Anda di halaman 1dari 12

PERLNDUNGAN HAK ASASI MANUSIA DALAM KONSTITUSI: DILEMA ANTARA

KEBEBASAN DAN KEAMANAN

Muhammad Widi Azzaqi (1213030096)

Email: mwaartzacky3@gmail.com

Fakultas Syariah & Hukum Jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah)

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK

Konstitusi sering kali dianggap sebagai instrumen penting dalam melindungi hak asasi manusia.
Namun, dalam melaksanakan tugasnya untuk mempertahankan keamanan publik, negara seringkali
menemukan dilema antara kebebasan dan keamanan dalam mempertahankan hak asasi manusia.
Dilema ini timbul ketika negara harus membatasi hak-hak individu untuk menjamin keamanan publik.

Dalam jurnal ini, penulis membahas beberapa kasus konkret di berbagai negara yang menunjukkan
dilema yang dihadapi dalam mempertahankan hak asasi manusia. Beberapa kasus tersebut termasuk
penangkapan tanpa alasan yang jelas, penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan, dan pengawasan
massal oleh pemerintah. Dalam banyak kasus ini, negara mengambil tindakan untuk menjamin
keamanan publik, tetapi pada saat yang sama, tindakan tersebut merusak hak asasi manusia.

Untuk mengatasi dilema ini, penulis memberikan beberapa rekomendasi, termasuk menjaga
keseimbangan antara kebebasan dan keamanan, meninjau ulang kebijakan-kebijakan yang merusak
hak asasi manusia, dan pentingnya keterlibatan masyarakat sipil dan pengawasan independen terhadap
pelaksanaan konstitusi.

Keseimbangan antara kebebasan dan keamanan dapat dicapai dengan cara memastikan bahwa
tindakan yang diambil untuk mempertahankan keamanan tidak merusak kebebasan individu dalam
masyarakat. Penting juga untuk meninjau ulang kebijakan-kebijakan yang merusak hak asasi manusia,
dan menjamin bahwa kebijakan-kebijakan tersebut memenuhi standar hak asasi manusia
internasional.

Selain itu, keterlibatan masyarakat sipil dan pengawasan independen terhadap pelaksanaan konstitusi
juga sangat penting untuk memastikan bahwa negara tidak menyalahgunakan kekuasaannya dalam
mempertahankan keamanan publik. Dengan menjaga keseimbangan antara kebebasan dan keamanan
serta menerapkan rekomendasi ini, negara dapat memastikan bahwa hak asasi manusia dilindungi
dengan baik dalam sistem konstitusional mereka.

Kata kunci: Hak asasi Manusia,Konstitusional,Konflik

PENDAHULUAN

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan istilah dalam bahasa Indonesia untuk menyebut hak dasar atau
hak pokok yang dimiliki manusia1. Istilah hak asasi manusia berasal dari istilah droits de ‘I home
(Prancis) human right (Inggris) dan Huquq al - Insan (Arab), Right dalam Bahasa Inggris berarti hak,

1
Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, 1988, hlm 292
Dictionary ModrenEnglis Press,Jakarta, 1991, hlm.1662

1
keadilan, dan kebenaran2.Secara istilah hak asasi diartikan sebagai hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, hak tersebut dibawa sejak manusia ke muka bumi sehingga
hak tersebut bersifat fithri (kodrati) dan bukan pemberian manusia atau negara.

Pengertian HAM menurut leah levin adalah “human right meaning moral claims which are
inalianable and inherent in all human individual by virtue of their humanity alone” (Hak-hak yang
melekat pada manusia yang tanpa nya mustahil manusia dapat hidup sebagai manusia) 3

Hak asasi pada hakikatnya adalah seperangkat ketentuan atau aturan untuk melindungi warga negara
dari kemungkinan penindasan, pemasungan dan atau pembatasan ruang gerak warga negara oleh
negara Artinya ada pembatasan-pembatasan tertentu yang diberlakukan pada negara agar hak warga
negara yang paling hakiki terlindungi dari kesewenangan kekuasaan 4

Sedangkan menurut UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi manusia pasal 1 ayat 1,bahwa HAM
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia5

Secara substansi, definisi HAM memiliki persamaan dalam pemahaman bahwa HAM merupakan hak
yang melekat, kodrati, dan universal yang diberikan oleh Tuhan, yang berkaitan dengan eksistensi
manusia dan tidak tergantung pada suatu disebabkan manusia lain, negara, atau hukum. Hak tersebut
harus dihormati, dilindungi, dan dihargai oleh siapapun, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin,
ras, agama, atau warna kulit. Oleh karena itu, HAM dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat pada
kodrat manusia, yang jika tidak ada, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Perumusan
pengakuan HAM telah diperjuangkan secara global dalam kurun waktu yang sangat panjang.

Istilah konstitusi sendiri pada mula nya berasal dari perkataan bahasa latin yaitu contitutio yang
berkaitan dengan kata jus dan ius yang berarti hukum atau prinsip.6.Di zaman modern ini,bahasa yang
dijadikan sumber rujukan mengenai istilah konstitusi ialah inggris,jerman,belanda,prancis,dll.Bahasa
inggris mengartikan nya dengan constitution,bahasa belanda membedakan antara constitutie dan
grondwet,sedangkan bahasa jerman verfassug dan grundgesetz,lalu bahasa prancis droit
constitutionnelle dan loi constitutionnelle.istilah yang pertama identic dengan pengertian
konstitusi,sedangkan yang kdua adalah undang-undang dasar dalam arti yang tertuang dalam naskah
tertulis.7

Dalam kamus Oxford dictionary law, dikatakan bahwa (1)konstitusi itu tidak saja aturan yang
tertulis,tetapi juga apa yang di praktikkan dalam kegiatan penyelenggaraan negara,(2)dan yang diatur
itu tidak saja berkenaan dengan organ negara beserta komposisi dan fungsinya,baik di tingkat pusat
maupun di tingkat pemerintahan daerah (local government) tetapi juga mekanisme hubungan antara
negara atau organ negara itu dengan warga negara. 8

Konstitusi adalah dokumen yang mendasar dalam sistem hukum suatu negara dan menetapkan aturan
dan prinsip-prinsip dasar yang mengatur tata kelola negara dan hubungan antara pemerintah dan
2
Peter Salim, The Contemporary English, Indonesia Dictionary,Modren English Press,Jakarta, 1991, hlm.162
3
Leah Levin, Human Rights Question and Answer, National BookTrus,India,1998,hlm. 3.
4
Hendarmin Ranadireksa, dalam Suwandi, Instrumen dan Penegakan Ham Di Indonesia hlm 1, Lihat Juga Muladi , Hak
Asasi Manusia, Refika Aditama, Bandung, 2005 hlm.39.
5
UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM
6
Jimly Ashiddiqie,konstitusi dan kontitusionalisme Indonesia,(Jakarta :konpress,2005) hlm 1
7
Jimly Ashiddiqie,Pegantar Hukum Tata Negara,(Depok : PT.Rajagrafindo persada,2019)hlm 95
8
Oxford dictionary law,fifth edtion,(oxford university press,2003),hlm 1-2 dan hlm 9-10

2
warga negara. Konstitusi memberikan dasar yang kuat untuk melindungi hak asasi manusia dengan
menjamin bahwa hak-hak ini diakui dan dilindungi secara hukum.

Tanpa perlindungan hak asasi manusia dalam konstitusi, individu dapat dengan mudah menjadi
korban penindasan oleh pemerintah atau kelompok yang lebih kuat. Perlindungan hak asasi manusia
dalam konstitusi juga penting untuk mendorong stabilitas politik dan ekonomi, serta mempromosikan
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh warga negara. Selain itu, perlindungan hak asasi manusia
dalam konstitusi juga dapat membantu memperkuat demokrasi dan mengurangi ketidakadilan sosial.
Dalam negara yang mengakui hak asasi manusia sebagai nilai mendasar, kebebasan dan kesetaraan di
depan hukum dapat terjamin dan konflik sosial dapat diminimalkan.Secara keseluruhan, perlindungan
hak asasi manusia dalam konstitusi sangat penting karena hak asasi manusia adalah hak yang
mendasar dan universal yang harus diakui dan dilindungi oleh negara. Konstitusi memberikan dasar
yang kuat untuk melindungi hak asasi manusia dan memastikan bahwa kebebasan dan keadilan dapat
terwujud bagi seluruh warga negara.

RUMUSAN MASALAH

1. bagaimana mempertimbangkan kebebasan dan keamanan secara seimbang dalam sistem


konstitusional yang bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia,
2. bagaimana menjawab dilema yang muncul ketika kedua aspek tersebut saling bertentangan
dalam kasus-kasus konkret.

TUJUAN PENELITIAN

Membahas dilema yang sering muncul antara kebebasan dan keamanan dalam mempertahankan hak
asasi manusia, serta memberikan rekomendasi tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara
kedua aspek tersebut dalam sistem konstitusional. Jurnal ini juga bertujuan untuk menyediakan
referensi bagi para pembaca yang tertarik dengan isu-isu HAM dan konstitusi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat dideskripsikan,
dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia.

Dan metode yang di gunakan dalam jurnal ini ialah Penelitian pustaka (library research), yakni
penelitian yang obyek kajiannya menggunakan data pustaka berupa buku-buku sebagai sumber
datanya.Penelitian ini dilakukan dengan membaca, menelaah, dan menganalisis berbagai literatur
yang ada, berupa Jurnal, Buku-Buku studi, Undang-Undang Dasar, maupun hasil penelitian.

HASIL/PEMBAHASAN

a. Kebebasan Dan Keamanan

Kebebasan adalah hak asasi manusia yang memungkinkan individu untuk bertindak,
berbicara, berpikir, dan memilih tanpa terhalang oleh otoritas atau pengaruh eksternal.
Kebebasan merupakan konsep yang sangat penting dalam masyarakat yang demokratis dan
dianggap sebagai salah satu nilai universal yang diakui oleh banyak negara di seluruh dunia.
Kebebasan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan
berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan berserikat, dan kebebasan
bergerak. Kebebasan juga dapat dianggap sebagai hak untuk hidup dalam martabat dan

3
kebebasan sebagai individu tanpa diskriminasi atau perlakuan yang tidak adil dari pihak lain,
baik individu maupun pemerintah.

Namun, kebebasan juga memiliki batas dalam hal tertentu, seperti kebebasan berekspresi
yang tidak diperbolehkan untuk menghasut kekerasan atau kebencian. Batasan-batasan
tersebut diterapkan untuk melindungi hak asasi manusia dan kebebasan individu dari
penyalahgunaan oleh pihak lain atau penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
Secara umum, kebebasan adalah nilai yang penting bagi masyarakat yang demokratis dan
dianggap sebagai hak asasi manusia yang paling fundamental dan esensial. Kebebasan harus
dilindungi dan dihormati sebagai bagian dari kebebasan individu dan masyarakat secara
keseluruhan.

Keamanan adalah kondisi di mana individu atau kelompok merasa aman dari segala bentuk
ancaman, baik dari pihak lain maupun dari bencana alam atau situasi darurat lainnya.
Keamanan dapat diartikan dalam berbagai konteks, seperti keamanan nasional, keamanan
pribadi, keamanan lingkungan, dan sebagainya.

Keamanan nasional adalah keamanan yang diperlukan oleh sebuah negara untuk melindungi
wilayahnya dari serangan dan ancaman dari pihak luar. Keamanan pribadi adalah keamanan
individu dari ancaman terhadap keselamatan, keamanan finansial, dan privasi. Keamanan
lingkungan berkaitan dengan perlindungan alam dan keberlanjutan lingkungan hidup.

Dalam masyarakat yang demokratis, keamanan harus dijaga tanpa mengorbankan hak asasi
manusia dan kebebasan individu. Kebijakan keamanan harus dilakukan secara proporsional
dan dalam batas yang wajar, serta memperhatikan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang
telah diakui secara internasional. Keamanan nasional harus dipertahankan dengan cara yang
menghormati hak-hak asasi manusia dan kebebasan individu.

Penting untuk menjaga keseimbangan antara keamanan dan kebebasan. Kebijakan keamanan
harus memperhatikan kebutuhan masyarakat untuk merasa aman, tetapi juga harus
memperhatikan hak asasi manusia dan kebebasan individu. Masyarakat yang merasa aman
dan dilindungi dari ancaman dapat lebih mudah untuk mencapai potensi penuh mereka dan
berkembang secara sosial dan ekonomi.

Dari defenisi di atas yang sudah di jelaskan tentang pengertian kebebasan dan keamanan,bisa
terjadi konflik antara kedua nya yaitu Ketika negara atau otoritas publik berusaha untuk
menjamin keamanan publik dengan membatasi hak-hak asasi manusia. Konflik ini timbul
karena kebebasan individu seringkali harus dibatasi untuk menjaga keamanan dan stabilitas
masyarakat.

Di satu sisi, kebebasan merupakan hak asasi manusia yang penting untuk menjaga martabat
dan kemerdekaan individu. Kebebasan memberikan individu hak untuk bertindak, berbicara,
berpikir, dan memilih tanpa terhalang oleh otoritas atau pengaruh eksternal. Kebebasan juga
merupakan prasyarat untuk terwujudnya masyarakat yang demokratis dan toleran, di mana
setiap individu memiliki hak yang sama untuk mengungkapkan pendapat dan pandangan
mereka.

4
Di sisi lain, keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan tanggung jawab
utama negara. Keamanan mencakup berbagai aspek, termasuk keamanan nasional, keamanan
pribadi, dan keamanan lingkungan. Keamanan nasional harus dipertahankan oleh negara
untuk melindungi wilayahnya dari serangan dan ancaman dari pihak luar. Keamanan pribadi
adalah keamanan individu dari ancaman terhadap keselamatan, keamanan finansial, dan
privasi. Keamanan lingkungan berkaitan dengan perlindungan alam dan keberlanjutan
lingkungan hidup.

