Anda di halaman 1dari 5

RESUME 2

NAMA : FEBRITA AYU RIMAWAN


NIM : 201510110311225
KELAS : HUKUM DAN HAM (D)

1. Jelaskan tentang konsep teori-teori HAM dibawah ini!

a. Teori Keadilan (Keadilan Hukum, Keadilan Sosial)

Indonesia, adalah Negara Hukum yang berdasarkan Keadilan Sosial


bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita dasar para founding father
bangsa ini. Negara yang tatanan masyarakatnya sadar hukum, menjadikan
hukum sebagai panglima yang mampu menjamah seluruh rakyat Indonesia
tanpa pandang ras, jabatan dan strata sosialnya.

Dalam negara hukum, kekuasaan negara dibatasi oleh Hak Asasi


Manusia sehingga aparatur negara tidak bisa bertindak sewenang-wenang
(detournement de pouvoir), menyalahgunakan kekuasaan (abus de pouvoir),
dan diskriminatif dalam penegakan hukum terhadap warga negaranya.
Penegakan hukum dinegara kita ditopang oleh 4 (empat) penegak hukum,
yang kita kenal sebagaicatur wangsa, Kehakiman, Kejaksaan, Kepolisian, dan
Profesi Advokat. Penegak hukum ini kemudian bertambah lagi sejak lahirnya
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sehingga sekarang tidak lagi catur
wangsa, melainkan panca wangsa. Dipundak merekalah kita topangkan tegak
atau runtuhnya penegakan hukum itu.

Selain menjadi tanggung jawab para penegak hukum itu, penegakan


hukum juga menjadi tanggung jawab pemerintah/negara itu sendiri, dengan
menyediakan instrumen hukum (peraturan perundang-undangan) yang
berkeadilan, berkepastian dan mampu diimplementasikan dalam tatanan riil di
masyarakat.

Keadilan sosial mengandung arti memelihara hak-hak individu dan


memberikan hak-hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya. Karena
manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dalam
memenuhi segala kebutuhannya.Inilah salah satu alasan Tuhanmenciptakan
manusia dalam beragam warna kulit danbahasa, suku dan ras, agar tercipta
sebuah kebersamaan dan keharmonisan di antaramanusia. Dengan manusia
saling memenuhi kebutuhan masing-masing, makakebersamaan dan saling
ketergantunganpun tercipta, dan ini merupakan keadilan Tuhan yang Maha
Adil.Ketika manusia sebagai makhluk sosial, maka secara otomatis pula ada
hak dankewajiban di antara mereka. Hak dan kewajiban adalah dua hal timbal
balik, yang tidak mungkin ada salah satunya jika yang satunya lagi tidak ada.
Ketika ada hak yang harusdierima, otomatis juga ada kewajiban yang harus
diberikan.Keadilan merupakan pokok terpenting untuk menciptakan tatanan
dunia yang damaidan makmur, tanpa ada diskriminasi dan pelanggaran HAM
di antara sesama.1

b. Teori Kemanusian

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan entitas yang terintegrasi dalam


eksistensi manusia dan secara kodrati merupakan karunia dari Allah SWT.
Dalam konteks ini, HAM dianggap sebagai fundamentasi dasar ke
manusiaan, karena dengan-nya, manusia dapat dengan leluasa melaksanakan
tugas-tugas kemanusiaannya dan mendapatkan jaminan (guarantee) bahwa
dirinya terproteksi dari ancaman eksternal yang dapat membahayakan
dirinya. HAM adalah klaim yang dapat dipaksakan sebagai konsekuensi
penanda kemanusiaan yang bersifat kodrat. Dalam definisinya yang kodrat,
HAM melekat pada manusia sebagai subjek pengemban hak semenjak
manusia dapat dikategorikan sebagai manusia di dalam kandungan. Hak
tersebut juga tidak dapat dicabut, dialihkan, dan dibagi-bagi.

