Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD NAUFAL

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042764608

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4211/ HUKUM AGRARIA

Kode/Nama UPBJJ : 11017 ACEH BARAT DAYA/ BANDA ACEH

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
HKUM4211-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.1 (2021.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4211/Hukum Agraria
Tugas 3

No. Soal
1. Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, tanah merupakan sumber hidup satu-satunya. Mengingat
pentingnya tanah di dalam kehidupan manusia, maka setiap orang berusaha memiliki dan
memanfaatkan tanah itu semaksimal mungkin guna kelangsungan hidupnya. Untuk memiliki tanah dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti mewaris, hibah, tukar menukar, maupun dengan cara jual-beli.

Pertanyaan :
Menurut analisis saudara, bagaimana cara jual beli tanah menurut hukum adat, hukum perdata barat
dan UUPA ?

2. Pak Alex adalah seorang pengusaha yang berdomisili di Kecamatan Singaran Pati, kemudian Pak Alex
berkenalan dengan seorang petani yang bernama Fathan yang berdomisili di Kecamatan Teluk Segara.
Pak Fathan berencana menjual lahan pertanian miliknya kepada pak Alex dan pak Alex berencana
untuk membelinya.

Pertanyaan :
Menurut analisis saudara, apakah sertipikat kepemilikan lahan pertanian dapat diterbitkan oleh BPN atas
nama pak Alex ?berikan alasan saudara !

3. Sistem informasi pertanahan merupakan suatu kebutuhan yang wajib ada sama halnya dengan
kebutuhan pokok dan menjadi salah satu komponen standar pelayanan minimum dalam administrasi
pertanahan.

Pertanyaan :
Menurut analisis saudara, bagaimana implementasi sistem informasi dan Manajemen Pertanahan
Nasional (SIMTANAS) dalam mencegah kepemilikan sertifikat ganda ?

1 dari 1
JAWAB

1. Dalam jual beli tanah, ada dua aturan mendasar yang harus dipenuhi yaitu proses transaksi dan keabsahan
dokumen sertifikat. Proses jual beli tanah tidak boleh dilakukan di bawah tangan. Semua prosedur
transaksinya harus dilakukan di hadapan pejabat negara atau yang disebut Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998, PPAT disebut sebagai pejabat umum yang
diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu terkait hak atas
tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

Meski demikian, tak semua daerah memiliki PPAT. Untuk daerah-daerah yang belum memiliki PPAT, camat
dapat berperan sebagai PPAT sementara. Hal ini juga diatur dalam PP No. 37 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “PPAT Sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan
tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.”

Aturan kedua adalah, membawa berkas-berkas asli yang bisa dipertanggungjawabkan. Tanah yang
diperjualbelikan harus memiliki sertifikat tanah asli, tidak sedang dalam penyitaan dan PBB-nya sudah dibayar
lunas. Jika pemilik sertifikat sudah meninggal dunia, pastikan sertifikat tersebut sudah balik nama menjadi
nama ahli warisnya.

Agar terbebas dari cacat hukum atau sengketa di kemudian hari, berikut ada langkah-langkah yang dapat
kamu lakukan dalam jual beli tanah.

1. Memastikan Status Tanah

Status tanah yang ideal untuk diperjualbelikan biasanya mengacu pada tiga hal, yakni free, clean dan clear.
Free maksudnya tanah bebas dari sengketa. Nama pemilik tertera di sertifikat tanah yang asli. Clean berarti
tanah sedang tidak digunakan untuk kegiatan apapun, atau ditempati oleh orang lain yang tidak memiliki hak.
Dan Clear merujuk pada batasan-batasan tanah yang ada di lapangan sesuai dengan yang ada di sertifikat.

2. Mengecek Keaslian Surat Tanah

Langkah selanjutnya adalah mengecek keaslian sertifikat tanah. Pembeli dapat berinisiatif untuk mengajak
penjual mengecek keaslian sertifikatnya ke Badan Pertanahan Nasional. BPN akan mengecek keaslian
sertifikat berdasarkan peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur dan buku tanah.

3. Membuat Akta Jual Beli (AJB) Tanah

Setelah sertifikat terbukti asli dan bebas sengketa, langkah berikutnya adalah dengan membuat AJB. Akta ini
berfungsi sebagai surat bukti pengalihan hak atas tanah dari penjual kepada pembeli. Berkas-berkas yang
perlu disiapkan ketika membuat AJB seperti:

 sertifikat tanah asli,


 KTP penjual suami/istri (sertakan akta kematian jika suami/istri penjual telah meninggal),
 bukti PBB 10 tahun terakhir,
 surat persetujuan suami/istri,
 Kartu Keluarga.
 Untuk pembeli, berkas yang perlu disiapkan hanya berupa Kartu Keluarga dan KTP.

4. Membawa Berkas AJB ke BPN

Langkah terakhir adalah membawa AJB ke pihak BPN. AJB perlu diserahkan ke BPN paling lambat tujuh hari
setelah penandatanganan. Berkas ini juga sudah disertai dengan surat permohonan balik nama.Proses jual
beli tanah akan selesai bila nama penjual dalam buku tanah dan sertifikat sudah dicoret dengan tanda tangan
dari kepala kantor pertanahan. Adapun berkas-berkas yang perlu dibawa untuk permohonan balik nama,
seperti sertifikat hak atas tanah, bukti lunas BPHTB, dan bukti lunas PPh.
2. Pak Alex bisa saja mendapatkan sertifikat Hak Milik atas tanah pertanian Pak Fathan apabila telah dilakukan
prosedur berupa Jual Beli Tanah dan dapat dibuktikan dengan Akta Jual Beli walaupun Pak Alex tinggal di
kecamatan yang berbeda dengan lokasi tempat tinggal Pak Fathan dengan beberapa ketentuan adat di lokasi
tanah yang dibeli oleh pak Alex, sehingga Pak Alex bisa mendaftarkan pembuatan Sertifikat apabila prosedur-
prosedur tersebut telah tuntas.

3. Pada implementasinya dalam pencegahan sertifikat ganda pihak BPN sendiri telah mengantisipasinya dengan
baik pada manajemen administrasi pertanahan dalam pemetaan baik geoportal maupun secara data analisis
BPN, aplikasi Sentuh Tanahku sendiri di launching oleh Kementrian Agraria dan Tata Ruang untuk
menberikan informasi yang akurat bagi masyarakat agar memberikan pemahaman dan informasi yang baik
keapda masyarakat. Selanjutnya oleh karena itu permasalahan penerbitan Sertifikat Ganda akan
diminimalisir oleh pihak BPN agar tidak terjadinya kehilangan kepercayaan masyarakat kepada pihak BPN.

Anda mungkin juga menyukai