ini mungkin sekali
disebabkan oleh belum disadarinya betapa pentingnya disiplin ilmu baru ini dalam
menunjang dan memahami ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum positif.
Menurut John Gillisen dan Frist Gorlé, terdapat manfaat yang besar dalam
mempelajari sejarah hukum dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Hukum tidak hanya berubah dalam ruang dan letak (Hukum Belgia, Hukum
Amerika, Hukum Indonesia, dan sebagainya), malainkan juga dalam lintasan
waktu. Hal ini berlaku bagi sumber-sumber hukum formil, yakni bentuk-
bentuk penampakan diri norma-norma hukum, maupun isi norma-norma
hukum itu sendiri (sumber-sumber hukum materiil).
2. Norma-norma hukum dewasa ini sering kali hanya dapat dimengerti melalui
sejarah hukum.
3. Sedikit banyak mempunyai pengertian mengenai sejarah hukum, pada
hakikatnya merupakan suatu pegangan penting bagi yuris pemula untuk
mengenal budaya dan pranata hukum.
4. Hal ikhwal yang teramat penting di sini adalah perlindungan hak asasi
manusia terhadap perbuatan semena-mena bahwa hukum diletakan dalam
perkembangan sejarahnya serta diakui sepenuhnya sebagai sesuatu gejala
histories.
5
Historitas Hukum
a. Visi Idealitas-Spiritualistis
Hukum itu sebagai suatu perwujudan satu atau lain gagasan absolut, maka
apapun asal atau isi gagasan yang kita kemukakan, bagaimanapun kita akan lebih
cendrung dan bermuara pada suatu pandangan hukum yang lebih statis dari pada
yang dinamis. Memang benar bahwa dalam hipotesis tersebut berbagai bentuk
perwujudan hukum yang muncul secara berturut-turut satu sesudah yang lain
sebagai pencerminan gagasan hukum absolut yang tiak sempurna, dan pada
hakikatnya cendrung a-priori tidak berubah dan karenanya a-historis. Bentuk-
bentuk perwujudan yang timbul secara berturut-turut satu sesudah yang lain dapat
diuraikan sesuai dengan tertib urut kronologis, tetapi keterkaitan yang satu dengan
yang lain tidak dilihat dalam perspektif kronologis linear melainkan dalam
perimbangan terhadap gagasan absolut tersebut. Berdasarkan titik tolak yang
demikian, pada hakikatnya hanya sedikit sekali mengarah seperti yang
dimaksudkan dalam sejarah hukum.
b. Visi Matrealistis-Sosialogis
Hukum tidak dianggap sebagai perwujudan ide, seperti keadilan rasio, dan
lain-lain, melankan sebagai produk kenyataan masyarakat atau realitas
masyarakat, maka pandangan hukum statis beralih tempat dan berubah oleh hal
yang dinamis, yang pada hakekatnya lebih rentan terhadap suatu pendekatan
histories. Selama hukum itu dipandang sebagai suatu produk rasio, yang per
definisinya dimana-mana dan senantiasa identik, maka selama itu pula kita tidak
dapat menemukan suatu klarifikasi yang memadai bagi besarnya keanekaragaman
norma-norma hukum. Dalam aliran ini, yang paling banyak sumbangsihnya bagi
pembentukan hukum dinamis adalah mazhab histories dan marxisme.
John Gillisen dan Frist Gorlé, bertitik tolak dengan memilih pandangan hukum
sosialogis, artinya suatu yang dalam hukum tidak bertujuan melihat perwujudan
tersebut dari satu atau lain asas tersebut, melainkan menengok suatu produk
kenyataan dalam kemasyarakatan. Dengan cara ini visi-visi matrealistis dan
spiritualistis sepertinya dapat diperdamaikan satu dengan yang lainnya. Didalam
batas-batas yang dimungkinkan oleh situasi kehidupan materiil untuk dapat
6
melaksanakan (karenanya ada kemandirian relative ini), maka hal tersebut
memainkan suatu peranan spesifik yang perlu kita teliti.
1. Kebiasaan Hukum
7
kedua belah pihak tersebut masing-masing mengupayakan hal ini oleh situasi dan
kondisi materiil serta melalui keadaan di dalam kelompok itu sendiri memenangkan
kepentingan-kepentingan dan pandangan-pandangan tertentu.
Satu hal yang sudah pasti agar perimbangan penguasa masyarakat dapat mencapai
suatu derajat kelanggengan tertentu maka keduanya harus membentuk sebuah
sinergi yang mengasumsikan adanya suatu minimum kepentingan bersama.
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menanggulangi sengketa tersebut yaitu :
8
pencurian dan lain-lain. Perbuatan-perbutan demikian tidak secara langsung dilarang
sebagaimana mestinya.
9
E. TATANAN HUKUM PRIMITIF MENUJU HUKUM MODERN
I. Titik Tolak : Pra Sejarah Hukum dan Sejarah Hukum
Sejak terjadinya hukum, maka dalam benihnya dapat dikatakan telah
ada hampir seluruh komponen, yang berlangsung berabad-abad untuk
kemudian menghasilkan tatanan hukum modern masa kini. Konsensus yang
terjadi antara yang memerintah dan yang diperintah, bertumpu pada suatu
gagasan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban yang dapat dijadikan
dasar keadilan.
10
Aturan-aturan hukum primitf merupakan pengungkapan yuridis
hubungan-hubungan kemasyarakatan. Hal-hal tersebut terbentuk dengan
makin berkembanya hubungan-hubungan sebagai berikut : (1) hubungan-
hubungan keluarga; (2) hubungan kelompok keluarga; (3) hubungan bangsa;
(4) penguasaan benda-benda bergerak; dan ( 5) hubungan kelas-kelas dalam
masyarakat.
11
Nampaknya orang-orang Mesir tidak meninggalkan peraturan
perundang-undangan atau kitab-kitab undang-undang (kodifikasi), setidak-
tidaknya belum ditemukan hal-hal seperti itu. Meskipun demikian, banyak
sekali ditemukan pengumuman dan pemberitahuan tentang undang-undang
tersebut, yang pada hakekatnya telah pernah ditulis sebelumnya, tetapi karena
dalam periode-periode pemberontakan kesemuanya itu telah dibuang atau
dihancurkan. Pada sisi lain dikenal “pelajaran-pelajaran dan buku-buku
kepintaran” yang di dalamnya dijumpai asas-asas tentang hukum yang
bertujuan melindungi barang dan orang dalam pergaulan hidup.
3) Hukum Hindu
Hukum Hundu nampaknya berkembang lebih banyak di suasana
aggaris, diantara berbagai daerah pedesaan, baik yang kecil maupun yang
besar. Kesatuan dan persatuan yang tidak dapat dipungkiri yang diperlihatkan
oleh hukum Hindu tradisionil disebabkan oleh faham Brahmanisme. Adapun
Brahmanisme ini bukan saja menganut hukum bahwa manusia itu tidak sama
satu dengan yang lain, tetapi juga membagi-bagi umat manusia dalam kasta-
kasta. Untuk setiap kasta tersedia hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-
masing.
12
Kasta-kasta tersebut dibagi dalam kelompok-kelompok keluarga
patriarchal dengan kekuasaan seumur hidup dari kakek tertua atas perempuan-
perempuan, anak-anak, dan budak-budak. Beberapa contoh hukum Hindu
tentang keluarga antara lain : kewajiban janda untuk melanjutkan perkawinan
denga kakak laki-laki dari almarhum suaminya (leviraatshuweklyk) atau
“kawin ipar”, atau mengikuti suaminya dalam kematian; menyerahkan anak-
anak laki-laki dari anak perempuannya kepada ayah yang tidak mempunyai
anak laki-laki; harta milik bersama keluarga dengan mengecualikan anak-anak
perempuan.
13
(2) Hukum Babilonia : Zaman Hamurabi
Di Babilonia, sebelum kodeks Hamurabi, juga terdapat kodeks lain,
yaitu : (i) kodeks Urnami, sekitar tahun 2040 SM; (ii) kodeks Esinunna,
sekitar tahun 1930 SM disebuah kerajaan Akadia. Kodeks inimempunyai 60
Pasal; (iii) kodeks Lipitisitar, yang ditulis sekitar tahun 1880 SM dan
mempunyai 37 Pasal. Dibandingkan dengan kodeks-kodeks yang tersebut,
kodeks Hamurabi merupakan “kitab undang-undang yang terpenting dan
terbesar” yang terdiri dari 282 Pasal. Untuk pertama kali dalam sejarah hukum
telah ditetapkan sederet asas-asas seperti hak milik (eigendom) yang sangat
individualistik, sewa bawaan (onderhuur), dan juga perbutan melawan hukum
(onrechtmatig daag). Hukum pidana dalam kodeks Hamurabi terkenal kejam
seperti hukuman mati, pemblasan dendam, pengundungan tangan, jari dan
lain-lain.
14
Hukum Hindu adalah tatanan hukum yang diwahyukan sekaligus
hukum ini suatu tatanan yang bertumpu pada asas-asas umum tentang
ketidaksamaan manusia, tatanan kasta. Apa yang paling dekat persamaannya
dengan pengertian penulis tentang hukum adalah yang disebut “darma”,
“kewajiban”. Jadi, darma adalah keseluruhan aturan hidup, yang harus diataati
oleh manusia karena setatusnya dalam masyarakat. Tujuan darma adalah
tujuan esensiil masyarakat; hal ini harus memberikan peluang kepada setiap
kasta untuk memenuhi kewajibanya.
Sumber-sumber darma terdiri atas :
Meskipun tatanan hukum tuna aksara ini mencerminkan suatu stadium primitif
perkembangan hukum, nampaknya hal-hal ini masih di jumpai di dunia masa kini.
Misalnya di sejumlah daerah Afrika, Australia, Brazil, dan tempat-tempat lain.
15
Pada umumnya tatanan hukum tersebut tidak lagi merupakan bentuk-bentuk
primitif karena telah mengalami suatu evolusi panjang yang bagaimanapun juga
seringkali menuntut tatanan hukum yang lebih maju, namun demikian asas-asas
primitif tetap tidak mempunyai kesamaan dengan pandangan hukum yang maju.
Tatanan hukum modern masa kini merupakan tatanan hukum yang keluar dari
sumber tradisi kultural Erofa, yakni tatanan hukum Erofa kontinental maupun
tatanan hukum Anglo-Amerika (Common Law). Tatanan hukum hukum Erofa
kontinental merupakan suatu kelompok tatanan hukum yang seringkali disebut
“romanistis-germanitis”, oleh karena campuran unsur-unsur hukum Romawi dan
unsure-unsur dari hukum Germana, terutama Jerman.
Orang-orang Ingris menamakannya Civil Law (satu dan lain hal karena
pengaruh hukum Romawi dahulu, yakni Corpus Juris Civilis dari Justianus).
Sementara Common law ialah hukum yang telah berkembang di Inggris sejak
bagian terakhir abad pertengahan, dari peradilan, dalam hal ini pengadilan-
pengadilan raja. Oleh sebab itu common law asli pun pertama-tama adalah “judge
made law”, artinya suatu tatanan hukum yang terutama tidak bertumpu pada
aturan-aturan hukum yang dibentuk oleh pembuat undang-undang.
4. Hukum Iberani
Hukum Iberani adalah ciri khas sebuah hukum agama, ia tidak mengenal
perbedaan antara asas-asas agama dan asas-asas yuridis. Sumber hukum Iberani
ditemukan di dalam kitab suci, yaitu : (1) Alkitab atau Bible, yakni kitab suci yang
mengandung “undang-undang” yang diwahyukan Allah kepada hamba-Nya; (2)
Misyna dan Gemara, yaitu Misyna merupakan himpunan pendapat para Rabi
16
sedangkan Gemara merupakan glossen (cacatan-catatan) dari ulasan-ulasan dari
Misyna; (3) Talmud merupakan berkas Misyna dan Gemara yang dijadikan satu.
5. Hukum Yunani
Sejarah hukum Romawi di zaman kuno meliputi 12 abad, mulai dari abad VII SM
sampai periode kerajaan sampai abad VI. Selanjutnya era Kaisar Justianus
sampai abad XV berlangsung kerajaan Romawi Timur atau Byzantum. Sumber-
sumber Hukum Romawi dibedakan berdasarkan :
a. Periode dini, yang berlangsung sejak pertengahan abad II SM. Sumber hukum
periode ini berupa kebiasaan (mos maiorum consuetodo) pada saat Roma
dikuasai organisasi clan, sementara pada masa Kerajaan dan Republik dini
sumber hukum berupa undang-undang, yiatu Undang-undang Dua Belas
Prasasti sebagai salah satu fundamen ius civile.
b. Periode klasik, yang membentang antara abad II SM sampai akhir abad III M.
sumber-sumber terpenting Hukum Romawi Klasik masih tetap berupa
kebiasaan dan undang-undang. Pada perkembangannya, undang-undang itu
telah menajdi sumber terpeting Hukum Romawi masa ini. Undang-undang
meliputi leges, konsul-konsul senat, dan terutama constituties kekaisaran yang
dibedakan dalam empat kategori yaitu (i) edikta-edikta, yaitu ketentuan yang
mempunyai ruang lingkup umum; (ii) dekreta-dekreta, yaitu vonis-vonis yang
17
diucapkan oleh Kaisar atau dewannya berkaitan dengan peristiwa yuridis; (iii)
reskripta-reskripta, yakni jawaban-jawaban yang diberikan oleh kaisar atau
dewannya kepada seorang pejabat negara, seorang megistrat atau bahkan
patikulir; (iv) mandata, yaitu instruksi-instruksi yang diberikan kaisar kepada
gubernur-gubernur provinsi, terutama berhubungan dengan persioalan
administrasi dan perpajakan.
c. Periode terlambat, yang berlangsung sejak era Dominat yang tumbuh dari
krisis yang dialami oleh Kekaisaran Romawi pada abad III M. periode ini
ditandai dan diwarnai oleh pemerintahan absolutisme kekaisaraan, dimana
perundang-undangan Kaisar merupakan sumber hukum terpenting dan pada
sisi lain pengaruh Kristen sedang tumbuh dengan pesat.
18
Misal saja penelitian yang dilakukan oleh Mohd. Koesno tentang hukum adat
setelah Perang Dunia II melalui beberapa pentahapan (periodisasi). Secara kronologi
perkembangan tersebut dibaginya dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Masa 1945-1950
2. Masa UUDS 1950
3. Masa 1959-1966
4. Masa 1966-sekarang
Penetapan tersebut disertai analisis yang mendalam tentang kedudukan dan
peranan hukum adat pada masa-masa tersebut.
Mempelajari sejarah hukum memang bermanfaat, demikian yang dikatakan oleh
Macauly bahwa dengan mempelajari sejarah, sama faedahnya dengan membuat
perjalanan ke negeri-negeri yang jauh.
Sebagai mana lazimnya moral yang terdapat pada pelajaran sejarah, maka
study mengenai sejarah hukum ini akan mehasilkan keuntungan – keuntungan yang
sama seperti orang mempelajari sejarah umum. Salah satu dari keuntungan tersebut
adalah, bahwa pengetahuan kita mengenai system atau lembaga atau pengaturan
hukum tertentu menjadi lebih mendalam dan diperkaya. Kekeliruan – kekeliruan
baik dalam pemahaman, maupun penerapan suatu lembaga atau ketentuan hukum
tertentu, diharapkan dapat dicegah dengan cara mendapatkan keuntungan tersebut
diatas.
Seperti telah dijelaskan diawal bahwa sejarah hukum merupakan salah satu
bidang study hukum yang mempelajari perkembangan dan asal usul system hukum,
mengungkap fakta dan membandingkan antara hukum yang lampau dengan hukum
sekarang ataupun yang akan dating. Dalam peranannya sejarah hukum juga berusaha
mengenali dan memahami secara sistematis proses – proses terbentuknya hukum,
factor – factor yang menyebabkan dan sebagainya dan memberikan tambahan
pengetahuan yang berharga untuk memahami fenomena hukum dalam masyarakat.
19
Di samping itu sejarah hukum juga mempunyai kegunaan:
1. Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan hukum.
Hukum tak akan mungkin berdiri sendiri, karena senantiasa dipengaruhi oleh
aspek – aspek kehidupan lain, dan juga mempengaruhinya. Hukum merupakan
hasil perkembangan dari salah satu aspek kehidupan manusia. Hukum masa kini
merupakan hasil perkembangan dari hukum masa lampau dan hukum masa kini
merupakan dasar bagi hukum masa yang akan dating. Sejarah hukum akan saling
melengkapi pengetahuan dikalangan hukum.
2. Hukum sebagai kadidah merupakan patokan perikelakuan atau sikap tindak yang
sepantasnya. Patokan tersebut memberikan pedoman, bagaimana seharusnya
manusia berkelakuan atau bersikap tindak, merupakan hasil dari perkembangan
pengalaman manusia semnjak dahulu kala. Kaidah-kaidah hukum tersebut tahap
demi tahap mengalami perombakan, peubahan, penyesuaian, pengembangan dan
seterusnya. Sejarah hukum akan dapat mengungkapan apa sebabnya kaidah-
kaidah pada masa kini mempunyai sifat dan isi tertentu. Tanpa sejarah hukum tak
akan dapat dimengerti mengapa pasal 293 dan 534 KUHP misalnya berbunyi
demikian, sehingga oleh sementara kalangan dianggap bertentangan dengan
program keluarga berencana.
3. Sejarah hukum juga berguna dalam praktik hukum. Sejarah hukum sangat
penting untuk mengadakan penaksiran secara historical terhadap peraturan –
peraturan tertentu.
4. Dalam bidang pendidikan hukum, sejarah hukum akan sangat membantu
mahasiswa untuk lebih memahami hukum yang dipelajarinya. Untuk penelitian
hukum sejarah hukum juga berguna terutama untuk mengungkap kebenaran
dengan kaitannya dengan masa lampau dan masa kini.
5. Sejarah hukum dapat mengungkapkan fungsi dan efektifitas lembaga – lembaga
hukum tertentu. Artinya pada situasi – situasi semacam apakah suatu lembaga
hukum benar – benar dapat berfungsi atau malahan tidak berfungsi sama sekali.
Ini sangan penting, terutama bagi pembentuk dan penegak hukum. Akhirnya
sejarah hukum memberikan kemampuan, untuk dapat menilai keadaan – keadaan
yang sedang dan memecahkan masalah – masalahnya.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah hukum adalah merupakan bagian dari ilmu hukum sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh Van Apeldoorn, bahwa Hukum sebagai gejala dalam
masyarakat, maka keseluruhan kebiasaan-kebiasaan hukum yang berlaku dalam
masyarakat adalah objek dari ilmu hukum. Van Apeldoorn memberikan definisi dan
pengertian tentang Ilmu Sejarah Hukum yaitu Ilmu yang mempelajari dan menyelidiki
perkembangan hukum dari masa ke masa. Suatu hukum akan mudah dimengerti dan
dipahami dengan benar apabila diketahui sejarah perkembangannya. Dengan
mempelajari sejarah hukum, akan memudah dan membantu dalam menafsirkan pasal-
pasal sebuah undang-undang atau peraturan perundang-undangan.
B. Saran
Sejarah hukum tergolong pengetahuan yang masih muda dan belum banyak
dikenal bahkan dikalangan pakar hukum sendiri sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya belum menggembirakan. Hal ini mungkin sekali disebabkan oleh
belum disadarinya betapa pentingnya disiplin ilmu baru ini dalam menunjang dan
memahami ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum positif.
Bahwa Sistem Hukum Indonesia harus sesuai dengan norma dan kaidah yang
hidup di masyarakat. Hal ini dikarenakan hukum itu harus memandang keadaan dan
kondisi masyarakat agar dapat menciptakan keadilan, kepastian dan kemanfaatan bagi
21
masyarakat itu sendiri. Hukum positif akan berjalan efektif bila sesuai dengan hukum
yang hidup di dalam masyarakat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshor 2006i, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, .
Emeritus John Gilisen dan Emeritus Frits Gorle 2011, Sejarah Hukum: Suatu
Pengantar, Cetakan Kelima, Bandung: PT. Refika Aditama,
Moh Hasbullah dan Dedi Supriyadi 2012, Filsafat Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia,
23
BIODATA PRIBADI
I. IDENTITAS PRIBADI
2 TEMPAT/ : 25-11-1990
TANGGAL LAHIR
4 AGAMA : ISLAM
5 SUKU : JAWA
6 PEKERJAAN : ASN
Hormat Kami
EKA RISTIA.S
24