Oleh :
Sumarni Larape
20202108044
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah dalam Bahasa arab syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon,
syajarah an-nasab berarti pohon silsilah; Bahasa inggris history; Bahasa latin dan
Yunani historia; dan Bahasa Yunani history atau istor berarti orang pandai.1 Bahasa
Spanyol menyebut sejarah dengan istilah historia, Bahasa Belanda historie, Bahasa
Prancis histoire, Bahasa Italia storia, Bahasa jerman geshichte berasal dari gesche
hen yang berarti sesuatu yang terjadi. Sejarah itu ada dua macam, yaitu :
1. Yang terjadi di luar pengetahuan manusia (disebut sejarah Objektif);
2. Yang terjadi sepengatahuan manusia ( disebut Sejarah Subjektif); 2
Pada hakikatnya, pengetahuan sejarah adalah pengungkapan tentang peristiwa,
khususnya tentang bagaimana terjadinya peristiwa itu, mengapa peristiwa itu terjadi, apa
pengaruhnya terhadap masyarakat . sudah barang tentu, penjelasan tentang bagaimana dan
juga mencakup apa, siapa, dan kapannya. Esensi dari setiap pengetahuan sejarah
sebenarnya hendak menerangkan bagaimana sesuatu terjadi, dan dengan demikian
dianggap telah dterangkan atau dijelaskan peristiwa itu. Ini berarti sejarah pada hakikatnya
wajib melacak perkembangan kejadian, jadi genetiknya. Memang keinginan tahu manusia
tentang segala sesuatu artifact, socigac, dan mentifact Kembali kepada pelacakan
perkembangan mulai dari asal mulanya ( genesisnya).
Sejarah adalah cabang dari pengetahuan tentang peristiwa masa lalu dan kondisi
yang berkaitan dengan masyarakat masa lalu. Segenap peristiwa yang berkaitan dengan
masa pencatatannya disebut peristiwa hari ini, dinilai, diberitakan, dan direkam oleh koran
harian. Namun begitu masanya lewat, maka setiap peristiwa menjadi bagian sejarah.
Sejarah ini tinggal menjadi catatan belaka yang tidak dapat diulang Kembali dengan
kejadian yang sama. Dalam pengertian ini , arti sejarah adalah cabang pengetahuan tentang
kejadian, peristiwa, dan masyarakat masa lalu. Biografi , kisah penaklukan dan kisah orang-
orang termasyhur, peristiwa tertentu yang terjadi pada setiap bangsa yang di susun oleh
bangsa tersebut, termasuk dalam kategori ini. Dalam pengertian ini , pertama, arti sejarah
adalah pengetahuan tentang masalah individu dan peristiwa yang berkenaan dengan
individu, kedua, sejarah adalah ilmu rawian atau transferan. Ketiga, sejarah adalah
pengetahuan tentang ‘wujud’bukan tentang ‘menjadi’, keempat, sejarah berkaitan dengan
masa lalu, bukan dengan masa sekarang. Dalam terminology ini, sejarah seperti ini disebut
“sejarah rawian”. 3
Sejarah hukum memiliki beberapa fungsi dan kegunaan, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mempertajam pemahaman dan penghayatan tentang hukum yang
berlaku sekarang. Kita dapat mengetahui dan menghayati bahwa hukum
1
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Bandung: PT Bentang Pustaka, 2005), hlm. 1
2
Ibid. hlm 2
3
Sunarmi, Sejarah Hukum, (Prenademedia Group, 2016) hlm. 3
yang berlaku sekarang sudah cukup baik jika dibandingkan dengan konsepsi
tentang hukum di bidang yang bersangkutan di masa lalu.
2. Untuk mempermudah para perancang dan pembuat hukum sekarang dengan
menghindari kesalahan di masa lalu serta mengambil manfaat dari
perlembangan positif dari hukum di masa lalu.
3. Untuk mengetahui makna hukum positif bagi para akademisi maupun
praktisi hukum dengan melakukan penelusuran dan penafsiran yang bersifat
sejarah.
4. Sejarah hukum dapat mengungkapkan atau setidaknya memberikan suatu
indikasi tentang dari mana hukum tertentu berasal; bagaimana posisinya
sekarang; dan hendak ke mana arah perkembangan.
5. Menurut Soerjono Soekanto, sejarah hukum juga berguna karena dapat
mengungkapkan fungsi dan efektivitas dari Lembaga-lembaga hukum tertentu. 4
Secara historis, Kuntowijoyo menyebutkan bahwa kegiatan penulisan sejarah
merupakan suatu kegiatan yang terikat dengan waktu (timebound) dan terikat oleh
kebudayaan zamannya. 5
Soejono D menjelaskan bahwa: sejarah hukum adalah salah satu bidang studi
hukum , yang mempelajari perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam suatu
masyarakat tertentu dan memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi
oleh perbedaan waktu.6
John Gillisen dan Fritz Gorle menambahkan beberapa fungsi dari sejarah hukum,
yaitu sebagai berikut:
1. Hukum tidak hanya berubah menurut dimensi ruang dan letak , tetapi juga
berubah menurut dimensi waktu dari masa ke masa.
2. Norma-norma hukum dewasa ini sering kali hanya dapat dimengerti melalui
sejarah hukum
3. Pengetahuan tentang sejarah hukum penting bagi ahli hukum pemula untuk
mengetahui budaya dan pranata hukum.
4. Mempelajari sejarah hukum erat kaitannya dengan prinsip perlindungan hak
asasi manusia.
Karena berbagai fungsi dan kegunaan dari sejarah hukum seperti di atas maka
disiplin sejarah hukum sekarang telah menjadi suatu ilmu dan metode yang
dipelajari oleh banyak orang.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah Sejarah Hukum Yunani?
4 Ibid, hlm 7
5 Muhamad Arif, Pengantar kajian sejarah, hlm 5
6 Sudarsono, Sejarah Hukum, Hlm 261
BAB II
PEMBAHASAN
7 Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Sejarah, Aliran Dan Pemaknaan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2006, hlm. 11
8 Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 2001, hlm. 23
hanya harus empiris dan deskriptif, tetapi juga menghormati tujuan-tujuan etis
tertentu.9
Hukum Romawi sangat orisinil dan hampir-hampir steril dari pengaruh
hukum asing saat itu. Jika pun ada, sangat sedikit pengaruh dari hukum Yunani atau
pun hukum Semits terhadap hukum Romawi. Meskipun terdapat undang-undang
tertulis pada masa Romawi, orang-orang Romawi sangat sedikit menggunakan
undang-undang tersebut karena mereka terus-menerus mengembangkan hukumnya
untuk menemukan hukum-hukum yang baru.
Jika zaman Yunani Klasik sangat spektakuler dengan pemikir-pemikir
metafisika, seperti Socrates, Plato, atau Aristoteles, maka di zaman Romawi sangat
spektakuler dengan perkembangan perkembangan pemikiran dan pendidikan tidak
terlalu besar karena Romawi lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat praktis.
Walaupun demikian pemikiran-pemikiran hukum yang cukup berharga lahir pada
zaman Romawi yaitu ajaran Cicero mengenai Hukum Kodrat. Ia mengajakan
bahwa hukum yang baik adalah hukum yang di dasarkan atas rasio yang murni dan
oleh karena itu hukum positif haruslah di dasarkan pada dalil-dalil hukum alam.
Hukum dan Pemerintahan
a. Penghinaan (insult);
b. Penganiayaan (injury); dan
c. Pembunuhan (homocide).
21
Emeritus Jhon Gilissen & Emiritus Frits Gorle , Sejarah Hukum suatu Pengantar, Bandung: PT
Refika Adita Utama, 2011). Hlm 1550
22 Charles Seignobos, Sejarah Peradaban Kuno, hlm 150-154
undang-undang Draco juga menyediakan aturan yang lebih fleksibel dan
membentuk suatu peradilan dengan sistem 50 hakim yang disebut dengan Ephetae,
yang akan memutuskan sesuai hukum yang berlaku. Kemudian, solon seorang ahli
hukum, negarawan dan pujangga di zaman Yunani kuno pernah membuat hukum
yang berlaku di Yunani yang tertulis dalam Undang-undang Solon. Solon sangat
mendukung ide demokrasi dan menentang pemerintahan tangan besi/tirani di
Yunani. Dari beberpa peninggalannya dalam bentuk puisi, dapat diketahui
sebenarnya solon sangat gigih dalam mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi,
seperti terbaca dalam beberapa kutipan berikut:
“ kehancuran negara Yunani tidak terjadi karena kematian Zeus atau melalui
kehendak dari dewa-dewa. Namun yang dapat menghancurkan negara adalah
penduduknya sendiri dan para pemimpin yang berhati rusak dan kekuasaan akan
materi. Padahal mereka akan menderita karena kelakuan mereka merusak
tersebut.”23
Undang-undang Solon di Yunani Kuno banyak melakukan perubahan-
perubahan terhdap sistem hukum yang berlaku di Yunani saat itu. Bahkan, Sebagian
dari perubahan tersebut bersifat radikal. Meskipun begitu, pendampingan dengan
undang-undang Solon, masih berlaku juga hukum kebiasaan Yunani yang tidak
tertulis. Perubahan- perubahan yang dilakukan oleh Undang-Undang Solon, antara
lain sebagai berikut:
1. Undang-undang Solon banyak berpihak kepada masyarakat kelas bawah
2. Undang-undang Solon banyak merombak ketentuan tentang hukum waris
dan hukum keluarga
3. Undang-undang Solon tidak bersifat sacral/ketuhanan, tetapi murni hasil
perenungan akal manusia
4. Undang-undang Solon merupakan hasil konsesus dari masyarakat luas.
Sehingga undang-undang ini merupakan undang-undang yang paling dapat
diterima oleh masyarakat Yunani.
Tenntang ketentuan Undang-Undang Solon yang berpihak kepada masyarakat kelas
kebawah, misalnya seperti terlihat dalam ketentuan berikut:
1. Dihapusnya ketentuan mengenai eksekusi debitur oleh kreditur, di mana
debitur tersebut berubah status menjadi budak belian sehingga banyak yang
diperjualbelikan, bahkan sampai ke luar negerei. Undang-undang Solon
dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada seorang pun dapat dijadikan
budak hanya karena tidak dapat membayar utang-utangnya.
2. Diubahnya sistem mata uang sehingga utang-utang menjadi terdeduksi
sampai 25%.
3. Utang dengan bunga tinggi (riba) dilarang oleh Undang-undang.
4. Meskipun jabatan publik tertentu hanya dapat dipegang oleh golongan
masyarakat tinggi, tetapi umumnhya terbuka bagi semua golongan
masyarakat. Misalnya golongan buruh (thetes) memiliki hak-hak politik
meskipun mereka tidak dapat memegang jabatan eksekutif di pemerintahan.
5. Dilakukan pembagian golongan manusia secara berbeda dengan pembagian
sebelumnya, sehingga menentukan pula besarnya pajak yang harus dibayar.
Namun saat itu sebenarnya lebih banyak lagi hukum tertulis yang berlaku
yang berupa hukum kebiasaan setempat. Bahlan meskipun perundang-undangan
Solon telah banyak mengatur tentang berbagai hal tentang hukum, setelah itu tidak
ada lagi usaha-usaha dalam sejarah Yunani untuk merumuskan kaidah hukum yang
sistematis atau membuat sebuah kodifikasi.
Inilah yang membedakan dengan sejarah hukum Romawi. Bagi orang-orang
Yunani, hukum tidak dianggap terlalu vital perannya dan bukan merupakan suatu
masalah yang bergengsi. Hukum direduksi hanya pada masalah procedural semata.
B. Saran
Mempelajari sejarah hukum tentunya memberikan pengetahuan tentang
Hukum yang berlaku dan berkembang di masa lalu. Jika melihat sejarah hukum
Yunani Tentunya begitu banyak aturan hukum yang di berlakukan pada masa itu,
untuk itu diharapkan ada banyak pembahasan secara mendalam mengenai sejarah
hukum Yunani.
Daftar Pustaka
Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Sejarah, Aliran Dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, 2006
Arif, Muhamad. 2011 Pengantar kajian sejarah, Bandung: Yrama Widya.
Charles Seignobos, Sejarah Peradaban Kuno , Indoliterasi,Yogyakarta,2016
Emeritus Jhon Gilissen & Emiritus Frits Gorle , Sejarah Hukum suatu Pengantar,
Bandung: PT Refika Adita Utama, 2011).
George H. Sabine, A History of Political Theory, Third Edition, (New York-
Chicago-San Fransisko-Toronto-London: Holt, Rinehart And Winston,
1961),
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Bandung: PT Bentang Pustaka, 2005)
Sunarmi, Sejarah Hukum, (Prenademedia Group, 2016)
Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 2001
Munir Fuady,Sejarah Hukum, Ghlmia Indonesia, Jakarta, 2009
Sudarsono, Sejarah Hukum, Rineka Cipta, 2004
Soeroso, R 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Muchmad Ali Safa’at, http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2013/09/Sejarah-Singkat-
Pemikiran-Negara.pdf di akses pada 7 desember 2020