c. Teori Hukum Alam

Dalam teori ini Hak asasi manusia dipandang sebagai hak Kodrati (hak
yang sudah melekat pada manusia sejak lahir) dan jika manusia tersebut
meninggal maka hak-hak yang dimilikinya pun akan hilang. Hak asasi
Manusia dimiliki secara otonom (Independent) terlepas dari pengaruh Negara
sehingga tidak ada alasan Negara untuk membatasi HAM tersebut. Jika hak-
hak tersebut diserahkan kepada Negara, Negara boleh membatasi hak-hak
yang melekat pada manusia itu. Menurut John Locke, semua individu
dikaruniai oleh alam, hak yang inheren atas kehidupan, kebebasan dan harta,
yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat dipindahkan atau
dicabut oleh Negara. Tetapi Locke juga mempostulatkan bahwa untuk
menghindari ketidakpastian hidup dalam alam ini, umat manusia telah
mengambil bagian dalam suatu kontrak sosial atau ikatan sukarela, dimana
hak tersebut diserahkan kepada penguasa Negara. Apabila penguasa Negara
memutuskan kontrak sosial itu dengan melanggar hak-hak kodrati individu,
para kawula Negara itu bebas untuk menyingkirkan sang Penguasa dan
menggantikannya dengan suatu pemerintah yang bersedia menghormati hak-
hak itu. Menurut Hugo De groot, eksistensi hukum kodrati yang merupakan
landasan semua hukum positif atau hukum tertulis dapat dirasionalkan dengan
landasan nalar yang benar. Sedangkan menurut JJ.Rosseau dan Immanuel
Kant, rakyat yang mempunyai hak-hak otonom tersebut menyerahkan
sebagian hak-haknya kepada Negara yang kemudian diatur atau dimuat dalam
suatu konstitusi (untuk mengetahui mana yang merupakan perintah atau
larangan).

1
Riana Pinkan, Keadilan dalam Hak Asasi Manusia, http://rianapinkan98.blogspot.co.id, access 8
Maret 2018
d. Teori Positivisme

Teori ini berpandangan bahwa karena hak harus tertuang dalam hukum
yang rill, maka dipandang sebagai hak melalui adanya jaminan konstitusi
(rights, then should be created and granted by constitution, laws, and
contracts). Teori atau mazhab positivisme ini memperkuat serangan dan
penolakan kalangan utilitarian, dikembangkan belakangan dengan lebih
sistematis oleh John Austin. Kaum positivis berpendapat bahwa eksistensi dan
isi hak hanya dapat diturunkan dari hukum negara. Satu-satunya hukum yang
sahih adalah perintah dari yang berdaulat. Ia tidak datang dari “alam” ataupun
“moral”2

e. Teori Hukum Kritis

Dalam gerakan “Studi Hukum Kritis” (Critical Legal Studies) adalah


merupakan suatu perkembangan baru dalam teori hukum, gerakan ini mulai
terlihat pada tahun 1976 sewaktu lahirnya konsep hak Asasi manusia dalam
paham liberal, yang bersamaan lahirnya pernyataan Deklarasi Kemerdekaan
dari 13 Negara Amerika Serikat dalam bulan juli 1976, Teori Hukum di
Indonesia menurut Prof. DR. Satjipto Rahardjo, SH. merupakan
perkembangan ilmu hukum dalam tahap penyebaran gagasan, oleh sebab itu
gerakan studi hukum perlu disebarluaskan dalam tatanan kehidupan sosial
secara berlanjut.
Gerakan Studi Hukum Kritis kerusakan menekan krisis dengan
mencari solusi terhadap atau teori hukum liberal yang pada masa itu
menduduki posisi yang terkuat, gerakan ini melanjutkan pengkajian empiris
terhadap hukum, namun memberikan perbedaan terhadap pendahulunya yaitu
pada pendekatan (approach). Pendukung gerakan hukum kritis ini lebih
memacu pada paradigma sosial, asas-asas yang dikenalkan dalam tradisi
hukum liberal, secara radikal menuntut doktrin atau asas-asas netralitas
hukum, otonomi hukum dan pemisahan hukum dengan politik.

2. Apakah konstitusi HAM di Indonesia mengikuti salah satu konsep teori-


teori tersebut ? Jelaskan

Di Indonesia sendiri menurut saya cenderung menggunakan teori


hukum alam karena setiap warga negara telah memiliki Hak Asasi Manusia /
Fundamental Right sejak mereka lahir bahkan sejak dalam kandungan.
Ada atau tidak adanya hukum/konstitusi yang mengatur tentang HAM
hak tersebut tidak akan hilang dan tetap dimiliki oleeh warga negara. Adanya
konstitusi atau aturan yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia tersebut
adalah untuk menegaskan atau menguatkan bahwa HAM yang melekat itu
diakui oleh negara. Sehingga negara yang menjamin adanya Hak Asasi
Manusia.
Dan landasan hukum yang mengatur mengenai hak-hak tersebut adalah
sebagai berikut :
2
John Austin, The Province of Jurisprudence Determined, W. Rumble (ed.), (Cambridge: Cambridge
University, 1995), first published, 1832, dalam Rhona K. M. Smith, dkk., Hukum Hak Asasi Manusia,
(Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008), h. 14, dalam Mujaid Kumkelo, dkk., Fiqh HAM, h. 33.
a. Hak Hidup
b. Hak bebas dari penyiksaan
c. Hak untuk bebas dari perbudakan
d. Hak untuk bebas beragama
e. Equality before the law
f. Hak untuk tidak dituntut oleh hukum yang berlaku surut atau non retroaktif
atau ex post fact
g. Hak untuk tidak dituntut secara pidana atas kegagalan memenuhi kewajiban
kntraktual.

3. Bagaimanakah perkembangan teori-teori tersebut dalam praktek


perlindungan HAM di Indonesia ?

a. Perkembangan HAM di Indonesia


- Masa Pra Kemerdekaan
Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-
19. Orang Indonesia pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran
mengenai HAM adalah Raden Ajeng Kartini. Pemikiran itu diungkapkan
dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum proklamasi
kemerdekaan.
- Masa Orde Lama
Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang
BPUPKI. Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam
UUD 1945 dalam sidang itu adalah Mohammad Hatta dan Mohammad
Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang berhasil. Hanya sedikit nilai-nilai
HAM yang diatur dalam UUD 1945. Sementara itu, secara menyeluruh
HAM diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.
- Masa Orde Baru
Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi
terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang
bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila. Karena itu, HAM hanya
diakui secara sangat minimal. Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada
tahun 1993. Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik
karena kondisi politik. Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan
disinyalir terjadi pula berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya
mendorong munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri kekuasaan
orde baru.
- Masa Reformasi
Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah menjadi tekad
dan komitmen yang kuat dari segenap komponen bangsa terutama pada era
reformasi sekarang ini. Kemajuan itu ditandai dengan membaiknya iklim
kebebasan dan lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik.
Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia.
Menurut saya jika kita melihat dari penjelasan teori-teori di atas dalam
praktek perlindngan HAM dimasa sekrang dapat kita lihat bahwa HAM di
Indonesia sangat memprihatinkan dan masih sangat minim penegakannya.
Sekalipun terjadi perubahan ketika bangsa Indonesia memasuki masa reformasi,
tetapi toh tidak banyak perubahan yang terjadi secara signifikan. Banyaknya
pelanggaran HAM yang terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
Telah terjadi krisis moral di Indonesia, Aparat hukum yang berlaku sewenang-
wenang, Kurang adanya penegakan hukum yang benar, dan masih banyak sebab-
sebab yang lain.

Anda mungkin juga menyukai