Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : ARIK NOPIANTO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042673128

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4103/FILSAFAT HUKUM DAN ETIKA PROFESI

Kode/Nama UPBJJ : 47/PONTIANAK

Masa Ujian : 2022/23.2 (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Berdasarkan kerangka cita hukum (recht idee) Pancasila, maka tujuan hukum bagi
bangsa Indonesia adalah untuk memberikan pengayoman kepada manusia, yakni
melindungi manusia secara pasif (negatif) dengan mencegah tindakan sewenang
wenang, dan secara aktif (positif) dengan menciptakan kondisi masyarakat yang
manusiawi yang memungkinkan proses kemasyarakatan berlangsung secara wajar
sehingga secara adil tiap manusia memperoleh kesempatan yang luas dan sama untuk
mengembangka seluruh potensi kemanusiaannya secara utuh. Termasuk juga untuk
memelihara dan mengembangkan budi pekerti kemanusiaan serta cita cita moral rakyat
yang luhur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Adapun pelaksanaan pengayoman tersebut dilakukan dengan usaha mewujudkan
Ketertiban dan keteraturan yang memunculkan prediktibilitas, kedamaian yang
berketentraman, keadilan, kesejahteraan dan keadilan sosial, serta pembinaan akhlak
luhur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, cita hukum (Recht Idee)
hendaknya diwujudkan sebagai suatu realitas. Maknanya bahwa filsafat hukum menjadi
dasar serta acuan bagi pembangunan hukum dalam bidang-bidang lainnya. Hukum
berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia
terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional.
Dalam kasus ini tuduhan dan perlakuan yang diberikan oleh polisi kepada Krisbayudi tidak
sesuai dengan tujuan hukum yaitu untuk memberikan pengayoman kepada manusia,
polisi melakukan Tindakan sewenang-wenang dengan menyisiksa Krisbayudi untuk mau
mengakui skenario cerita pembunuhan versi polisi. Hal ini juga sangat berdampak kepada
citra polisi sebagai aparatur negara dan bagi pembangunan hukum dalam bidang-bidang
lainnya.

2. Konsep pemaknaan terhadap pemenuhan HAM yang seharusnya dapat diartikan sebagai
cara pandang atau perspektif yang mendasari pemenuhan hak asasi manusia (HAM)
yang sesuai dengan prinsip-prinsip universal HAM. Konsep ini menegaskan bahwa
pemenuhan HAM seharusnya tidak hanya dilakukan secara formal atau teoritis, namun
juga diimplementasikan secara efektif dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Pemaknaan yang tepat terhadap pemenuhan HAM harus melibatkan tiga elemen utama,
yaitu:
1) Hak asasi manusia sebagai nilai universal
Hak asasi manusia dianggap sebagai nilai universal yang harus diakui dan dihormati
oleh semua negara dan masyarakat di seluruh dunia, tanpa terkecuali. Prinsip-prinsip
universal HAM ini tercantum dalam berbagai instrumen internasional seperti
Pernyataan Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights),
Konvensi Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR), Konvensi Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya (ICESCR), dan lain sebagainya.

2) Pemenuhan HAM sebagai tanggung jawab negara


Negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa hak asasi manusia dilindungi
dan dipenuhi secara efektif dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Hal ini meliputi
hak untuk hidup, hak atas kebebasan berpendapat, hak atas kesehatan, hak atas
pendidikan, dan lain sebagainya. Negara juga bertanggung jawab untuk menegakkan
hukum dan memberikan perlindungan bagi masyarakat yang menjadi korban
pelanggaran HAM.

3) Partisipasi masyarakat dalam pemenuhan HAM


Partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam pemenuhan HAM. Masyarakat
harus memiliki akses yang sama terhadap sumber daya dan layanan publik, serta
memiliki kebebasan untuk menyuarakan pendapat mereka dan memengaruhi
kebijakan yang berdampak pada kehidupan mereka. Partisipasi masyarakat yang
efektif dapat memastikan bahwa hak asasi manusia dipenuhi secara merata dan
berkelanjutan.
Dengan memahami konsep pemaknaan yang tepat terhadap pemenuhan HAM, kita dapat
memperjuangkan perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia secara lebih efektif
dan berkelanjutan.
Dalam kasus ini Negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa hak asasi manusia
dilindungi dan dipenuhi secara efektif dalam setiap aspek kehidupan masyarakat
khususnya Krisbayudi. Hal ini meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan berpendapat,
hak atas kesehatan, hak atas pendidikan, dan lain sebagainya. Negara juga bertanggung
jawab untuk menegakkan hukum dan memberikan perlindungan bagi Krisbayudi yang
menjadi korban pelanggaran HAM karena disiksa dan dipaksa untuk mengakui
pembunuhan sesuai dengan skenario yang diatur oleh polisi. Hal ini berakibat Krisbayudi
ditahan selama 8 bulan dan ini telah merenggut HAM yang dimiliki oleh Krisbayudi.

3. Hukum dan kekuasaan adalah dua hal yang memiliki keterkaitan erat dalam sistem politik
dan sosial. Hukum seringkali digunakan sebagai alat untuk mengatur dan mengendalikan
kekuasaan, sedangkan kekuasaan seringkali digunakan untuk mempengaruhi atau
memanipulasi hukum. Hubungan antara hukum dan kekuasaan dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang :

1) Kekuasaan sebagai sumber hukum


Dalam beberapa sistem hukum, hukum dipandang sebagai hasil dari kekuasaan yang
dimiliki oleh penguasa atau lembaga kekuasaan lainnya. Penguasa dapat menetapkan
aturan dan peraturan yang menjadi dasar hukum dalam suatu negara. Hal ini berarti
bahwa kekuasaan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan dan penegakan
hukum.

2) Hukum sebagai pembatas kekuasaan


Di sisi lain, hukum juga dapat digunakan sebagai alat untuk membatasi kekuasaan.
Hukum dapat menentukan batasan-batasan dalam penggunaan kekuasaan dan
memberikan perlindungan kepada warga negara dari penyalahgunaan kekuasaan
oleh penguasa atau pejabat pemerintah.

3) Kekuasaan untuk mempengaruhi hukum


Penguasa atau kelompok kekuasaan yang memiliki kekuatan politik dan ekonomi yang
besar dapat mempengaruhi pembentukan hukum dan kebijakan publik. Mereka dapat
memanfaatkan kekuasaan mereka untuk memengaruhi atau memanipulasi kebijakan
publik, bahkan mengubah hukum yang sudah ada.
4) Penegakan hukum sebagai alat pengendalian kekuasaan
Penegakan hukum dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan kekuasaan
dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Penegakan hukum yang independen dan
efektif dapat menjamin bahwa penguasa dan pejabat pemerintah bertanggung jawab
atas tindakan mereka dan dikenai sanksi jika melanggar hukum.

Dalam prakteknya, hubungan antara hukum dan kekuasaan seringkali kompleks dan sulit
dipisahkan. Namun, kesadaran akan adanya hubungan yang erat antara hukum dan
kekuasaan dapat membantu masyarakat dalam memperjuangkan hak-hak mereka dan
memperkuat sistem hukum yang independen dan efektif.
Seperti dalam kasus Krisbayudi yang dijelaskan di dalam soal, kekuasaan dalam kasus
ini yaitu pihak kepolisian digunakan untuk mempengaruhi atau memanipulasi hukum
untuk memaksa Krisbayudi mengakui pembunuhan berdasarkan skenario versi polisi.
Krisbayudi menjadi korban akibat kekuasaan pihak polisi untuk memengaruhi atau
memanipulasi kebijakan public.

Anda mungkin juga menyukai