Ahmad Zaini
Dosen Fak. Syariah UIN Banten
ABSTRAK
Tahun 1948 untuk pertama kali umat manusia di bumi
memproklamasikan penghormatan dan keyakinan mereka tentang
Hak-Hak Asasi Manusia. Seluruh bangsa bersepakat untuk
mendeklarasikan kesamaan martabat, nilai, dan pengakuan
bahwa setiap manusia di bumi ini memiliki hak-hak yang sama,
tidak perduli jenis kelamin, tanpa membedakan warna kulit. Hak
asasi berlaku bagi semua, apakah bangsa besar, kaya dan maju,
ataukah bangsa kecil, miskin, primitive dan terbelakang. Saat
itulah mereka bersepakat untuk membuat bumi menjadi lebih
manusiawi, humanis dan egaliter dengan penghormatan
terhadap hak-hak kemanusiaan yang paling dasar.
Hak asasi manusia merupakan hak yang bersifat
fundamental, yaitu hak-hak dasar yang dimiliki manusia yang
dibawanya sejak ia lahir yang berkaitan dengan harkat dan
martabatnya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
keberadaannya merupakan keharusan, tidak dapat diganggu
gugat, bahkan harus diimbangi, dihormati dan dipertahankan
dari segala macam ancaman, hambatan dan gangguan dari
manusia lainnya. Karena hak asasi manusia merupakan hak
dasar atau hak pokok manusia yang dibawa sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, maka hak ini sifatnya sangat
mendasar bagi hidup dan kehidupan manusia yang sangat
bersifat kodrat, yakni ia tidak bisa lepas dari dan dalam
kehidupan manusia. Sebagai hak dasar, maka kedudukan hak
asasi manusia sangat penting, bahkan dianggap merupakan ciri
pokok dianutnya prinsip negara hukum dan merupakan jaminan
konstitusional terhadap pengakuan dan perlindungan hak asasi
manusia, peradilan yang bebas dari pengaruh
kekuasaan/kekuatan lain dan tidak memihak, legalitas dalam arti
hukum dan segala bentuknya.
Implementasi hak asasi manusia pada suatu negara selalu
mengacu pada kerangka konstitusi dan pandangan hidup
bernegara yang bersangkutan. Berbeda dengan kesan yang
A. Pendahuluan
Masalah demokrasi, negara hukum dan HAM tampaknya
selalu menarik untuk dikaji dan diduskusikan, karena persoalan
ini mempunyai dampak politik yang luas pada setiap negara.
Pemerintah dimanapun dewasa ini didorong untuk merumuskan
kembali secara eksplisit posisinya dalam sebuah negara hukum
yang menganut faham demokrasi dan menjunjung tinggi HAM.
Reaksi rakyat akan muncul jika terjadi penyimpangan dalam
penerapan prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya menyangkut
suatu hubungan antara pemerintah dengan rakyat.
Diskusi mengenai demokrasi, negara hukum dan HAM
bias berlangsung secara abstrak oleh para filosof atau secara
4
Van der Pot dan Donner, Handboek van Het Nederlandse
Staatsrecht, W.E.J. Tjeenk Wllink Zqole, 1989, h. 493-494.
5
Dikutip dari A. Hamid S. Attamimi, Teori Perundang-undangan
Indonesia, Suatu Sisi Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan Indonesia yang
Menjelaskan dan Menjernihkan Pemahaman,makalah pada Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap pada Fakultas Hukum Jakarta, Universitas
Indonesia, 25 April 1992, h. 8.
14
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indoesia, Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2005, Hlm. 77.
15
Rini Irianti Sundary, Op.Cit. hal. 85-86.
16
Rini Irianti Sundary, Pengaturan dan Implementasi Sistem
Pengupahan Bagi Para Pekerja Dalam Hukum Ketenagakerjaan Positif di
Indonesia, Disertasi, Bandung, Universitas Padjadjaran, 2009, hal. 84-85
17
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia,
1982, Hlm. 58.
18
Uttrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia,
Jakarta, Ichtiar, 1962, Hlm. 9.
19
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Op.Cit,
Hlm. 154-162.
20
Padmo Wahjono, Ilmu Negara Suatu Sistematika dan Penjelasan
14 Teori Ilmu Negara dari Jellinek, Jakarta, Melati Studi Group, 1997, Hlm.
30.
21
Ni’matul Huda, Op.Cit, Hlm. 73.
22
Philipus M. Hadjon, Op.Cit, Hlm. 72.
23
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Ilmu Negara dan Politik,
Bandung, Eresco, 1971, Hlm. 38.
24
Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia,
Jakarta, Gema Insani Press, 1996, Hlm. 40-41.
25
Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Bandung,
Alumni, 1993. Hlm. 8-11.
26
Undang-undang Dasar 1945 Setelah Amandemen Keempat Tahun
2002, Bandung, Pustaka Setia, 2002, Hlm. 214.
27
Dalam Pasal 1ayat (1) UUD 1945 disebutkan, “ Negara Indonesia
Ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”, dan dalam Pasal 18 ayat (1)
ditegaskan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang”.
28
Bagir Manan, Hubungan Antara pusat dan daaerah Berdasarkan
Asas Desentralisasi Menurut UUD 1945, Disertasi, Bandung, Universitas
Padjadjaran, 1990, Hlm. 245.
29
Undang-undang dasar 1945 Setelah Amandemen Keempat,
Op.Cit, Hlm. 14.
30
Tahir Azhari, Negara Hukum ....., Jakarta, Bulan Bintang, 1992,
Hlm. 145. Lihat Pula Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan
Peradilan Administrasi Negara, Bandung, Alumni, 1985, Hlm. 2-3.
31
Ibid,Hlm. 246
32
M. Tahirv Azhari, Op.Cit,Hlm. 145i
33
Ibid, Hlm. 69.
34
A. Hamid S. Attamimi, Teori Perundang-undangan Indonesia,
Suati sisi Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan Indonesia yang
menjelaskan dan Menjernihkan Pemahaman, Makalah pada Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap pada Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta, 25 April 1992, Hlm.7.
35
Moh. Mahfud MD., Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca
Amandemen Konstitusi, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2007, Hlm. 50-51.
36
Philipus M. Hadjon, Op.Cit, Hlm. 74.
37
M. Tahir Azhari, Negara Hukum, Op.Cit, Hlm.72.
38
Moh. Mahfud MD, Op.Cit, Hlm. 51.
39
Van der Pot dan Donner, Op.Cit, Hlm. 50.
40
HD. Stout, Op.Cit, Hlm. 28
41
Sjachran Basah, Op.Cit, Hlm. 2.
42
Soehardjo, Hukum Administrasi Negara Pokok-pokok Pengertian
Serta Perkembangannya di Indonesia, Semarang, Badan Penerbit UNDIP,
1991, Hlm. 28.
2. Demokrasi
Pada permulaan pertumbuhannya, demokrasi telah
mencakup bebrapa asas dan nilai yang diwariskan kepadanya dari
masa yang lampau, yaitu gagasan mengenai demokrasi dari
kebudayaan Yunani Kuno dan gagasan mengenai kebebasan
beragama yang dihasilkan oleh aliran reformasi serta perang-
perang agama yang menyusulnya. Sistem demokrasi yang
terdapat di Negara kota Yunani Kuno abad ke-6 sampai abad ke-3
SM merupakan demokrasi langsung, yaitu suatu bentuk
pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan
politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga Negara
yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.
Gagasan demokasi Yunani boleh dikatakan hilang dari
muka dunia Barat ketika benua Eropa memasuki abad
pertengahan. Sebelum abad pertengahan berakhir, di Eropa Barat
pada permulaan abad ke-16 muncul Negara-negara nasional
dalam bentuk yang modern, menyebabkan Eropa Barat
mengalami beberapa perubahan social dan cultural dalam rangka
mempersiapkan jalan untuk memasuki zaman yang lebih modern
43
Sjachran Basah, Op.Cit, Hlm. 3.
44
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta, PT.
Rajagrafindo Persada, 2005, hal.237,
45
Jimly As-Shiddiqie, Hukum Tata Negara ,Op.Cit., Jakarta,
Konstitusi Press, 2006, hal. 335
46
Jimly As-Shiddiqie, Konstitusi ..............., Jakarta, Sekjen dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006, hal. 140-146.
D. Kesimpulan
Setiap manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak
dan kewajiban yang bersifat bebas dan asasi. Karena itu, adanya
perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia
merupakan pilar yang sangat penting dalam setiap negara yang
disebut sebagai negara hukum.
Hak asasi manusia dalam situasi dan kondisi dewasa ini
harus ditafsirkan secara kontekstual, sehingga hak asasi manusia
mempunyai arti tidak saja selama ini dikenal sekedar bebas
berbicara, bebas berkumpul dan bebas beragama, tetapi juga
terkait dengan kewajiban dan tanggungjawab asasi, karena dalam
prakteknya, hak asasi manusia selalu terkait dengan
ketidakadilan, kemelaratan, kesewenang-wenangan, ke-akuan,
dan berbagai bentuk lainnya yang mengandung unsur
ketidakpedulian sessama manusia.
The Universal Declaration of human Rights yang
dicetuskan pada tahun 1948 merupakan pernyataan umum umat
manusia yang mengandung nilai-nilai universal yang wajib
dihormati. Untuk melengkapi The Universal Declaration of
Human Rights, maka gagasan/konsep Universal Declaration of
Human Responsibility yang dicetuskan oleh Inter-Action Council
pada tahun 1997 wajib dijunjung tinggi. Kesadaran umum
mengenai hak dan kewajiban asasi manusia menjiwai seluruh
Buku :
Disertasi :
Makalah :
A. Hamid S. Attamimi, Teori Perundang-undangan Indonesia,
Suati sisi Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan
Indonesia yang menjelaskan dan Menjernihkan
Pemahaman, Makalah pada Pidato Pengukuhan Jabatan
Guru Besar Tetap pada Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta, 25 April 1992.