Anda di halaman 1dari 8

TUGAS III

TUTORIAL ONLINE (TUTON)


ISIP4130 ILMU HUKUM/PTHI
TUTOR : FIKA ANDRIANA, M.AG.

Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum/PTHI
Disusun Oleh:
ROHMAD AFRIAWAN
NIM. 050093791
UPBJJ UT BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA
2023
Pertanyaan:
1. Telaah oleh saudara berdasarkan kasus di atas, Bagaimana agar sistem hukum
di Indonesia dapat bekerja dengan baik dalam penegakan HAM
2. Bagaimana jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum
Tata Negara?
3. Analisis oleh saudara terkait konflik agraria yang terjadi di Indonesia yang
beririsan dengan HAM. Serta bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam
menyelesaikan konflik tersebut.
JAWABAN:
1. Bagaimana agar sistem hukum di Indonesia dapat bekerja dengan baik dalam
penegakan HAM!

Penegakan hukum HAM merupakan upaya melaksanakan substansi yang


termuat dalam kebijakan (produk hukum) secara umum dan kebijakan-
kebijakan yang mengatur pemenuhan hak-hak dasar di bidang politik,
ekonomi, dan sosial budaya dengan memperhatikan faktor-faktor substansi
hukum, sumberdaya hukum, dan budaya hukum. Istilah hak asasi menunjukkan
bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut bersifat
mendasar atau fundamental. Banyaknya kasus-kasus pelanggaran hak asasi
manusia yang terjadi karena kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai hakiki
yang dimiliki oleh setiap orang sehingga dengan mudah orang melanggar hak
orang lain.

Pelangaran ini dipengaruhi oleh beberapa sebab atau beberapa faktor dan
yang dianggap faktor yang paling berpengaruh adalah faktor politik, ekonomi,
social, budaya dan keamanan. hak asasi manusia perlu dikomunikasikan dan
diimplementasikan di dalam kehidupan masyarakat dan di kalangan
mahasiswa. Dengan mengatahui hak asasi dan kewajiban asasinya maka
pelaksanaan hak asasi manusia akan lebih baik lagi. Terdapat juga pola
ancaman yang terjadi kepada Pembela HAM bukan hanya sekedar ancaman.
Faktanya sudah terjadi kriminalisasi pada aktivis. Begitu banyak Pembela
HAM yang mengalami kekerasan, intimidasi, dan kriminalisasi. Pada dasarnya
perlindungan HAM bagi setiap orang diakui dalam UUD 1945 dan berbagai
peraturan perundang-undangan. Mendapatkan perlindungan hukum dan HAM
merupakan hak konstitusional setiap orang dan untuk setiap warga.

Sedangkan terhadap perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan


HAM adalah tangggung jawab pemerintah. Hal tersebut clear ditegaskan dalam
UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, dimana Komnas HAM yang berwenang
untuk mendukung proses perlindungan tersebut. Maka, un- tuk memantau
keseriusan pemerintah dalam menangani kasus-kasus pelanggaran HAM
terhadap Pem- bela HAM, pada tahun 2019 Komnas HAM telah membentuk
sebuah tim pembela HAM. Tugas tim adalah merespon cepat pengaduan yang
masuk, melakukan kajian kebijakan baik internal maupun eksternal,
pemantauan kasus Pembela HAM, dan membangun jejaring. Perlu berbagai
strategi dan sinergi bersama sebagai langkah strategis dalam perlindungan
HAM. Selain itu, kajian yang lebih mendalam, penyusunan design
komprehensif serta langkah-langkah kedaruratan juga sangat diperlukan bagi
perlindungan Pembela HAM. Penting juga untuk membangun sistem komu-
nikasi dan networking yang baik, sehingga bisa saling bertukar kabar dan
informasi terkini antar rekan sesama Pembela HAM.

Beberapa cara lain yang bisa dilakukan agar sistem hukum bisa bekerja
dengan baik terhadap permasa- lahan HAM seperti contoh kasus, bila dilihat
berdasarkan pada mayoritas pelakunya: - DPR RI harus melakukan tugas-tugas
konstitusional nya secara serius dalam melakukan pengawasan kepada
Pemerintah dan juga Kepolisian RI. - Pemerintah dan DPR RI perlu untuk
segera merevisi UU Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang sesuai
dengan ketentuan Perjanjian-Perjanjian/Kovenan HAM Internasional yang
telah diratifikasi oleh Republik Indonesia. - Presiden RI sebagai kepala Negara
dan atasan langsung dari beberapa institusi hukum termasu kepolisian harus
memberi perhatian yang serius terhadap segenap bentuk pelanggaran dan
ancaman tersebut dengan melakukan kontrol dan perubahan yang signifikan
terhadap sistem yang diselenggarakan oleh masing-masing institusi tersebut.

2. Bagaimana jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum
Tata Negara?

Hukum Tata Negara meliputi hukum mengenai susunan umum dari


negara, seperti diatur dalam undang-undang dasar dan undang-undang organik.
Hukum Tata Usaha Negara mengatur susunan dan wewenang khusus dari alat-
alat perlengkapan badan-badan kenegaraan, seperti hukum kepegawaian. Di
Indonesia istilah Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Usaha Negara masih
bertahan dan ditopang dengan kondisi yang ada serta perkembangan dalam
dunia akademik maupun praktik yang masih membedakan kedua lapangan
kajian hukum ini.

Secara teoritis, bahwa negara Indonesia dapat dikatakan sebagai negara hukum
karena telah memenuhi unsur-unsur terpenting dalam negara hukum yaitu:

a. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban harus berdasar


hukum atau perundang- udangan;
b. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia;
c. Adanya pembagian kekuasaan negara;
d. Adanya pengawasan dari badan peradilan.

Hukum Tata Negara dapat dirumuskan sebagai sekumpulan peraturan


hukum yang mengatur organisasi dari pada sebuah negara, hubungan antar alat
kelengkapan negara dalam garis-garis vertikal dan horizontal, serta juga
kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya. Hak asasi manusia mencakup
suatu kondisi ideal dan pola standar hidup manusia yang bersifat universal,
dimana praktik jaminan terhadap hak asasi manusia sebagai sebuah ciri negara
hukum pada umumnya menggambarkan kedewasaan dalam bernegara melalui
suatu kehidupan yang mencerminkan hak-hak, terkhusus di Indonesia
dilaksanakan dalam berbagai bentuk, salah satunya terkait jaminan kedudukan
yang sama dimata hukum bagi masyarakat yang telah dijamin secara
konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Salah satu bentuk pelaksanaan jaminan ini adalah jaminan
mendaptatkan bantuan hukum. Hak atas bantuan hukum adalah hak asasi
manusia. Bantuan hukum berkembang tidak saja dalam konteks pembelaan
korban pelanggaran hak-hak sipil dan politik, melainkan juga menjadi salah
satu metode dalam promosi dan pembelaan hak-hak ekonomi, sosial, dan
budaya. Sebab, memperoleh bantuan hukum merupakan salah satu bentuk
akses terhadap keadilan bagi mereka yang atau berurusan dengan masalah
hukum.
3. Analisis oleh saudara terkait konflik agraria yang terjadi di Indonesia yang
beririsan dengan HAM. Serta bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam
menyelesaikan konflik tersebut.
Masyarakat Indonesia dihadapkan pada berbagai persoalan yang terkait
dengan ketidakadilan dalam mendapatkan hak atas penguasaan dan
pemanfaatan sumber-sumber agraria.Fakta ketidakadilan agraria seringkali
dipicu oleh berbagai kebijakan politik pada setiap fase pemerintahan. Hal yang
dikaji adalah mengenai peran regulasi pertanahan dalam penyelesaian konflik
agraria di Maluku dan tentunya hak asasi manusia menjadi penting agar
pelanggaran hak masyarakat dapat dihindari dan ditangani. Tujuan kajian ini
adalah untuk mendiskripsikan penyelesaian konflik agraria dalam konteks hak
asasi manusia dan regulasi tentang pertanahan. Bentuk pembatasan Hak Asasi
Manusia dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertanahan ada beberapa
poin penting yang perlu dijelaskan dalam RUU Pertanahan tersebut. RUU
Pertanahan perlu membahas penyelesaian sengketa pertanahan yang dilakukan
melalui lembaga non yudisial (negosiasi, mediasi, arbitrase dan peradilan adat),
lembaga quasi-yudisial dan lembaga yudisial. Lembaga peradilan adat dalam
RUU ini diberi penguatan kedudukan dimana lembaga tersebut ditujukan untuk
penyelesaian sengketa pertanahan konvensional antar warga masyarakat dalam
wilayah Masyarakat Hukum Adat.

a. Analisis.

Konflik Agraria atau sengketa menyangkut pertanahan dan lahan di


Indonesia masih cukup tinggi, diten- garai akan menimbulkan masalah
sosial berujung pelanggaran hak asasi manusia. Pelanggaran HAM yang
dimaksud adalah hak atas hidup, pekerjaan, keadilan, pangan, dan hak rasa
aman. Berdasarkan data aduan yang diterima Komnas HAM, dalam lima
tahun terakhir, lebih dari 30% kasus teridentifikasi sebagai konflik agraria
yang tersebar di seluruh Indonesia (data Komnas HAM, 2022) . Sebagian
besar kasus terjadi pada sektor perkebunan, pertanian, transmigrasi,
perumahan, kawasan Industri, hutan dan sengketa atas kepemilikan tanah
baik pribadi maupun adat. Dampak dari konflik agraria yang
berkepanjangan dan tidak segera ditangani secara serius akan berpotensi
mengancam stabilitas dan integrasi nasional.

b. Upaya atau cara yang perlu dilakukan dalam menyelesaikan masalah


tersebut.

Berikut beberapa cara yang menurut saya pribadi bisa dilakukan:

➢ Menyelesaikan melalui proses hukum sesuai hukum yang berlaku di


Negara Republik Indonesia.
➢ Penataan di bidang peraturan perundang-undangan tentang
penyelesaian konflik agraria, mulai UU, PP, perda, sampai dengan
surat keputusan bupati.
➢ Perlunya peningkatan terhadap penertiban administrasi pertanahan
yang berkaitan dengan sumber konflik.
➢ Perlu dilakukannya penyuluhan hukum atau sosialisali tentang
program pertanahan.
➢ adanya peran serta semua pihak, yaitu pihak yang memerlukan tanah,
masyarakat yang tanahnya terkena pembangunan, pemda, serta
pemimpin informal atau para ketua masyarakat hukum adat.
➢ Pemerintah Daerah setempat harus bersedia sebagai mediator
independen (tidak memihak).

Demikianlah tugas III ini saya buat, dari hasil analisa saya dalam Modul
ISIP413003 tentang Pengantar Ilmu Hukum/PTHI. Semoga dapat menjadi bahan
koreksi dalam pengenalan saya terkait pembelajaran Mata Kuliah yang telah saya
ikuti. Mohon bimbingan serta koreksi dari bapak/ibu dosen sekalian, terima kasih.
Referensi:
• Modul ISIP413003 Bab 10 tentang Sistem Hukum dan Politik Hukum.
• https://ilmuhukum.uin-suka.ac.id/id/kolom/detail/656/sistem-hukum-dan-
klasifikasi-hukum
• Lili Rasjidi dan Ira Tania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum dari Teori
Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 56
• https://www.komnasham.go.id/files/20230605-laporan-tahunan-komnas-
ham-ri--$WMOQ2Q.pdf
• Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Anda mungkin juga menyukai