Anda di halaman 1dari 29

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN HUKUM

JENIS PENDEKATAN DALAM PENELITIAN HUKUM

1.Pendekatan Perundang-Undangan (Statute


Approach)
2.Pendekatan Kasus (Cases Approach)
3.Pendekatan Konsep (Conseptual Approach)
4.Pendekatan Sejarah (Historical Approach)
5.Pendekatan Perbandingan (Comparative
Approach)
Pendekatan Perundang – Undangan
(Statue Aprroach)

Pendekatan peraturan perundang – undangan adalah pendekatan


dengan menggunakan produk legislasi dan regulasi.

Dalam memahami metode pendekatan perundang – undangan


penilitian perlu memahami hierarki, dan asas – asas dalam
peraturan perundang undangan.
Hierarki peratuturan perundang – undangan menurut
pasal 7 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2012 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Asas – Asas dalam Peraturan Perundang - Undangan

a. Lex Superior Derogat Legi Inferiori


Asas tersebut memiliki arti bahwa peraturan perundang – undangan
yang hierarkisnya lebih tinggi mengenyampingkan peraturan
perundang – undangan yang hierarkisnya lebih rendah

b. Lex Specialis Derogat Lex Generali


Asas tersebut memiliki arti bahwa peraturan perundang – undangan
yang mengatur suatu hal secara khusus akan mengenyampingkan
peraturan perundang – undangan yang mengatur secara umum.

c. Lex Posterior Derogat Legi Priori


Asas tersebut memiliki arti bahwa peraturan perundang – undangan
yang terkemudian menyisihkan peraturan perundang – undangan
terdahulu yang mengatur hal yang sama.
PENDEKATAN KASUS
(CASE APRROACH)

• Dalam menggunakan pendekatan kasus, yang perlu dipahami


oleh peneliti adalah ratio decidendi, yaitu alasan-alasan
hukum yang dipergunakan oleh Hakim untuk sampai kepada
putusannya.

• Menurut Goodheart, fakta materiil yang dapat menemukan


ratio decidendi ialah:
1.Orang;
2.Tempat;
3.Waktu;
4.Segala yang menyertainya asalka tidak terbukti sebaliknya.
Mengapa fakta materiil menjadi rujukan ?

Karena para pihak berpangkal dari fakta materiil


dalam membangun argumentasi guna meneguhkan
posisi masing-masing. Didalam civil law system saat
mengajukan argumentasi sekaligus disertai ketentuan
yang melandasi argumentasi masing-masing pihak.
Para pihak akan mencari ketentuan hukum yang
menguatkan posisi masing-masing untuk fakta
materiil. Dalam hal ini hakim akan menilai masing-
masing argumentasi dan ketentuan hukum yang
menopang argumentasi tersebut.
Didalam hukum Indonesia yang menganut civil law
syistem, ratio decidendi dapat dilihat pada
konsiderans “menimbang” pada “pokok perkara”.

Kegunaan pendekatan kasus bukan saja karena ratio


decidendi-nya adalah penafsiran atau penghalusan
hukum , melaikan juga dalam undang-undang tidak
mengaturnya.
• Sebagai contoh dengan Putusan MA tertanggal 23 Oktober 1957, diikuti
Putusan MA No.3190.K/Pdt/1985 tanggal 13 Maret 1987 . Dengan mengacu
kepada ratio decidendi Putusan MA No.3190.K/Pdt/1985, selanjutnya MA
berdasarkan putusannya No.1839 K/Pdt/1995 tertanggal 4 Juni 1998
menetapkan seorang janda yang dalam perkawinan dengan suaminya tidak
mempunyai anak,merupakan ahli waris dari harta suaminya bersama-sama
dengan saudara kandung suaminya.

• Di samping putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ,


putusan Mahkamah konsntitusi juga dapat di jadikan bahan pendekatan
kasus.

• Sebagai contoh putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No.011-


017/PUU-I/2003 .Ratio decidendi atas dikabulkannya permohonan itu
adalah Pasal 60 huruf g UU Nomor 12 Tahun 2003 itu bersifat diskriminatif
dan meniadakan hak konstitusional pemohon,sehingga bertentangan dengan
UUD 1945 yang melarang diskriminasi dalam bentuk apapun.
• Dalam kasus perdata , seorang Ahli hukum dalam menangani kasus
yang timbul karena perjanjian harus menelaah perjanjian yang dibuat
oleh klien dan pihak lawannya.

• Ilmu hukum memang mengenal adagium pacta sunt servanda akan


tetapi ahli hukum tidak harus berpegang kepada adigum itu saja ,
melainkan juga pada doktrin hukum lain bahwa perjanjian yang dibuat
oleh para pihak tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban umum.

• Apabila ahli hukum ragu-ragu akan suatu klausul yang dihadapi,


seyogyanya ia melihat pada perundang-undangan dan juga literatur
hukum.
PENDEKATAN HISTORIS
(HISTORICAL APPROACH)

PENDEKATAN HISTORIS DILAKUKAN DALAM KERANGKA PELACAKAN


SEJARAH LEMBAGA HUKUM DARI WAKTU KE WAKTU. PENDEKATAN
INI SANGAT MEMBANTU PENELITI UNTUK MEMAMAHAMI
FILOSOFI DARI ATURAN HUKUM DARI WAKTU KE WAKTU DAN
JUGA DAPAT MEMAHAMI PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN
FILOSOFI YANG MELANDASI ATURAN HUKUM TERSEBUT.

CARA PENDEKATAN INI DILAKUKAN DENGAN MENELAAH LATAR


BELAKANG DAN PERKEMBANGAN PENGATURAN MENGENAI ISU
HUKUM YANG DIHADAPI.
• DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATA HISTORIS, PENELITI DAPAT
MENELAAH PERKEMBANGAN PRINSIP KEBEBASAN BERKONTRAK. DI
DALAM PANDANGAN EROPA KONTINENTAL, ASAS KEBEBASAN
BERKONTRAK MERUPAKAN KONSEKUENSI DARI DUA ASAS LAINNYA
DALAM PERJANJIAN, YAITU KONSENSUALISME DAN KEKUATAN
MENGIKAT SUATU PEREJANJIAN YANG LAZIM DISEBUT PACTA SUNT
SERVANDA.

• KONSENSUALISME BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PERJANJIAN,


PACTA SUNT SERVANDA BERKAITAN DENGAN AKIBAT ADANYA
PERJANJIAN YAITU TERIKATNYA PARA PIHAK YANG MENGADAKAN
PERJANJIAN, SEDANG KEBEBASAN BERKONTRAK MENYANGKUT ISI
PERJANJIAN.
LANGKAH-LANGKAH PENDEKATAN
HISTORIS.
• LANGKAH PERTAMA YANG DILAKUKAN OLEH PPENELITI ADALAH
MELACAK SECARA HISTORIS UNDANG-UNDANG YANG DITELITI.

• MISALNYA SEOERANG PENELITI MENELITI MENEGENAI UNDANG-


UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH, APAKAH MEMANG MERUPAKAN
KEHENDAK UUD 1945? MAKA, PENELITI PERLU MELACAK SECARA
HISTORIS PERKEMBANGAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAH DAERAH
SEJAK UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1945

• LANGKAH KEDUA ADALAH MENETUKAN GAGASAN YANG DIKANDUNG


DIDALAM KETENTUAN PASAL UNDANG-UNDANG YANG DITELITI.

• CONTOH, KETENTUAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG YANG ASLI ADALAH


MEMPERTAHANKAN SIFAT KEISTIMEWAAN BENTUK KENEGARAAN YANG
ADA SEBELUM KEMERDEKAAN BUKAN OTONOMI DAERAH.
LANJUTAN...

• LANGKAH KEDUA ADALAH MENETUKAN GAGASAN YANG DIKANDUNG


DIDALAM KETENTUAN PASAL UNDANG-UNDANG YANG DITELITI.

• CONTOH, KETENTUAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG YANG ASLI ADALAH


MEMPERTAHANKAN SIFAT KEISTIMEWAAN BENTUK KENEGARAAN YANG
ADA SEBELUM KEMERDEKAAN BUKAN OTONOMI DAERAH.
LANJUTAN...

• LANGKAH KETIGA ADALAH PENELITI MENINJAU PENJELASAN


DARI DOKUMEN UNDANG-UNDANG YANG DITELITI.

• CONTOH, PENJELASAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG 1945


YANG ASLI:
“Dalam territoir Indonesia terdapat kurang lebih 250 zelfbestuurnde
landschappen dan Volksgemeenschappen, seperti desa, di Jawa
dan Bali, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya.
Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh
karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang istimewa”
LANJUTAN...

• LANGKAH TERAKHIR ADALAH KESIMPULAN ATAS PENELITIAN


UNDANG-UNDANG TERSEBUT.

• CONTOH, DARI SEGI HISTORIS TERSEBUT SETIDAK-TIDAKNYA DAPAT


DISIMPULKAN BAHWA OTONOMI DAERAH SEBENARNYA TIDAK ADA
PADA BENAK FOUNDING FATHERS. YANG MUNGKIN ADA PADA PIKIRAN
MEREKA ADALAH BUKAN SENTRALISASI.

• HAL SEMACAM INILAH YANG KIRANYA BELUM PERNAH DIUNGKAPKAN


OLEH PENELITI HUKUM DI BIDANG PEMERINTAH DAERAH.
PENDEKATAN PERBANDINGAN
(COMPARATIVE APPROACH)

•Pendekatan perbandingan menurut para Ahli


•Makna pendekatan perbandingan
•Tujuan pendekatan perbandingan
•Metode pendekatan perbandingan
•Contoh pendekatan perbandingan
Pendekatan Perbandingan Menurut Para Ahli

 Menurut Van Apelddorn, perbandingan hukum


merupakan suatu ilmu bantu bagi ilmu hukum dogmatik
dalam arti bahwa untuk menimbang dan menilai aturan-
aturan hukum dan putusan-putusan pengadilan yang ada
dengan sistem hukum lain.

 Menurut Gutteridge, perbandingan hukum merupakan


suatu metode studi dan penelitian hukum. Gutteridge
membedakan antara perbandingan hukum yang
bersifat deskriptif dan perbandingan hukum terapan.
 Menurut Holland, ruang lingkup perbandingan hukum
terbatas pada penyelidikan secara deskriptif.
Makna dan Tujuan Pendekatan Perbandingan

Makna :
Pendekatan perbandingan ialah, perbandingan yang dilakukan dengan
membandingkan undang-undang suatu negara, dengan undang-undang
dari satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama. Selain itu,
dapat juga diperbandingkan di samping undang-undang yaitu putusan
pengadilan di beberapa negara untuk kasus yang sama. (Ibid., 2011 :
95)
Tujuan :

Tujuan dalam pendekatan ini adalah untuk memperoleh


persamaan dan perbedaan di antara undang-undang
tersebut. Hal ini untuk menjawab mengenai isu
hukumm antara ketentuan undang-undang dengan
filosofi yang melahirkan undang-undang itu. Dengan
demikian perbandingan tersebut, peneliti akan
memperoleh gambaran mengenai konsistensi antara
filosofi dan undang-undang di beberapa negara. Hal
ini sama juga dapat dilakukan dengan
memperbandingkan putusan pengadilan antara suatu
negara dengan negara lain untuk kasus serupa.
Metode Pendekatan Perbandingan

Metode pendekatan perbandingan harus mengungkapkan


persamaan dan perbedaan. Persamaan di antara perundang-
undangan beberapa negara yang diperbandingan mungkin
saja terjadi karena adanya persamaan sistem hukum yang
di anut oleh negara-negara tersebut walaupun dari segi
perkembangan ekonomi dan politik mungkin berbeda.
Contoh Pendekatan Perbandingan

Persamaan antara Hukum Malaysia dan Hukum Inggris


atau persamaan antara Hukum Indonesia dan Belanda.
Baik Malaysia dan Inggris maupun Indionesia dan
Belanda secara ekonomis tidak mungkin dapat
diperbandingkan karena Inggris dan Belanda secara
ekonomis lebih maju daripada Malaysia dan Indonesia.
Akan tetapi dilihat dari sistem hukumnya, hukum
Malaysia mewarisi sistem hukum Inggris sedangkan
Indonesia mewarisi sistem hukum Belanda.
PENDEKATAN KONSEPTUAL
(Conceptual Aproach)

• Pendekatan ini mempelajari pandangan-


pandangan dan doktrin-doktrin yang
berkembang di dalam ilmu hukum guna
menemukan ide-ide yang melahirkan
pengertian-pengertian hukum, konsep-
konsep hukum, dan asas-asas hukum yang
relevan dengan isu yang dihadapi.
Cara melakukan pendekatan
konseptual

1. Pendekatan konseptual dilakukan


manakala peneliti tidak beranjak dari
aturan hukum yang ada.
2. Pendekatan konseptual dilakukan
manakala memang belum atau tidak ada
aturan hukum untuk masalah yang
dihadapi.
Yang harus di lakukan peneliti
dalam pendekatan konseptual

1. Harus beranjak dari pendangan-


pandangan dan doktrin-doktrin yang
berkembang di dalam ilmu hukum.
2.Peneliti harus memahami substansi ilmu
hukum, karena konsep hukum bukan
konsep politik atau ekonomi. Melainkan
konsep yang bersifat universal.
lanjutan
3. Peneliti perlu merujuk prinsip-prinsip
hukum.
a. Sebelum mengidentifikasi prinsip,
peneliti perlu memahami konsep hukum
yang dapat diketemukan di dalam
undang-undang.
b. Konsep hukum juga dapat diketemukan
di dalam putusan-putusan pengadilan.
Contoh konsep hukum yang berasal dari
sistem hukum yang tidak bersifat
universal

Penelitian dalam bidang Perbankan Syariah


1. Peneliti harus merujuk kepada doktrin-doktrin yang
berkembang di dalam hukun Islam di bidang
perbankan.
2. Peneliti juga perlu memahami substansi dasar Hukum
Islam karena dari situlah konsep itu beranjak.
Contoh konsep hukum

Penelitian tentang Piercing the Corporate Veil,


yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa
indonesia “menyimak tabir perusahaan” atau
“menyingkap tirai perusahaan” yang artinya
menyebabkan pemegang saham Perseroan
Terbatas tidak bersifat mandiri dan tidak
bertanggung jawab penuh.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai