Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH HUKUM YUNANI

Dosen : Dr. Devy .K.G. Sondakh, S.H, M.H

Oleh :
Sumarni Larape
20202108044

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


PROGRAM PASCASARJANA
MANADO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah dalam Bahasa arab syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon,
syajarah an-nasab berarti pohon silsilah; Bahasa inggris history; Bahasa latin dan
Yunani historia; dan Bahasa Yunani history atau istor berarti orang pandai.1 Bahasa
Spanyol menyebut sejarah dengan istilah historia, Bahasa Belanda historie, Bahasa
Prancis histoire, Bahasa Italia storia, Bahasa jerman geshichte berasal dari gesche
hen yang berarti sesuatu yang terjadi. Sejarah itu ada dua macam, yaitu :
1. Yang terjadi di luar pengetahuan manusia (disebut sejarah Objektif);
2. Yang terjadi sepengatahuan manusia ( disebut Sejarah Subjektif); 2
Pada hakikatnya, pengetahuan sejarah adalah pengungkapan tentang peristiwa,
khususnya tentang bagaimana terjadinya peristiwa itu, mengapa peristiwa itu terjadi, apa
pengaruhnya terhadap masyarakat . sudah barang tentu, penjelasan tentang bagaimana dan
juga mencakup apa, siapa, dan kapannya. Esensi dari setiap pengetahuan sejarah
sebenarnya hendak menerangkan bagaimana sesuatu terjadi, dan dengan demikian
dianggap telah dterangkan atau dijelaskan peristiwa itu. Ini berarti sejarah pada hakikatnya
wajib melacak perkembangan kejadian, jadi genetiknya. Memang keinginan tahu manusia
tentang segala sesuatu artifact, socigac, dan mentifact Kembali kepada pelacakan
perkembangan mulai dari asal mulanya ( genesisnya).
Sejarah adalah cabang dari pengetahuan tentang peristiwa masa lalu dan kondisi
yang berkaitan dengan masyarakat masa lalu. Segenap peristiwa yang berkaitan dengan
masa pencatatannya disebut peristiwa hari ini, dinilai, diberitakan, dan direkam oleh koran
harian. Namun begitu masanya lewat, maka setiap peristiwa menjadi bagian sejarah.
Sejarah ini tinggal menjadi catatan belaka yang tidak dapat diulang Kembali dengan
kejadian yang sama. Dalam pengertian ini , arti sejarah adalah cabang pengetahuan tentang
kejadian, peristiwa, dan masyarakat masa lalu. Biografi , kisah penaklukan dan kisah orang-
orang termasyhur, peristiwa tertentu yang terjadi pada setiap bangsa yang di susun oleh
bangsa tersebut, termasuk dalam kategori ini. Dalam pengertian ini , pertama, arti sejarah
adalah pengetahuan tentang masalah individu dan peristiwa yang berkenaan dengan
individu, kedua, sejarah adalah ilmu rawian atau transferan. Ketiga, sejarah adalah
pengetahuan tentang ‘wujud’bukan tentang ‘menjadi’, keempat, sejarah berkaitan dengan
masa lalu, bukan dengan masa sekarang. Dalam terminology ini, sejarah seperti ini disebut
“sejarah rawian”. 3

Sejarah hukum memiliki beberapa fungsi dan kegunaan, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mempertajam pemahaman dan penghayatan tentang hukum yang
berlaku sekarang. Kita dapat mengetahui dan menghayati bahwa hukum

1
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Bandung: PT Bentang Pustaka, 2005), hlm. 1
2
Ibid. hlm 2
3
Sunarmi, Sejarah Hukum, (Prenademedia Group, 2016) hlm. 3
yang berlaku sekarang sudah cukup baik jika dibandingkan dengan konsepsi
tentang hukum di bidang yang bersangkutan di masa lalu.
2. Untuk mempermudah para perancang dan pembuat hukum sekarang dengan
menghindari kesalahan di masa lalu serta mengambil manfaat dari
perlembangan positif dari hukum di masa lalu.
3. Untuk mengetahui makna hukum positif bagi para akademisi maupun
praktisi hukum dengan melakukan penelusuran dan penafsiran yang bersifat
sejarah.
4. Sejarah hukum dapat mengungkapkan atau setidaknya memberikan suatu
indikasi tentang dari mana hukum tertentu berasal; bagaimana posisinya
sekarang; dan hendak ke mana arah perkembangan.
5. Menurut Soerjono Soekanto, sejarah hukum juga berguna karena dapat
mengungkapkan fungsi dan efektivitas dari Lembaga-lembaga hukum tertentu. 4
Secara historis, Kuntowijoyo menyebutkan bahwa kegiatan penulisan sejarah
merupakan suatu kegiatan yang terikat dengan waktu (timebound) dan terikat oleh
kebudayaan zamannya. 5
Soejono D menjelaskan bahwa: sejarah hukum adalah salah satu bidang studi
hukum , yang mempelajari perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam suatu
masyarakat tertentu dan memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi
oleh perbedaan waktu.6

John Gillisen dan Fritz Gorle menambahkan beberapa fungsi dari sejarah hukum,
yaitu sebagai berikut:
1. Hukum tidak hanya berubah menurut dimensi ruang dan letak , tetapi juga
berubah menurut dimensi waktu dari masa ke masa.
2. Norma-norma hukum dewasa ini sering kali hanya dapat dimengerti melalui
sejarah hukum
3. Pengetahuan tentang sejarah hukum penting bagi ahli hukum pemula untuk
mengetahui budaya dan pranata hukum.
4. Mempelajari sejarah hukum erat kaitannya dengan prinsip perlindungan hak
asasi manusia.
Karena berbagai fungsi dan kegunaan dari sejarah hukum seperti di atas maka
disiplin sejarah hukum sekarang telah menjadi suatu ilmu dan metode yang
dipelajari oleh banyak orang.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah Sejarah Hukum Yunani?

4 Ibid, hlm 7
5 Muhamad Arif, Pengantar kajian sejarah, hlm 5
6 Sudarsono, Sejarah Hukum, Hlm 261
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hukum Yunani


Pada mulanya tanggapan orang-orang yunani terhadap pengertian hukum
masih primitif. Pada zaman itu hukum dipandang sebagai keharusan alamiah
(nomos) baik semesta alam maupun manusia, contoh: laki-laki berkuasa, budak
adalah budak, dan sebagainya. Namun pada perjalanannya, tepatnya sejak abad 4
SM ada beberapa filosof yang mengartikan hukum secara berbeda. Plato (427-347
SM) yang menulis buku Politeia dan Nomoi memberikan tawaran pengertian
hukum, dan hakikat hukumnya7.
Buku Politeia melukiskan model negara yang adil. Dalam buku tersebut
Plato mengungkapkan gagasannya tentang kenyataan bahwa dalam negara terdapat
kelompok-kelompok dan yang dimaksud dengan keadilan adalah jika tiap-tiap
kelompok berbuat dengan apa yang sesuai dengan tempat dan tugasnya. Sedangkan
dalam buku Nomoi, Plato menjelaskan tentang petunjuk dibentuknya tata hukum.
Filosof lain seperti Aristoteles (348-322 SM) yang menulis buku Politika juga
memberikan tawaran baru pada pengertiannya tentang hukum. Menurut
Aristoteles, manusia merupakan "makhluk polis" (zoon politicon), dimana manusia
harus ikut dalam kegiatan politik dan taat pada hukum polis. Kemudian Aristoteles
membagi hukum menjadi 2 (dua). Pertama adalah hukum alam (kodrat), yaitu yang
mencerminkan aturan alam, Yang kedua adalah hukum positif, yaitu hukum yang
dibuat oleh manusia. Lebih jauh Aristoteles menjelaskan dalam bukunya tersebut
bahwa pembentukan hukum harus selalu dibimbing rasa keadilan, yaitu rasa yang
baik dan pantas bagi orang yang hidup bersama. Slogan yang menjelaskan tentang
hakikat keadilan menurut Aristoteles adalah "kepada yang sama penting diberikan
yang sama, kepada yang tidak sama penting diberikan yang tidak sama" 8.
Tokoh Yunani setelah Plato adalah Aristoteles (384 – 322 SM)7yang juga
merupakan murid Plato. Politics, merupakan karya utama Aristoteles yang terdiri
buku I – VIII. Namun Sabine meragukan apakah memang Aristoteles menyusunnya
seperta adanya sekarang atau telah mengalami proses editing. Werner Jaeger
membagi Politics menjadi dua bagian besar. Bagian pertama terkait dengan negara
ideal, meliputi buku II berupa studi historis tentang teori-teori awal dan pemikiran
Plato serta kritik-kritiknya; buku III mengenai hakIkat (nature) negara dan
kewarganegaraan sebagai pengantar teori negara ideal; dan buku VII dan VIII yang
mengkonstruksikan negara ideal. Bagian kedua merupakan kajian terhadap negara
dalam realitas terutama demokrasi dan oligarki, penyebab kemerosotannya dan
bagaimana menjaga stabilitasnya. Bagian kedua ini meliputi buku IV , dan VI.
Karya Aristoteles menunjukkan perkembangan baru ilmu pengetahuan yang tidak

7 Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Sejarah, Aliran Dan Pemaknaan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2006, hlm. 11
8 Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 2001, hlm. 23
hanya harus empiris dan deskriptif, tetapi juga menghormati tujuan-tujuan etis
tertentu.9
Hukum Romawi sangat orisinil dan hampir-hampir steril dari pengaruh
hukum asing saat itu. Jika pun ada, sangat sedikit pengaruh dari hukum Yunani atau
pun hukum Semits terhadap hukum Romawi. Meskipun terdapat undang-undang
tertulis pada masa Romawi, orang-orang Romawi sangat sedikit menggunakan
undang-undang tersebut karena mereka terus-menerus mengembangkan hukumnya
untuk menemukan hukum-hukum yang baru.
Jika zaman Yunani Klasik sangat spektakuler dengan pemikir-pemikir
metafisika, seperti Socrates, Plato, atau Aristoteles, maka di zaman Romawi sangat
spektakuler dengan perkembangan perkembangan pemikiran dan pendidikan tidak
terlalu besar karena Romawi lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat praktis.
Walaupun demikian pemikiran-pemikiran hukum yang cukup berharga lahir pada
zaman Romawi yaitu ajaran Cicero mengenai Hukum Kodrat. Ia mengajakan
bahwa hukum yang baik adalah hukum yang di dasarkan atas rasio yang murni dan
oleh karena itu hukum positif haruslah di dasarkan pada dalil-dalil hukum alam.
Hukum dan Pemerintahan

Para ahli pikir Yunani banyak mengembangkan pemikirannya di bidang


politik dan kenegaraan, serta menghasilkan berbagai teori yang masih diberlakukan
sampai saat ini. Mereka sudah mengenal dan mempraktikkan sistem demokrasi
yang baik pada saat orang-orang dari negara lain masih mempraktikkan sistem
kekuasaan yang feodal, aristokratis, dan mistis. Bangsa Yunanilah yang pertama
kali di dunia ini yang mengembangkan sistem hukum dan kenegaraan yang bersifat
demokratis. Bahkan, jika dunia ini tidak pernah memiliki orang-orang Yunani,
mungkin peradaban dunia tidak semaju saat ini. Banyak bukti menunjukkan bahwa
di wilayah-wilayah dunia yang kurang mendapat pengaruh dari hukum Yunani -
Romawi, peradabannya masih terbelakang. Pada daerah-daerah yang dikuasai oleh
ajaran Buddha yang kurang mendapat sentuhan hukum Yunani-Romawi, kata
demokrasi merupakan barang mewah, seperti yang terjadi di Tibet,dan Miyanmar. 10
Namun, menurut sejarah hukum tidak begitu dikembangkan di zaman
Yunani, karena hampir tidak terdengar nama ahli hukum besar atau kitab undang-
undang yang komprehensif. Sejarah hanya meninggalkan beberapa undang-undang
saja di Yunani, seperti Undang-Undang Draco (621 SM) Undang-Undang Solon
(594 SM) yang disusun di bawah pengaruh Mesir, Undang-Undang Dura dan
Undang-Undang Gortyn (450-460 SM) yang sebagian isinya dapat terbaca sampai
sekarang. Peninggalan Yunani tersebut berbeda jauh dengar peninggalan
perundang-undangan dan dokumentasi hukum dari Mesir atau Babilonia, yang
sangat banyak jumlahnya dan dapat terbaca sampai sekarang. Di samping dalam
bentuk undang-undang, hukum Yunani juga dapat terbaca dalam orasi-orasi para
advokat di pengadilan dalam membela kliennya. karena sistem peradilan Yunani
memakai sistem juri, sehingga kelihaian berorasi dari para advokat di depan
pengadilan sangat diperlukan dalam rangka meyakinkan para juri yang bukan ahli
9 George H. Sabine, A History of Political Theory, Third Edition, (New York-Chicago-San
Fransisko-Toronto-London: Holt, Rinehart And Winston, 1961) hlm 89-01
10 Munir Fuady,Sejarah Hukum, Ghlmia Indonesia, Jakarta, 2009, hlm164
hukum dan umumnya tidak pernah belajar hukum tersebut. Di samping sistem juri,
sistem pemeriksaan saksi melalui proses eksaminasi silang (cross examination)
sudah dikenal di zaman Yunani, seperti yang pernah dipraktikkan dalam
pengadilan Socrates.11
Secara politik, orang-orang Yunani terpecah-pecah ke dalam berbagai polis-
polis, sepeti Ithaca, Attica, Sparta, Athena, dan lain-lain. Semula, sistem hukum di
Yunani berdasarkan pada kebiasaan orang-orang Aria, dengan berbagai variasi di
sana sini. Bahkan, seperti terjadi di Sparta, individu dituntut untuk mengabdi secara
penuh kepada masyarakat dan negara yang umumnya dikuasai oleh kaum tentara,
sehingga hak-hak individu hampir-hampir tidak dikenal. Sebaliknya di Athena,
meskipun individu harus mengalah kepada masyarakat dan negara, tetapi hak-hak
dari warga negara tetap diakui dan kepentingan perdagangan tetap dijaga.
Dalam sistem pemerintahan di Zaman Romawi mulai dikenal dengan teori
siklus Polybius. Siklus ini menjelaskan bahwa, sistem pemerintahan akan terus
bergulir bagaikan siklus hidup yang berputar. Pemerintahan aristokrasi pada
mulanya dipandang baik, kemudian munculah pertentangan-pertentangan dan
akhirnya pemerintah dan masyarakat tidak menyukai sistem aristokrasi yang
dipimpin oleh aristokrat dan berubah menjadi sistem oligaki, begitulah
seterusnya.12
Sistem Peradilan

Pengadilan di zaman Yunani dilakukan di tempat yang berbeda-beda menurut


perbedaan kasus dan juga perbedaan zaman. Misalnya di Athena, pengadilan
dilangsungkan di pasar-pasar, di Angora, di lembah Areopagus (khusus untuk
kasus-kasus pembunuhan), di lembah Pnyx, dan lain-lain.
Lembah Areopagus dipilih sebagai tempat pengadilan untuk kasus-kasus
pembunuhan, khususnya di periode-periode awal zaman Yunani. Hal itu
disebabkan lembah ini terkenal dengan legenda pembunuhan yang dilakukan oleh
Orestes. Menurut legenda, Orestes membunuh ibunya yang melakukan perzinaan
sehingga Orestes dibawa ke pengadilan. Para penuntut umum menuntut Orestes
bahwa tindakannya hanyalah sebagai tindakan balas dendam. Bahkan, dewi Athena
konon menyatakan bahwa jika dia harus memberikan suara dengan voting, suaranya
adalah untuk membebaskan Orestes. Akhirnya, keputusan juri memang
membebaskan Orestes. Kemudian, Orestes membangun sebuah monumen
memorial keadilan dan menulis kata-kata dewi Athena: "Sesungguhnya pengadilan
ini tidak korup dan merupakan penjaga harta kita yang tidak pernah Tidur.
Salah satu perwujudan dari wajah demokrasi di dalam bidang hukum dan
keadilan di Yunani adalah terbentuknya proses pengadilan yang diputuskan oleh
perwakilan dari masyarakat umum. Dari sinilah sebenarnya awal mula konsep
pengadilan dengan sistem juri yang sekarang banyak dianut oleh negara-negara
yang punya tradisi hukum Anglo Saxon.
Juri untuk pengadilan dipilih oleh sembilan magistrat, di mana masing-
masing mewakili sukunya dan yang kesepuluh dipilih oleh panitera pengadilan.

11 Ibid hlm 165


12 Op.Cit Soehino,Hlm 39
Ada 10 pintu masuk ke pengadilan, masing-masing satu untuk setiap suku. Ada dua
puluh kamar, masing-masing dua untuk setiap suku. Ada 100 peti, masing masing
10 untuk setiap suku, di mana disimpan alat pemberian suara dari para juri yang
dipergunakan untuk memungut suara. Setiap orang yang di atas umur 30 tahun
dapat menjadi juri, asalkan mereka bukanlah debitur terhadap negara dan mereka
belum kehilangan hak-hak nya. Jika ada orang yang tidak cakap bertindak sebagai
juri, maka informasi diberikan kepadanya dan dia diadili di pengadilan. Jika
terbukti tidak cakap, maka dia akan dikenakan hukuman badan atau hukuman
denda.13
Juri di kebanyakan pengadilan terdiri atas 500 orang dan jika diperlukan,
kasus-kasus publik ditangani oleh 1000 orang juri yang merupakan kombinasi dari
dua pengadilan dan terhadap kasus-kasus sangat penting, ditangani oleh 1500 orang
juri yang merupakan kombinasi dari tiga pengadilan.
Ketika juri telah memberikan suaranya, maka para petugas mengambil kotak
suara yang berisi suara yang efektif, kemudian dibuka, dihitung, dan ditulis di papan
tulis, selanjutnya diteriakkan hasilnya. Siapa yang mempunyai suara yang lebih
banyak, dianggap yang memenangkan perkara, tetapi jika suara seimbang, maka
yang dimenangkan adalah tergugat/tersangka. Demikian juga ketika juri
memutuskan tentang jumlah suatu ganti rugi. Ketika semua telah lengkap, juri
menerima bayarannya.
Proses peradilan di pengadilan-pengadilan Yunani terbagi kepada lima tahap
sebagai berikut :
a. Tahap panggilan untuk bersidang Pada tahap ini, pemanggilan untuk menghadap
sidang ditujukan terhadap tergugat untuk datang menghadap magistrat untuk
memberikan jawaban atas gugatan yang diajukan oleh penggugat. Biasanya,
penggugat sendiri yang membawa surat panggilan tersebut ke alamat tergugat.
Beberapa orang saksi ikut menyertai penggugat. Bahkan, jika tergugat merupakan
orang asing karena disangsikan orang asing tersebut akan meninggalkan kota itu
untuk mengelak kewajibannya. Pihak penggugat dapat menangkap tergugat dan
membawanya ke depan magistrat untuk menjalani proses pengadilan.
b. Tahap kehadiran di depan magistrat. Tujuan dari kehadiran para pihak di depan
magistrat adalah untuk menyaring kasus-kasus, sehingga tidak ada kasus yang
sembrono atau yang dibuat-buat yang sampai ke pengadilan. Di depan magistrat,
penggugat mengajukan gugatan dan membayar biaya panjar perkara. Jika tergugat
tidak hadir, maka akan langsung diputus untuk menerima gugatan, kecuali di
kemudian hari dapat menunjukkan alasan ketidakhadirannya yang dapat diterima.
Jika pada tahap hearing di depan magistrat ini dianggap ada dasar bagi suatu
gugatan, maka gugatan diteruskan ke tahap selanj utnya, yaitu tahap pemeriksaan
pendahuluan.
c. Tahap pemeriksaan pendahuluan, pada tahap pemeriksaan pendahuluan ini, terjadi
tanya jawab antara penggugat dan tergugat. Perdebatan yang sebenarnya, fakta-
fakta, serta dalil-dalil yang berkenaan dengan sengketa yang ada, diuraikan dan
terlihat dengan jelas dalam tahap ini. Penggugat mengajukan gugatan dan dalil-
dalilnya, kemudian tergugat mengajukan jawaban dengan dalil-dalilnya.

13 Munir Fuady , Op.Cit hlm 177


Pembuktian tertulis dan pemeriksaan saksi-saksi juga terjadi dalam tahap ini. Jadi,
tahap pemeriksaan pedahuluan merupakan tahap yang cukup esensial dalam suatu
proses pemeriksaan perkara di zaman Yunani. Setelah semua bukti diperiksa dan
alat bukti tersebut disegel, magistrat dapat segera menyelesaikan sengketa yang ada
atau biasanya mengirim sengketa tersebut ke pengadilan juri. Di Athena, para juri
(yang terdiri atas orang-orang biasa) yang mendengar perkara tersebut bisa
mencapai ratusan, bahkan ribuan orang. Sebelum memberikan putusannya, juri
akan mendengar pidato kedua belah pihak. Pidato tersebut biasanya sangat
memikat.
d. Tahap putusan, putusan dari pengadilan diambil oleh juri yang menghitung suara.
Suara terbanyak dinyatakan sebagai putusan. Biasanya, putusan juri tersebut
berkenaan dengan putusan tentang kasus yang bersangkutan, yaitu siapa yang
menang dan siapa yang kalah, juga putusan tentang besarnya ganti rugi.
Pelaksanaan putusan pengadilan (eksekusi), menurut sistem hukum Yunani,
diserahkan kepada para pihak yang bersangkutan dan hanya menyangkut dengan
kepemilikan; tidak boleh menyentuh personal. 14
Hukum Pidana
Sistem hukum Yunani Kuno juga mengatur mengenai tindak pidana. Hal ini
untuk menjaga agar masyarakat dapat hidup aman dan damai, tanpa manusia yang
satu mengancam atau membunuh yang lain. Menurut sistem hukum Yunani, dalam
hukum pidana misalnya pembunuhan manusia tidak selamanya dapat menjadi suatu
tindak pidana pembunuhan. Hukum Yunani membagi tindakan pembunuhan ke
dalam tiga kategori sebagai berikut :
a. Pembunuhan yang dimaafkan.
b. Pembunuhan tanpa rencana.
c. Pembunuhan terencana15

Kriteria pembunuhan yang dimaafkan termasuk di dalamnya pembunuhan secara


tibatiba untuk membela diri. Sedangkan, terhadap pembunuhan tanpa rencana,
memang kesalahan masih dapat dipikulkan ke pundak si pembunuh, misalnya
pembunuhandilakukan secara tiba-tiba karena marah atau emosinya terguncang.
Terhadappembunuhan yang tanpa rencana ini, tetap ada unsur kesalahan dari si
pelaku, karenanya pelaku juga harus dihukum. Namun, hukumannya bukan dalam
bentuk hukuman mati, melainkan hanya berupa hukuman kompensasi dalam bentuk
kerja paksa sebagai budak untuk jangka waktu tertentu, biasanya selama delapan
tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, hukuman kerja paksa sebagai budak
tersebut diganti dengan hukuman kompensasi dalam bentuk uang 16.

14 Ibid, hlm 182-183


15 Ibid,hlm 174
16 Ibid, hlm 175
Pembunuhan bentuk ketiga adalah pembunuhan terencana. Menurut hukum

Romawi, suatu pembunuhan terencana tidak mungkin dimaafkan, baik oleh

manusia maupun oleh dewa-dewa, di mana hukumannya adalah hukuman mati.

Dalam hukum Romawi Hippodamus pada abad ke-5 SM menyatakan bahwa,

bahwa yang dapat menjadi gugatan hukum hanyalah:

a. Penghinaan (insult);
b. Penganiayaan (injury); dan
c. Pembunuhan (homocide).

Karena itu, dalam hukum-hukum klasik sebenarnya tidak dikenal suatu


gugatan hukum untuk wanprestasi kontrak. Akan tetapi, apabila wanprestasi
kontrak dapat mengakibatkan timbulnya penghinaan atau pertengkaran yang pada
gilirannya dapat menimbulkan pelanggaran ketertiban umum atau tindakan
penganiayaan dan pembunuhan, maka gugatan dapat diajukan ke pengadilan. Jadi,
dalam hal ini. hukum-hukum klasik tetap hanya berkepentingan dengan
penghinaan, penganiayaan, dan pembunuhan saja. Sedangkan, masalah kontrak
yang tidak bersentuhan dengan salah satu dari tiga unsur tersebut tidak
mendapatkan tempat di pengadilan, hanya diatur dan diberikan sanksi oleh moral
dan agama17.
Praktek kehidupan masyarakat Yunani kuno dalam negara kota (city state)
telah menunjukkan struktur sebuah negara dengan berbagai bentuknya sebelum
muncul tokoh-tokoh pemikir kenegaraan. Sistem pemerintahan di Athena telah
memungkinkan masalah kenegaraan menjadi diskusi publik dalam keseharian
masyarakatnya. Meskipun tidak dapat dibandingkan dengan negara-negara modern
saat ini, namun negara kota Yunani kuno telah menunjukkan struktur pemerintahan
negara berdasarkan kondisi masyarakat pada saat itu 18
Masyarakat pada masa itu dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu budak
(slaves), orang asing (foreign or metic), dan warga negara (citizens). Budak
dan orang asing tidak dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan politik. Status
kewarganegaraan diperoleh karena ikatan darah dari masing-masing suku atau
kelompok (parishes).19
Yunani kuno telah melahirkan banyak tokoh pemikir mulai dari abad enam
sebelum masehi. Pusat perkembangan pemikiran semula berada di wilayah Asia
kecil dan semenanjung Balkan. Tempat inilah yang melahirkan tokoh-tokoh mulai
dari Thales, Anaximandros hingga Demokritos. Pusat perkembangan pemikiran di
Yunani baru bergeser ke daratan setelah kota-kota Yunani mengalami masa

17 Ibid, hlm 202


18 Muchmad Ali Safa’at, http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2013/09/Sejarah-Singkat-Pemikiran-
Negara.pdf di akses pada 7 desember 2020
19 George H. Sabine, A History of Political Theory, Third Edition, (New York-Chicago-San

Fransisko-Toronto-London: Holt, Rinehart And Winston, 1961), hal. 4 – 6


keemasan di bawah Pericles pada tahun 461 – 429 SM. Pada masa kejayaan inilah
muncul kaum sophis, seperti Protagoras, Gorgias, Hippias, dan Prodikos,yang
merupakan masa antara sebelum kelahiran filsafat klasik.
Hukum Perdata

Di bidang hukum perdata, sebenarnya hukum Yunani juga berkembang relatif


baik. Di samping beberapa kontrak yang telah disebutkan, banyak kontrak lain yang
berhasil ditemukan oleh sejarah hukum peninggalan zaman Yunani. Di samping itu,
prinsip hukum perkawinan dalam hukum Yunani bersifat monogami. Namun
demikian, seperti dalam kebanyakan hukum kuno, kehadiran wanita teman kumpul
yang kedua, meskipun bukan isteri, dapat ditoleransi, terutama oleh hukum
kebiasaan di Yunani. Di samping itu, apa yang disebut dengan perjanjian kawin
juga dikenal dalam sistem hukum Yunani, tetapi dalam suatu perkawinan, seperti
dalam sistem hukum Romawi, isteri dianggap "dibeli" oleh suaminya, sehingga
kedudukan isteri sangat lemah dan sangat jauh di bawah kedudukan suaminya.
Hanya di Sparta yang agak sedikit berbeda, karena di sini kedudukan isteri dalam
suatu ikatan perkawinan lebih baik. Sebab, di Sparta, masalah perkawinan oleh
hukum tidak dianggap masalah personal, tetapi merupakan masalah negara dan
isteri menganggap dirinya sebagai agen dari negara. Semua orang diwajibkan kawin
oleh negara dan seorang bujang tua yang tidak kawin-kawin malahan dihukum oleh
negara dan pembayaran-pembayaran tertentu (seperti pembayaran sebagai
penghargaan) tidak boleh diberikan kepada orang lajang. Demikian hukum di
Sparta.20

Sumber-sumber Historis Hukum Yunani


Negara-negara kota Yunani ini tidak banyak meninggalkan naskah-naskah
hukum, nyaris tidak ada undang-undang maupun catatan-catatan tentang kebiasaan-
kebiasaan. Hanya hukum athenalah yang relative dikenal, dari negara-negara kota
nyaris tidak ada dokumen-dokumen sejarah yang dikemukakan Kembali yang dapat
memberikan kepada kita informasi tentang evolusi hukum tersebut.
Sajak-sajak epos Homerus (Ilias dan Odysseia) mengajari kita mengenal
semacam peradaban suku-suku yang berasal dari abad-abad XII dan X SM,
solidaritas keluarga-keluarga masih sangat berpengaruh saat itu. Hukum Athena
yang berasal dari Zaman klasik abad-abad VI dan III SM dapat dijabarkan dari
sejumlah dokumen-dokumen historis dan filosofis dari pleidoi-pleidoi
Demosthenes dan Isaios abad IV SM dan terutama dari inskripsi-inskripsi yuridis,
yang merupakan sumber terpenting pengetahuan tentang hukum Yunani. Di luar
Athena telah di temukan dua buah apa yang dikenal dengan naskah-naskah undang-
undang, yang satu di Gortyn, yang lain di Dura. Kodeks Gortyn adalah suatu
inskripsi piagam yang Panjang yang ditemukan Kembali di pulau Kreta pada tahun
1884. Nampaknya piagam ini berasal dari tahun-tahun 480-260 SM dan
mengandung sejumlah besar aturan-aturan hukum yang menyangkut hukum privat.
Perkawinan, hak milik, hukum waris, adopsi, dan lain-lain. Undang-undang Dura

20 Op.Cit Munir Fuady, hlm 187


ditemukan di kota ini, yang terletakk di daerah Eufrat, pada tahun 1922 dan
merupakan Salinan naskah yang berasal dari abad IV SM. 21

Perselisihan Antara Negara-negara Yunani

Perang Peloponnesia. Setlah berdirinya kerajaan Athena di kepulauan, Yunani


mendapati diri mereka terbagi antara dua liga-kota-kota maritime tunduk pada
Athena; kota-kota pedalaman tetap berada di abwah dominasi Sparta dan sekutu
kontinentalnya di satu sisi dan Athena dan rakyat maritimnya di sisi lain. Ini adalah
Perang Peloponnesia. Perang ini berlangsung dua puluh tujuh tahun sekitar 432-
404 dan Ketika berhenti, perang bangkit Kembali dengan nama lain hingga 360.
Perang tersebut merupakan peristiwa yang rumit. Mereka bertempur secara
bersamaan di darat dan di laut, di Yunani Asia, Thrace, dan Sisilia, biasanya di
beberapa titik sekaligus. Orang-orang Sparta memiliki tentara yang lebih baik dan
merusak Attica; orang Athena memiliki armada yang unggul dan mendarat di
pantai-pantai Peloponesus. Kemudian Athena mengirim pasukannya ke Sisislia di
mana pasukan tewas sampai orang terakhir(413); Lysander, seorang jendral Sparta,
mengamankan sebuah armada dari Persia dan menghancurkan armada Athena di
Asia. Sekutu Athena yang berjuang hanya di bawah paksaan meninggalkannya.
Lysander merebut Athena, menghancurkan dinding-dindingnya, dan membakar
kapal-kapalnya. Akibat perang ini , perang ini tidak menyatukan orang Yunani
menjadi satu tubuh. Tidak ada kota, Sparta lebih dari Athena, mampu memaksa
yang lain untuk patuh padanya. Mereka hanya kelelahan sendiri akibat berperang
satu sama lain. Raja Persia diuntungkan oleh Perselisihan itu. Bukan hanya kota-
kota Yunani tidak Bersatu melawan dia, tetapi s 22emua cara berurutan bersekutu
dengan dia melawan kota Yunani lainnya.

Hukum Yunani dalam Berbagai Undang-Undang dan Kodifikasi


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada era yang bersamaan, di tiga
ujung dunia yang berbeda, ada tiga orang besar pembawa hukum ke dunia, yaitu
menes di Mesir, Minos di Crete (Yunani), dan Manu di India. Di samping namanya
yang mirip-mirip, ketiganya menganggap binatang sapi sebagai hewan suci dan
memakai gambar sapi sebagai lambangnya.
Kitab undang-undang Draco merupakan salah satu undang-undang yang
pernah berlaku di Yunani Kuno. Salah satu prestasi besar dari kitab Undang-
Undang Draco di Yunani mulai berlaku sekitar tahun 620 SM adalah penolakan
terhadap kekuasaan, sehingga hukuman terhadap kejahtan tidak lagi hanya
tergantung pada kehendak kaum bangsawan tersebut. Namun demikian, kitab
undang-undang Draco ini belum sampai membuat suatu perombakan besar terhadap
hukum yang berlaku di Yunani saat itu. Bahkan, dalam banyak hal, kitab undang-
undang Draco hanyalah mempertahankan aturan-aturan hukum tertulis yang sedang
berlaku. Di samping itu, selain itu dari membatasi kekuasaan para bangsawan, kitab

21
Emeritus Jhon Gilissen & Emiritus Frits Gorle , Sejarah Hukum suatu Pengantar, Bandung: PT
Refika Adita Utama, 2011). Hlm 1550
22 Charles Seignobos, Sejarah Peradaban Kuno, hlm 150-154
undang-undang Draco juga menyediakan aturan yang lebih fleksibel dan
membentuk suatu peradilan dengan sistem 50 hakim yang disebut dengan Ephetae,
yang akan memutuskan sesuai hukum yang berlaku. Kemudian, solon seorang ahli
hukum, negarawan dan pujangga di zaman Yunani kuno pernah membuat hukum
yang berlaku di Yunani yang tertulis dalam Undang-undang Solon. Solon sangat
mendukung ide demokrasi dan menentang pemerintahan tangan besi/tirani di
Yunani. Dari beberpa peninggalannya dalam bentuk puisi, dapat diketahui
sebenarnya solon sangat gigih dalam mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi,
seperti terbaca dalam beberapa kutipan berikut:
“ kehancuran negara Yunani tidak terjadi karena kematian Zeus atau melalui
kehendak dari dewa-dewa. Namun yang dapat menghancurkan negara adalah
penduduknya sendiri dan para pemimpin yang berhati rusak dan kekuasaan akan
materi. Padahal mereka akan menderita karena kelakuan mereka merusak
tersebut.”23
Undang-undang Solon di Yunani Kuno banyak melakukan perubahan-
perubahan terhdap sistem hukum yang berlaku di Yunani saat itu. Bahkan, Sebagian
dari perubahan tersebut bersifat radikal. Meskipun begitu, pendampingan dengan
undang-undang Solon, masih berlaku juga hukum kebiasaan Yunani yang tidak
tertulis. Perubahan- perubahan yang dilakukan oleh Undang-Undang Solon, antara
lain sebagai berikut:
1. Undang-undang Solon banyak berpihak kepada masyarakat kelas bawah
2. Undang-undang Solon banyak merombak ketentuan tentang hukum waris
dan hukum keluarga
3. Undang-undang Solon tidak bersifat sacral/ketuhanan, tetapi murni hasil
perenungan akal manusia
4. Undang-undang Solon merupakan hasil konsesus dari masyarakat luas.
Sehingga undang-undang ini merupakan undang-undang yang paling dapat
diterima oleh masyarakat Yunani.
Tenntang ketentuan Undang-Undang Solon yang berpihak kepada masyarakat kelas
kebawah, misalnya seperti terlihat dalam ketentuan berikut:
1. Dihapusnya ketentuan mengenai eksekusi debitur oleh kreditur, di mana
debitur tersebut berubah status menjadi budak belian sehingga banyak yang
diperjualbelikan, bahkan sampai ke luar negerei. Undang-undang Solon
dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada seorang pun dapat dijadikan
budak hanya karena tidak dapat membayar utang-utangnya.
2. Diubahnya sistem mata uang sehingga utang-utang menjadi terdeduksi
sampai 25%.
3. Utang dengan bunga tinggi (riba) dilarang oleh Undang-undang.
4. Meskipun jabatan publik tertentu hanya dapat dipegang oleh golongan
masyarakat tinggi, tetapi umumnhya terbuka bagi semua golongan
masyarakat. Misalnya golongan buruh (thetes) memiliki hak-hak politik
meskipun mereka tidak dapat memegang jabatan eksekutif di pemerintahan.
5. Dilakukan pembagian golongan manusia secara berbeda dengan pembagian
sebelumnya, sehingga menentukan pula besarnya pajak yang harus dibayar.

23 Munir Fuady, Sejarah Hukum Op.Cit hal 186


Undang- undang Solon banyak merombak ketentuan tentang hukum waris dan
hukum kelurga. Misalnya kekuasaan seorang ayah terhdapa anak yang ada dalam
hukum sebelumnya sangat besar, dikurangi oleh Undang-undang Solon. Bahkan,
dalam Undang-undang Solon, antara ayah dan anak dianggap menduduki posisi
sebagai pihak yang independen.
Disamping itu, Undang-undang Solon merombak hukum waris sebelumnya
yang membagi harta warisan berlandaskan kepada penampilannya yang baik pada
acara ritual penguburan. Undang-undang Solon juga mengatur bahwa seorang anak
laki-laki yang sah tidak dapat dikesampingkan untuk mendapatkan warisan dari
orang tuanya. Pelaksanaan wasiat tidak boleh bertentangan dengan hukum tentang
perlindungan dan hak yang sama antara anak laki-laki dari pewaris. Disamping itu,
jika seorang ayah meninggal dengan hanya meninggalkan seorang atau lebih anak
perempuan, maka harta seluruhnya jatuh kepada anak-anak perempuan tersebut.
Namun dalam hal ini dengan persetujuan anak-anak perempuannya, ayahnya dapat
memberikan atau mewasiatkan hartanya kepada saudara-saudara dekat lainnya,
atau mewasiatkan agar saudara-saudara dekatnya mengawini anak perempuan yang
ditinggalkannyha itu24.
Banyak perubahan hukum dilakukan Ketika dibuat undang-undang Solon.
Hal ini sebenarnya merupakan salah satu factor yang mengantarkan Athena menjadi
suatu negara kota besar, kuat dan maju. Bahkan, ketentuan hukum di Athena diikuti
pula oleh negara-negara kota lain di sekitarnya. Karena itu, tidaklah mengherankan
jika Solon, yang hidup di sekitar tahun 600 SM di Athena dipandang oleh bangsa
Yunani sebagai pembuat dan perombak hukum terbesar di sepanjang sejarah
mereka.
Namun demikian, untuk mendapatkan suatu sistem hukum yang terbilang
maju, sebenarnya masih banyak yang harus dilakukan oleh orang-orang Yunani, di
samping hanya memiliki perundang-undangan Solon tersebut. Sebab, hukum di
Yunani saat itu sangat beraneka ragam, tanpa suatu klasifikasi dan sistematisasi
yang jelas. Disamping banyak juga kaidah hukum saat itu hanya semata-mata
mengantungkan para pemegang kekuasaan atau hanya untuk menjawab kebutuhab
sesaat, bukan kebutuhan masyarakat jangka Panjang. Walaupun begitu, di masa
berlakunya undang-undang solon banyak undang-undang tertulis yang dibuat dan
semuanya terbuka untuk dibaca oleh umum. Ketika itu, begitu sebuah perundang-
undangan dibuat dan berlaku , maka undang-undang tersebut langsung ditulis di
atas tembaga atau kayu, agar dapat dibaca oleh rakyat.

Namun saat itu sebenarnya lebih banyak lagi hukum tertulis yang berlaku
yang berupa hukum kebiasaan setempat. Bahlan meskipun perundang-undangan
Solon telah banyak mengatur tentang berbagai hal tentang hukum, setelah itu tidak
ada lagi usaha-usaha dalam sejarah Yunani untuk merumuskan kaidah hukum yang
sistematis atau membuat sebuah kodifikasi.
Inilah yang membedakan dengan sejarah hukum Romawi. Bagi orang-orang
Yunani, hukum tidak dianggap terlalu vital perannya dan bukan merupakan suatu
masalah yang bergengsi. Hukum direduksi hanya pada masalah procedural semata.

24 Ibid, hal hlm 187


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan perkembangan sejarah hukum Yunani dapat
disimpulkan bahwa, sejak awal peradaban hukum Yunani menunjukan ciri atau
sistem hukum di masa depan. Yunani dalam hal ini lebih mengutamakan kebiasaan-
kebiasaan dengan membuat sesedikit mungikn teks hukum tertulis atau kodifikasi
Bagi orang-orang Yunani, hukum tidak dianggap terlalu vital perannya dan bukan
merupakan suatu masalah yang bergengsi. Hukum direduksi hanya pada masalah
procedural semata. Namun demikian, untuk mendapatkan suatu sistem hukum yang
terbilang maju, sebenarnya masih banyak yang harus dilakukan oleh orang-orang
Yunani, di samping hanya memiliki perundang-undangan Solon tersebut. Sebab,
hukum di Yunani saat itu sangat beraneka ragam, tanpa suatu klasifikasi dan
sistematisasi yang jelas.

B. Saran
Mempelajari sejarah hukum tentunya memberikan pengetahuan tentang
Hukum yang berlaku dan berkembang di masa lalu. Jika melihat sejarah hukum
Yunani Tentunya begitu banyak aturan hukum yang di berlakukan pada masa itu,
untuk itu diharapkan ada banyak pembahasan secara mendalam mengenai sejarah
hukum Yunani.
Daftar Pustaka

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Sejarah, Aliran Dan Pemaknaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, 2006
Arif, Muhamad. 2011 Pengantar kajian sejarah, Bandung: Yrama Widya.
Charles Seignobos, Sejarah Peradaban Kuno , Indoliterasi,Yogyakarta,2016
Emeritus Jhon Gilissen & Emiritus Frits Gorle , Sejarah Hukum suatu Pengantar,
Bandung: PT Refika Adita Utama, 2011).
George H. Sabine, A History of Political Theory, Third Edition, (New York-
Chicago-San Fransisko-Toronto-London: Holt, Rinehart And Winston,
1961),
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Bandung: PT Bentang Pustaka, 2005)
Sunarmi, Sejarah Hukum, (Prenademedia Group, 2016)
Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 2001
Munir Fuady,Sejarah Hukum, Ghlmia Indonesia, Jakarta, 2009
Sudarsono, Sejarah Hukum, Rineka Cipta, 2004
Soeroso, R 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Muchmad Ali Safa’at, http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2013/09/Sejarah-Singkat-
Pemikiran-Negara.pdf di akses pada 7 desember 2020

Anda mungkin juga menyukai