Anda di halaman 1dari 4

Nama : Leonardo

NIM : 043539161

Tugas 2 Metode Penelitian Hukum/HKUM4306

• Rencana Judul Penelitian: "Fungsi Prolegnas dalam peta alur pembentukan


hukum di Indonesia"
Buatlah Latar Belakang masalah singkat (300 – 500 Kata) dari rencana judul di
atas?

Prolegnas merupakan pedoman dan pengendali penyusunan peraturan


perundang- undangan tingkat pusat yang mengikat Lembaga yang berwenang
membentuk peraturan perundang-undangan. Pembentukan peraturan perundang-
undangan yang sesuai dengan Prolegnas tidak saja akan menghasilkan peraturan
perundangundangan yang diperlukan untuk mendukung tugas umum pemerintahan
dan pembangunan sesuai dengan amanat Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat
sesuai dengan tuntutan reformasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini maupun di masa yang akan datang.

Dasar hukum untuk melakukan kegiatan Prolegnas ini adalah sebagaimana


disebutkan Pasal 15 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang- undangan mengatakan bahwa: “perencanaan penyusunan
undang-undang dilakukan dalam suatu Prolegnas”. Dengan demikian Prolegnas
merupakan instrument perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan
tingkat pusat yang memuat skala prioritas Program Legislasi Jangka Menengah dan
Tahunan yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis oleh Dewan
Perwakilan Rakyat RI bersama Pemerintah sesuai dengan perkembangan kebutuhan
hukum masyarakat dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional yang sesuai
dengan amanat konstitusi.

Adapun pengertian dari Prolegnas tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam


Pasal 1 ayat (9) UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan mengartikan Program Legislasi Nasional sebagai suatu instrumen atau
suatu mekanisme, dikatakan dalam pasal tersebut bahwa: “Program Legislasi
Nasional adalah instrumen perencanaan program pembentukan Undang-Undang yang
disusun secara berencana, terpadu, dan sistematis.”

Penyusunan Prolegnas didasarkan pada visi pembangunan hukum nasional,


yaitu: terwujudnya negara hukum yang adil dan demokratis melalui pembangunan
sistem hukum nasional dengan membentuk peraturan perundang-undangan yang
aspiratif, berintikan keadilan dan kebenaran yang mengabdi kepada kepentingan
rakyat dan bangsa di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk
melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Untuk mewujudkan visi tersebut, misi yang diemban adalah:

• Mewujudkan materi hukum di segala bidang dalam rangka penggantian


terhadap peraturan perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional
yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
• Mengandung kepastian, keadilan, dan kebenaran, dengan memperhatikan
nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat;
• Mewujudkan budaya hukum dan masyarakat yang sadar hukum;
• Mewujudkan aparatur hukum yang berkualitas, profesional, bermoral dan
berintegritas tinggi; dan
• Mewujudkan lembaga hukum yang kuat, terintegrasi dan berwibawa

• Dari Abstrak diatas, silahkan anda rumuskan 2 (dua) Rumusan masalah


apa yang bisa diangkat dan jelaskan?
• Bagaimana bentuk penyelesaian tumpang tindihnya Undang-Undang 1945?
• Bagaimana solusi dan implementasi dari Undang-Undang 1945 yang saling
bertentangan?

• Dari Wacana pada Permasalahan ke 2, Tulislah secara ringkas 3 (tiga) Teori


Hukum yang dapat menjadikan Tinjauan Pustaka dalam menyelesaikan
penelitian tersebut?
Dasar hukum yang dijadikan sebagai pedoman bagi Negara Indonesia adalah
Peraturan Perundang-undangan. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
merupakan sebuah sistem, karena di dalamnya terdapat beberapa peristiwa/tahapan
yang terjalin dalam satu rangkaian yang tidak terpisahkan antara satu dan lainnya.
Tahapan tersebut yaitu tahap perencanaan, tahap penyusunan, tahap pembahasan,
tahap pengesahan, tahap pengundangan, dan tahap penyebarluasan. Oleh sebab itu,
norma hukum yang hendak dituangkan dalam rancangan Peraturan Perundang-
undangan, benar-benar telah disusun berdasarkan pemikiran yang matang dan
perenungan yang memang mendalam, semata-mata untuk kepentingan umum (public
interest), bukan kepentingan pribadi atau golongan.

Sebagai negara hukum, demokrasi Peraturan Perundang-Undangan dicitrakan


dan menjawab semua permasalahan-permasalahan kebangsaan dengan kepentingan
politis partai politik dan politisi di lembaga perwakilan. Sebagai produk hukum
perundang-undangan dianggap sebagai hal yang obyektif karena dibuat dalam proses
dan teknis penyusunan yang taat asas hukum oleh lembaga perwakilan rakyat.
Perundang-undangan didefinisikan sebagai Peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Citra idealitas perundangan masih jauh dari realitas,
memberikan esensi kepastian hukum bagi masyarakat, peraturan perundang-
undangan di Indonesia seringkali memberi ketidakpastian hukum, dampaknya banyak
tumpang tindih peraturan baik tingkat hierarki yang sama atau dengan peraturan
dibawahnya. Tumpang tindih aturan dan ketidakjelasan hukum dalam berbagai UU
menjadi persoalan yang menghambat investasi selama ini.

Penyederhanaan regulasi melalui konsep omnibus law diangap sebagai


langkah yang tepat. Sebab omnibus law adalah undang-undang yang menitik beratkan
pada penyederhanaan jumlah regulasi karena sifatnya yang merevisi dan mencabut
banyak undang-undang sekaligus. Akan tetapi jika permasalahan regulasi tidak hanya
dari segi jumlah, misalnya seperti adanya regulasi yang tumpang tindih, materi
muatan yang tidak sesuai, masalah ego sektoral pembentukan regulasi yang tidak
terkendali, sampai masalah proses pembentukan yang tidak partisipatif sehingga
regulasi yang lahir menerima penolakan dari masyarakat. Bila demikian, tentu untuk
mengatasi masalah regulasi tidak cukup hanya sampai omnibus law. Sepintas,
omnibus law memang baik untuk mengatasi masalah regulasi yang terlalu banyak.
Namun tanpa adanya upaya lain, masalah disharmoni, ego sektoral sampai masalah
regulasi yang tidak partisipatif, tentu penerapan omnibus law pun tidak akan efektif.
Saya menggunkan Jurnal dari beberapa peneliti dengan memakai Footnote.

• Jumly Asshiddiqie. Perihal Undang-Undang di Indonesia. Jakarta: Sekertariat Jenderal


Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006, hal. 320
• Agnes Fitryantica. Harmoniasasi Peraturan Perundang-undangan Indonesia Melalui
Konsep Omnibus Law. Jurnal Gema Keadilan, Vol. 6, No. 3, November 2019, hal. 301
• Putra, Antoni. Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi. Jurnal
Legislasi Indonesia. Vol. 17 No. 1 - Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai