Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP MEDIS

1. Definisi

Ginggatisme hampir selalu merupakan akibat sekresi berlebihan GH


sebelum epifisis bersatu. Pada masa hidup selanjutnya kegagalan
hipofisis cenderung terjadi dan oleh karenanya penderitanya biasanya
tidak kuat, agresif, atau jantan. (David, dkk. Lecture Notes Kedokteran
Klinis).
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh
karena sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH)
yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi 3).
Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein
dalam banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan
jaringan adipose dan kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah,
Bruner&Suddarth, 2001)
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan,
dengan tinggi dan besar yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh
kelebihan jumlah hormon pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang
merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme adalah pertumbuhan tidak normal besar karena kelebihan
hormon pertumbuhan selama masa kanak-kanak, sebelum piring
pertumbuhan tulang telah ditutup.

2. Etiologi
Terdapat sekresi GH berlebihan akibat adenoma hipofiis. GH
menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari jaringan lunak, termasuk kulit,

1
lidah, dan visera serta tulang. Hormon ini memiliki sifat antiinsulin. (David,
dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)

Penyebab ginggatisme dapat digolongkan sebagai berikut :


 Ginggatisme primer atau hipofisi, imana penyebabnya adalah
adenoma hipofisis
 Ginggatisme sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena
hipersekresi GHRH dari hipothalamus
 Ginggatisme primer yang disebabkan oleh tumor ektropik (paru,
pankreas, dll) yang mensekresi GH atau GHRH.

3. Patofisiologi

Pada orang muda denga epifisis terbuka. Produksi GH yang


berlebihan mengakibatkan gigantisme. Gigantisme adalah suatu kelainan
yang disebabkan karena sekresi yang berlebih dari GH, bila kelebihan GH
terjadi selama masa anak-anak dan remaja, maka pertumbuhan
longitudinal pasien sangat cepat, dan pasien sangat cepat akan menjadi
seorang raksasa. Setelah pertumbuhan somatic selesai, hipersekresi GH
tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan
tulang-tulang dan jaringan lunak. kelebihan hormone pertumbuhan ini
terjadi setelah masa pertumbuhan lewat atau lempeng epifisis menutup.
Hal ini akan menimbulkan penebalan tulang terutama pada tulang akral.

4. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan adalah sebagai


berikut :

2
 Keabnormalan skeletal dan tanda-tanda intoleransi glukosa seperti
yang terlihat pada penderita akromegali.
 Pembesaran tumor pituitari (yang menyebabkan hilangnya hormon
trofik lain, misal hormon yang menstimulasi tiroid, hormon yang
menstimulasi folikel dan kortikotropin).
 Manusia dikatakan berperawakan raksasa (gigantisme) apabila
tinggi badan mencapai dua meter atau lebih. Ciri utama gigantisme
adalah perawakan yang tinggi hingga mencapai 2 meter atau lebih
dengan proporsi tubuh yang normal. Hal ini terjdi karena jaringan
lunak seperti otot dan lainnya tetap tumbuh.
 Gigantisme dapat disertai gangguan penglihatan bila tumor
membesar hingga menekan khiasma optikum yang merupakan
jalur saraf mata.

5. Pemeriksaan Diagnostik

 Pengukuran kadar GH melalui radioimmunoassay, kadarnya hanya


meningkat pada penyakit aktif dan tidak ditekan oleh glukosa pada
tes toleransi glukosa standar.
 Perimetri untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal
(50%)
 Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus
klinoid, alur supraorbtal, dan rahang bawah. lantai fosa hpofisis
biasanya tampak mengalami erosi menjadi ganda pada tomogram
tampak lateral.
 CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar
 Rontgen tangan untuk mencari bentuk lempeng pada falang distal
dan peningkatan jarak rongga antara sendi karena hipertrofi
kartilago. Bantalan tumit biasanya menebal. Tes ini lebih memiliki
unsur menarik daripada diagnostik

3
 Kadar glukosa serum bia meningkat
 Kadar fosfat dalam serum saat puasa bisa meningkat namun tidak
memiliki manfaat diagnostik
 Rontgen dada dan EKG bisa menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri
akibat hipertensi.
(David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
 Kadar serum hGh yang diukur dengan radioimmunoassay biasanya
nai
 Uji supresi glukosa tidak bisa menekan kadar hormon sampai
dibawah jumlah normal yang dapat diterima, yaitu 2 ng/ml
 Sinar X tengkorak, computed tromography (CT) Scan, arteriografi,
dan magnetic resonance imaging menentukan keberadaan dan
perluasan lesi pituitar
 Sinar X tulang menunjukkan penebalan kranium (terutama tulang
frontal, oksipital dan parietal) dan penebalan tulang panjang, serta
osteoartritis ditulang belakang.

6. Komplikasi

Bedah dan radiasi dapat menyebabkan keduanya rendahnya tingkat


hormon hipofisis lainnya, yang dapat menyebabkan:
 Adrenal insufisiensi
 Diabetes insipidus (jarang)
 Hipogonadisme
 Hypothyroidisme
(A.D.A.M. Encyclopedia medis)

4
7. Penatalaksanaan Medis

 Kraniatomi
(David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
Hipofisektomi kranial atau transfenoidal atau terapi radiasi pituitari
dilakukan untuk membuang tumor yang mendasar
 Penggantian hormon tiroid dan gonadal dan kortison dilakukan
sesudah pembedahan
 Bromocriptine (parlodel) dan octreotide (sandostatin) digunakan
untuk menghambat hGh.

5
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Riwayat penyakit, manifestasi klinis berfariasi tergantung pada


hormon mana yang disekresi berlebih. Tanyakan manifestasi
klinis dari peningkatan GH mulai dari dirasakan.
b. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga
c. Keluhan utama, mencakup:
 Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ
tubuh seperti jari – jari tangan.
 Perubahan tingkat energi, kelelahan.
 Nyeri yang dirasakan
 Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman
penglihatan, penglihatan ganda
d. Pemeriksaan fisik, mencakup :
 Amati bentuk wajah khas pada hipersekresi GH seperti bibir
dan hidung besar, hilang supra orbita menjorok.
 Kepala, tangan / lengan dan kaki juga bertambah besar,
dagu menjorok ke depan.
 Amati adanya kesulitan mengunyah.
 Amati adanya perubahan pada persendian, mobilitas.
 Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat koprosi syaraf
optikus akan dijumpai penurunan visus
 Hipertensi
 Disfagia akibat lidah membesar

6
e. Pemeriksaan Diagnostik, mencakup :
 Kadar proklatin serum : ACTH, GH
 Foto tengkorak
 CT Scan
 Angiografi
 Tes toleransi glukosa

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan struktur


tubuh.
2) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan energi.
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gigi
tumbuh terpisah –pisah, lidah membesar.
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan wajah kasar,
kulit tebal.

3. INTERVENSI

Diagnosa I : Gangguan bodi image b/d perubahan struktur


tubuh.
Tujuan : Mulai menunjukkan adaptasi dan menyatakan
penerimaan pada situasi diri.
Kriteria Hasil : * Klien dapat menerima perubahan diri.
* Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan.

7
Intervensi :
1. Kaji klien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan
mekanisme koping untuk mengatasi perubahan fisik.
R / : Dapat mengetahui sejauh mana mekanisme koping yang
dimiliki klien dalam penerimaan diri.
2. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang
berhubungan dengan perubahan fisik.
R / : Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan
dan realitas hidup.
3. Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang
dialami oleh klien.
R / : Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola
hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah.
4. Pertahankan lingkungan yang kondusif untuk membicarakan
perubahan citra tubuh.
R / : Meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai yang dapat
mempengaruhi penilaian situasi.
5. Bantu pasien dalam mengembangkan rencana untuk
menyelaraskan semua perubahan ke dalam gaya hidup.
R / : Membantu adaptasi lanjut yang optimal dan membantu dalam
penerimaan diri.

Diagnosa II : Kelelahan b/d hipermetabolik dengan


peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan kemampuan
berpartisipasi dalam melakukan aktivitas.
Kriteria Hasil : * Tidak terjadi kelelahan yang berarti pada klien
setelah melakukan aktivitas.
* Menunjukkan peningkatan kemampuan dan
berpartisipasi dalam aktivitas.

8
Intervensi :
1. Observasi tanda – tanda vital, catat nadi baik saat istirahat
maupun saat melakukan aktivitas.
R / : Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat
takikardia mungkin akan ditemukan.
2. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan
istirahat di tempat tidur.
R / : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan
metabolisme.
3. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti
sentuhan/masase.
R / : Dapat menurunkan energi dalam syaraf yang selanjutnya
meningkatkan relaksasi.
4. Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi
yang tidak stabil.
R / : Dorongan dan saran orang terdekat untuk berespon
secara positif dan memberikan dukungan pada pasien.
5. Berikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang
seperti membaca, mendengarkan radio.
R / : Memungkinkan untuk menggunakan energi dengan cara
konstruktif dan mungkin juga menurunkan ansietas.

Diagnosa III : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gigi


tumbuh terpisah – pisah, lidah membesar.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria Hasil : Mempertahankan/meningkatkan berat badan.

9
Intervensi :
1. Timbang BB sesuai indikasi.
R / : Mengkaji pemasukan yang adekuat.
2. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki klien.
R / : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan dapat membantu kebutuhan nutrisi.
3. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai
dengan indikasi.
R / : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi.
4. Berikan makanan sedikit tapi sering.
R / : Membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan dan
meningkatkan pemasukan.
5. Berikan kebersihan atau sebelum makan.
R / : Meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik.

Diagnosa IV : Gangguan integritas kulit b/d wajah kasar, kulit


tebal.
Tujuan : Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk
mencegah kerusakan kulit.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman akan faktor penyebab
terjadinya gangguan integritas kulit.

Intervensi :
1. Inspeksi seluruh area kulit.
R / : Kulit biasanya cenderung rusak karena perubahan sirkulasi
perifer, ketidakmampuan untuk merasakan tekanan, gangguan
pengaturan suhu.
2. Anjurkan pada klien untuk memberikan perawatan pada kulit.

10
R / : Kelembaban meningkatkan pertumbuhan bakteri yang dapat
menimbulkan infeksi.
3. Anjurkan menggunakan buku – buku jari untuk menggaruk bila
tidak terkontrol.
R / : Menurunkan potensial cedera kulit.
4. Hindari komentar tentang penampilan pasien.
R / : Meminimalkan stress psikologis sehubungan dengan
perubahan kulit.

4. IMPLEMENTASI
Sesuai Intervensi
5. EVALUASI
Sesuai tujuan dan kriteria hasil.

11
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Ginggatisme hampir selalu merupakan akibat sekresi


berlebihan GH sebelum epifisis bersatu. Pada masa hidup
selanjutnya kegagalan hipofisis cenderung terjadi dan oleh
karenanya penderitanya biasanya tidak kuat, agresif, atau jantan.
(David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis).
Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena
sekresi hormon pertumbuhan atau Growth Hormon yang
berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses
penutupan epifisis. Penyebab terbanyak gigantisme adalah adanya
adenoma hipofisis.
Manifestasi klinis dari gigantisme : lingkar kepala bertambah,
hidung lebar, lidah membesar, wajah kasar, mandibula tumbuh
berlebihan, pembesaran pada kaki dan tangan.

Tujuan pengobatan dari gigantisme :


* Menormalkan kembali kadar GH/IGF – 1.
* Memperkecil tumor/menstabilkan besarnya tumor.
* Menormalkan fungsi hipofisis.

12
Selain pengobatan medis terapi pembedahan dan terapi
radiasi juga menjadi pilihan untuk pengobatan gigantisme dimana
terapi pembedahan merupakan cara pengobatan utama.

2. SARAN

1) Bagi pasien gigantisme diharapkan untuk mengikuti program


pengobatan secara teratur sesuai anjuran dokter.
2) Bagi mahasiswa/i keperawatan mampu memahami tentang
penyakit gigantisme sehingga dapat berguna dalam praktek
pelayanan di masyarakat.

13
DAFTRA PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai