Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur penyusun panjatkan


kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya berupa
iman, islam dan ilmu serta bimbingann-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Hukum Eropa Kontinental”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata


kuliah”SISTEM HUKUM INDONESIA”. Penulis berharap, makalah ini
bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai sistem hukum Eropa
Kontinental.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini Wassalamualaikum Wr. Wb.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 1

DAFTAR ISI....................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 3

A. Latar Belakang............................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4

C. Tujuan.......................................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................... 5

A. Pengertian Sistem Hukum Eropa Kontinenta.............................................. 5

B. Perbedaan Sistem Hukum Eropa Kontinental dengan Sistem Anglo Saxona


Kontinental................................................................................................... 8

C. Karakteristik Atau Ciri-Ciri Hukum Eropa Kontinental.............................. 9

BAB III PENUTUP........................................................................................... 11

A. Kesimpulan.................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

2
BAB I

PENDAHULIAN

A. Latar Belakang

Sistem Hukum merupakan keseluruhan elemen-elemen dan aspek


yang membangun serta menggerakkan hukum sebagai sebuah pranata dalam
kehidupan bermasyarakat. Di dunia ini terdapat berbagai macam sistem
hukum yang diterapkan oleh berbagai negara, namun di kalangan civitas
akademika kita hanya diakrabkan dengan 2 (dua) sistem hukum yang banyak
mempengaruhi sistem hukum sebagian besar negara-negara di dunia. Sistem
hukum tersebut adalah sistem hukum eropa kontinental dan sistem hukum
anglo saxon. Sejak awal abad pertengahan sampai pertengahan abad XII,
hukum Eropa Kontinental dan hukum Inggris masuk ke dalam bilangan
sistem hukum yang sama yaitu hukum Jerman. Hukum tersebut bersifat
feodal baik substansinya maupun prosedurnya. Satu abad kemudian terjadi
perubahan situasi. Hukum Romawi yang merupakan hukum materiil dan
hukum Kanonik yang merupakan hukum acara telah mengubah kehidupan di
Eropa Kontinental.

Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang


didasarkan atas hukum Romawi disebut sebagai sistem Civil law. Disebut
demikian karena hukum Romawi pada mulanya bersumber kepada karya
agung Kaisar Iustinianus Corpus Iuris Civilis. Sistem Civil Law dianut oleh
negara-negara Eropa Kontinental sehingga kerap disebut juga sistem
kontinental. Hukum romawi yang merupakan sumber dari sistem Civil law
telah menempuh sejarah yang panjang untuk sampai kepada tingkat
perkembangan yang tinggi.

3
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Hukum Eropa Kontinental ?

2. Bagaimana sistem hukum Eropa Kontinental dengan sistem Anglo Saxona


Kontinental ?

3. Bagaimana karakteristik atau ciri-ciri hukum Eropa Kontinental ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang sistem hukum eropa di kontinenta

2. Untuk mengetahui tentang perbedaan sistem hukum eropa kontinental dan


sistem anglo saxona kontinental

3. Untuk mengetahui tentang karakteristik atau ciri-ciri hukum eropa


kontinental

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Hukum Eropa Kontinental

Pengertian Civil Law dapat dipaparkan dalam definisi berikut ini:

“ Civil Law may be defined as that legal tradition which has its origin in Roman
Law, as codified in the Corpus Juris Civilis of Justinian, and subsequently
developed in Continental Europe and around the world. Civil Law eventually
divided into two streams: The codified Roman Law ( French Civil Code 1804 and
its progeny and imitators-continental Europe, Quebec and Louisiana ) and
uncodified Roman Law ( Scotland and South Africa ). Civil Law is highly
systematized and structured and relies on declarations of board, general principles,
often ignoring details.”

Apabila diterjemahkan lebih kurang demikian: hukum sipil dapat didefinisikan


sebagai suatu tradisi hukum yang berasal dari Hukum Roma yang terkodifikasi
dalam Corpus Juris Civilis Justinian dan tersebar keseluruh benua Eropa dan
seluruh Dunia. Kode sipil terbagi ke dalam dua cabang, yaitu:

a. Hukum romawi yang terkodifikasi ( Kode sipil Prancis 1804 ) dan daerah
lainnya di benua Eropa yang mengadopsinya, Quebec dan Lousiana; dan

b. Hukum Romawi yang tidak dikodifikasi ( Skotlandia dan Afrika Selatan ).


Hukum Kode sipil sangat sistematis, terstruktur yang berdasarkan
deklarasi para dewan, prinsip-prinsip umum dan sering menghindari hal-
hal yang detail.

5
Hukum Sipil (civil law) atau yang biasa dikenal dengan Romano-
Germanic Legal System adalah sistem hukum yang berkembang di dataran Eropa.
Titik tekan pada sistem hukum ini adalah, penggunaan aturan-aturan hukum yang
sifatnya tertulis. Sistem hukum ini berkembang di daratan Eropa sehingga dikenal
juga dengan sistem Eropa Kontinental. Kemudian disebarkan negara-negara Eropa
Daratan kepada daerah-daerah jajahannya.

Sistem hukum eropa kontinental biasa disebut dengan istilah “Civil Law”
atau yang disebut juga sebagai “Hukum Romawi”. Sistem hukum ini disebut
sebagai hukum romawi karena sistem hukum eropa kontinental memang
bersumber dari kodifikasi hukum yang digunakan pada masa kekaisaran romawi
tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus yang memerintah romawi
pada sekitar abad ke-5 antara 527 sampai dengan 565 M.

Peraturan-peraturan hukumnya merupakan kumpulan dari berbagai kaidah


hukum yang ada sebelum masa Justinianus yang kemudian disebut ‘Corpus Juris
Civilis’. Sistem hukum eropa kontinental banyak dianut dan dikembangkan di
negara-negara eropa. Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip hukum yang
terdapat pada Corpus Juris Civilis itu dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi
hukum di negara-negara Eropa daratan, seperti Jerman, Belanda, Perancis, Italia,
Amerika Latin, dan Asia termasuk Indonesia pada masa penjajahan pemerintah
Belanda.

Dalam sistem hukum eropa kontinental, hukum memliki kekuasaan yang


mengikat karena hukum yang terdiri dari kaidah atau peraturan-peraturan tersebut
telah disusun secara sistematis dan dikodifikasi (dibukukan).

Pada sistem ini, putusan pengadilan berdasarkan pada peraturan perundang


undangan yang berlaku, contohnya bisa UUD 45, Tap MPR, UU/Perpu, Peraturan
Pemerintah, Perpres/Kep Pres, MA, Keputusan Menteri dan lain lain. jadi,
keputusan pengadilan bersifat fleksibel (berubah ubah) tergantung hakim yang
memutuskan berdasarkan fakta/bukti yang ada.

6
Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah
“hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-
peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam
kodifikasi atau kompilasi tertentu”. Prinsip ini dianut mengingat bahwa nilai
utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Kepastian hukum
dapat diwujudkan jika tindakan-tindakan hukum manusia di dalam pergaulan
hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum yang tertulis. Dengan tujuan
hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, maka hakim tidak dapat
leluasa untuk menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat hukum.
Hakim hanya berfungsi ‘menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam
batas-batas wewenangnya’. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya
mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins Res Ajudicata). Dalam sistem
hukum eropa kontinental dikenal adagium[1] yang berbunyi bahwa tidak ada
hukum selain undang-undang atau dengan kata lain bahwa hukum merupakan
undang-undang itu sendiri.

Dalam sistem hukum eropa kontinental tidak dikenal adanya yurisprudensi


yang menjadi ciri sistem hukum anglo saxon. Putusan hakim hanya berlaku dan
mengikat pihak-pihak yang bersengketa saja atau pada satu kasus tertentu dan
tidak dapat mengikat umum atau dijadikan sebagai dasar untuk memutus perkara
lainnya yang serupa. Dalam hal ini hakim hanya berperan sebagai pembuat
keputusan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan penafsirannya terhadap
peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sistem hukum yang di


dalamnya menganut aliran frele recht lehre yaitu dimana hukum tidak dibatasi
oleh undang-undang tetapi hakim diberikan kebebasan untuk melaksanakan
undang-undang atau mengabaikannya.

7
B. Perbedaan Sistem Hukum Eropa Kontinental dengan Sistem Anglo Saxon

Berdasarkan uraian singkat tersebut di atas, dapat ditarik beberapa


perbedaan antara sistemhukum eropa kontinental dengan sistem anglo saxon
sebagai berikut

1. Sistem hukum eropa kontinental mengenal sistem peradilan administrasi,


sedang sistem hukumanglo saxon hanya mengenal satu peradilan untuk
semua jenis perkara.

2. Sistem hukum eropa kontinental menjadi modern karena pengkajian yang


dilakukan oleh perguruan tinggi sedangkan sistem hukum anglo saxon
dikembangkan melalui praktek prosedurhukum.

3. Penemuan kaidah dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau


penyelesaian sengketa, jadi bersifat konsep atau abstrak menurut sistem
hukum eropa kontinental sedang penemuan kaidahsecara kongkrit
langsung digunakan untuk penyelesaian perkara menurut sistem hukum
anglosaxon.

4. Pada sistem hukum eropa kontinental tidak dibutuhkan lembaga untuk


mengoreksi kaidah sedang pada sistem hukum anglo saxon dibutuhkan
suatu lembaga untuk mengoreksi, yaitu lembaga equaty. Lembaga ibi
memberi kemungkinan untuk melakukan elaborasi terhadap kaidah-
kaidahyang ada guna mengurangi ketegaran.

5. Pada sistem hukum eropa kontinental dikenal dengan adanta kodifikasi


hukum sedangkan padasistem hukum anglo saxon tidak ada kodifikasi.

6. Keputusan hakim yang lalu (yurisprudensi) pada sistem hukum eropa


kontinental tidak dianggap sebagai akidah atau sumber hukum sedang
pada sistem hukum anglo saxon keputusan hakim terdahulu terhadap jenis
perkara yang sama mutlak harus diikuti.

8
7. Pada sistem hukum eropa kontinental pandangan hakim tentang hukum
adalah lebih tidak tekhnis, tidak terisolasi dengan kasus tertentu sedang
pada sistem hukum anglo saxon pandangan hakimlebih teknis dan tertuju
pada kasus tertentu.

8. Pada sistem hukum eropa kontinental bangunan hukum, sistem hukum,


dan kategorisasi hukum didasarkan pada hukum tentang kewajiban sedang
pada sistem hukum anglo saxon kategorisasifundamental tidak dikenal.

9. Pada sistem hukum eropa kontinental strukturnya terbuka untuk perubahan


sedang pada sistemhukum anglo saxon berlandaskan pada kaidah yang
sangat kongrit.

C. Karakteristik Atau Ciri-Ciri Hukum Eropa Kontinental

Sistem hukum Eropa Kontinental mempunyai tiga karakteristik,yaitu :

a. adanya kodifikasi

Karakteristik pertama yang menjadi dasar sistem Hukum Civil Law


adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam
peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara
sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik dasar ini dianut mengingat bahwa
nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Kepastian
hukum hanya dapat diwujudkan kala u tindakan-tindakan hukum manusia dalam
pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum tertulis. Dengan tujuan
hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat leluasa
menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya
berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas
wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para
pihak yang berperkara saja.

9
b. hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang menjadi sumber
hukum yang terutama

Karakteristik kedua pada sistem Civil Law tidak dapat dilepaskan dari
ajaran pemisahan kekusaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis.
Menurut Paul Scolten, bahwa maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-
organ negara Belanda adalah adanya pemisahan antara kekuasaan pembuatan
undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem kasasi adalah tidak
dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya.
Penganut sistem Civil Law memberi keleluasaan yang besar bagi hakim untuk
memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang
menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-
undang.

c. sistem peradilan bersifat inkuisitorial.

Karakteristik ketiga pada sistem hukum Civil Law adalah apa yang oleh
Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya sistem Inkuisitorial dalam
peradilan. Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam
mengarahkan dan memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan
cermat dalam menilai alat bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di dalam
sistem hukum Civil Law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap dari
peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Sistem ini mengandalkan profesionalisme
dan kejujuran

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang didasarkan


atas hukum Romawi disebut sebagai sistem Civil law. Disebut demikian karena
hukum Romawi pada mulanya bersumber kepada karya agung Kaisar Iustinianus
Corpus Iuris Civilis. Sistem Civil Law dianut oleh negara-negara Eropa
Kontinental sehingga kerap disebut juga sistem kontinental.

Hukum sipil dapat didefinisikan sebagai suatu tradisi hukum yang berasal
dari Hukum Roma yang terkodifikasi dala, Corpus Juris Civilis Justinian dan
tersebar keseluruh benua Eropa dan seluruh Dunia. Kode sipil terbagi ke dalam
dua cabang, yaitu Hukum romawi yang terkodifikasi dan Hukum Romawi yang
tidak dikodifikasi.

Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi,


hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang menjadi sumber
hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial.

Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum


Civil Law berupa peraturan perundang-undangan, kebiasaan-kebiasaan, dan
yurisprudensi.

Peraturan perundang-undangan mempunyai dua karakteristik, yaitu


berlaku umum dan isinya mengikat keluar. Sifat yang berlaku umum itulah yang
membedakan antara perundang-undangan dan penetapan. Penetapan berlaku
secara individual tetapi harus dihormati oleh orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C.S.T. Pengantar Tata Hukum Dan Ilmu Hukum Di Indonesia, Jakarta
:Balai Pustaka, 1986,

Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pembelajaran Tata Hukum, Jakarta : Sinar


Grafika, 1997, ,

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta : LP3ES, 1998,

Riduan Syahrani, Rangkuman Inti Sari Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya
Bakti, 1999,

Subekti dalam Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung : Alumni, 1986,S

Titik Triwulan Tutik, Pengantar ilmu Hukum, Jakarta: Prestasi Pustaka,2006

12

Anda mungkin juga menyukai