Anda di halaman 1dari 15

SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL

(CIVIL LAW)

MAKALAH
Disusun Sebagai Salah satu Tugas Mata Kuliah Sistem Hukum di Indonesia

SITI SADIAH
12214110217

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya berupa iman, islam dan ilmu serta
bimbingann-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil law)”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqh
Munakahat. Penulis berharap, makalah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan mengenai sistem hukum Eropa Kontinental.
Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1 Bapak dosen Ibrahim Fajri, S.H, M.E.I yang telah memberikan ilmunya,
bimbingan dan kesabarannya hingga akhirnya makalah ini dapat selesai
tepat pada waktunya.
2 Semua staf dan pegawai perpustakaan yang banyak memberikan
referensi buku sehingga penyusun mudah menyusun makalah.
Tentunya makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun berharap, makalah ini dapat bermanfaat untuk ke depan dan
rekan-rekan mahasiswa lainnya. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bogor, 1 Juni 2013

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I ................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Hukum Eropa Kontinental?................... 2

2. Negara apa sajakah yang menganut Sistem Hukum eropa Kontinental? ...... 2

3. Apa saja Karakteristi sistem hukum Eropa Kontinental?................................ 2

4. Apa saja yang menjadi sumber hukum Eropa Kontinental ............................ 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2


BAB II ................................................................................................................................ 3

A. Sistem Hukum Eropa Kontinental .......................................................................... 3


1. Pengertian Sistem Hukum Eropa Kontinental ................................................ 3

2. Karakteristik hukum Eropa Kontinental : ........................................................ 5

3. Sumber hukum sistem hukum eropa kontinental : ........................................ 6

4. Negara-negara Penganut Sistem Hukum Eropa Kontinental ......................... 9

5. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Hukum Eropa Kontinental ...................... 9

BAB III............................................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Hukum merupakan keseluruhan elemen-elemen dan aspek yang
membangun serta menggerakkan hukum sebagai sebuah pranata dalam
kehidupan bermasyarakat. Di dunia ini terdapat berbagai macam sistem hukum
yang diterapkan oleh berbagai negara, namun di kalangan civitas akademika kita
hanya diakrabkan dengan 2 (dua) sistem hukum yang banyak mempengaruhi
sistem hukum sebagian besar negara-negara di dunia. Sistem hukum tersebut
adalah sistem hukum eropa kontinental dan sistem hukum anglo saxon. Sejak
awal abad pertengahan sampai pertengahan abad XII, hukum Eropa Kontinental
dan hukum Inggris masuk ke dalam bilangan sistem hukum yang sama yaitu
hukum Jerman. Hukum tersebut bersifat feodal baik substansinya maupun
prosedurnya. Satu abad kemudian terjadi perubahan situasi. Hukum Romawi
yang merupakan hukum materiil dan hukum Kanonik yang merupakan hukum
acara telah mengubah kehidupan di Eropa Kontinental.
Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang didasarkan atas
hukum Romawi disebut sebagai sistem Civil law. Disebut demikian karena hukum
Romawi pada mulanya bersumber kepada karya agung Kaisar Iustinianus Corpus
Iuris Civilis. Sistem Civil Law dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental
sehingga kerap disebut juga sistem kontinental. Hukum romawi yang merupakan
sumber dari sistem Civil law telah menempuh sejarah yang panjang untuk sampai
kepada tingkat perkembangan yang tinggi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Hukum Eropa Kontinental?
2. Negara apa sajakah yang menganut Sistem Hukum eropa
Kontinental?
3. Apa saja Karakteristi sistem hukum Eropa Kontinental?
4. Apa saja yang menjadi sumber hukum Eropa Kontinental

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada para pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan
sistem hukum Eropa Kontinental baik itu asal definisi, sumber hukumnya ,
karakteristik, ataupun negara-negara penganut sistem hukum ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Hukum Eropa Kontinental
1. Pengertian Sistem Hukum Eropa Kontinental
Pengertian Civil Law dapat dipaparkan dalam definisi berikut ini:
“ Civil Law may be defined as that legal tradition which has its origin in Roman
Law, as codified in the Corpus Juris Civilis of Justinian, and subsequently
developed in Continental Europe and around the world. Civil Law eventually
divided into two streams: The codified Roman Law ( French Civil Code 1804 and
its progeny and imitators-continental Europe, Quebec and Louisiana ) and
uncodified Roman Law ( Scotland and South Africa ). Civil Law is highly
systematized and structured and relies on declarations of board, general
principles, often ignoring details.”
Apabila diterjemahkan lebih kurang demikian: hukum sipil dapat didefinisikan
sebagai suatu tradisi hukum yang berasal dari Hukum Roma yang terkodifikasi
dalam Corpus Juris Civilis Justinian dan tersebar keseluruh benua Eropa dan
seluruh Dunia. Kode sipil terbagi ke dalam dua cabang, yaitu:
a. Hukum romawi yang terkodifikasi ( Kode sipil Prancis 1804 ) dan daerah
lainnya di benua Eropa yang mengadopsinya, Quebec dan Lousiana; dan
b. Hukum Romawi yang tidak dikodifikasi ( Skotlandia dan Afrika Selatan ).
Hukum Kode sipil sangat sistematis, terstruktur yang berdasarkan
deklarasi para dewan, prinsip-prinsip umum dan sering menghindari hal-
hal yang detail.

Hukum Sipil (civil law) atau yang biasa dikenal dengan Romano-Germanic
Legal System adalah sistem hukum yang berkembang di dataran Eropa. Titik
tekan pada sistem hukum ini adalah, penggunaan aturan-aturan hukum yang
sifatnya tertulis. Sistem hukum ini berkembang di daratan Eropa sehingga

3
dikenal juga dengan sistem Eropa Kontinental. Kemudian disebarkan negara-
negara Eropa Daratan kepada daerah-daerah jajahannya.
Sistem hukum eropa kontinental biasa disebut dengan istilah “Civil Law”
atau yang disebut juga sebagai “Hukum Romawi”. Sistem hukum ini disebut
sebagai hukum romawi karena sistem hukum eropa kontinental memang
bersumber dari kodifikasi hukum yang digunakan pada masa kekaisaran romawi
tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus yang memerintah romawi
pada sekitar abad ke-5 antara 527 sampai dengan 565 M.
Peraturan-peraturan hukumnya merupakan kumpulan dari berbagai
kaidah hukum yang ada sebelum masa Justinianus yang kemudian disebut
‘Corpus Juris Civilis’. Sistem hukum eropa kontinental banyak dianut dan
dikembangkan di negara-negara eropa. Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip
hukum yang terdapat pada Corpus Juris Civilis itu dijadikan dasar perumusan dan
kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan, seperti Jerman, Belanda,
Perancis, Italia, Amerika Latin, dan Asia termasuk Indonesia pada masa
penjajahan pemerintah Belanda.
Dalam sistem hukum eropa kontinental, hukum memliki kekuasaan yang
mengikat karena hukum yang terdiri dari kaidah atau peraturan-peraturan
tersebut telah disusun secara sistematis dan dikodifikasi (dibukukan).
Pada sistem ini, putusan pengadilan berdasarkan pada peraturan
perundang undangan yang berlaku, contohnya bisa UUD 45, Tap MPR,
UU/Perpu, Peraturan Pemerintah, Perpres/Kep Pres, MA, Keputusan Menteri
dan lain lain. jadi, keputusan pengadilan bersifat fleksibel (berubah ubah)
tergantung hakim yang memutuskan berdasarkan fakta/bukti yang ada.
Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah
“hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-
peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di
dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”. Prinsip ini dianut mengingat bahwa
nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Kepastian

4
hukum dapat diwujudkan jika tindakan-tindakan hukum manusia di dalam
pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum yang tertulis.
Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, maka
hakim tidak dapat leluasa untuk menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat hukum. Hakim hanya berfungsi ‘menetapkan dan menafsirkan
peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya’. Putusan seorang hakim
dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins
Res Ajudicata). Dalam sistem hukum eropa kontinental dikenal adagium1 yang
berbunyi bahwa tidak ada hukum selain undang-undang atau dengan kata lain
bahwa hukum merupakan undang-undang itu sendiri.
Dalam sistem hukum eropa kontinental tidak dikenal adanya
yurisprudensi yang menjadi ciri sistem hukum anglo saxon. Putusan hakim hanya
berlaku dan mengikat pihak-pihak yang bersengketa saja atau pada satu kasus
tertentu dan tidak dapat mengikat umum atau dijadikan sebagai dasar untuk
memutus perkara lainnya yang serupa. Dalam hal ini hakim hanya berperan
sebagai pembuat keputusan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan
penafsirannya terhadap peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sistem hukum yang di
dalamnya menganut aliran frele recht lehre yaitu dimana hukum tidak dibatasi
oleh undang-undang tetapi hakim diberikan kebebasan untuk melaksanakan
undang-undang atau mengabaikannya.
2. Karakteristik hukum Eropa Kontinental :
a. Adanya kodifikasi. hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena
diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang
dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi
b. Hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang menjadi
sumber hukum yang terutama. Penganut sistem Civil Law memberi

1
ada·gi·um n pepatah; peribahasa: sebuah — Latin menyatakan “Ubi societas ibi justicia”, artinya
di mana ada masyarakat dan kehidupan di sana ada hukum (keadilan)

5
keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutus perkara tanpa perlu
meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang menjadi pegangan
hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-undang.
c. Sistem peradilan bersifat inkuisitorial. Di dalam sistem itu, hakim
mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutuskan
perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai
alat bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di dalam sistem hukum
Civil Law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa
yang dihadapinya sejak awal. Sistem ini mengandalkan profesionalisme
dan kejujuran hakim.
3. Sumber hukum sistem hukum eropa kontinental :
a) Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga legislatif
atau Statutes;
b) Peraturan-peraturan hukum (Regulation) yang dibuat pemegang
kekuasaan eksekutif berdasarkan wewenang yang telah ditetapkan oleh
undang-undang (peraturan-peraturan hukum administrasi negara);
c) Kebiasaan-kebiasaan (custom) yang telah hidup dalam masyarakat dan
yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan
dapat diterima sebagai hukum oleh masyarakat.
Dalam rangka menemukan keadilan, para yuris (para ahli hukum) dan
lembaga-lembaga yudisial maupun quasi-judisial merujuk kepada sumber-
sumber tersebut. Dari sumber-sumber itu, yang menjadi rujukan pertama dalam
tradisi sistem hukum Civil Law adalah peraturan perundang-undangan. Negara-
negara penganut civil law menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam
hirarki peraturan perundang-undangan. Semua negara penganut civil law
mempunyai konstitusi tertulis.
Peraturan perundang-undangan mempunyai dua karakteristik, yaitu
berlaku umum dan isinya mengikat keluar. Sifat yang berlaku umum itulah yang
membedakan antara perundang-undangan dan penetapan. Penetapan berlaku

6
secara individual tetapi harus dihormati oleh orang lain. Sebagai contoh
penetapan, misalnya, pemberian grasi oleh Presiden Republik Indonesia melalui
suatu keputusan presiden ( Keppres ) kepada seorang terpidana yang putusan
pemidanaannya telah memiliki kekuatan yang tetap.
Sumber hukum yang kedua yang dirujuk oleh para yuris di negara-negara
penganut Civil Law dalam memecahkan masalah adalah kebiasaan-kebiasaan.
Pada kenyataannya, undang-undang tidak pernah lengkap. Kehidupan
masyarakat begitu kompleks sehingga undang-undang tidak mungkin dapat
menjangkau semua aspek kehidupan tersebut. Sedangkan dilain pihak,
dibutuhkan aturan-aturan yang dijadikan pedoman manusia dalam bertingkah
laku untuk hidup bermasyarakat. Dalam hal inilah dibutuhkan hukum kebiasaan.
Yang menjadi sumber hukum bukanlah kebiasaan, melainkan hukum
kebiasaan. Kebiasaan tidak mempunyai kekuatan mengikat. Agar kebiasaan
menjadi hukum kebiasaan diperlukan dua hal, yaitu tindakan itu dilakukan secara
berulang-ulang ( usus ) dan adanya unsur psikologis mengenai pengakuan bahwa
apa yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang itu aturan hukum.
Unsur ini mempunyai relevansi yuridis, yaitu tindakan itu bukan sekadar
dilakukan secara berulang-ulang, melainkan tindakan itu harus disebabkan oleh
suatu kewajiban hukum yang menurut pengalaman manusia harus dilakukan.
Unsur psikologis itu dalam bahasa latin disebut Opinio Necessitatis, yang berarti
pendapat mengenai keharusan bahwa orang bertindak sesuai dengan norma
yang berlaku akibat adanya kewajiban hukum.
Sumber hukum yang ketiga yang dirujuk dalam sistem hukum Civil Law
adalah yurisprudensi. Ketika mengemukakan bahwa suatu hukum kebiasaan
berlaku bagi semua anggota masyarakat secara tidak langsung, melainkan
melalui yurisprudensi, Spruit sebenarnya mengakui bahwa yurisprudensi
merupakan sumber hukum dalam arti formal. Akan tetapi posisi yurisprudensi
sebagai sumber hukum di dalam sistem hukum Civil Law belum lama diterima.
Hal itu disebabkan oleh pandangan bahwa aturan-aturan tingkah laku, terutama

7
aturan perundang-undangan, ditujuka untuk mengatur situasi yang ada dan
menghindari konflik; dengan demikian, aturan-aturan itu dibuat untuk hal-hal
setelah undang-undang itu diundangkan. Undang-undang dalam hal demikian
merupakan suatu pedoman mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan.
Berdasarkan sumber-sumber hukum itu, maka sistem hukum Eropa
Kontinental penggolongannya ada dua yaitu ‘hukum publik’ dan ‘hukum privat’.
Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur
kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara
masyarakat dan negara. Termasuk dalam hukum publik adalah :
1. Hukum tata negara
2. Hukum administrasi negara
3. Hukum pidana
Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup
demi hidupnya. Termasuk dalam hukum privat adalah :
1. Hukum sipil
2. Hukum dagang
Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, maka
batas-batas yang jelas antara hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit
ditentukan, karena :
a) Terjadinya proses sosialisasi didalam hukum sebagai akibat dari makin
banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat, walaupun pada
dasarnya menyangkut kepentingan perorangan, ternyata
memperlihatkan adanya unsur ‘kepentingan umum/masyarakat’ yang
perlu dilindungi dan dijamin. Misalnya bidang hukum peburuhan dan
hukum agraria.

8
b) Makin banyaknya ikut campur negara didalam bidang kehidupan yang
sebelumnya hanya menyangkut hubungan perorangan. Misalnya bidang
perdagangan, bidang perjanjian, dan sebagainya.

4. Negara-negara Penganut Sistem Hukum Eropa Kontinental


a. Perancis
b. Inggris
c. Afrika Selatan
d. Belgia
e. Swedia
f. Selandia Baru
g. Rusia
h. Belanda
Indonesia menganut sistem Eropa dapat dilihat dalam ketentuan pasal 95
ayat 2, dimana dikatakan bahwa undang-undang tidak dapat diganggu gugat. Hal
ini berarti bahwa tidak ada kekuasaan lain dari Pembentuk undang-undang itu
sendiri yang berhak menyelidiki apakah undang-undang itu bertentanagan atau
tidak dengan UUD.
5. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Hukum Eropa Kontinental
a. Kelebihan:
1) Sistem hukumnya tertulis dan terkodifikasi, sehingga ketentuan yang
berlaku dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk
menyelesaikan setiap terjadi peristiwa hukum (kepastian hukum yang
lebih ditonjolkan). Contoh tata hukum pidana yang sudah dikodifikasikan
(KUHP), jika terjadi pelanggaran tehadap hukum pidana maka dapat
dilihat dalam KUHP yang sudah dikodifikasikan tersebut.
2) Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Komtinental itu
adalah “hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam
peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara
sistemik di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu.” Prinsip dasar ini

9
dianut karena ingin mencapai tujuan hukum yaitu ”kepastian hukum.”
Sehingga kepastiam hukum di sistem hukum Eropa Kontinental ini sangat
diperhatikan dan dijamin.
3) Sumber hukum yang digunakan adalah undang-undang. Undang-undang
ini dibentuk oleh kekuasaan legislatif yang disahkan eksekutif. Sehingga,
ada kerja sama yang baik antar pemegang kekuasaan dalam pembentukan
undang-undang.
4) Adanya penggolongan sistem hukum Eropa Kontinental dalam 2 bidang,
yaitu hukum privat dan hukum publik. Sehingga lebih mudah untuk
menyelesaikan sebuah perkara. Jika perkara antara masyarakt dan negara
maka termasuk hukum publik. Dan jika pertentangan antar individu di
masyarakat, maka termasuk dalam bidang hukum privat.
5) Adanya pembuatan undang-undang baru yang menyesuaikan
perkembangan masyarakat. Suatu contoh adalh undang-undang tipikor
(tindak pidana korupsi) di Indonesia. Dengan adanya undang-undang yang
baru akan lebih memudahkan penyelesaian perkara yang bersangkutan.
6) Penyelesaian sebuah perkara akan selalu berpegang teguh pada undang-
undang. Sehingga putusan-putusan diharapkan bersifat obyektif.

b. Kelemahan:
1) Sistemnya terlalu kaku, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman karena
hakim harus tunduk terhadap perundang-undang yang sudah berlaku
(hukum positif). Padahal untuk mencapai keadilan masyarakat hukum
harus dinamis, menyesuaikan perkembangan masyarakat
1) Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan
dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu
perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja. Sehingga dalam
penyelesaian perkara yang sama di lain waktu, seorang hakim harus
menetapkan dan menafsirkan perundang-undaangan kembali.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang
didasarkan atas hukum Romawi disebut sebagai sistem Civil law. Disebut
demikian karena hukum Romawi pada mulanya bersumber kepada karya agung
Kaisar Iustinianus Corpus Iuris Civilis. Sistem Civil Law dianut oleh negara-negara
Eropa Kontinental sehingga kerap disebut juga sistem kontinental.
hukum sipil dapat didefinisikan sebagai suatu tradisi hukum yang berasal dari
Hukum Roma yang terkodifikasi dala, Corpus Juris Civilis Justinian dan tersebar
keseluruh benua Eropa dan seluruh Dunia. Kode sipil terbagi ke dalam dua
cabang, yaitu Hukum romawi yang terkodifikasi dan Hukum Romawi yang tidak
dikodifikasi.
Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi,
hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang menjadi sumber
hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial.
Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law
berupa peraturan perundang-undangan, kebiasaan-kebiasaan, dan
yurisprudensi.

B. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penyusun, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar dan luas
lagi disarankan kepada pembaca untuk membaca referensi-referensi lain yang
lebih baik. Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada
pembaca agar terus mempelajari dan mengkaji ilmu berkaitan dengan hukum,
terutama sistem hukum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Djamali, R. A. (1984). Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali.


muksalmina. (2011, 2 12). muksalmina. Dipetik 5 13, 2013, dari wordpress:
http://muksalmina.wordpress.com/2011/01/11/sistem-hukum-civil-law-eropa-
kontinental/
saveandsound. (2012, 2 13). saveandsound. Dipetik 5 13, 2013, dari wordpress:
http://saveandsound.wordpress.com/2012/02/13/sistem-hukum-eropa-
kontinental/
Tresna, M. R. (1978). Peradilan di Indonesia dari abad ke abad. Jakarta: Pradnya Paramita.
wikipedia. (t.thn.). wikipedia. Dipetik 5 13, 2013, dari id.wikipedia.org:
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum#Sistem_hukum_Eropa_Kontinental

iii

Anda mungkin juga menyukai