Namun, ketika negara mencoba untuk menjamin keamanan publik, seringkali hak-hak asasi
manusia, termasuk kebebasan, harus dibatasi atau dikurangi. Ini bisa terjadi ketika negara
mengeluarkan undang-undang untuk mengawasi dan mengendalikan kegiatan masyarakat,
seperti ketika negara mengeluarkan undang-undang anti-terorisme yang membatasi kebebasan
individu untuk melindungi keamanan nasional.

Banyak negara telah membuat undang-undang untuk membatasi kebebasan demi menjaga
keamanan publik. Namun, kebijakan keamanan yang terlalu otoriter dan melanggar hak asasi
manusia dapat memicu kemarahan dan ketidakpuasan dari masyarakat, dan akhirnya
berdampak buruk pada stabilitas dan keamanan publik.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan dan keamanan.
Kebijakan keamanan harus dilakukan secara proporsional dan dalam batas yang wajar, serta
memperhatikan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang telah diakui secara internasional.
Keamanan nasional harus dipertahankan dengan cara yang menghormati hak-hak asasi
manusia dan kebebasan individu. Masyarakat yang merasa aman dan dilindungi dari ancaman
dapat lebih mudah untuk mencapai potensi penuh mereka dan berkembang secara sosial dan
ekonomi. Namun, menjaga keseimbangan antara kebebasan dan keamanan bukanlah tugas
yang mudah. Setiap situasi memerlukan penilaian yang hati-hati dan proporsional tentang
risiko dan Dampak nya.

b. Perlindungan Hak Asasi Manusia didalam konstitusi


Perlindungan hak asasi manusia dalam konstitusi adalah prinsip fundamental dalam hukum
dan politik modern. Konstitusi adalah dokumen fundamental yang mengatur kekuasaan
negara dan melindungi hak-hak asasi manusia dari pelanggaran oleh negara atau pihak-pihak
lain. Perlindungan hak asasi manusia dalam konstitusi adalah penting untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh negara dan melindungi hak-hak individu dari penindasan.

Konstitusi mengatur kekuasaan dan fungsi pemerintah, termasuk hak dan kewajiban warga
negara. Konstitusi juga melindungi hak-hak dasar individu, seperti kebebasan berbicara,
beragama, berpendapat, dan hak atas pengadilan yang adil. Dalam konteks hak asasi manusia,
konstitusi berfungsi sebagai instrumen hukum yang melindungi hak-hak dasar individu dari
penindasan oleh negara atau pihak-pihak lain. Perlindungan hak asasi manusia dalam
konstitusi biasanya termasuk pembatasan kekuasaan pemerintah, pembatasan atas
penyalahgunaan kekuasaan, dan pemberian hak-hak individu yang mendasar. Beberapa hak
asasi manusia yang dilindungi oleh konstitusi meliputi hak atas kebebasan dari perlakuan
diskriminatif, hak atas hakim yang tidak memihak, hak atas kebebasan dari penahanan tidak
sah, hak atas hak asasi ekonomi, hak atas hak asasi sosial, dan hak atas hak asasi budaya.
Negara-negara yang mengakui hak asasi manusia dalam konstitusinya memiliki kewajiban
untuk melindungi dan menghormati hak-hak tersebut. Negara juga harus bertanggung jawab

5
atas pelanggaran hak asasi manusia dan memberikan korban-korban hak untuk mendapatkan
keadilan dan penggantian kerugian. Selain itu, negara harus menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia dan menghormati kebebasan individu.

Perlindungan hak asasi manusia dalam konstitusi juga merupakan prasyarat untuk
menciptakan masyarakat yang demokratis dan toleran. Dalam masyarakat yang demokratis,
setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat
mereka tanpa takut terhadap penindasan oleh negara atau pihak lain. Dalam masyarakat yang
toleran, setiap individu dihormati dan diakui martabatnya, meskipun ada perbedaan dalam
agama, suku, atau latar belakang.
Namun, meskipun hak asasi manusia dilindungi oleh konstitusi, masih banyak negara yang
melanggar hak-hak asasi manusia. Pelanggaran ini bisa terjadi melalui tindakan penindasan
oleh pemerintah atau tindakan diskriminatif oleh masyarakat. Dalam hal ini, perlindungan hak
asasi manusia dalam konstitusi hanya bisa efektif jika ada mekanisme penegakan hukum yang
kuat dan independen. Negara harus memberikan perlindungan yang memadai bagi korban
pelanggaran hak asasi manusia dan mengambil Tindakan.

c. Contoh Kasus
Berikut adalah beberapa contoh kasus di berbagai negara yang menunjukkan dilema yang
dihadapi dalam melindungi hak asasi manusia:

1. Amerika Serikat
Pada tahun 2001, Amerika Serikat (AS) mengalami serangan terorisme yang menewaskan
ribuan orang. Serangan ini menyebabkan pemerintah AS mengambil tindakan keras dalam
memerangi terorisme, termasuk penangkapan dan penahanan terduga teroris. Namun,
tindakan yang diambil untuk memerangi terorisme tersebut mengabaikan hak asasi manusia
dan melanggar hukum internasional.9

Salah satu contoh kasus yang menjadi sorotan adalah praktik penyiksaan oleh Central
Intelligence Agency (CIA) terhadap tahanan di seluruh dunia pada periode 2001-2009. Pada
periode tersebut, CIA menggunakan teknik interogasi yang sangat kasar, seperti
waterboarding, pengepungan, dan penguncian dalam peti kayu, pada para tahanan yang
diduga terlibat dalam aktivitas teroris. Teknik-teknik tersebut secara jelas melanggar
Konvensi Jenewa dan Konvensi PBB tentang Tortur.

Pada tahun 2004, Departemen Kehakiman AS mengeluarkan panduan hukum yang dikenal
sebagai "Panduan Teknik Interogasi yang Ditingkatkan", yang memberikan dasar hukum
untuk teknik-teknik tersebut. Namun, pada tahun 2009, Presiden AS saat itu, Barack Obama,
mengeluarkan dekrit yang melarang praktik penyiksaan dan menghentikan program interogasi
yang dipimpin CIA.

Kasus penyiksaan oleh CIA menunjukkan bagaimana negara dapat terjebak dalam dilema
antara keamanan nasional dan hak asasi manusia. Di satu sisi, pemerintah AS berusaha untuk
melindungi warga negaranya dari ancaman terorisme yang nyata. Namun, di sisi lain,
pemerintah tersebut juga memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum internasional dan
melindungi hak asasi manusia.
9
"Report of the Senate Select Committee on Intelligence Committee Study of the Central Intelligence Agency’s Detention
and Interrogation Program" (Senate Intelligence Committee, 2014)

6
Kasus ini menimbulkan banyak kontroversi dan kritik, baik dari dalam maupun luar negeri.
Beberapa pihak berpendapat bahwa praktik penyiksaan oleh CIA merupakan bentuk tindakan
yang tidak etis dan tidak dapat diterima. Sementara itu, pihak lain berpendapat bahwa
tindakan tersebut diperlukan untuk melindungi keamanan nasional dan mencegah serangan
terorisme.
Pada akhirnya, kasus ini menunjukkan bahwa penegakan hukum harus selalu didasarkan pada
prinsip-prinsip hak asasi manusia yang mendasar dan tidak boleh mengabaikan hukum
internasional. Negara harus menemukan keseimbangan yang tepat antara keamanan nasional
dan hak asasi manusia, dan memastikan bahwa tindakan yang diambil untuk melindungi
keamanan tidak merusak hak-hak individu dalam masyarakat. 10

2. Indonesia

Selama era Orde Baru di Indonesia, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto
mengambil tindakan tegas terhadap aktivis pro-demokrasi yang dianggap mengancam
keamanan nasional. Kebijakan ini mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia yang
signifikan, termasuk penangkapan dan penahanan tanpa pengadilan yang adil, penyiksaan,
pembunuhan, dan penghilangan paksa.

Pada tahun 1965, pemerintah Indonesia mengalami kudeta militer yang dipimpin oleh
Soeharto, yang kemudian menjadi presiden. Di bawah pemerintahannya, keamanan nasional
diutamakan dan hak asasi manusia diabaikan. Aktivis pro-demokrasi yang dianggap sebagai
ancaman bagi keamanan nasional ditangkap dan ditahan tanpa pengadilan yang adil. Mereka
seringkali disiksa untuk mendapatkan pengakuan atau informasi.

Salah satu contoh yang paling terkenal adalah penangkapan dan penghilangan paksa aktivis
pro-demokrasi yang dikenal sebagai "Tragedi 1998". Pada saat itu, pemerintah menangkap
dan menahan aktivis pro-demokrasi, mahasiswa, dan wartawan, yang menuntut reformasi
politik dan kebebasan pers. Banyak dari mereka disiksa atau dibunuh di tahanan, sementara
yang lain menghilang dan belum ditemukan hingga saat ini.

Tragedi ini menunjukkan dilema yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam menjaga
keamanan nasional dan melindungi hak asasi manusia. Pada saat itu, pemerintah menganggap
para aktivis sebagai ancaman bagi keamanan nasional dan mengambil tindakan yang keras
untuk menangkap dan menahan mereka. Namun, tindakan tersebut melanggar hak asasi
manusia dan menghasilkan pelanggaran yang serius terhadap individu-individu yang
ditangkap.

Dalam upaya untuk memperbaiki pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu, Indonesia telah
mengadopsi undang-undang dan kebijakan yang mempromosikan hak asasi manusia dan
kebebasan sipil. Namun, upaya tersebut masih dianggap tidak memadai oleh banyak
pengamat hak asasi manusia, dan banyak aktivis dan jurnalis masih ditahan tanpa pengadilan
yang adil atau diserang karena pandangan politik mereka.

Dalam mengatasi dilema antara keamanan nasional dan hak asasi manusia, Indonesia harus
terus berupaya untuk menciptakan keseimbangan yang tepat antara kedua aspek ini. Ini

10
"The Torture Report: Executive Summary" (American Civil Liberties Union, 2014)
"Torture and Accountability: Current Developments and the 2014 Senate Intelligence Committee Report" (Human Rights
Watch, 2015)

7
mencakup mempromosikan kebebasan sipil dan hak asasi manusia, serta menjaga keamanan
nasional tanpa mengorbankan hak-hak individu. Selain itu, penting bagi pemerintah Indonesia
untuk memastikan bahwa pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu tidak terjadi lagi, dan
bahwa individu yang melakukan pelanggaran tersebut dituntut secara adil dan transparan. 11

3. Tiongkok

Pemerintah Tiongkok telah lama dituduh melanggar hak asasi manusia dalam banyak hal,
terutama dalam hal penindasan terhadap kelompok minoritas seperti Uighur dan Tibet. Pada
awal 2018, media internasional melaporkan bahwa Tiongkok telah membangun kamp-kamp
konsentrasi di wilayah Xinjiang untuk menahan orang-orang Uighur, sebuah kelompok etnis
Muslim yang mayoritas tinggal di wilayah tersebut.yang sebenarnya tidak melakukan hal
yang merugikan pemerintahan tiongkok pada saat itu.Namun karena tudingan-tudingan tak
berdasar yang mengatakan mereka berencana bergabung dengan pasukan ISIS.

Menurut laporan Amnesty International dan Human Rights Watch, lebih dari satu juta orang
Uighur telah ditahan di kamp-kamp tersebut tanpa pengadilan atau persidangan yang adil.
Mereka diperlakukan secara brutal, termasuk diharuskan mengikuti program re-edukasi yang
memaksakan ajaran ideologi Tiongkok, dipaksa bekerja, serta mengalami kekerasan fisik dan
seksual. Banyak orang Uighur juga telah dipaksa meninggalkan agama Islam mereka, dan ada
laporan tentang kebijakan pemaksaan sterilisasi terhadap perempuan Uighur.

Tiongkok juga telah dituduh melanggar hak asasi manusia di Tibet, wilayah otonom di barat
daya Tiongkok. Pemerintah Tiongkok telah menindak keras gerakan kemerdekaan Tibet
selama beberapa dekade, dan telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi hak-hak
asasi manusia dan kebebasan berbicara di wilayah tersebut. Ada laporan tentang penahanan
tanpa pengadilan dan penyiksaan terhadap aktivis pro-kemerdekaan, serta kebijakan
pemaksaan budaya dan bahasa Tiongkok.

Dalam hal ini, Tiongkok menghadapi dilema antara mempertahankan keamanan nasional dan
melindungi hak asasi manusia. Namun, banyak organisasi hak asasi manusia menuduh bahwa
tindakan Tiongkok melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia yang mendasar dan
kebebasan sipil. Selain itu, banyak negara dan organisasi internasional juga menyerukan
tindakan untuk menyelesaikan masalah ini dan menjamin perlindungan hak asasi manusia
yang lebih baik di Tiongkok.

4. Inggris

Setelah serangan teroris di London pada 7 Juli 2005, pemerintah Inggris merespons dengan
mengeluarkan undang-undang anti-terorisme yang sangat kontroversial. Undang-undang
tersebut memberikan pemerintah kekuatan untuk menangkap, menahan, dan memeriksa
seseorang tanpa perlu memberikan bukti yang cukup atau pengadilan yang adil, selama waktu
yang lebih lama daripada yang biasa diizinkan dalam hukum Inggris.

Undang-undang tersebut termasuk ketentuan yang memperpanjang masa penahanan tanpa


pengadilan hingga 42 hari. Ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat sipil dan
kelompok hak asasi manusia, yang menyebutnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Mereka mengatakan bahwa kebijakan ini mengancam hak asasi manusia, seperti hak atas
kebebasan dan hak atas pengadilan yang adil, karena memberikan pemerintah kekuatan untuk
11
Human Rights Watch. (2019). Indonesia.di akses pada tanggal 17 April: https://www.hrw.org/world-report/2019/country-
chapters/ind

8
menahan seseorang tanpa bukti yang cukup atau pengadilan yang adil selama waktu yang
lama.

Namun, pemerintah Inggris berpendapat bahwa undang-undang tersebut sangat penting untuk
menjaga keamanan nasional dan mencegah serangan teroris yang lebih besar. Mereka
mengklaim bahwa situasi keamanan saat itu sangat genting dan memerlukan tindakan tegas
dan segera.

Meskipun demikian, setelah beberapa kali perdebatan dan kritik dari masyarakat sipil dan
kelompok hak asasi manusia, akhirnya pada tahun 2008 pemerintah Inggris menarik kembali
rencana untuk memperpanjang masa penahanan tanpa pengadilan hingga 42 hari. Namun,
kekhawatiran terhadap perlakuan pemerintah terhadap hak asasi manusia tetap menjadi isu
penting di Inggris dan di seluruh dunia.

Beberapa contoh lain nya ialah seperti:

1. Kebijakan Anti-Terorisme: Banyak negara memperkenalkan kebijakan anti-terorisme


yang bertujuan untuk melindungi keamanan publik. Namun, kebijakan ini sering kali
membatasi hak-hak asasi manusia seperti kebebasan berbicara dan kebebasan berserikat.
Contohnya adalah Patriot Act di Amerika Serikat yang memberikan pemerintah
wewenang untuk memantau aktivitas warga tanpa izin pengadilan.
2. Censorship Media: Negara-negara seperti China dan Korea Utara membatasi akses
kebebasan media dengan menyensor berita dan informasi yang dianggap membahayakan
keamanan negara. Hal ini sering kali menimbulkan konflik dengan hak asasi manusia
seperti kebebasan pers dan kebebasan berekspresi.
3. Kebijakan Imigrasi: Kebijakan imigrasi yang keras dan ketat sering kali membatasi hak-
hak asasi manusia seperti hak untuk mencari suaka dan hak untuk hidup di luar negeri.
Sebagai contoh, kebijakan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat yang membatasi
masuknya warga dari beberapa negara Muslim.
4. Pembatasan Kebebasan Beragama: Beberapa negara membatasi kebebasan beragama
dengan alasan keamanan publik. Hal ini sering kali menimbulkan konflik dengan hak
asasi manusia seperti kebebasan beragama dan hak untuk memeluk agama. 12

Contoh ini menunjukkan dilema yang dihadapi dalam menjaga keamanan nasional dan hak
asasi manusia. Pemerintah harus menemukan keseimbangan antara kebutuhan untuk menjaga
keamanan nasional dan hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi.

E. KESIMPULAN/SOLUSI

1.Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa perlindungan hak asasi manusia dalam konstitusi seringkali menimbulkan
dilema antara kebebasan dan keamanan. Dalam menjaga keseimbangan antara kedua nilai tersebut,
konstitusi dan hukum harus diterapkan secara adil dan tepat guna untuk menghindari penyalahgunaan
kekuasaan.

Negara memiliki tanggung jawab untuk melindungi keamanan publik, tetapi juga harus
memperhatikan hak asasi manusia. Dalam hal ini, konstitusi menjadi instrumen penting dalam

12
Prasetyo, B., & Rukmana, D. (2019). Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi: Dilema Antara Kebebasan dan
Keamanan. Jurnal Konstitusi, 16(3), 439-463.

9
menjamin hak asasi manusia dilindungi dan dihormati. Sebagai warga negara, kita harus memahami
dan menggunakan hak-hak kita yang dijamin oleh konstitusi dan hukum, dan juga memperhatikan
kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai warga negara.

Dalam hal ini, penting bagi negara untuk menegakkan hukum dengan adil dan merata tanpa
diskriminasi, sehingga masyarakat dapat hidup dalam keamanan dan kedamaian. Dalam upaya
menjaga keseimbangan antara kebebasan dan keamanan, negara juga harus terus memperhatikan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, sehingga konstitusi dan hukum dapat diadaptasi
untuk mengakomodasi perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Dengan demikian, perlindungan hak
asasi manusia dalam konstitusi tidak hanya penting untuk menjamin hak-hak individu, tetapi juga
untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera dan berkeadilan bagi semua orang.

2.Solusi

Mempertimbangkan kebebasan dan keamanan secara seimbang dalam sistem konstitusional dapat
dilakukan melalui beberapa langkah, antara lain:

a. Menyusun konstitusi yang jelas dan terukur: Konstitusi yang jelas dan terukur dapat
membatasi kekuasaan negara dalam membatasi hak asasi manusia. Konstitusi harus
mencantumkan hak-hak asasi manusia yang dilindungi dan batasan-batasan dalam
penerapannya untuk mempertahankan keseimbangan antara kebebasan dan keamanan.
b. Memastikan keterlibatan masyarakat sipil dalam proses pembuatan kebijakan: Partisipasi
masyarakat sipil dalam proses pembuatan kebijakan dapat membantu memastikan bahwa
kebijakan tersebut mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta
mempertimbangkan keseimbangan antara kebebasan dan keamanan.
c. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Negara harus memastikan bahwa proses
pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya transparan dan akuntabel. Hal ini dapat membantu
menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak berwenang dan memastikan bahwa
kebijakan yang diambil tidak merusak hak asasi manusia.
d. Memperkuat lembaga pengawasan independen: Negara harus memperkuat lembaga
pengawasan independen, seperti lembaga perlindungan hak asasi manusia dan ombudsman,
untuk memastikan bahwa kebijakan dan tindakan negara tidak merusak hak asasi manusia
e. Menegakkan hukum secara adil dan tidak diskriminatif: Negara harus menegakkan hukum
secara adil dan tidak diskriminatif dalam melindungi kebebasan dan keamanan. Hal ini akan
memastikan bahwa kebebasan individu dihormati dan dijaga, sementara tindakan yang
merusak keamanan publik dapat dicegah.

Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara


kebebasan dan keamanan dalam sistem konstitusional yang bertujuan untuk melindungi hak asasi
manusia.

Untuk menjawab dilema yang muncul ketika kebebasan dan keamanan saling bertentangan dalam
kasus konkret, diperlukan penilaian dan pertimbangan yang matang. Berikut adalah beberapa langkah
yang dapat dilakukan:

a. Identifikasi masalah secara konkret: Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah secara
konkret dan jelas, sehingga dapat dipahami dengan baik apa yang menjadi perdebatan antara
kebebasan dan keamanan.

10
b. Pertimbangkan hukum dan peraturan yang berlaku: Dalam mempertimbangkan kasus konkret,
penting untuk mempertimbangkan hukum dan peraturan yang berlaku di negara tersebut, serta
bagaimana aturan tersebut mengatur keseimbangan antara kebebasan dan keamanan.

c. Pertimbangkan dampak dari setiap tindakan: Setiap tindakan yang diambil untuk
menyelesaikan dilema tersebut harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk melihat
dampaknya secara menyeluruh. Apa yang terlihat baik dalam jangka pendek dapat berdampak
buruk dalam jangka panjang.

d. Gunakan prinsip-prinsip HAM sebagai panduan: Prinsip-prinsip HAM harus menjadi


panduan dalam mempertimbangkan kasus konkret, sehingga dihasilkan keputusan yang tidak
melanggar hak asasi manusia.

e. Libatkan masyarakat sipil dan ahli: Masyarakat sipil dan ahli dalam bidang hak asasi manusia
harus terlibat dalam mempertimbangkan kasus konkret, sehingga keputusan yang dihasilkan
mencerminkan pandangan masyarakat luas dan mempertimbangkan sudut pandang dari
berbagai pihak.

Dalam menghadapi dilema antara kebebasan dan keamanan, penting untuk selalu mengutamakan
perlindungan hak asasi manusia dan menjaga keseimbangan antara kedua aspek tersebut.

F.REFERENSI

Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta,
1988, hlm 292 Dictionary ModrenEnglis Press,Jakarta, 1991, hlm.1662

Peter Salim, The Contemporary English, Indonesia Dictionary,Modren English Press,Jakarta, 1991,
hlm.162

Leah Levin, Human Rights Question and Answer, National BookTrus,India,1998,hlm. 3.

Hendarmin Ranadireksa, dalam Suwandi, Instrumen dan Penegakan Ham Di Indonesia hlm 1, Lihat
Juga Muladi , Hak Asasi Manusia, Refika Aditama, Bandung, 2005 hlm.39.

UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM

Jimly Ashiddiqie,konstitusi dan kontitusionalisme Indonesia,(Jakarta :konpress,2005) hlm 1

Jimly Ashiddiqie,Pegantar Hukum Tata Negara,(Depok : PT.Rajagrafindo persada,2019)hlm 95

Oxford dictionary law,fifth edtion,(oxford university press,2003),hlm 1-2 dan hlm 9-10

"Report of the Senate Select Committee on Intelligence Committee Study of the Central Intelligence
Agency’s Detention and Interrogation Program" (Senate Intelligence Committee, 2014)

"The Torture Report: Executive Summary" (American Civil Liberties Union, 2014)

"Torture and Accountability: Current Developments and the 2014 Senate Intelligence Committee
Report" (Human Rights Watch, 2015)

Human Rights Watch. (2019). Indonesia.di akses pada tanggal 17 April: https://www.hrw.org/world-
report/2019/country-chapters/ind

11
Prasetyo, B., & Rukmana, D. (2019). Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi: Dilema
Antara Kebebasan dan Keamanan. Jurnal Konstitusi, 16(3), 439-463.

12

Anda mungkin juga menyukai