Anda di halaman 1dari 4

Nama : Angelyn Anastasya Sihombing

NIM : 047970598
Kode/Mata Kuliah : ISIP4130/ Pengantar Ilmu Hukum

1. Jelaskan mengapa kita perlu mempelajari ilmu hukum! Dan apa saja metode
mempelajarinya ?
Jawaban : Kehidupan manusia yang saling bergantungan menimbulkan adanya
interaksi sosial. Interaksi sosial dalam masyarakat dapat menimbulkan konflik atau
pertentangan. Konflik atau pertentangan dapat disebabkan oleh adanya perbedaan
pendapat atau benturan kepentingan. Hal ini disebabkan karena setiap individu atau
kelompok memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau
mengerjakan sesuatu. Konflik atau pertentangan dalam kehidupan masyarakat tidak
dapat dihindari. Maka dari itu,penting nya mempelajari ilmu hukum berperan
mengatur kepentingan-kepentingan,yaitu dengan timbulnya hak dan kewajiban.
Adanya hukum dalam kehidupan manusia dapat menciptakan rasa aman dan merasa
terlindungi.

Didalam mempelajari ilmu hukum, setidaknya ada enam motode yang digunakan,
yaitu:
1. Metode Historis Hukum itu tidak lahir begitu saja, tentu didasari oleh hukum-
hukum yang telah dulu ada. Meliahat hukum-hukum dimasa lampau sangat
diperlukan untuk mengetahui bagaimana sejarahnya sehingga hukum yang ada hari
ini. Metode historis adalah metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah
hukumnya.
2. Metode sistematis Metode ini melihat hukum sebagai suatu sistem
3. Metode Komparatif Hukum didaerah A tentu berbeda dengan hukum di daerah B.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya memperbadingkan hukum-hukum tersebut untuk
bisa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Dengan tujuan memperbaikinya. Maka
dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode koparatif ( perbandingan ).
Di perguruan tinggi sudah diajadikan satu mata kuliah yang berdiri sediri yang diberi
nama “perbandingan hukum”
4. Metode Idealis Ini adalah metode yang lahir bertitik tolak dari pandangan bahwa
hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu dalam masyarakat
5. Metode Normatif Analitis metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak.
Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai
subjek tersendiri terlepas dari hal-hal lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat
abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah
dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu
diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila
ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.
6. Metode Sosiologis metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum
sebagai alat untuk mengatur masyarakat. Ini juga sudah jadi mata kuliah tersendiri,
yaitu sosiologi hukum, bahkan sudah banyak buku-buku yang mambahas tentang
sosiologi hukum. |
2. Joko seorang petualang yang tersesat di suatu daerah terpencil, tidak ada satu orang
pun yang tinggal dan hidup disana. Joko memutuskan untuk tinggal disana. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya Joko memanfaatkan hasil dari bumi. Joko juga
membangun tempat tinggal sendiri dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Joko
bebas melakukan apapun disana. Suatu hari daerah yang ditinggali Joko kedatangan
serombongan petualang yang tersesat dan tidak bisa kembali ke tempat asalnya.
Rombongan petualang tersebut memutuskan untuk menetap hidup disana
berdampingan bersama Joko. Dalam jangka waktu yang lama akhirnya Joko dan para
petualangan yang tersesat lainnya membuat sebuah perkampungan kemudian
membuat aturan yang mereka sepakati.

Pertanyaan.
a. Seorang Filsuf Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa manusia itu merupakan
zoon politicon jelaskan dan kaitkan dengan kisah di atas!
Jawaban : Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno
menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa
manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam
masyarakat. Karena sifatnya ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut
sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain. Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri.
Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut,termasuk dalam
mencukupi kebutuhannya. Adanya hal tersebut mendorong sebuah proses
terjadinya interaksi sosial,yang mana manusia tidak dapat melakukan nya sendiri
sehingga membutuhkan manusia yang lain untuk hidup saling membutuhkan.
Berkaitan dengan kisah diatas sebelum adanya kedatangan rombongan petualang
yang pada akhirnya hidup bersama dengan Joko yang seorang diri di hutan belum
bisa dikatakan dirinya sebagai makhluk sosial atau interaksi sosial baru bisa
diciptakan minimal ada keberadaan dua orang manusia. Tetapi setelah kedatngan
rombongan yang tersesat dihutan yang kemudian memutuskan untuk ikut menetap
bersama dengan Joko maka dengan sendiri nya kehidupan Joko berubah dari
seorang individualis menjadi harus bersosialisasi dengan rombongan baru yang
hodup bersama nya.

b. Berikan pendapat saudara mengenai hubungan antara manusia, masyarakat dan


hukum.
Jawaban : Manusia adalah makhluk sosial. Sudah menjadi kodratnya kalau
manusia pasti saling bergantung satu sama lain dan hidup dalam kebersamaan.
Manusia tidak dapat hidup seorang diri. Maka dari itulah manusia hidup dengan
cara berkelompok yang biasa kita sebut dengan masyarakat.
Di dalam masyarakat tersebut, masuklah hukum sebagai pengatur serta
penyeimbang kehidupan manusia secara individu, dan manusia sebagai kelompok
dalam hal ini adalah masyarakat. Bahkan ada sebuah ungkapan dari Cicero yaitu
"di mana ada masyarakat, disitu pasti ada hukum yang mengatur".
Hukum ada untuk menjamin keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Di
dalam masyarakat terdapat norma-norma yang mengatur, yaitu norma agama,
norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum. Dikarenakan ketiga
norma selain norma hukum tidak dapat memberikan sanksi yang tegas terhadap
pelanggarnya, maka diperlukan norma hukum yang lebih tegas untuk mengatur
keberlangsungan hidup manusia dan masyarakat agar kehidupan sosial dapat lebih
tertib, beradab, dan teratur.

3. Dalam hidup bermasyarakat tentu dibutuhkan suatu tatanan atau kaidah atau norma
yang bertugas mengatur setiap sendi kehidupan. Norma atau kaidah itu tidak akan
timbul dengan sendirinya namun terbentuk dari interaksi-interaksi sosial antar
individu dalam masyarakat. Ada norma yang sifatnya tidak mengikat dan hanya
memiliki sanksi sosial seperti norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan
dan ada pula norma yang sifatnya mengikat dan memiliki sanksi tegas seperti norma
hukum.
Pertanyaan:
a. Analisis oleh saudara teori piramida hukum (stufentheorie) dari Hans Kelsen dan
berikan contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia.
Jawaban : Teori Stufenbau adalah salah satu teori tentang sistem hukum yang
dikemukakan oleh Hans Kelsen. Teori ini mengatakan bahwa sistem hukum
merupakan sistem anak tangga atau piramid dengan kaidah bertingkat di mana norma
hukum yang paling rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi,
dan kaidah hukum yang tertinggi (seperti konstitusi) harus berpegangan pada norma
hukum yang paling mendasar (grundnorm). Menurut Kelsen norma hukum yang
paling dasar (grundnorm) bentuknya tidak konkret (abstrak).
Contoh konkret dari penerapan teori stufenbau di Indonesia yaitu peraturan mengenai
UU PKS.
b. Mengapa dalam sistem hukum di Indonesia berkaitan dengan perundang-undangan
memakai teori piramida hukum (stufentheorie) atau norma berjenjang dari hans
Kelsen? Jelaskan pendapat saudara
Jawaban : Sistem hukum di Indonesia mengadopsi teori piramida hukum atau norma
berjenjang dari Hans Kelsen karena teori ini mengakomodasi prinsip-prinsip negara
hukum yang mendasar, yaitu supremasi hukum dan pemisahan kekuasaan. Dalam
teori piramida hukum, hukum dianggap sebagai piramida dengan hukum tertinggi di
puncaknya, dan setiap peraturan atau norma harus sesuai dengan hukum yang lebih
tinggi di atasnya.
Dalam sistem hukum Indonesia, hukum tertinggi adalah Undang-Undang Dasar 1945,
yang menetapkan prinsip-prinsip dasar negara, hak asasi manusia, dan tugas negara.

Kemudian di bawahnya terdapat hirarki peraturan perundang-undangan yang lebih


rendah, seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan
daerah, dan kebijakan pemerintah. Setiap peraturan atau norma harus sesuai dengan
hukum yang lebih tinggi di atasnya, dan tidak boleh bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar.
Dalam teori piramida hukum, kekuasaan legislatif memiliki peran penting dalam
menetapkan hukum tertinggi, sedangkan kekuasaan yudikatif memiliki peran penting
dalam menegakkan hukum tersebut. Oleh karena itu, prinsip pemisahan kekuasaan
antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif sangat penting untuk menjaga keseimbangan
dan keadilan dalam sistem hukum.
Dalam pendapat saya, penggunaan teori piramida hukum atau norma berjenjang dari
Hans Kelsen sangat relevan dengan sistem hukum di Indonesia. Dengan mengakui
hirarki peraturan perundang-undangan dan prinsip supremasi hukum, kita dapat
memastikan bahwa hukum di Indonesia berdasarkan pada aturan yang jelas dan adil,
dan mampu menjamin keamanan, perlindungan hak asasi manusia, serta kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai