Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme


biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar
inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat
(DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein
yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan
HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik
tembakau/TMV).
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik
yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut
memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman,
menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi
sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil
menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat
dengan mikroskop.

1
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun
tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan
penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri
penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati
saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.
Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda
menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat
bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah
beberapa kali ditransfer antartanaman.Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai
bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup
pembawa penyakit.
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab
penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri.
Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat
kecil.
Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith
Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik
yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus ini juga merupakan virus yang
pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan
Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan virus cacar?
2. Apa yang dimaksud dengan virus ebola?
3. Apa yang dimaksud dengan virus H1N1?
4. Apa yang dimaksud dengan virus H5N1?
5. Apa yang dimaksud dengan virus HIV?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Virus cacar
Cacar air merupakan infeksi sangat menular yang disebabkan oleh virus varisela
zoster. Cacar air dijangkiti melalui batuk dan bersin serta sentuhan langsung dengan cairan
dalam lepuh cacar air.
Penyakit ini biasanya tidak parah dan hanya singkat di kalangan anak sehat,
adakalanya cacar air akan menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi bakteri pada
kulit yang mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang otak. Orang dewasa
yangmenderita infeksi cacar air pada umumnya mengalami gejala yang lebih parah. Cacar
air mungkin menimbulkan risiko terhadap bayi dalam kandungan jika terjangkit sewaktu
hamil.
Cacar air dapat menyebabkan penyakit parah, bahkan maut, pada tiap golongan
usia. Waktu inkubasi untuk cacar air adalah 10 sampai 21 hari, diikuti dengan ruam
berbintik merah pada mulanya, yang kemudian menjadi lepuh dalam waktu beberapa jam.
Bintik-bintik ini biasanya timbul di badan, muka dan bagian tubuh yang lain. Banyak orang
yang menderita infeksi cacar air mengalami demam dan merasa kurang sehat dan mungkin
merasa gatal sekali. Siapapun yang belum pernah menderita cacar air dapat terjangkit.
Siapapun yang pernah menderita cacar air dianggap kebal dan tidak memerlukan vaksin.
Sekitar 75% dari masyarakat menderita infeksicacar air sebelum usia 12 tahun.
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh
virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya
mengenai anak,yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa
makulo papular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4
hari dan dapat me-ninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).
Sedangkan menurut Adhi Djuanda varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau
chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan
mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama
dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993).

3
1. Morfologi
Pembungkus berasal dari selaput inti sel yang terinfeksi. Pembungkus ini
mengandung DNA,lipid, karbohidrat, dan protein, dan dapat menghilangkan eter.
Berbentuk bulat.Varicella zoster merupakan kelompok virus herpes, yang berukurang 140-
200 µ, berinti DNA.
2. Klasifikasi Varicella Zoste
Varicella zoster diklasifikasikan sebagai berikut:
Family : Herpesviridae
sub family : Alphaherpesvirinae
Genus : Varicellovirus
Species : Varicella zoster

3. Proses eksositosis oleh virus


a. Gejala
Gejalanya mulai timbul 10-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang
usia-nya berkisar 10 tahun gejala pertamanya adalah sakit kepala, demam sedang, dan
rasa tidak enak di badan. Gejala tersebut tidak ditemukan pada anak-anak di bawah usia
10 tahun dan akan menjadi gejala yang berat jika menyerang anak yang lebih dewasa.
24-36 jam pertama setelah timbulnya gejala awal, muncul ruam di badan dan kemudian
tersebar ke wajah, tangan, dan kaki. Selain itu ruam juga akan muncul di selaput
mukosa seperti di bagian dalam mulut atau vagina. Ruam yang awalnya
berbentuk bintik-bintik merah datar (makula), akan menjadi bintik-bintik menonjol

4
(papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel), yang terasa gatal, dan pada
akhirnya mengering. Proses ini memakan waktu 6-8 jam, selanjutnya akan terbentuk
bintik-bintik dan lepuhan baru.
Pada hari kelima biasanya tidak terbentuk lepuhan baru, seluruh lepuhan
akan mengering pada hari keenam, dan akan menghilang dalam waktu kurang dari 20
hari Penularan.
Virus varicella zoster menyebar melalui udara. Orang dengan daya tahan
tubuh rendah dapat terserang virus ini. Penularan dapat muncul sejak 48 jam sebelum
ruam pertama muncul hingga 5 hari setelahnya. Setelah tertular, biasanya dibutuhkan
waktu sekiter 10-21 hari geja-la pertama muncul. Jangka waktu ini dikenal sebagai
masa inkubasi.
Cacar air ditularkan melalui udara pernapasan, kontak langsung dengan
cairan ruam, dan kontak dengan cairan yang tekena cairan ruam, seperti handuk, seprei,
atau selimut.

b. Pengobatan
Pengobatan di rumah pada cacar air ditujukan untuk meringankan gejala, yang
dapat dilakukan dengan:
1. Istirahat secukupnya
2. Mandi dengan air hangat atau air dingin setiap 3-4 jam pada hari-hari pertama
untuk mengurangi rasa gatal
3. Pemberian calamine lotion untuk mengurangi rasa gatal
4. Dapat diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil
2% atau mentol 1-2
5. Bagi anak kecil, dianjurkan untuk memakai sarung tangan untuk mencegah
mengga-ruk ruam-ruam
6. Makan makanan yang lembut dan berikan minum air dingin jika terdapat ruam
di dalam mulut.
7. Hindari makanan dan minuman yang terlalu asam, seperti jus jeruk, dan hindari
juga garam
8. Kulit dicuci sebersih mungkin dengan sabun

5
9. Menjaga kebersihan tangan
10. Kuku dipotong pendek
11. Baju harus kering dan bersihan
Sedangkan untuk pengobatan medis dapat dilakukan dengan menggunakan:
1. Paracetamol untuk menurunkan demam, atau asetaminofen
2. Antibiotik, jika ada infeksi bakteri
3. Obat anti-virus asiklovir, jika kasusnya terlalu berat (diberikan pada anak berusia lebihdari
2 tahun atau remaja karena pada remaja, penyaakit ini lebih berat)
4. Obat anti-virus vidarabin

c. Pencegahan
Cacar air dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi diberikan pada ke-lompok-
kelompok berikut:
1. Anak-anak dengan usia 12-18 bulan yang belum pernah mengalami cacar air diberikan
satu dosis vaksin
2. Anak-anak dengan usia 19 bulan hingga 13 tahun yang belum pernah mengalami
cacar air diberikan satu dosis vaksin
3. Orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air dan bekerja atau tinggal
dilingkungan yang sangat mudah terjangkit cacar air
4. Wanita reproduktif yang belum pernah mengalami cacar air dan tidak dalam kondisi
sedang hamil
5. Orang dewasa dan remaja yang belum pernah mengalami cacar air dan tinggal dengan
anak-anak

