Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : WAFIQ AZIZAH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044822468

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4131/Sistem Hukum Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 22/SERANG

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Dalam kasus Baiq Nuril, putusan Mahkamah Agung (MA) mengenai penjatuhan pidana terhadap Baiq
Nuril seakan-akan merupakan bentuk social engineering, yaitu upaya mengendalikan atau
mempengaruhi perilaku masyarakat dengan menggunakan hukum sebagai alat. Dalam hal ini, MA
mencoba memberikan efek jera dan pembelajaran kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam
memanfaatkan dan menggunakan media elektronik, terutama dalam hal yang menyangkut data
pribadi seseorang atau pembicaraan antar personal.

Namun, dalam konteks kasus ini, putusan tersebut dinilai tidak tepat dan cenderung memberikan
efek yang kontraproduktif. Penghukuman terhadap Baiq Nuril dinilai tidak adil karena dirinya tidak
bertanggung jawab atas penyebaran rekaman tersebut. Lebih lanjut, penghukuman terhadap Baiq
Nuril juga memberikan kesan bahwa korban pelecehan seksual di Indonesia tidak mendapat
perlindungan hukum yang memadai, karena hukum cenderung menghukum korban ketika mereka
berusaha membela diri dengan cara-cara yang dianggap ilegal.

Dalam konteks social engineering, hukum seharusnya digunakan untuk membangun kesadaran dan
moralitas masyarakat dalam menghargai privasi dan hak asasi manusia. Pemerintah dan lembaga
hukum harus mendorong masyarakat untuk memahami pentingnya menjaga privasi dan hak-hak
individu serta memberikan perlindungan yang memadai bagi korban pelecehan seksual. Dengan
demikian, upaya social engineering yang dilakukan oleh lembaga hukum dapat membentuk perilaku
masyarakat yang lebih baik dan mengurangi terjadinya pelanggaran privasi dan hak asasi manusia di
masa yang akan datang.
2. - Karena berbagai persoalan muncul berkaitan dengan lemahnya pengakuan
masyarakat hukum adat sebagai subyek hukum yang mempunyai hak-hak
khusus dan istimewa. Kemudian maraknya terjadi pelanggaran- pelanggaran
terhadap hak-hak masyarakat hukum adat oleh negara, terutama hak ulayat.
Dengan demikian, seharusnya hukum dan kebijakan pembangunan di Indonesia
memberikan perhatian secara khusus terhadap hak-hak masyarakat hukum
adat. Dorongan agar pemerintah perlu segera mengeluarkan kebijakan yang
implementatif terhadap pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat
terus bergulir. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penyusun
menganggap perlu mengadakan pengkajian hukum tentang pengakuan
masyarakat hukum adat. sehingga perlu adanya peraturan daerah sebagai alat
pijakan utama sebagai bentuk Pengakuan, Penghargaan dan Perlindungan
terhadap Kesatuan-Kesatuan Masyarakat Adat.
- Pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat oleh negara tidak
terlepas dari pengaruh politik hukum masa kolonial yang dicantumkan dalam
Algemene Bepalingen, Reglemen Regering dan lndische Staatregeling.
Ketentuan-ketentuan tersebut lebih memprioritaskan kepentingan pemerintah
kolonial daripada hak-hak masyarakat adat, sehingga menimbulkan kesenjangan
dan ketidakadilan dalam perlindungan hak-hak masyarakat hukum adat hingga
saat ini.
3. 1. Perhitungan bersadar pasal 852 dan 852a KUH perdata
- Ahli waris dari A yaitu D,E dan F sedangkan X dan Y tidakmendapatkan waris
karena masuk kedalam golongan II
- Bagian masing=masing : ( kepala per kepala tanpa memandang jenis kelamin
). D = ¼, E = ¼, dan F = ¼.
2. - Berdasarkan informasi yang diberikan dalam soal, yang dapat menjadi ahli
waris dari A adalah anak laki-lakinya yaitu C, dan cucu-cucunya yaitu E, F, dan G.
- Yang tidak menjadi ahli waris A adalah ibu dari menantunya D, yaitu Z.
Menurut hukum waris di Indonesia, mertua atau ibu mertua tidak memiliki hak
untuk mewarisi atas harta warisan suami atau istri dari anak atau menantu
mereka yang telah meninggal dunia. Sehingga, Z tidak menjadi ahli waris dari A.

Sumber :
https://moraref.kemenag.go.id/
inimunawir.blog.uma.ac.id

Anda mungkin juga menyukai