Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Alraaafi Rizkya Bawani

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 045244488

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4131/Sistem Hukum Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 78/Mataram

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Penjelasan:Dalam kasus Baiq Nuril, putusan Mahkamah Agung (MA) mengenai penjatuhan
pidana terhadap Baiq Nuril seakan-akan merupakan bentuk social engineering, yaitu upaya
mengendalikan atau mempengaruhi perilaku masyarakat dengan menggunakan hukum
sebagai alat. Dalam hal ini, MA mencoba memberikan efek jera dan pembelajaran kepada
masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memanfaatkan dan menggunakan media
elektronik, terutama dalam hal yang menyangkut data pribadi seseorang atau
pembicaraan antar personal.

Namun, dalam konteks kasus ini, putusan tersebut dinilai tidak tepat dan cenderung
memberikan efek yang kontraproduktif. Penghukuman terhadap Baiq Nuril dinilai tidak
adil karena dirinya tidak bertanggung jawab atas penyebaran rekaman tersebut. Lebih
lanjut, penghukuman terhadap Baiq Nuril juga memberikan kesan bahwa korban
pelecehan seksual di Indonesia tidak mendapat perlindungan hukum yang memadai,
karena hukum cenderung menghukum korban ketika mereka berusaha membela diri
dengan cara-cara yang dianggap ilegal.

Dalam konteks social engineering, hukum seharusnya digunakan untuk membangun


kesadaran dan moralitas masyarakat dalam menghargai privasi dan hak asasi manusia.
Pemerintah dan lembaga hukum harus mendorong masyarakat untuk memahami
pentingnya menjaga privasi dan hak-hak individu serta memberikan perlindungan yang
memadai bagi korban pelecehan seksual. Dengan demikian, upaya social engineering yang
dilakukan oleh lembaga hukum dapat membentuk perilaku masyarakat yang lebih baik dan
mengurangi terjadinya pelanggaran privasi dan hak asasi manusia di masa yang akan
datang.

2. 1. Pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat oleh negara terjadi karena masih
adanya kelemahan dalam ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945. Ketentuan ini masih
memunculkan tafsir yang beragam dan kurang jelas dalam pengakuan dan perlindungan hak-
hak masyarakat hukum adat. Selain itu, implementasi dan pengawasan terhadap ketentuan
ini juga masih lemah.

2. Pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat oleh negara tidak terlepas dari
pengaruh politik hukum masa kolonial yang dicantumkan dalam Algemene Bepalingen,
Reglemen Regering dan lndische Staatregeling. Ketentuan-ketentuan tersebut lebih
memprioritaskan kepentingan pemerintah kolonial daripada hak-hak masyarakat adat,
sehingga menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan dalam perlindungan hak-hak
masyarakat hukum adat hingga saat ini.

3. (1) a. Harta si A dibagi rata kepada anak-anaknya.

b. rata ketiga2nya.

(2) a. Menurut hukum waris di Indonesia, orang yang berhak menjadi ahli waris adalah
sebagai berikut:

1. Anak kandung
2. Orang tua

3. Saudara kandung

4. Saudara seayah

5. Saudara seibu

6. Kakek/nenek dari bapak ikut:

1. Anak atau cucu dari almarhum (C, E, F, G)

2. Orang tua almarhum (B)

3. Saudara kandung almarhum (tidak ada informasi dalam soal)

4. Saudara seibu atau sepersusuan almarhum (tidak ada informasi dalam soal)

Berdasarkan informasi yang diberikan dalam soal, yang dapat menjadi ahli waris dari A
adalah anak laki-lakinya yaitu C, dan cucu-cucunya yaitu E, F, dan G.

b. Yang tidak menjadi ahli waris A adalah ibu dari menantunya D, yaitu Z. Menurut hukum
waris di Indonesia, mertua atau ibu mertua tidak memiliki hak untuk mewarisi atas harta
warisan suami atau istri dari anak atau menantu mereka yang telah meninggal dunia.
Sehingga, Z tidak menjadi ahli waris dari A.

Anda mungkin juga menyukai