6
6. Orang yang hendak bepergian ke luar negeri dan belum pernah mengalami cacar air

Voricella Zoster Immunoglobulin (VZIG) adalah zat kekebalan terhadap virus penyebab
cacar air. VZIG hanya diberikan pada kelompok-kelompok tertentu:
1. Orang dengan sistem kekebalan rendah
2. Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah terkena cacar air sebe-
lumnya
3. Bayi dibawah usia 28 hari yang lahir dari usia kehamilan kurang dari 28 minggu
atau berat lahirnya kurang dari 1000 gram
4. Bayi dibawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau yang mengalami
cacar air antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah persalinan

d. Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang
orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hari
dihitung dari timbulnya gejala kulit.
e. Etiologi
Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster. Penamaan virus ini mem-
beri pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela,
sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves
zoster.
f. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari geja-
la prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian
disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel
akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini
berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran
polimorfi.
Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal kemuka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan

7
saluran na-fas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah
bening regional (lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

B.Virus Ebola

Negara Zaire menjadi perhatian dunia karena di sana banyak penderita meninggal akibat
serangan Demam Berdarah Ebola (DBE). DBE disebabkan oleh semacam virus ganas yang relatif
baru, yaitu virus Ebola. Virus ini sudah disolasi sejak tahun 1967 dari penderita-penderita di
Jerman dan Yugoslavia, yang kemudian ternyata terinfeksi dari monyet yang berasal dari Uganda.
Nama Ebola diambil dari nama sebuah sungai di Zaire asal virus tersebut diisolasi pertama kali.
Beberapa negara di Afrika juga pernah terserang Demam Berdarah Ebola. Kekhawatiran muncul
bila virus ini menular ke negara lain yang dimungkinkan oleh sistem transportasi yang serba
canggih.

Di Kongo Barat Laut 5000 ekor gorila mati akibat terinfeksi virus Ebola, yang
memusnahkan hampir separuh populasi hewan yang terancam punah. Simpanse juga banyak yang
mati akibat virus ini. Para ahli menyatakan bahwa virus Ebola yang sangat menular ini terutama
tersebar melalui kontak antar kelompok gorila dan simpanse, bahkan manusia juga bisa terinfeksi
oleh virus Ebola. Virus ini pertama kali ditemukan tahun 1976 di Kongo, dan sejauh ini hanya
ditemukan di Afrika saja. Wabah virus Ebola terakhir di Uganda pada Oktober 2000, ketika 173
orang meninggal dan total 426 orang terdiagnosis mengidap virus itu di Uganda bagian utara.
Penularan virus Ebola hanya terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini akan meninggal dunia, karena sampai sekarang virus
ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus ini.

WHO menyatakan lebih dari 1.000 orang meninggal karena Ebola sejak virus itu pertama
kali teridentifikasi pada 1976 di Sudan dan Kongo. Bisaanya wabah bisa diatasi dengan cepat
karena virus ini membunuh korbannya lebih cepat sebelum menular ke individu lain. Sampai saat
ini, tercatat sekitar 1.500 kasus demam akibat virus Ebola terjadi di seluruh dunia. Gejala awal
sakit akibat virus ini antara lain berupa demam, sakit kepala, tenggorokan kering, lemas, pilu otot,
diare, dan sakit perut.

8
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum ada yang dilaporkan terinfeksi oleh virus
Ebola. Akan tetapi, dengan kemajuan sistem transfortasi pada saat ini, tidak menutup kemungkinan
virus Ebola bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang bisa
diterapkan untuk mencegah masuknya virus Ebola di Indonesia mengingat virus ini sangat mudah
menular dan sangat mematikan karena sampai sekarang belum ditemukan vaksin yang bisa
mencegah infeksi oleh virus Ebola.

1. Pengertian

Virus ebola merupakan virus penyebab demam berdarah ebola (DBE) yang menyebabkan
pendarahan internal massif dan mematikan. Virus ini diduga berasan dari Afrika yang ditularkan
dari binatang primate ke manusia.
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari
penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Virus ini mempengaruhi sel indotelial pada
permukaan pembuluh darah. Selain itu virus ebola juga mempengaruhi proses koagulasi, dimana
pembuluh darah mengalami kerusakan dan platelet tidak bisa terkoagulasi, sehingga penderita
akan mengalami syok hipovolemik. Virus yang ditularkan melauli cairan tubuh ini pertama kali
menyebabkan wabah demam berdarah ebola pada tahun1976 di Zaire.
Sejauh ini, Ebola adalah penyakit yang paling mematikan diseluruh dunia. Kesempatan
untuk hidup jika terinfeksi penyakit ini masih 0% alias tidak mungkin, dan sampai sekarang masih
dicari vaksinnya. Penderita biasanya bisa langsung meninggal dalam siklus 6 hari sampai 20 hari,
alias sangat cepat. Sekarang bisa dikatakan bahwa Ebola adalah penyakit yang paling dihindari
untuk terjangkit diseluruh dunia.

2. Struktur Virus

Morfologi virus ebola berbentuk tubular berfilamen, amun bisa ditemukan juga dalam
bentuk sirkuler atau bercabang. Virion biasanya berdiameter 80 nm dan memiliki panjang
bervariasi antara 800 – 1000 nm.

Genom virus ebola terdiri dari RNA untai tunggal berpolaritas negatif dengan panjang
18.959 – 18.961 pasang basa. Genom viral mengkode 7 protein struktural dan 1 protein
nonstruktural .

9
Ditengah-tengah virion terdapat nukleokapsid berbentuk heliks melindungi genom viral
yang terdiri dari RNA yang membentuk kompleks dengan protein viral NP, VP35, VP30 dan
protein L. Virus ebola juga memiliki tonjolan (spikes) yang terdiri dari glikoprotein yang terdapat
pada selubung luar virus. Diantara selubung viral dengan nukleokapsid terdapat matriks yang
terdiri dari protein viral VP40 dan VP24 .

3. Patogenesis

Virus ebola mampu bereplikasi dengan cepat di sel-sel tubuh manusia antara lain di sel
endotelial, sel monosit, makrofak dan sel hepar. Setelah virus masuk ke dalam sel hospes, didalam
sekretori glikoprotein (sGP) , glikoprotein viral (GP) disintesis. Replikasi virus ebola dalam sel
mengacaukan sintesis protein hospes dan system imun hospes.

Glikoprotein viral membentuk klompleks trimerik yang merupakan komponen untuk virus
mengikatkan dirinya pada lapisan sel endotelial yang melapisi dinding bagian dalam, pembuluh
darah. Komponen dimerik dari sGP protein, yangmerupakan komponen kompleks trimeric
glikoprotein viral telah mengalabui kerja neutrophil sehingga virus dapat berlindug dari system
imundengan menghambat langka awal aktivitas neutrophil.

Keberadaan partikel virus dan kerusakan sel akibat proses budding pada saat virion keluar
dari dalam sel yang terinfeksi, mengakibatkan pelepasan sitokin terutama TNF-a, IL-6, IL-8 dan
lainnya, yang merupakan molekul signal untuk aktivitas proses demam dan inflamasi. Disamping
itu efek sitopatogenik virus pada sel indotelial yang melapisi bagian dalam pembulu darah, dapat
menyebabkan kebocoran pada dinding sel pembuluh darah.

10
Kebocoran pada dinding sel pembuluh darah ini diperparah oleh efek sintesis glikoprotein
viralyang mengambil glikoprotein sel yang terinfeksi, sehingga mempengaruhi fungsi protein
integrin yang bertanggung jawab pada intergritas struktur ikatan intraseluler. Hal ini dapat
menimbulkan permeabilitas dinding pembuluh darah. Disamping itu infeksi virus ebola pada sel
hepatosis menyebabkan kerusakan pada sel hati, sehingga mengakibatkan koagulopati atau
kelainan pada system pembuluh darah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ketika dinding
pembuluh darah mengalami kebocoran dan mekanisme koagulasi tidak bekerja secara efektif,
maka darah akan keluar dari pembuluh darah sehingga menyebabkan hipovolemik dan syok.

4. Patofisiologi
Penyakit ebola menyebar dan masuk ke dalam tubuh host melalui berbagai macam cara antara
lain melalui jarum suntik , donor darah , dan melalui kontak langsung tangan.
Tahapan penularan virus ebola dari penderita satu ke penderita lainnya antara lain :
a. Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret
dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. melalui lecet di
kulit selama perawatan pasien, ritual penguburan dan mungkin kontak dengan daging
secara terinfeksi, atau di permukaan mukosa.Terkadang jarum suntik merupakan rute
utama dari eksposur kerja.
b. Target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan replikasi tinggi
dalam beberapa tipe sel di dalam hati, paru-paru dan limpa.
c. Sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan terhadap efek cytopathic
produk gen virus Ebola in vitro dan mungkin in vivo melalui gangguan jalur sinyal
seluler dipengaruhi oleh mengikat, fagositosis serapan virus atau keduanya. Kerusakan
tidak langsung juga dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor
tumor nekrosis dan oksida nitrat.

5. Gejala Klinik

Masa inkubasi infeksi virus ebola antara 2 – 21 hari. Penyakit ditandai dengan gejalan yang
timbul secara memdadak dan cepat berupa demam, malaise, sakit otot, sakit kepala dan inflamasi
pada faaring. Setelah 6 hari dilanjutkan dengan muntah dan diare berdarah, pendarahan dan ruam
maculopapular.

11
Gejala klinik yang umum terjadi adalah sakit pada lambung, demam, sakit kepala, muntah
darah, ruam pada kulit, malaise, sakit oto dan persendian, inflamasi pada faring, darah tidak dapat
membeku, sakit pada dada, gangguan syaraf pusat, dehidrasi, gangguan tenggorokan, pendarahan,
diareh dan muntah. Adanya purpura, petekia, sklerotika arteriol dan penurunan tekanan darah
adalah tanda bahwa perjalanan penyakit semaikin parah.

Demam berdarah ebola (DBE) bersifat mematikan disebabkan pendarahan internal dan
eksternal, syok hipovolemik dan gangguan organ tubuh lainnya.

6. Diagnosis Laboratorium

Pemeriksaan virus ebola dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan cara
mengisolasi virus, mendeteksi genom atau protein virus, ataudenga cara mendeteksi keberadaan
antibodi spesifik dalam darah penderita. Isolasi virus dapat dilakukan dengan cara kultur sel, dan
cara mendeteksi RNA viral dapat dilakukan dengan teknik polymerase chain reaction (PCR).
Sedangkan unutuk mendeteksi protein vial dapat dilakukan dengan metode enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) pada tahap awal terjadi infeksi. Teknik ELISA, juga digunakan
untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus ebola dalam darah penderita pada tahap
infeksi lanjut dan tahap pemulihan.
Selama wabah ebola, cara diagnosis virus ebola dengan cara isolasi sangat sulit untuk
dilakukan. Dalam keadaan wabah, umumnya dilakukan dengan metode real-time PCR dan teknik
ELISA yang cukup sensitive dan cukup cepat hasilnya.

12
7. Pencegahan

Menjelaskan ada 6 langakah pencegahan terahadap penyakit ebola :

a. Hindari daerah yang diketahui sebagai pusat awal wabah terjadi. Atau ketahui di negara
mana saja virus ebola sudah menyebar. Sebagai contoh, sebelum bepergian ke Afrika, cari
tahu tentang epidemi yang sedang berkembang saat ini. Cara yang dapat dilakukan dengan
memeriksa ke situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
b. Cuci tangan sesering mungkin. Tindakan pencegahan yang satu ini merupakan salah satu
langkah penting yang perlu dilakukan. Sama halnya terhadap pencegahan yang
ditimbulkan dari jenis penyakit menular lainnya. Cucilah tangan menggunakan sabun atau
gunakan antiseptik yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol ketika sabun dan air
tidak tersedia.
c. Hindari daging hewan liar di dan dari negara berkembang. Hindari membeli atau memakan
binatang liar, termasuk primata yang dijual di pasar local
d. Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Perlu diperhatikan juga untuk
menghindari kontak dengan cairan dan jaringan tubuh seseorang, termasuk darah, air mani,
cairan vagina, dan air liur. Orang yang terjangkit virus ebola paling cepat menular pada
tahap akhir, biasanya ketika korban dalam keadaan parah atau bahkan sudah meninggal.
e. Ikuti prosedur pengendalian infeksi. Jika Anda seorang petugas kesehatan, kenakan
pakaian pelindung, seperti sarung tangan, masker, dan perisai mata. Jauhkan orang yang
terinfeksi dari orang lain. Buang jarum dan sterilkan instrumen kesehatan lainnya.
f. Jangan sembarangan menangani mayat korban ebola. Mayat orang yang meninggal karena
ebola masih dapat menular. Tim khusus dan terlatih harus mengubur mayat menggunakan
peralatan yang tepat

Menon-aktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang bisaa
dilakukan yaitu dengan penggunaan sinar Ultra violet dan radiasi sinar gama, penyemprotan
formalin dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan phenolic dan pelarut lipid-
deoxycholate dan ether.

13
C. Virus H1N1 (Flu Babi)

Dewasa ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan


terjadinya berbagai pergeseran prilaku dan menimbulkan fenomena penyakit yang mengalami
pergeseran dan perubahan tidak terkecuali penyakit flu Babi yang merupakan penyakit yang
di timbulkan oleh virus influenza tipe A yakni H1N1 dan merupakan strain Virus baru.
Virus ini pertama kali menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di Daerah
meksiko pada tahun 2009 kemudian menyebar dengan cepat di seluruh dunia termksud Inggris
dan bahkan di laporkan pada tahun 2007 virus ini menyerang salah seorang masyarakat di
pulau Luzon filiphina, Asia sebagai Benua terbesar di dunia dan di isi oleh berbagai Negara
berkembang tidak terlepas dari keganasan virus ini,Benua Asia merupakan salah satu wilayah
yang terserang wabah flu babi pada tahun 2009. Data yang dikumpulkan Badan Kesehatan
Dunia, WHO, juga memperkirakan wabah empat tahun lalu itu menewaskan 200.000 orang di
seluruh dunia. Tidak terkecuali Indonesia.
Untuk menganalisasa Prevalensi dan Virulensi dari Virus Flu Babi, WHO
melakukan sebuah Studi Yakni berupaya menemukan bukti-bukti dari sistem kekebalan tubuh
yang bertarung melawan virus tersebut.Sekelompok peneliti internasional mengkaji lebih dari
90.000 sampel darah sebelum dan setelah wabah flu babi yang melanda berbagai negara itu,
antara lain India, Australia, dan Inggris.Dengan membandingkan angka sebelum dan setelah
wabah, para peneliti bisa memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi virus flu babi.Dan
jumlah warga dunia yang tertular amat banyak walau tidak semua berkembang menjadi virus
yang mematikan Selain itu di temukan bahwa Virus ini beresiko menyerang Mereka pada
risiko komplikasi yang hamil, anak-anak dan orang tua serta orang-orang dengan kekebalan
tertindas atau dengan kondisi berpenyakit permanen seperti penyakit pernapasan kronis.
Melihat dari bahayanya dan penyebarannya yang cepat di karenakan Virus ini tidak
hanya menyebar dari Hewan ke orang (zoonosis) tapi juga dari orang ke orang serta frekuensi
kasus kematian yang timbul dimana setiap 2 dari 10.000 penduduk meninggal akibat penyakit
ini maka penulis merasa perlu adanya makalah yang membahas lebih lanjut mengenai Virus
Flu Babi (H1N1).

14
1. Pengertian

Flu babi adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia yang di
sebabkan oleh virus influenza A.penyakit ini sering di sebut sebagai flu baru H1N1 atau Flu
meksiko di karenakan penyakit ini mulai membooming dan menimbulkan gajala pandemik
sejak tahun 2009 bersumber di daerah Meksiko,penyakit ini kemudian menyerang dari
manusia ke manusia yang pada awalnya bersifat zoonosis.

Flu babi (disebut pula swine flu, swine influenza, influenza A, H1N1, hog flu, pig
flu) merupakan suatu penyakit influenza yang ditandai dengan keluhan : demam, menggigil,
nyeri telan, nyeri otot, nyeri kepala, batuk, pilek, badan lemas. Penyakit flu babi ini disebabkan
oleh virus influenza yang dikenal sebagai swine influenza virus (SIV), yang biasanya
menyerang binatang babi. Dan penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok
ternak dalam waktu satu minggu. Virus ini banyak menginfeksi babi di negara Amerika
Serikat, Meksiko, Kanada, Amerika Selatan, Eropa, Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, dan
sebagian Asia Timur.

Seperti layaknya virus influenza lainnya, virus flu babi dapat berubah-ubah. Babi
dapat ditulari oleh virus flu burung, flu babi, maupun virus influenza yang berasal dari
manusia. Apabila virus influenza yang berasal dari beberapa spesies (unggas dan manusia)
menginfeksi babi, didalam tubuh babi virus-virus tersebut dapat mengalami mutasi (antigen
shift) dan membentuk subtipe baru. Flu babi disebabkan oleh serangan virus influenza tipe A.
Pada saat ini paling tidak ada empat subtipe dari tipe A yang diidentifikasi pada babi, yaitu
H1N1, H1N2, H3N2, dan H3N1. Namun, dari subtipe tersebut yang banyak menyebabkan flu
babi adalah H1N1 (Cahyono, 2009 dan Dermawan, 2009).

Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama berupa
adaptasi. Jika ini terjadi dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada perubahan
struktur virus. Pola kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasarkan pola ini, virus bisa
berkembang menjadi gabungan flu babi, flu unggas, dan flu manusia. Jika menyimak
penjelasan beberapa peneliti di Amerika Serikat, ada kemungkinan kejadian ini berupa
penyusunan ulang virus (Dermawan, 2009 : 13). Pencampuran material genetik bermula ketika
virus itu masuk ke tubuh babi. Virus flu manusia dan virus flu babi masuk ke sel selaput lendir

15
atau epitel babi melalui reseptor alfa 2,6 sialic acid, sedangkan virus flu unggas masuk ke
reptor alfa 2,3 sialic acid. Namun, babi memiliki kedua reseptor itu sehingga virus dengan
mudah masuk ke dalam sel babi. Di dalam sel babi, virus-virus tersebut bereplikasi.

Pada saat bereplikasi, diantara virus-virus itu bisa terjadi pertukaran material
genetik atau yang dikenal dengan istilah antigenic drift. Masing-masing virus memiliki
material genetic berupa delapan fragmen. Delapan fragmen itu adalah HA, NA, PA, PB1, PB2,
M, NP, dan NS. Fragmen-fragmen tersebut bisa bertukar antara atau dengan lainnya sehingga
terbentuk “anak” virus dengan sifat yang berbeda. Dalam kasus flu babi, penataan ulang itu
menghasilkan virus dengan struktur luar sama dengan “induknya”, yaitu virus flu babi (karena
itu virus ini tetap disebut subtipe H1N1). Namun, material di dalamnya berasal dari fragmen
virus flu manusia dan flu unggas. Disamping terjadi pertukaran material genetik, kemungkinan
pula terjadi antigenetic shift, yaitu fragmen-fragmen yang ada saling bermutasi. Bila ini yang
terjadi,“anak” virus memiliki material genetic yang lebih kompleks. Bila antigenetic shift dan
antigenetic drift terjadi di dalam kasus flu babi, ini merupakan perubahan yang sempurna.

WHO akhirnya mengumumkan namanya flu baru H1N1 mengingat bahwa hampir
semua kasus pada manusia berasal dari manusia,bukan lagi dari babi.penularan dari manusia
ini di sebabkan karena perubahan sifat virus yang mempunyai kemampuan menular dari
manusia ke manusia .sementara itu,banyak Negara melaporkan penurunan perdagangan
produksi babi secara signifikan .

2. Penyebab Flu Babi

Flu babi disebabkan oleh influenza virus dimana virus ini terdiri atas banyak jenis
virus flu.Virus tersebut terus-menerus mengalami perubahan dan bermutasi untuk menghindari
sistem imun hewan yang diinfeksi.

Virus influenza yang menyebabkan flu babi disebut H1N1 2009 dkarenakan virus
ini pertamakali di temukan pada tahun 2009 di Meksiko. Secara umum Ada tiga jenis utama
dari virus flu yakni influenza A, B, dan C.

16
Virus flu babi masuk dalam kelas influenza tipe A yakni Virus H1N1 telah
menyebabkan wabah flu tahunan pada manusia dan pada tahun 2009 mengalami pandemi
disebabkan adanya variasi dalam virus H1N1 biasa.Hal ini secara khusus disebut H1N1 2009
atau flu babi. Strain ini yang sebelumnya telah ditemukan pada babi atau manusia diketahui
membawa campuran gen dari flu pada manusia,swine flu (flu babi) dan flu burung (flu burung).

Virus influenza mempunyai tata nama tertentu dalam pembagiannya misalnyaVarian Jika
terdeteksi disebut dengan tambahan "v". Misalnya, jika H3N2 virus variasi terdeteksi di
seseorang, itu akan disebut "H3N2v" virus. Tatanama ini disusun pada 6 Januari 2012 dalam
upaya menekan morbiditas dan kematian mingguan yang dilaporkan dari pusat untuk upaya
pencegahan dan control penyakit (1-4).

Virus flu babi umumnya ketika menginfeksi babi memperlihatkan gejala seperti
demam, batuk (menggonggong), keluar dari hidung atau mata, bersin, kesulitan bernapas, mata
merah dan berair dan penolakan untuk makan.Beberapa babi mungkin terinfeksi tapi tidak
memperlihatkan tamda-tanda suspect, selain itu Virus ini di temukan jarang membunuh babi
dan Kebanyakan wabah terjadi selama musim gugur dan musim dingin akhir seperti infeksi flu
musiman pada manusia.

Lebih lanjut, babi rentan terhadap tiga jenis flu sebagaimana di paparkan
sebelumnya sepert flu burung, flu manusia dan flu babi. Hewan-hewan ini mungkin terinfeksi
dengan virus dari spesies yang berbeda sekaligus.Setelah ini terjadi, virus berpotensi untuk
membuat variasi baru yang dapat menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Ketika hal ini

17
terjadi untuk strain influenza Dapat menimbulkant antigenic shift dalam tubuh babi.Antigenic
shift memungkinkan munculnya mutasi pada virus dan ketika menyerang manusia yang tidak
pernah terinfeksi sebelumnya di karenakan tidak adanya informasi zat imun hal inilah yang
menyebabkan pandemic pada tahun 2009 karena adanya varian virus baru yang dapat di
tularkan dari orang ke orang dalam jangka waktu yang cepat dimana WHO melaporkan hingga
tahun 2010 pada bulan februari telah membunuh 15.921 di seluruh dunia namun pada 10
agusutus 2010 WHO menyatakan penurunan pandemic di karenakan mulai adanya vaksinasi
yang menyebabkan penurunan prevalensi kasus Flu Babi.

3. Masa Inkubasi Penyakit Flu Babi

Masa inkubasi virus H1N1 3 sampai 5 hari meski ada pula yang menyebutkan 2-3
hari(namun rata-rata 1-7 hari). Gejala klinis yang tampak, antara lain suhu tubuh mencapai 41
derajat celcius sampai 41,5 derajat celcius, gangguan pernafasan berupa batuk, bersin, susah
bernafas, radang hidung, leleran hidung berlebih dan pneumonia (8). Babi tertular biasanya
malas bergerak, saling bertumpuk, demam (sampai 41,5oC), rhinitis, leleran hidung, bersin,
radang selaput mata (konjungtivitis) dan kehilangan berat badan, batuk hebat sampai punggung
membusur, frekuensi nafas tinggi, susah bernafas, dan pernafasan abdominal. Beberapa
berkembang menjadi bronkopenumonia dan akhirnya mati. Tingkat kefatalan kasus kurang
dari 1% (11) .
Masa laten virus H1N1 adalah 3-5 hari (7). Periode Infeksi pasien positif flu babi adalah
sehari sebelum munculnya gejala sampai dengan 7 hari setelah muncul gejala.

4. Cara Penularan Virus Flu Babi

18
Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong babi,
melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat penularan. Virus tidak
akan tahan lama di udara terbuka.Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi
anakan Kekebalan maternal dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah
infeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif. Transmisi inter
spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama
babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain
dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum
ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara, tetapi pernah juga sub tipe H4N6
diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Canada .
Rute utama penularan adalah melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi
dan tidak terinfeksi Ini kontak dekat sangat umum selama transportasi hewan.. Pertanian
intensif juga dapat meningkatkan resiko penularan, karena babi yang dibesarkan dalam jarak
yang sangat dekat satu sama lain. Para transfer langsung dari virus mungkin terjadi baik oleh
babi, menyentuh hidung, atau melalui lendir kering. Transmisi udara melalui aerosol yang
dihasilkan oleh babi batuk atau bersin juga merupakan sarana penting infeksi. Virus ini
biasanya menyebar dengan cepat melalui kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam
beberapa hari.
Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan menularkannya pada babi.
Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika
Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal manusia. Penyakit pada
manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin Transmisi kepada babi yang
dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat melalui udara seperti pada kejadian di
Perancis dan beberapa wabah penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di
Denmark, Jepang, Italy dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan.
Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada bulan
September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat pnemonia dan akhirnya
meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus influensa patogen yang
secara antigenik berhubungan dengan virus influenza babi. Setelah diselidiki ternyata pasien
tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi pameran babi. Sementara itu, hasil pengujian HI
pada orang yang datang pada pameran babi tersebut menunjukkan sebanyak 19 orang dari 25

19
orang (76%) mempunyai titer antibodi ≥20 terhadap flu babi. Walaupun disini tidak terjadi
wabah penyakit, namun terdapat petunjuk adanya penularan virus.
5. Cara Pencegahan dan Pengobatan Flu Babi
a. Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun sebelum menyentuh makanan, sebelum
dan sesudah makan, sebelum dan sesudah memegang bayi, dan setelah memegang sesuatu
yang kotor .
b. Hindari kontak langsung dengan penderita flu babi agar tidak tertular.
c. Lakukan pola hidup sehat sepeti makan makanan gizi seimbang, tidur cukup, dan olahraga.
d. Tidak ada bukti flu babi menular lewat konsumsi daging binatang yang terjangkit. Namun,
daging itu harus dimasak matang, suhu 70C akan membunuh virus itu.
e. Bagi peternak sebaiknya sering membersihkan alat-alat peternakan yang di gunakan dan
menggunakan masker saat berada di area petrnakkan

6. Pengobatan Penyakit Flu Babi


Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit influensa.Hanya saja pengobatan
dengan antibiotika seperti dengan penisilin, sulfadimidin atau mungkin antibiotik yang
berspektrum luas dapat menghadang infeksi bakteri dalam mencegah infeksi sekunder.
Pemerintah Amerika mengatakan dua obat yang biasa digunakan untuk mengobati flu,
Tamiflu dan Relenza, tampaknya efektif dalam mengatasi kasus-kasus yang terjadi sejauh ini.
Belum jelas keefektifan vaksin flu yang kini ada dalam melindungi manusia dari virus baru
ini, karena secara genetik berbeda dengan jenis flu lain. Ilmuwan Amerika telah
mengembangkan satu vaksin baru, namun diperlukan waktu untuk menyempurnakannya dan
juga memproduksi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan.
Perlakuan dapat menekan gejala klinis batuk dan anoreksia. Penyembuhan dilakukan
secara simptomatis dan pengobatan dengan antimikrobial untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Babi harus dipelihara dalam keadaan sanitasi yang baik, kondisi kandang yang
memadai dan eradikasi cacing askaris dan cacing paru-paru. Desinfektan dapat digunakan
untuk melindungi hewan dari serangan kutu. Pada kasus-kasus penyakit yang dilakukan
eradikasi, juga harus dilaksanakan pengurangan populasi dan restocking .

20
D. Virus H5N1 (Flu Burung)

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas baik berupa
burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang lain seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit
ini dapat juga mengena pada puyuh dan burung unta. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh
virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea,
Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus
diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur,
Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak
yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun
konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza
(AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia
sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah
propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga
meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam
tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang
flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang
dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan
Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak
dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10
orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang
terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu
burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai
19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya
774 orang (CFR = 9,6%).

21
1. Pengertian
Flu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan avian flu atau avian influenza
(AI) adalah penyakit menular yang disebabkan virus influenza A sub tipe H5N1 yang
biasanya menyerang unggas tetapi juga dapat menyerang manusia. Virus ini termasuk family
Orthomyxoviridae dan memiliki diameter 90-120 nanometer. Virus avian influenza ini
menyerang alat pernapasan, pencernaan dan system saraf pada unggas.
Secara normal, virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam, kalkun
dan itik, akan tetapi tidak jarang dapat menyerang spesies hewan tertentu selain unggas
misalnya baabi, kuda, haarimau, macan tutul dan kucing. Walaupun hampir semua jenis
unggas dapat terinfeksi virus yang terkenal sangat ganas ini, tetapi diketahui yang lebih rentan
adalah jenis unggas yang diternakkan secara massal.
2. Ciri Virus
Virus influensa pada manusia dan binatang ada beberapa tipe yaitu tipe A, tipe B dan
Tipe C. Pada manusia virus A dan virus B dapat menjadi penyebab wabah flu yang cukup
luas, sementara virus C menyebar secara periodic, ringan dan tidak menyebabkan wabah.
Virus influensa tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan
epidemic dan pandemi.
Virus A mempunyai permukaan yang terdapat dua glikoprotein, yaitu hemaglutinin
(H) dan neuraminidase (N). Untuk mengklasifikasikannya secara rinci, maasing-masing tipe
virus itu dibagi lagi menjadi subtipe berdasarkan kelompok H dan N, yaitu H1 sampai H15
dan N1 sampai N9. Perbedaan H merupakan dasar subtype. Influensa pada manusia sejauh ini
disebabkan virus H1N1, H2N2 dan H3N2 serta virus avian H5N1, H9N2 dan H7N7.
Strain yang sangat virulen atau ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari
subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C
dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30
menit atau 560 C selama 3 jam.

22
3. Struktur Virus
Avian influenza A (H5N1), atau disebut juga dengan Flu burung merupakan infeksi
virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin; N=neuraminidase)
Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili Orthomyxoviridae.
Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11
jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein
dan karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada
reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes
yaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang
terletak dibagian terluar dari virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen yang terdiri
dari (i) protein nukleokapsid (NP) (ii). Hemaglutinin (HA), (iii).
Neuraminidase (NA), dan protein matriks (MP). Berdasarkan jenis antigen NP dan MP,
virus influenza digolongkan dalam virus influenza A, B, dan C.

4. Jalur Penularan
Virus Avian Influenza (AI) ditularkan melalui air liur, ingus, dan kotoran unggas.
Penularan pada manusia terjadi karena kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi virus
tersebut. Selain itu, dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, kadang,
alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaiaan, tinja ternak dan sepatu para peternak yang
langsung mengenai unggas yang sakit, juga pada saat jual-beli ayam hidup dipasar, dan
mekanisme lainnya.

23
Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui udara (air borne) dan melalui kontak
langsung dengan unggas sakit atau kontak dengan bahan bahan infeksius seperti tinja, urin,
dan sekret saluran napas unggas sakit.
Penularan antar ternak unggas
Seekor unggas yang terinfeksi virus H5N1 akan menularkannya dalam waktu singkat.
Jika semua unggas peliharaan memiliki daya tahan yang bagus maka infeksi tidak akan
menyebabkan kematian, dengan kata lain virus tidak aktif. Sebaliknya, jika kondisi unggas
berada dalam kondisi buruk maka flu burung dapat mematikan.
Secara singkat, penyakit flu burung dapat ditularkan dari unggas ke unggas lain atau
dari peternakan ke peternakan lainnya dengan cara sebagai berikut:

 Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka.


 Melalui lendir yang berasal dari hidung dan mata.
 Melalui kotoran (feses) unggas yang terserang flu burung.
 Lewat manusia melalui sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan virus.
 Melalui pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi.
 Melalui udara karena memiliki peran penting dalam penularan dalam satu kandang, tetapi
memiliki peran terbatas dalam penularan antar kandang.
 Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus dari dalam saluran
intestinal dan dilepaskan lewat kotoran.

Penularan dari ternak ke manusia


Faktor yang memengaruhi penularan flu burung dari ternak ke manusia adalah jarak
dan intensitas dalam aktivitas yang berinteraksi dengan kegiatan peternakan. Semakin dekat
jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan lingkungan manusia maka peluang untuk
menularnya virus bisa semakin besar. Penularan virus ke manusia lebih mudah terjadi bila
orang tersebut melakukan kontak langsung dengan aktivitas peternakan.Orang yang
mempunyai risiko tinggi terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas, penjual,
penjamah unggas, sampai ke dokter hewan yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di
peternakan.
Penularan antar manusia

24
Penularan flu burung antar manusia belum dapat dibuktikan, tetapi tetap perlu diwaspadai.
Hal ini dikarenakan virus cepat bermutasi dan beradaptasi dengan manusia sehingga
memungkinkan adanya varian baru dari virus flu burung yang dapat menular antar manusia.

5. Gejala
Secara umum pada masa inkubasi, antara mulai tertular dan timbulnya gejala, adalah
sekitar tiga hari. Sementar, dalam kepustakaan dinyatakan, masa infeksius pada manusia
adalah satu hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Samentara pada anak bisa
sampai 24 hari.Gejala manusia yang tertular flu burung pada dasarnya sama dengan flu
umumnya, hanya saja berpotensi menjadi berat dan fatal. Gejalanya antara lain demam, batuk,
sakit tenggorokan, sakit kepala, dan nyeri sendi sampai infeksi selaput mata.
Jika keadaannya makin memburuk, maka dapat terjadi severe respiratory distress yang
di tandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar
CO2. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar ke paru dan menimbulkan radang paru
(pneumonia) yang dapat disebabkan oleh virus AI atau bakteri. Kemudian masuk ke saluran
napas dan menginfeksi paru yang sedang sakit akibat virus flu burung.
Laporan dari kasus yang terjadi pada tahun 1999 menunjukkan adanya variasi gejala
berupa demam sekitar 390C, lemas, sakit tenggorok, sakit kepala, tidak nafsu makan, muntah
dan nyeri perut, serta diare. Hanya saja, kesepuluh pasien flu burung di Vietnam tahun 2004,
tidak seorang pun yang mengeluh sakit tenggorok dan pilek. Agak aneh memang. Juga tidak
ada keluhan radang selaput mata dan bercak kemerahan pada pasien.
Secara khusus, gejala flu burung dibedakan atas :
Flu burung pada ternak
Gejala klinis flu burung pada unggas mirip dengan gejala newcastle disease, atau di indonesia
disebut penyakit tetelo atau pileren yang disebabkan oleh paramyxovirus. Gejala Klinis ternak
unggas yang terinfeksi flu burung sebagai berikut:
 Jengger, pial, dan kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu bewarna biru keunguan.
 Pembengkakan di sekitar kepala dan muka.
 Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata.
 Perdarahan di bawah kulit (subkutan)
 Perdarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki.

25
 Batuk, bersin, ngorok.
 Diare.
 Tingkat kematian tinggi.
Flu burung pada manusia
Orang yang terserang flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa, tetapi kerena
keganasan virusnya menyebabkan flu ini juga ganas. Virus influenza biasanya menimbulkan
penyakit yang ringan. Tetapi virus flu burung ini sangat ganas dan dapat menyebabkan
kematian dalam satu minggu. Orang yang terkena flu burung mengalami kenaikan suhu tubuh
sampai 39C, sakit tenggorokan, batuk, sesak napas dan mengeluarkan lendir bening dari
hidung. Kondisi ini dapat diikuti dengan penurunan daya tahan tubuh yang sangat cepat karena
biasanya penderita tidak memiliki nafsu makan, diare dan muntah.
Dalam waktu singkat gejala gejala tersebut dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya
peradangan di paru (pneumonia). Apabila tidak dilakukan penanganan yang baik pada pasien
maka dapat menyebabkan kematian.

6. Pencegahan
Kebiasaan pola hidup sehat tetap memegang peranan penting dalam pencegahan.
Untuk flu adalah tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang seimbang dan bergizi, istirahat
dan olahraga teratur. Kebiasaan mencuci tangan secara teratur. Secara umum pasien influenza
sebaiknya istirahat, banyak minum dan makan bergizi.Sampai kini belum ada vaksin untuk
menangkal flu burung pada manusia walau ada berbagai jenis vaksin influenza, tetapi vaksin
tersebut dibuat untuk mencegah flu biasa bukan mencegah flu burung.
World Health Organization (WHO) menyatakan, secara umum prinsip-prinsip kerja
yang higienis seperti mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri bila diperlukan
merupakan upaya yang harus dilakukan oleh mereka yang kontak dengan ternak. Karena telur
juga dapat tertular, penanganannya kulit telur dan telur mentah juga perlu diperhatikan. WHO
juga menyatakan, dengan memasaknya seperti yang biasa kita lakukan selama ini, virus flu
burung akan mati. Ada anjuran: daging, daging unggas harus dimasak sampai suhu 700C atau
800C selama sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng atau merebus ayam di dapur
misalnya, tuntu lebih dari itu suhu dan lamanya memasak. Artinya aman mengkonsumsi ayam
atau unggas lainnya asal telah dimasak dengan baik.

26
Flu burung yang mana belum ada obat atau vaksinnya, maka upaya yang dilakukan
hanya bersifat pencegahan dan pertolongan pertama. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
pencegahan luar dan dalam tubuh.
1). Pencegahan Luar
Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari lingkungan agar tidak masuk ke
dalam tubuh. Tindakannya adalah:
 Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas harus
menggunakan pelindung.
 Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.
 Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan.
 Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang terkena wabah flu burung.
 Tetap terapkan pola hidup sehat.
2). Pencegahan Dalam
Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi obat dan makanan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
a. Obat
Obat yang direkomendasikan untuk mencegah terinfeksi flu burung adalah obat antiviral
misalnya amantadine dan rimantadine dan penghambat neurominidase misalnya
oseltamivir dan zanimivir.
Obat ini digunakan dalam pencegahan dan pengobatan influenza di beberapa Negara dan
diperkirakan dapat juga mengatasi penyakit flu burung.
b. Makanan
Mengkonsumsi makanan yang banayak mengandung serat dan kandungan antioksidan
tinggi seperti buah dan sayuran.
Dengan melaksanakan upaya pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat terhindar
dari penyakit flu burung ini.
7. Pengobatan
Pengobatan flu burung pada ternak
Virus flu burung yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat
maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin dilakukan
lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain maupun manusia di

27
sekitarnya. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam penanggulangan pengobatan flu
burung antara lain sebagai berikut:
a. Biosekuriti
Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga keamanan
hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhadap individu yang
dilindungi. Usaha ini antara lain:
1. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,
kotoran, bulu, dan alas kandang.
2. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk peternakan.
3. Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian
pelindung seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.
4. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar.
b. Depopulasi
Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang
tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
lebih luas. Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah
menyembelih semua unggas yang sakit dan yang sehat dalam satu kandang (peternakan).
Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan mengubur
unggas mati, sekam dan pakan yang tercemar, serta bahan dan peralatan yang
terkontaminasi.
c. Vaksinasi
Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui ada
virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang
resmi dari pemerintah.

Pengobatan flu burung pada manusia


Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita
mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan
mengalami mutasi menjadi lebih ganas. Berikut ini beberapa tindakan untuk mewaspadai flu
burung:
1. Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.

28
2. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk pembentukan kekebalan
tubuh yang optimal.
3. Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.
4. Hindari berkunjung ke peternakan.
5. Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung dan mulut.
6. Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.
7. Cukup istirahat.
Jika ada yang terkena flu burung di sekitar kita maka langkah yang dapat diambil
adalah:
1. Tidak panik, tapi tetap waspada.
2. Membawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.
3. Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas Peternakan atau Dinas Kesehatan setempat
supaya ditindaklanjuti.
4. Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita belum tentu tertular.
Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung menular antar manusia.
Penanggulangan di rumah sakit :
1. Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan).
2. Oksigenasi, dengan mempertahankan saturasi O2 > 90 %
3. Hidrasi
4. Antibiotika, anti inflamasi , obat –obatan imunomodulator
5. Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika atau antipiretika, mukolitik,
dekongestan.

E. Virus HIV

HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. HIV/AIDS

adalah salah satu penyakit yang harus diwaspadai karena Acquired Immunodeficiency

Syndrome ( AIDS) sangat berakibat pada penderitanya. Acquired immunodeficiency

syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

29
penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem kekebalannya dirusak oleh

virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Cara penularan HIV dapat melalui hubungan seksual, penggunaan obat suntik, ibu

ke anak-anak dan lain-lain. Mengenai penyakit HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi

pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan obat

dan vaksin pencegahan penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase asimtomatik

(tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan

pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena).

Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus

meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa cara

penularan tersebut, masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup besar. Oleh

karena itu, penularan HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami perlambatan.

HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya

menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat

dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral

dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan

menunda awal terjadinya AIDS.

1. Pengertian

Menurut H. JH. Wartono, Abu Chanif, dkk :

AIDS adalah “singkatan dari Acquired Immune Definsiency Syndreome, yaitu penyakit
yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Sehingga manusia
dapat meninggal bukan semata-mata oleh virus HIV nya oleh penyakit lain yang sebenarnya
bisa ditolak seandainya daya tubuh tidak rusak, sedangkan HIV adalah nama Virus menyebab
AIDS atau disebut Human Immunodeficiency Virus”.(1999, 9)

30
Jadi Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, atau infeksi virus-
virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

2. Penularn HIV/AIDS

Menurut H. JH. Wartono, Abu Chanif, dkk, (1999, 43 ) : penularan HIV/AIDS disebabkan

oleh:

Virus AIDS alias HIV tidak mudah menular seperti penularan virus influenza. HIV ini

hannya berserang pada sel darah putih tertentu yang disebut T4. Karena sel T4 ini terdapat

pada cairan-cairan tubuh, yaitu :

a. Darah, termasuk darah haid/menstruasi

b. Air mani dan cairan lain yang keluar dari alat kelamin pria kecuali kencing

c. Cairan vagina dan cairan dari leher Rahim

HIV hannya bisa menular melalui :

a. Seksual

Seksual yaitu hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, baik yang

homoseksual, bikesual dan heteroseksual. Dengan demikian, penularan ini dapat

terjadi WTS, PTS dan promoksuit

b. Parenteral

Parenteral yaitu melalui luka yang dicemari darah pengidap HIV, seperti dapat

terjadi pada pengguna narkotika suntik yang menggunakan alat suntiknya ini secara

bergantian tanpa memperdulikan aspek kesuciannya, atau dalam penggunaan alat-

31
alat yang membuat luka seperti tatto, pisau cukur penggosok gigi secara

benrgantian

c. Perinatal

Perinatal yaitu penularan oleh ibu yang menyidap HIV kejanin yang dikandungnya.

Di Amerika Serikat 78% dai AIDS pada anak penulannya melalui cara ini.

3. Tanda-tanda terserang AIDS

Menurut H. JH. Wartono, Abu Chanif, dkk, (1999. 43) :

Gejala AIDS timbul setelah 5 – 10 tahun setelah teinfeksi HIV yang sering terlihat gejalanya

antara lain :

1. Gejala awal seperi orang terserang flu biasa

2. Nampak sehat, tetapi dapat menularkan Virus HIV ke siapa saja

3. Muncul gejala ARC (AIDS Related Domplex) seperti :

a. Rasa lelah yang bekepanjangan

b. Sering demam (lebih dari 38 derajad C)

c. Sesak nafas dan batuk berkepnjangan

d. Berat badan menurun secara menolok dengan cepat

e. Bercak merah kebiruan pada kulit/mulut

f. Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas

g. Bercak putih atau luka alam mulut

32
Gejala – gejala tersebut juga bisa dijumpai pada penykit lain, sebab itu untuk

memastikannya perlu pemeriksaan darah.

4. AIDS dengan tanda-tanda yang spesifik :

a. Sarhana kapossi

b. Pnemocystus cemiri

Siapa saja yang terkena AIDS

Menurut H. JH. Wartono, Abu Chanif, dkk,(1999. 12) ada lima jenis yang terkena AIDS,

yaitu :

1. Mereka yang mempunyai banyak pasangan seksual (homo dan hetero seksual) seperti

wanita/pria tuna susila dan pelanggannya,mucikari, kelompok homoseks, biseks, dan

waria. Semula diduga bahwa penyakit AIDS hannya merupakan penyakit yang

meimpa kelompok laki-laki “homosiks” yang biasanya berhubungan seksual dengan

sesama laki-laki, “biseks” yang biasanya behubungan seksual dangan wanita maupun

sesama laki-laki. Sekarang diketahui bahwa AIDS bisa menjangkiti siapa saja melalui

berbagai trnasfusi darah

2. Penerima transfusi darah

3. Bayi yang dilahirkan dari ibu penyidap HIV

4. Pecandu nrkotika suntikan

5. Pasangan dari penyidap HIV

33
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Cacar air (Varisela) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virusVarisella
zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit, dapat dicegah dengan pemberian Zoster
Imun Globulin (ZIG) atau dengan Varisella-Zoster Globulin (VIZIG). Pemberian vaksin ini
dapat dilakukan dengan tiga tahap, untuk hasil kekebalan yang sempurna.
2. Virus Ebola merupakan virus penyebab demam berdarah ebola (DBE) yang menyebabkan
pendarahan internal massif dan mematikan. Virus ini diduga berasan dari Afrika yang
ditularkan dari binatang primate ke manusia.
3. Flu babi adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia yang di sebabkan
oleh virus influenza A.
4. Flu burung (avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa terdiri dari beberapa tipe, antara
lain tipe A, tipe B dan tipe C
5. AIDS adalah suatu penyakit infeksi yang diderita seseorang, yang bermula dari tertularnya

orang itu oleh satu jenis virus, termasuk jenis retrovirus, yang diberi nama HIV(humam

immunnodeficiency virus).

34
35

Anda mungkin juga menyukai